ANALISIS KAWASAN I SEBAGAI PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN NATUNA
ANALYSIS THE FIRST REGION AS A SUSTAINABLE FISHERIES THE CONSERVATION OF NATUNA AREA KABUPATEN NATUNA Vika Retno Wiyanti1, Andi Zulfikar, S.Pi, M.P2, Fitria Ulfah, SP, MM2
Mahasiswa1, Dosen Pembimbing2 Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji e-mail : Vikaretno93@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kawasan I sebagai perikanan berkelanjutan dengan melihat kondisi eksisting wilayah untuk melihat analisis resiko dan analisis keterwakilan ekosistem penting serta menganalisis faktor eksternal dan internal di kawasan 1 dengan metode SWOT. Tingginya potensi perikanan di kawasan I menyebabkan tingginya resiko gangguan terutama dari manusia akibat aktivitas masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sekunder dari penelitian Review Monitoring Terumbu Karang 2014, dengan pengumpulan data di lapangan pada 21 responden. Sedangkan metode primer yaitu 4 stasiun menggunakan metode purposive sampling, data yang dikumpulkan adalah data kondisi kualitas perairan dan pengamatan tutupan karang.
Hasil analisis pada Kawasan I yaitu tingkat analisis kondisi eksisting bahwa di kawasan ini tingkat resiko tinggi akibat banyaknya pemanfaatan tradisional oleh masyarakat sekitar dan analisis tingkat keterwakilan ekosistem penting wilayah Sedanau mewakili. Dan untuk analisis faktor internal eksternal hasil rekomendasi dari analisis tersebut adalah perlu adanya program-program kembali dalam pengelolaan terumbu karang dalam memprioritaskan perikanan berkelanjutan di kawasan tersebut.
Kata kunci : KKPD, Terumbu Karang, Perikanan Berkelanjutan, Analisis Resiko, Analisis Keterwakilan Ekosistem Penting, Analisis SWOT
ABSTRACT
This study aims to analysis the first region as a sustainable fisheries by looking at the existing condition of the area to see the risk analysis and analysis of the representation of important ecosystems and analysis internal and external factors in the region 1 by the method of SWOT. The high potential of fisheries in the region 1 cause high risk of interference is mainly due to the activities of human society. The method used is a secondary method of research Coral Reef Monitoring Review 2014, with data collection in the field on 21 respondents. While the primary method that is 4 stations using purposive sampling method, the collected data is data conditions and water quality observations of coral cover.
The analysis of Region 1 is the level of analysis that the existing condition in this region due to the many high-risk traditional use by the local community representation and analysis of important ecosystems not represented. And internal factors external to the analysis in getting the recommendation of the analysis is the need for programs back in the management of coral reefs in the region in order to be sustainable fisheries resources. Keywords; KKPD, Coral Reefs, Sustainable Fisheries, Risk Analysis, Representation of important ecosystems, SWOT Analysis
PENDAHULUAN Provinsi Kepulauan Riau
dianugerahi kekayaan laut yang cukup besar dan beraneka ragam. Kepulauan Riau (Kepri) sendiri, 96% wilayahnya terdiri dari lautan, sehingga wilayah Kepri mempunyai potensi laut yang cukup besar untuk dimanfaatkan (Eddiwan, 2009). Salah satu wilayah yang memiliki sumberdaya perikanan yang melimpah adalah Kabupaten Natuna.
Kabupaten Natuna memiliki potensi sumberdaya perairan yang cukup tinggi karena memiliki berbagai ekosistem pesisir yang merupakan tempat hidup dan memijah ikan-ikan laut seperti ekosistem mangrove, lamun dan karang.
Berdasarkan hal diatas melalui Surat Keputusan Bupati Natuna Nomor : 299 Tahun 2007, tanggal 5 September 2007 Kabupaten Natuna telah mempunyai
Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD). KKPD Kabupaten Natuna ini secara keseluruhan memiliki luas 142.977 Hektar, yang salah satunya adalah Kawasan I. Kriteria pembentukan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) harus dapat mencakup aspek ekologi, sosial, budaya dan ekonomi (Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 Pasal 8 Ayat 3). Susanto (2011) menambahkan bahwa prinsip keterwakilan biodiversitas, tingkat kerentanan terhadap gangguan (terutama dari pengaruh aktivitas manusia) dan keberlanjutan merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan sebuah lokasi KKP. Penelitian ini bermaksud menganalisis Kawasan Satu terkait prinsip-prinsip tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis kondisi eksisting KKPD Kabupaten Natuna, Menganalisis Kerentanan dan analisis resiko, Menganalisis Keterwakilan ekosistem penting di Kawasan I dan Menganalisis faktor eksternal dan internal dengan SWOT.
Manfaat dari penelitian ini yaitu Sebagai kajian ilmiah yang dapat menjadi acuan dalam penentuan kebijakan mengenai status keberlanjutan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Kawasan I
Sebagai bahan informasi mengenai masalah yang berkaitan dengan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah
METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Oktober 2014 hingga Mei 2015, dan tempat penelitian yaitu pada Kawasan I, Kabupaten Natuna yang di tunjukkan oleh Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
B. Alat dan Bahan
Untuk data ekologi Semua parameter kualitas perairan diukur in situ (dilokasi) disetiap titik pengambilan data karang. Peralatan yang diguunakan antara lain : GPS, Multitest, Salt meter, Secchi disk, snorkle, scuba, lux meter, current drag, secchi disk, lembar identifikasi, multi tester, alat tulis dan underwater kamera. Bahan yang digunakan yaitu : sampel terumbu karang.
C. Metode Pengumpulan Data a. Pengukuran kualitas air
Semua parameter kualitas perairan diukur in situ (dilokasi) disetiap titik pengambilan data karang. Kualitas perairan terdiri dari parameter fisika dan kimia, dan pengamatan tutupan karang. Semua alat dikalibrasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pengukuran; setiap masing-masing pengukuran diulang tiga kali pada masing-masing lokasi dan waktu pengulangan.
b. Pengamatan Karang
Lokasi monitoring merujuk pada lokasi-lokasi di zona inti yang tersebar di 4
(empat) titik di Daerah Perlindungan Laut (DPL) dalam Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kawasan Satu Kabupaten Natuna dan data sebelumnya. Dari lokasi di zona inti DPL dipilih 4 titik pengambilan data secara purposive, dengan mengelompokkan titik-titik data berdasarkan kesamaan kategori tutupan karang, kawasan KKPD serta situasi dan kondisi lapangan.
c. Data sosial kelembagaan
Untuk data sosial dan kelembagaan menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dan dimodifikasi dari hasil penelitian Review Kegiatan Monitoring
Terumbu Karang dan Ikan Terancam (2014) serta penelitian lainnya.
D. Analisis Data
1. Analisis Kondisi Eksisting, Indeks
Keterwakilan dan Analisis
Kerentanan.
a. Analisis Faktor resiko/kerentanan lingkungan konservasi (environmental risk surface/ERS).
- Analisis sebaran aktivitas manusia - Penentuan nilai
intensitas dan cakupan pengaruh aktivitas - Rujukan literarur dan
pihak terkait
b. Analisis keterwakilan habitat atau keanekaragaman melalui pendekatan. Indeks keanekaragaman relative (relative biodiversity index/RBI). Analisis menggunakan perangkat lunak dan aplikasi Arcgis v.9.3, PAT (Protected Area Tools) v.3.0 TNC, spreadsheet excel dan R.
2. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Untuk data sosial dan kelembagaan menggunakan Data sekunder yaitu data yang diperoleh dan dimodifikasi dari hasil penelitian Review Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ikan Terancam Punah (2014) dan penelitian lainnya dengan strategi pengembangan melalui analisis SWOT dengan cara menganalisis faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan matriks EFE dan IFE.
HASIL PEMBAHASAN A. Analisis resiko
1. Peta sebaran aktivitas manusia
Sumber: Data Primer
Hasil pengolahan peta dengan Arc Gis dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa di Kawasan Satu adanya kegiatan masyarakat yaitu adanya kegiatan di zona pemanfaatan tradisional. Sebagian besar mereka adalah nelayan tradisional yang memiliki kemampuan yang terbatas dalam melakukan aktifitas penangkapan ikan dan masyarakat pada umumnya menggunakan pancing untuk menangkap ikan. Khusus di Kawasan Pulau Tiga kegiatan yang paling dominan adalah perikanan tangkap.
. Di Kawasan Satu tingkat resiko tinggi seperti yang terlihat di peta dan pengamatan langsung. Wilayah ini banyak terdapat aktivitas manusia seperti pemukiman masyarakat, adanya aktivitas penangkapan dan jalur transportasi laut serta banyaknya budidaya perikanan yang dapat menimbulkan dampak langsung terhadap perairan.
B. Analisis keterwakilan 1. Peta sebaran ekosistem
Hasil pengamatan langsung dan pengolahan data oleh Arc Gis diperoleh hasil bahwa di Kawasan Satu ketiga ekosistem belum semua mewakili untuk sesuai dijadikan KKPD. Hal ini dapat terlihat dipeta bahwa ekosistem terumbu karang memiliki tingkat keberadaan tertinggi tetapi tidak diikuti oleh mangrove dan lamun yang keberadaannya sedikit. Dari hasil pengamatan ketiga sekosistem yaitu mangrove, lamun dan terumbu karang ketiganya tidak mewakili di wilayah Kawasan Satu.
2. Peta keterwakilan ekosistem
Dari hasil keterwakilan antara ketiga ekosistem penting didapatkan hasil yang menunjukan bahwa Kawasan Satu yang paling ideal untuk dijadikan Daerah Perlindungan Laut adalah terletak di daerah Sedanau. Hal ini dikarenakan di wilayah ini ketiga ekosistem penting mewakili.
3. Analisis SWOT
Adapun faktor-faktor eksternal maupun internal di modifikasi dari hasil wawancara penelitian Review Monitoring Terumbu Karang dan Ikan Terancam Punah 2014 tersebut yaitu atribut sosial yang terdiri atas 3 bagian, yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.
Dari hasil perhitungan skor antara faktor eksternal dan faktor internal masing-masing faktor di peroleh hasil sebesar: 2.2 dan 2.54 yaitu nilai medium yang menunjukan kesimpulan bahwa: “ KKPD Kawasan I mempunyai modal dasar yang harus di “Jaga dan pertahankan” keberadaannya dengan melakukan pengembangan kelembagaan, program dan penetrasi usaha alternatif mandiri. (Rangkuti 2005). Arti dari hasil tersebut adalah bahwa Kawasan Satu memiliki kekuatan dalam bidang perikanan yang apabila dikembangkan dapat memberikan peluang seperti kesempatan kerja dan keuntungan dalam segi ekonomi
bagi beberapa pihak. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan kegiatan kelembagaan yang berguna untuk mengawasi aktivitas penduduk dalam pengelolaan terumbu karang yang ada. Perlu di adakannya program-program dalam pengelolaan terumbu karang agar dapat di manfaatkan secara berkelanjutan.
PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis pengelolaan terumbu karang di Kawasan Satu Kecamatan Pulau Tiga Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Natuna, diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut :
1. Pengukuran kualitas perairan di Kawasan Satu seluruh parameter masih di bawah ambang batas baku mutu. Dan sedangkan untuk hasil pengamatan terumbu karang di tiap titik stasiun tidak ada ditemukan terumbu karang dalam kategori “sangat baik”.
2. Dari hasil pengolahan Arc Gis di dapatkan hasil tingkat kerentanan dan analisis resiko di Kawasan Satu tinggi.
3. Sedangkan untuk hasil pengolahan analisis keterwakilan ekosistem penting di Kawasan Satu bahwa daerah perlindungan laut yang paling ideal adalah di wilayah Sedanau.
4. Rekomendasi dari hasil penelitian menggunakan analisis SWOT adalah agar Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna dapat melakukan penyusunan kembali perencanaan pengelolaan terumbu karang di KKPD Kawasan Satu Kabupaten Natuna dalam memprioritaskan
sumberdaya perikanan berkelanjutan.
B. Saran
1. Diperlukan adanya keberlanjutan kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan terumbu karang di Kawasan I dalam mendukung perikanan berkelanjutan yang melibatkan secara aktif seluruh stakeholder yaitu pemerintah pusat dan daerah serta nelayan di sekitar Kawasan pengelolaan.
2. Sebaiknya adanya sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat mengenai program-program pemerintah khususnya tentang konservasi sumberdaya perikanan berkelanjutan di Kawasan I wilayah KKPD.
3. Perlu adanya penelitian selanjutnya agar dapat menyempurnakan hasil penelitian di Kawasan I ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Abu. 2010. Strategi Pengembangan Pengelolaan Berkelanjutan Pada Kawasan Konservasi Laut Gili Sulat: Suatu Pendekatan Stakeholder. Mataram.
BPP- PSPL Universitas Riau. 2006. Potensi Wisata Bahari di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna. Pekanbaru.
BPS Kabupaten Natuna, 2014. Natuna Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna. Ranai Coremap, 2007. Baseline Ekologi
Dahuri, R.J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta.
Darajati, Wahyuningsih. 2004. Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Bappenas.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Pedoman Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah. Direktorat Konservasi dan Taman laut Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2003. Jakarta.
Dwi, H.W. Gatot, 2009. Aspek Hukum
dan Kelembagaan dalam
Peningkatan Efesiensi dan Efektivitas Pengelolaan Wilayah Pesisir. Jurnal Hukum. Universitas Mataram.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan . Penerbit Kanisius. Yogyakarta Fauzi, Akhmad, 2005. Kebijakan
Perikanan dan Kelautan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
DKP Natuna, 2014. Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ikan Terancam Punah. Ranai.
Hardjasoemantri. 1993. Aspek Hukum Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardjojo B dan Djokosetiyanto. 2005. Pengukuran dan Analisis Kualitas Air. Edisi Kesatu, Modul 1-6. Universitas Terbuka. Jakarta. Kartika, Selly. 2010. Strategi
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem Di Pantura Barat Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Universitas Dipenogoro. Semarang.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.
LIPI. 2005. Studi Baseline Ekologi Natuna. Jakarta
Mardijono. 2008. Persepsi Dan Partisipasi Nelayan Terhadap Pengelolaan Kawasan Laut Kota Batam. Thesis. Semarang. Maryam, Selvia. 2011. Pendekatan
SWOT Dalam Pengembangan Objek Wisata Kampoeng Djowo Sekatul Kabupaten Kendal. Program Studi Ilmu Ekonomi Sumberdaya Pesisir. Skripsi. Universitas Dipenogoro. Semarang.
Poerwowidagdo, S.J. 1999. Pembinaan
Desa Pesisir melalui
Pemberdayaan
Masyarakat. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.
Sidjabat, C. 1976. Hidrologi dan Pengelolaan Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
S.P, Dilisti. 2008. Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan Pesisir. Jurnal Lingkungan Hidup.
Soegiarto A. 1976. Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir. Lembaga Oseanologi
Nasional, Jakarta.
Stanis, S. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal di Kabupaten Lembata Prop. NTT. Tesis MSDP. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Sudiono, Gatot. 2008. Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Pada Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Randayan Dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Thesis. Semarang.
Tulungen. J, Bayer. T, Dimpudus, Kasmidi. M, Rotinsulu. C, Sukmara. A, Tangkilisan. N. 2002. Panduan Pembentukan dan
Pengelolaan Daerah
Perlindungan laut Berbasis Masyarakat. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.