• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dapat dilakukan penganalisisan sebagai berikut: A. Analisis Terhadap Peran Keluarga dalam Pengamalan Ibadah Mualaf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dapat dilakukan penganalisisan sebagai berikut: A. Analisis Terhadap Peran Keluarga dalam Pengamalan Ibadah Mualaf"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

78

observasi, mengenai peran keluarga terhadap pengamalan ibadah mualaf maka dapat dilakukan penganalisisan sebagai berikut:

A. Analisis Terhadap Peran Keluarga dalam Pengamalan Ibadah Mualaf

Desa Kayupuring Kecamatan Petungkriyono

Berdasakan hasil penelitian yang telah diuraikan peranan keluarga

terhadap pengamalan ibadah mualaf terlihat bahwa peran keluarga sangat berperan terhadap pengamalan ibadah para mualaf. Di dalam perjalanan di agama yang baru para mualaf dibutuhkan perhatian yang lebih dari keluarga agar mereka bisa menjalankan ibadah sesuai dengan syariat Islam.

1. Keluarga dan sebab konversi agama

Desa Kayupuring merupakan desa yang masyarakatnya menganut dua agama, yakni agama Islam dan sebagian menganut aagama Kristen. Walaupun masyarkatnya menganut dua agama namun disana hidup bermasyarakat dengan baik satu sama yang lain saling menghormati. Namun begitu dengan seiring berjalanya waktu seseorang mengalami yang dinamakan konversi agama yaitu perpindahan keyakinan seseorang dari agama satu keagama yang lain, menurutnya lebih baik.perpindahan seseorang terhadap keyakinan agama yang dianutnya ke agama lain termasuk dalam konversi agma. Seseorang yang melakukan konversi

(2)

agama non Islam ke dalam Islam di sebut mualaf. Mualaf bisa terjadi pada siapapun, baik orang yang sudah tua maupun anak-anak. Konversi agama merubah sudut pandang seseorang terhadap ajaran-ajaran agama awal, kepada agama baru yang mereka pilih berdasarkan alasan yang dia tentukan.

Dalam konversi agama atau perubahan keyakinannya para mualaf di desa kayupuring mempunyai beberapa alasan yakni karena pernikahan atau panggilan hati. Para mualaf melakukan konversi agama karena berbagai alasan. Pada mulanya dia mengikuti agama orang tuanya yaitu agama Kristen. Setelah remaja dan dewasa mereka jatuh cinta dengan seorang laki-laki. Dan laki-laki itu mengajak mereka menikah. Karena calon suami mereka orang Islam maka mereka diminta untuk keluar dari agamanya yakni agama Kristen dan didukung penuh oleh keluarga calon suaminya. Namun dari keluarga asal mereka sendiri sangat menentang. Dengan penuh optimis mereka mengikuti agama suami dan akhirnya menikah. Berpindahnya ke agama Islam mereka karena pernikahan dan panggilan hati, yaitu dengan cara sebelum ijab kabul mereka pertama kali mengucapkan dua kalimat syahadat disaksikan keluarga dan para saksi sehingga pernikahan bisa dilangsungkan. Namun orang mulaf yang bukan kerena pernikahan dia mengucapkan dua kalimat syahadat di KUA dengan disaksikan para saksi.

Awal-awal masuk Islam mereka mengalami kesulitan karena terutama mengenai cara ibadah menurut agama Islam. Cara beribadah

(3)

yang dulu ia lakukan hanya setiap hari minggu saja dengan puji-pajian, berbeda dengan sekarang maka mereka harus mengerjakan sholat puasa dan lain sebagainya. Walaupun begitu mereka mengaku senang menjadi orang Islam, diantaranya karena lingkungan disekitar banyak yang beragma Islam dan berjodoh dengan orang Islam.

Orang mualaf tersebut melakukan konversi agama karena penikahan. Sehingga mereka memilih mengikuti agama suaminya. Faktor konversi agama yamg terjadi pada para mualaf tersebut tergolong pada faktor ekstern atau faktor diluar diri faktor konversi ini juga adanya pengaruh atau motivasi akibat keluarga dan pernikahan dengan orang berlainan agama.

2. Peran Keluarga

Peranan keluarga terhadap mualaf dianggap sanga penting karena hal tersebut dapat berpengaruh dengan benar atau tidaknya ibadah yang dilakukan para mualaf. Para mualaf di Desa Kayupuring belum paham betul tentang keyakinan beragama sabagai pedoman hidup. Keluarga mempunyai pengaruh besar dalam membimbing terhadap pemaahaman agama para mualaf. Para mualaf dalam mempelajari dan memahami agama Islam dengan cara dibantu oleh keluarga atau anggota keluarga terutama mengenai tata cara sholat , wudhu mengenala huruf hijaiyah. Pentingnya motivasi bagi mualaf menjadi pengaruh terbesar bagi semangat belajarnya walaupun mengalami banyak kesulitan. Kesulitan

(4)

itu terjadi karena dari kecil mereka tidak pernah belajar tentang agama Islam. Latar belakang mereka semula keluarganya beragama Kristen setelah memeluk agama Islam keluarga Islamlah yang bertanggung jawab atas pengetahuan agamanya. Banyak problem yang dihadapi para mualaf dalam menghadapi agama barunya. Mualaf tidak hanya sekali waktu memepejari agama Islam menenai ibadah. Dibutuhkan proses, waktu, pikiran, dan tenaga untuk memfokuskan terhadap mualaf tersebut. Adanya tahapan untuk mempelajari agama yang tidak didapat dari lahir menjadi pengaruh pemahaman mualaf.

3. Pengamalan Ibadah

a. Ibadaah Ghoiru mahdhoh

Dalam kehidupan kesehariannya para mualaf selain melakukan

ibadah maghdoh juga melakukan ibadah ghoiru maghdah yakni seperti menjenguk tetangga sakit, membantu tetangga yang kerepotan dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan bentuk kesadaran dari para mualaf untuk mempererat tali silaturahmi dalam kehidupan bernasyarakat. Mereka juga mengatakan bahwa membantu orang lain itu sudah menjadi kewajiban bagi mereka para mualaf. Dalam hal ini solidaritas para mualaf di Desa Kayupuring Kecamatan Petungkriyono dalam menjalankan ibadah magdah atau ibadah yang dilakukan manusia dengan manusia bisa dilihat dari sikap dan perilaku para mualaf itu sendiri, juga kegiatan keagamaan yang diikuti oleh para mualaf di Desa Kayupuring

(5)

Kecamatan Petungkriyono baik ibadah magdoh maupun ibadah ghoiru magdah.

Ibadah ghoiru magdah para mualaf di Desa Kayupuring Kecamatan Petungkriyono merupakan bentuk kesadaran dari para mualaf untuk memperdalam wawwasan serta pengamalan ritual keagamaan. Pengamalan ritual keagamaan membawa dampak dampak pada ketenangan hati para mualaf. adanya ketenangan hati karena mengaplikasikan wawasan keagamaan yang diperoleh sedikit demi sedikit yang merubah cara pandang mereka.

Ibadah ghoiru magdah yang telah dipaparkan yaitu kagiatan tersebut selain membentuk jiwa-jiwa beragama juga membentuk kepedulian sosial yang tinggi, kegiatan peduli dengan orang lain terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Dalam kebiasaan ini yakni merupakan salah satu bentuk kasadran mereka terhadap hak orang lain, dan terdapat nilai-nilai yang dapat membentuk kehidupan bermasyarakat yang baik dan membentuk perilaku sosial mereka menjadi lebih baik. Ibadah ghoiru magdah sebagai sarana dalam membentuk sikap hidup sosial mereka dan dapat menjadikan para mualaf di Desa Kayupuring Kecamatan Petungkriyono menjadi orang-oarang yang lebih baik dan peduli dengan sesama.

Berdasarkan penelitian tentang ibadah ghoiru magdaha yang dilakukan para mualaf yang ada di Desa Kayupuring Kecamatan Petungkriyono yang dilakukan dengan metode wawancara kepada para

(6)

mualaf dan keluarganya, maka dapat diketahui sikap mereka dalam kehidupan bermasyarakat yang ditampakan oleh para mualaf serta aktivitas keagamaan ibadah magdah di Desa Kayupuring Kecamatan Petungkriyono sebagai berikut:

b. Ibadah mahdhoh

Ibadah merupakan kewajiban bagi umat Islam. ibadah yang benar adalah ibadah yang sesuai dengan syariat agama Islam, yakni benar akan syarat dan rukunnya. Sebagai orang Islam pertama yaitu mampu melafadzkan dua kalimat syahadat. Karena syahadat mepukan rukun Islam yang pertama, maka dari itu para mualaf di Desa Kayupuring Kecamatan petungkriyono diharapkam mampu menjalankan rukun Islam, selain menjalankan ibadah yang lainnya. Rukun Islam yang dijalankan para mualaf meliputi:

1) Melafadzkan dua kalimat syahadat

Syahadat merupakan kunci seseorang menjadi orang Islam, maka untuk menjadi orang Islam harus bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusannya. Para mualaf di Desa Kayupuring Kecamatan Petungkroyono ini mereka mampu melafdzkan dua kalimat syahadat. Untuk pertama kali mereka melakukan latihan dengan orang yang bisa dalam hal agama agar dalam melafadzkan dua kalimat syahadat tersebut lancar dan benar.

(7)

2) Sholat fardhu

Dalam melakukan ibadah sholst fardhu yaitu sholat lima waktu, para mualaf di Desa Kayupuring Kecamatan Petungkriyono ada yang melakukan secara penuh namun, sebagian yang lain ada yang masih bolong sholatnya, hal tersebut teentunya dilatarbelakangi oleh berbagai alasan, yakni capai, malas , ngantuk, dingin, kurangnya suport dari keluaarga dan tidak terbiasa dari kecil sehingga melalaikan sholat, dan ada dari mereka yang tidak melakukan sholat shubuh karena cuaca yang dingin dan rasa lelah dan kantuk yang membuat mereka semakin enggan bangun untuk melakukan sholat shubuh. Padahal sholat adalah tiang agama dan wajib dilaksanakan oleh setiap muslim.

3) Zakat

Semua warga Desa Kayupuring melakukan zkat fitrah setiap tahunnya tak kecuali juga para mualaf, baik memlalui amil zakatmaupun diserahkan langsung kepada mustahik (orang yang berhak menerima zakat). Seperti halnya para mualaf selain mereka zakat fitrah mereka juga mengeluarkan zakat fiitrah setiap tahunnya. Akan tetapi intuk sakat yang lainnya seperti zakat mal, zakat pertanian, zakat perdagangan mereka belum mampu untuk mengeluarkannya.

4) Puasa

Puasa ramadhan adalah kwajiban bagi setip muslim laki-laki dan perempuan setiap tahunnya yaitu pada bulan ramadhan, begitupun dengan para mualaf di Desa Kayupuring kecamatan petungkriyono

(8)

mereka semua melakukan puasa ramadhan dan senantiasa menanti kedatangan bulan suci ramadhan, dimana pada bulan tersebut banyak sekali pahala yang Allah limpahkan kepada hamba-Nya serta dibukakan pintu taubat seluas=luasnya. Sehingga dengan hal itulah mereka sangat antusias menjalankan ibadah puasa Ramadhan, meskipun sambil bekerja setiap harinya dan masih ada yang boling puasanya, karena mereka tidak terbiasa dari kecil.

5) Haji

Haji merupakan kewajiban bagi umat Islam untuk menunaikannya dan diwajibkan atas orang yang mampu secara fisik maupun harta. Para mualaf di Desa Kayupuring Kecamatan Petungkriyono tergolong orang yang belum mampu untuk menunaulan ibadah haji. Namun mereka merasa senang menjadi orang Islam walauoun belum bisa berangkat sendiri untuk menunaikan ibadah haji mereka dapat mengantarkan tetangga atau saudara untuk menyaksikan pemberangkatan haji. Harapan mereka agar dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak-anak sampai selesai.

c. Kegiatan mingguan

Kegiatan keagamaan mingguan yang dilakukan para mualaf di Desa

Kayupuring Kecamatan Petungkriyono adalah yasin dan tahlil serta nariyahan setiap hari jum’at yang mana kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutinan yang diikuti khusus oleh ibu-ibu. Kegiatan tersebut mengajarkan ibu-ibu baik yang mualaf maupun tidak untuk senantiasa

(9)

membaca sholawat nariyah serta yasin dan tahlil diharapakn dapat mendoakan keluarga yang sudah meninggal. Kegiatan tersebut sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan sehingga mereka dapat mengetahui cara mendoakan keluarga atau saudara mereka yang telah meninggal dunia. Dalam hal ini para mualaf rajin mengikuti kegiatan tersebut walaupun mereka masih kesulitan dalam membaca tulisan bahasa arab, namun mereka justru semangatnya tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang Islam dari lahir.

B. Analisis Terhadap Faktor Penghambat Dan Pendukung Pengamalan

Ibadah Mualaf Desa Kayupuring Kecamatan Petungkriyono

1.Faktor Pendukung

a. Semangat belajar

Dengan belajar seseorang akan mudah untuk mengetahui atau mengerti tentang suatu hal yang berhubungan dengannya. Seperti halnya para mualaf di Desa Kayupuring Kecamatan petungkriyono adah para mualaf yang mempunyai semangat belajar yang tinggi. Mereka selalu berusaha semampunya dengan dibantu keluarga yang bisa terutama mengenai tentang ajaran agama Islam sholat, puasa dan lain sebagainya. Agama yang dianggap mereka adalah agama baru karena dari kecil mereka beragama Kristen. Dengan berbagai hambatan dan kesulitan para mualaf selalu belajar agar bisa mengamalkan agamanya yang baru dengan baik. Belajar

(10)

mereka yaitu dengan cara pertama menghafal huruf hijaiyah dan bacaan serta gerakan dalam sholat yang dibantu oleh keluarga dan ustad setempat.

b. Dukungan keluarga

Dukungan atau motivasi keluarga sangat berarti dan penting sekali untuk para mualaf, yakni untuk menguatkan keimanan mereka yang masih lemah karena mendapat intimidasi dari keluarga asal yang semula tidak setuju untuk masuk agama Islam. Para mualaf di Desa Kayupuring Kecamatan Petungkriyono mendapat dukungan yang baik dari sanak saudara dan keluarga baik secara motivasi maupun yang lainnya. Dengan adanya dukungan dari keluarga mereka bisa menjalani agama mereka yang baru yaitu agama Islam. keluarga menerima dengan lapang dada keadaan para mualaf yang semula tudak tahu ajaran agama Islam. dari keluargalah mereka mendapatkan semangat untuk selalu semangat menjalani kehidupan agamanya yang baru.

c. Lingkungan

Seseorang hidup tidak lepas dari lingkungannya. Jika seseorang hidup dalam lingkungan yang baik maka kepribadiaanya akan hbaik dan sebaliknya jika seseorang hidup di lingkungan yang buruk maka akan buruk pula perilakunya. Para mualaf di Desa Kayupuring Kecamatan Petungkrono mereka hidup dilingkungan yang tidak terlalu agamis. Namun masyarakatanta masih kental

(11)

dengan gotong royong walaupun hidup berdampingan dengan dua pemeluk agama yang beerbeda yakni agama Islam dan agama Kristen.

2.Faktor Penghambat

a. Usia dan pemahaman keagamaan yang kurang

Pepatah mengatakan belajar dimmasa kecil bagaikan mengukir di atas batu, namun belajar dimasa tua bagaikan mengukir ditas pasir. Jadi elajar dimasa kecil itu lebih mudah membekas daripapada belajar diusia yang sudah tua. Para mualaf di Desa Kayupuring Kecamatan petungkriyono mengalami bebrapa hambatan dalam mengamalkan ibadahnya salah satunya usia dan pemahaman keagamaan yang kurang. Mereka masuk agama Islam karena pernikahannya dengan orang yang beragama Islam, jadi mereka merasa kesulitan untuk langsung memehami agamanya yang baru.

Dari kecil mereka beragama Kristen marasa kesulitan sekali untuk bisa langsung mengamalkan ibadah agama Islam. untik pertama kali mereka mengucapkan bahasa arab dirasa sangat sulit itu dikarenakan mereka tidak belajar dari kecil. Diusianya yang sudah dewasa bahkan tua mereka baru balajar agama Islam. mereka mengalami perubahan yang drastis yakni dahulu mereka tidak harus menjalankan sholat lima waktu namun sekarang mereka berkewajiban menjalankan sholat lima waktu. Pemahaman tentang

(12)

keagamaan mereka sangat kurang terbukti dengan banyaknya mereka yang belum bisa membaca al-Qur’an dan berbagai hal seperti fiqih dan lain sebagainya.

b. Keluarga

Sesungguhnya keluarga adalah semangat atau motivasi bagi mereka para mualaf. Namun lain halnya dengan para mualaf di Desa Kayupuring Kecamatan petungkriyono ini keluarga asal orang tua mereka menentang atau tidak mendukung mereka masuk agama Islam. Mereka mendapat intimidasi dari keluarga asal mereka bahkan sudah tidak dianggap lagi sebagai keluarganya. Dalam hal ini para mualaf mengalami tekanan batin yang mendalam yang pada akhirnya mereka kesulitan untuk memahami agama Islam untuk mereka amalkan setiap harinya karena banyak pikiran.

c. Kurangnya Wadah Mualaf

Di Desa kayupuring Kecamatan petungkriyono ini banyak mualaf namun tidak ada wadah khusus bagi para mualaf. Hal ini yang menyebabkan mereka kurang mendapatkan pemahaman keaagamaan yang baik. Mereka hanya belajar dari keluarga dan pengajian-pengajian yang ada di daerahnya.

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan maksud untuk memahami perilaku dan menggali lebih dalam mengenai

Pelanggan yang telah melakukan atau disyaki melakukan apa-apa penipuan atau kesalahan berkaitan dengan mana-mana kemudahan yang diberi oleh HLB atau telah diisytiharkan muflis

Sehingga dapat dikatakan bahwa jamu tradisional yang diuji tersebut mempunyai khasiat yang tidak berbeda bermakna dengan obat modern (asetosal 45 mg/kgbb) atau dapat dikatakan

Eksplan pada perlakuan memberikan respon pertumbuhan yang tidak berbeda nyata terhadap kontrol ada periode regenerasi sehingga dapat diduga bahwa P3 merupakan

Penyelidikan epidemiologi terhadap kasus KLB serta penyebaran penyakit difteri pada tanggal 14 – 19 Mei 2015 di Kampung Kumpay Desa Maraya Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak

Penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) juga meningkatkan kualitas proses pembelajaran dimana hasil aktivitas guru dalam proses pembelajaran dari siklus I

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan konsep diri dengan kemampuan mengajar guru, untuk mengetahui hubungan Sikap guru terhadap

Oleha karena itu, sebagaimana Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( student team achievement divisions ) adalah model pembelajaran yang memberikan peluang dan