• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stress Akibat Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Stress Akibat Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Stress Akibat Kerja

Solichul HA. BAKRI

Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas

(2)

future shock

• Perubahan dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi, teknologi manual menjadi teknologi tinggi (high tech and high touch), ekonomi nasional selalu

dipengaruhi perubahan ekonomi dunia dll.

• Keadaan tersebut memaksa jutaan manusia harus berbenturan secara tiba-tiba dengan kejutan-kejutan masa depan (future shock) yang sebetulnya belum siap untuk menghadapinya. Kondisi tersebut ternyata banyak meninbulkan terjadinya stress pada masyarakat.

(3)

beberapa pengertian tentang stress

Secara umum.

Stress

dapat diartikan sebagai

tekanan psikologis yang

dapat menimbulkan

penyakit baik fisik maupun

penyakit jiwa.

Dalam bahasa teknik.

Stress dapat diartikan

sebagai kekuatan dari bagian - bagian tubuh.

Dalam bahasa biologi dan kedokteran.

Stress

dapat diartikan sebagai proses tubuh untuk

beradaptasi terhadap pengaruh luar dan

(4)

Manuaba (1998)

Definisi stress adalah segala rangsangan

atau aksi dari tubuh manusia baik yang

berasal dari luar maupun dari dalam

tubuh itu sendiri yang dapat

menimbulkan bermacam dampak yang

merugikan mulai dari menurunnya

kesehatan sampai kepada dideritanya

suatu penyakit.

Dalam kaitanya dengan pekerjaan,

semua dampak dari stress tersebut akan

menjurus kepada menurunnya

performansi, efisiensi dan produktivitas

kerja yang bersangkutan.

(5)

Heerdjan (1990),

Heerdjan (1990)

menguraikan bahwa

stress merupakan suatu

kekuatan yang dihayati

mendesak atau

mencekam dan muncul

dalam diri seseorang

sebagai akibat ia

mengalami kesulitan

dalam menyesuaikan

diri.

(6)

Mendelson (1990)

• Mendelson (1990) mendefinisikan stress akibat kerja secara lebih sederhana, di mana stress

merupakan suatu ketidak mampuan pekerja untuk menghadapi tuntutan tugas dengan akibat suatu ketidaknyamanan dalam kerja. Sedangkan respon stress merupakan suatu total emosional individu dan atau merupakan respon fisiologis terhadap kejadian yang diterimanya. Dari beberapa

pengertian tersebut maka dapat digaris bawahi bahwa stress muncul akibat adanya berbagai stressor yang diterima oleh tubuh, yang

selanjutnya tubuh memberikan reaksi (strain) dalam beranekaragam tampilan.

(7)

konsep stress #1

Stress sebagai stimulus.

Stress sebagai variable bebas

(

independent variable)

menitikberatkan pada

lingkungan sekitarnya sebagai

stressor.

Sebagai contoh:

petugas

air traffics control

merasa lingkungan

pekerjaanya penuh resiko

tinggi, sehingga mereka sering

mengalami stress akibat

lingkungan pekerjaannya

tersebut.

(8)

konsep stress #2

Stress sebagai respon.

Stress sebagai variable tergantung

(dependent

variable

) memfokuskan

pada reaksi tubuh terhadap

stressor.

Sebagai contoh: seseorang

mengalami stress apabila akan

menjalani ujian berat. Respon tubuh

(

strain)

yang dialami dapat berupa

respon psikologis (perilaku, pola pikir,

emosi dan perasaan stress itu

sendiri) dan respon fisiologis

(jantung berdebar, perut

mulas-mulas, badan berkeringat dll).

(9)

konsep stress #3

Stress sebagai interaksi

antara individu dan

lingkungannya.

Stress di sini merupakan

suatu proses

penghubung antara

stressor dan strain

dengan reaksi stress

yang berbeda pada

stressor yang sama.

(10)

Faktor Penyebab Terjadinya Stress

Faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya stress pada seseorang sangatlah sulit, oleh karena sangat tergantung dengan sifat dan

kepribadian seseorang.

Suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress pada seseorang tetapi belum tentu akan menimbulkan hal yang sama terhadap orang lain.

(11)

Patton (1998)

Perbedaan reaksi antara individu tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis dan social yang dapat merubah dampak stressor bagi individu. Faktor-faktor tersebut antara lain:

• Kondisi individu seperti umur, jenis kelamin,

temperamental, genetic, intelegensia, pendidikan, kebudayaan dll.

• Ciri kepribadian seperti introvert atau ekstrovert, tingkat emosional, kepasrahan, kepercayaan diri dll.

• Sosial-kognitif seperti dukungan sosial, hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya.

• Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.

(12)

Clark (1995) dan Wantoro (1999)

Kaitannya dengan tugas-tugas dan pekerjaan di

tempat kerja, faktor yang menjadi penyebab

stress kemungkinan besar lebih spesifik. Clark

(1995) dan Wantoro (1999) mengelompokkan

penyebab stress (

stressor

) di tempat kerja

menjadi tiga kategori yaitu

a. stressor

fisik,

b. psikofisik dan

c. psikologis.

(13)

Cartwright

et. al.

(1995) #1

6 Penyebab stress akibat kerja:

1. Faktor intrinsik pekerjaan. Ada beberapa faktor intrinsik dalam pekerjaan di mana sangat

potensial menjadi penyebab terjadinya stress dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman (bising , berdebu, bau, suhu panas dan lembab dll ) ,

stasiun kerja yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, perjalanan ke dan dari tempat kerja yang semakin macet, pekerjaan beresiko tinggi dan berbahaya, pemakaian

tehnologi baru, pembebanan berlebih, adaptasi pada jenis pekerjaan baru dll.

(14)

Cartwright

et. al.

(1995) #2

2. Faktor peran individu dalam organisasi kerja. Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan dengan beban kerja fisik. Karasek et al (1988) dalam suatu penelitian tentang stress akibat kerja

menemukan bahwa karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi dan ditambah

dengan keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan mempunyai resiko

terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang lebih tinggi serta mempunyai

kecenderungan merokok yang lebih banyak dari karyawan yang lain.

(15)

Cartwright

et. al.

(1995) #3

3. Faktor hubungan kerja. Hubungan baik antara karyawan di tempat kerja adalah faktor yang potensial sebagai penyebab terjadinya stress. Kecurigaan antara pekerja, kurangnya

komunikasi, ketidak nyamanan dalam

melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stress akibat kerja (Cooper & Payne, 1988). Tuntutan tugas yang mengharuskan seorang tenaga kerja berkerja dalam tempat terisolasi, sehingga tidak dapat berkomunikasi dengan pekerja lain (seperti; operator telepon, penjaga mercu suar, dll) juga merupakan

(16)

Cartwright

et. al.

(1995) #4

4. Faktor pengembangan karier. Perasaan tidak

aman dalam pekerjaan, posisi dan pengembangan karier mempunyai dampak cukup penting sebagai penyebab terjadinya stress. Menurut Wantoro

(1999) faktor pengembangan karier yang dapat menjadi pemicu stress adalah a) ketidakpastian pekerjaan seperti adanya reorganisasi perusahaan dan mutasi kerja dll. b) promosi berlebihan atau kurang: promosi yang terlalu cepat atau tidak sesuai dengan kemampuan individu akan

menyebabkan stress bagi yang bersangkutan atau sebaliknya bahwa seseorang merasa tidak pernah dipromosikan sesuai dengan kemampuannya juga menjadi penyebab stress.

(17)

Cartwright

et. al.

(1995) #5

5. Faktor struktur organisasi dan suasana kerja. Penyebab stress yang berhubungan dengan struktur organisasi dan suasana kerja biasanya berawal dari budaya

organisasi dan model manajemen yang dipergunakan. Beberapa faktor

penyebabnya antara lain, kurangnya

pendekatan partisipatoris, konsultasi yang tidak efektif, kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan kantor. Selain itu seringkali pemilihan dan penempatan karyawan pada posisi yang tidak tepat juga dapat

(18)

Cartwright

et. al.

(1995) #6

6. Faktor di luar pekerjaan,

Faktor

kepribadian seseorang (ekstrovert

atau introvert) sangat berpengaruh

terhadap stressor yang diterima.

Konflik yang diterima oleh dua orang

dapat mengakibatkan reaksi yang

berbeda satu sama lain. Perselisihan

antar anggota keluarga, lingkungan

tetangga dan komunitas juga

merupakan faktor penyebab

timbulnya stress yang kemungkinan

besar masih akan terbawa dalam

lingkungan kerja.

(19)

faktor lain yang kemungkinan besar dapat menyebabkan stress akibat kerja

Salah satu contoh kasus pengebomam hebat yang terjadi pada tanggal 12 Oktober 2002 di Legian Kuta Bali merupakan kasus yang memberikan dampak negatif di bidang ketenagakerjaan di samping

dampak-dampak kemanusian, sosial dan ekonomi. Khusus pada bidang ketenagakerjaan, ribuan karyawan sektor pariwisata terancam

pemutusan hubungan kerja akibat menurunnya turis yang datang ke Bali. Kondisi demikian sudah barang tentu

menimbulkan keresahan bagi karyawan dan berakibat kepada timbulnya stress.

#1

1. Ancaman pemutusan hubungan kerja.

Faktor ini sering kali menghantui para

karyawan di perusahaan dengan berbagai

alasan dan penyebab yang tidak pasti.

(20)

faktor lain yang kemungkinan besar dapat menyebabkan stress akibat kerja

2. Perubahan politik nasional. Perubahan politik secara cepat berakibat kepada pergantian pemimpin secara cepat pula, diikuti dengan pergantian kebijaksanaan pemerintah yang seringkali menimbulkan pro dan kontra.

#2

Kondisi demikian tidak jarang menimbulkan kegelisahan para pegawai, akibatnya motivasi kerja menurun, angka absensi meningkat, mogok kerja dll. Keadaan tersebut juga merupakan bentuk dari adanya stress.

(21)

faktor lain yang kemungkinan besar dapat menyebabkan stress akibat kerja

3. Krisis ekonomi nasional. Krisis ekonomi yang berkepanjangan, seperti yang

terjadi di Indonesia menyebabkan banyak perusahan melakukan efisiensi dalam

bentuk perampingan organisasi.

Akibatnya ribuan karyawan terancam berhenti kerja atau pensiun muda dan pencari kerja kehilangan lowongan

pekerjaan. Stress dan depresi menjadi bahasa popular pada kalangan

masyarakat pekerja maupun pencari kerja

(22)

Mathews

(1989)

Pengaruh Stress

1. Reaksi Psikologis.

Stress biasanya merupakan

perasaan subjektif seseorang sebagai bentuk

kelelahan, kegelisahan (anxiety) dan depresi.

Reaksi psikologis kepada stress dapat dievaluasi

dalam bentuk beban mental, kelelahan dan

perilaku (arousal).

2. Respon sosial

. Setelah beberapa lama mengalami

kegelisahan, depresi, konflik dan stress di tempat

kerja, maka pengaruhnya akan dibawa ke dalam

lingkungan keluarga dan lingkungan social.

(23)

Mathews

(1989)

Pengaruh Stress

3. Respon stress kepada gangguan kesehatan

atau reaksi fisiologis.

Bila tubuh mengalami

stress, maka akan terjadi perubahan

fisiologissebagai jawaban atas terjadinya

stress. Adapaun sistem di dalam tubuh yang

mengadakan respon adalah diperantarai oleh

saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis

dan pengeluaran katekolamin yang akan

mempengaruhii fungsi-fungsi organ di dalam

tubuh seperti sistem kardiovaskuler, sistem

gastro intestinal dan gangguan penyakit

(24)

Mathews

(1989)

Pengaruh Stress

4. Respon Individu.

Pengaruhnya sangat

tergantung dari sifat dan kepribadian

seseorang.. Dalam menghadapi stress,

individu dengan kepribadian introvert

akan bereaksi lebih negatif dan menderita

ketegangan lebih besar dibandingkan

dengan mereka yang berkepribadian

ekstrovert. Seseorang dengan kepribadian

fleksibel atau luwes akan mengalami

ketegangan yang lebih besar dalam suatu

konflik, dibandingkan dengan mereka

(25)

Pencegahan dan Pengendalian

Stress Akibat Kerja

Sauter, et a.l (1990) dikutip dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) memberikan rekomendasi cara untuk mengurangi stress akibat kerja : 1. Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas kerja pekerja yanag bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban berlebih maupun beban yang terlalau ringan.

2. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan.

(26)

Pencegahan dan Pengendalian Stress Akibat Kerja

3. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier, mendapatkan promosi dan pengembangan kemanpuan keahlian.

4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga kerja yang satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam organisasi akan membuat situasi yang nyaman.

5. Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya. Rotasi tugas dapat dilakukan untuk meningkatkan karier dan

(27)

Cartwright et al (1995)

dikutip dari Elkin dan Rosch (1990)

Cara mengurangi stress akibat kerja secara lebih spesifik yaitu:

1. Redesain tugas-tugas pekerjaan 2. Redesain lingkungan kerja

3. Menerapkan waktu kerja yang fleksibel 4. Menerapkan manajemen partisipatoris

5. Melibatkan karyawan dalam pengembangan karier 6. Mengalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan

(goals)

7. Mendukung aktivitas social

8. Membanagun tim kerja yang kompak

(28)

untuk mengurangi terjadinya stress

3. Mengembangkan stuktur organisasi sesuai dengan kultur dan tradisi

masyarakat pekerjanya. 4. Menjamin perasaan

aman setiap pekerja. 1. Menghilangkan faktor penyebab stress, khususnya

yang berasal dari tasks, organisasi kerja dan lingkungan kerja.

2. Memposisikan pekerja pada posisi yang seharusnya (The right man on the right place).

(29)

Kepustakaan :

• Clark, D.R. 1996. Workstation Evaluation and Design. Dalam:

Battacharya, A. & McGlothlin, J.D. eds. Occupational Ergonomic. Marcel Dekker Inc. USA: 279-302.

• Cartwright, S., Cooper, C.L., and Murphy, L.R. 1995. Diagnosing a Healhty Organisation A Protective Approach to Stress in The Workplace. American Psychological Assosiation. Wasington. 15: 217-229.

• Cooper, C.L., and Payne, R., 1988. Causes, Coping and Consequences of Stress at Work. New York, Wiley.

• Heerdjan, S. 1990. Stress Sebagai Penghambat Produktivitas kerja. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jakarta. Vol XXIII (3):32-38.

• Karasek, R.A., Theorell, T., dan Schwartz, J.E. 1988. Job

Characteritics in Relation to The Prevalence of Myocardinal

Infaration in The U.S. Health Examination Survey. American Journal of Public Health, 78: 682-684.

(30)

Kepustakaan :

• Levi, L. (1991) Stress. Dalam: Parmeggiani, L. Edt.. Encyclopedia of Occcupational Health and Safety. ILO.Geneva.

• Mendelson, G., 1990. Occupational Stress. Dalam: Journal of Occupational Health and Safety. Aust NZ, 6(3):175-180.

• Manuaba, 1998. Stress and Strain. Dalam: Bunga Rampai Ergonomi Vol I. Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Universitas Udayana Denpasar.

• Mathew, J., 1989. Stress and Burnout. Dalam: Health and Safety at Work. Australia Trade Union Safety Representatives Handbooks. New South Wales. Australia. 16: 408-415.

• Patton, P., 1998. Emotional Intelegence di Tempat Kerja. ed. Julia Tahitoe. Jakarta.

• Sauter, S.L., Murphy, L.R. and Hurrell, J.J., 1990. A National Strategy for The Prevention of Work-Related Psychological Disorders.

American Psychologist. 45:146-1158.

Wantoro, B. 1999. Stress Kerja. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jakarta. Vol XXXII (3): 3-9.

(31)

sekian

Referensi

Dokumen terkait

2 % penilaian pre market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices.

Banyak  praktisi  bertanya‐tanya  ”apakah  ada  tempat  bagi  teknologi  informasi  untuk  dapat  berperan  aktif  dalam  mempromosikan  demokrasi  di 

Pengertian waralaba menurut peraturan perundang-undangan dapat ditemukan pengaturannya dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, yaitu: hak khusus

Instrumen ini digunakan dalam rangka melakukan penelitian di MA Madani Alauddin Pao-Pao dengan tujuan mendapatkan data mengenai “ Pengaruh Model Pembelajaran Synectics, Mind

Apabila perusahaan menjual aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tak lancar lainnya secara tunai, maka modal kerja perusahaan akan naik sebesar jumlah

Siswa mempelajari ilmu pengetahuan, mengalaminya (mengamati, mengobservasi, mempraktekkan, dan menganalisis). Menemukan pengetahuan maksudnya selama proses

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang telah menerapkan tutorial sebagai salah satu metode problem-based learning fPBL) sejak tahun 2008. Terdapat beberapa

Pada sistem informasi objek wisata yang ada di Garuda Wisnu Kencana ini bisa lebih bervariasi dengan adanya penambahan informasi dan penambahan menu-menu interaktif