Stress Akibat Kerja
Solichul HA. BAKRI
Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas
future shock
• Perubahan dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi, teknologi manual menjadi teknologi tinggi (high tech and high touch), ekonomi nasional selalu
dipengaruhi perubahan ekonomi dunia dll.
• Keadaan tersebut memaksa jutaan manusia harus berbenturan secara tiba-tiba dengan kejutan-kejutan masa depan (future shock) yang sebetulnya belum siap untuk menghadapinya. Kondisi tersebut ternyata banyak meninbulkan terjadinya stress pada masyarakat.
beberapa pengertian tentang stress
•
Secara umum.
Stress
dapat diartikan sebagai
tekanan psikologis yang
dapat menimbulkan
penyakit baik fisik maupun
penyakit jiwa.
•
Dalam bahasa teknik.
Stress dapat diartikan
sebagai kekuatan dari bagian - bagian tubuh.
•
Dalam bahasa biologi dan kedokteran.
Stress
dapat diartikan sebagai proses tubuh untuk
beradaptasi terhadap pengaruh luar dan
Manuaba (1998)
•
Definisi stress adalah segala rangsangan
atau aksi dari tubuh manusia baik yang
berasal dari luar maupun dari dalam
tubuh itu sendiri yang dapat
menimbulkan bermacam dampak yang
merugikan mulai dari menurunnya
kesehatan sampai kepada dideritanya
suatu penyakit.
•
Dalam kaitanya dengan pekerjaan,
semua dampak dari stress tersebut akan
menjurus kepada menurunnya
performansi, efisiensi dan produktivitas
kerja yang bersangkutan.
Heerdjan (1990),
•
Heerdjan (1990)
menguraikan bahwa
stress merupakan suatu
kekuatan yang dihayati
mendesak atau
mencekam dan muncul
dalam diri seseorang
sebagai akibat ia
mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan
diri.
Mendelson (1990)
• Mendelson (1990) mendefinisikan stress akibat kerja secara lebih sederhana, di mana stress
merupakan suatu ketidak mampuan pekerja untuk menghadapi tuntutan tugas dengan akibat suatu ketidaknyamanan dalam kerja. Sedangkan respon stress merupakan suatu total emosional individu dan atau merupakan respon fisiologis terhadap kejadian yang diterimanya. Dari beberapa
pengertian tersebut maka dapat digaris bawahi bahwa stress muncul akibat adanya berbagai stressor yang diterima oleh tubuh, yang
selanjutnya tubuh memberikan reaksi (strain) dalam beranekaragam tampilan.
konsep stress #1
Stress sebagai stimulus.
Stress sebagai variable bebas
(
independent variable)
menitikberatkan pada
lingkungan sekitarnya sebagai
stressor.
Sebagai contoh:
petugas
air traffics control
merasa lingkungan
pekerjaanya penuh resiko
tinggi, sehingga mereka sering
mengalami stress akibat
lingkungan pekerjaannya
tersebut.
konsep stress #2
Stress sebagai respon.
Stress sebagai variable tergantung
(dependent
variable
) memfokuskan
pada reaksi tubuh terhadap
stressor.
Sebagai contoh: seseorang
mengalami stress apabila akan
menjalani ujian berat. Respon tubuh
(
strain)
yang dialami dapat berupa
respon psikologis (perilaku, pola pikir,
emosi dan perasaan stress itu
sendiri) dan respon fisiologis
(jantung berdebar, perut
mulas-mulas, badan berkeringat dll).
konsep stress #3
Stress sebagai interaksi
antara individu dan
lingkungannya.
Stress di sini merupakan
suatu proses
penghubung antara
stressor dan strain
dengan reaksi stress
yang berbeda pada
stressor yang sama.
Faktor Penyebab Terjadinya Stress
Faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya stress pada seseorang sangatlah sulit, oleh karena sangat tergantung dengan sifat dan
kepribadian seseorang.
Suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress pada seseorang tetapi belum tentu akan menimbulkan hal yang sama terhadap orang lain.
Patton (1998)
Perbedaan reaksi antara individu tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis dan social yang dapat merubah dampak stressor bagi individu. Faktor-faktor tersebut antara lain:
• Kondisi individu seperti umur, jenis kelamin,
temperamental, genetic, intelegensia, pendidikan, kebudayaan dll.
• Ciri kepribadian seperti introvert atau ekstrovert, tingkat emosional, kepasrahan, kepercayaan diri dll.
• Sosial-kognitif seperti dukungan sosial, hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya.
• Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.
Clark (1995) dan Wantoro (1999)
Kaitannya dengan tugas-tugas dan pekerjaan di
tempat kerja, faktor yang menjadi penyebab
stress kemungkinan besar lebih spesifik. Clark
(1995) dan Wantoro (1999) mengelompokkan
penyebab stress (
stressor
) di tempat kerja
menjadi tiga kategori yaitu
a. stressor
fisik,
b. psikofisik dan
c. psikologis.
Cartwright
et. al.
(1995) #1
6 Penyebab stress akibat kerja:
1. Faktor intrinsik pekerjaan. Ada beberapa faktor intrinsik dalam pekerjaan di mana sangat
potensial menjadi penyebab terjadinya stress dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman (bising , berdebu, bau, suhu panas dan lembab dll ) ,
stasiun kerja yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, perjalanan ke dan dari tempat kerja yang semakin macet, pekerjaan beresiko tinggi dan berbahaya, pemakaian
tehnologi baru, pembebanan berlebih, adaptasi pada jenis pekerjaan baru dll.
Cartwright
et. al.
(1995) #2
2. Faktor peran individu dalam organisasi kerja. Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan dengan beban kerja fisik. Karasek et al (1988) dalam suatu penelitian tentang stress akibat kerja
menemukan bahwa karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi dan ditambah
dengan keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan mempunyai resiko
terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang lebih tinggi serta mempunyai
kecenderungan merokok yang lebih banyak dari karyawan yang lain.
Cartwright
et. al.
(1995) #3
3. Faktor hubungan kerja. Hubungan baik antara karyawan di tempat kerja adalah faktor yang potensial sebagai penyebab terjadinya stress. Kecurigaan antara pekerja, kurangnya
komunikasi, ketidak nyamanan dalam
melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stress akibat kerja (Cooper & Payne, 1988). Tuntutan tugas yang mengharuskan seorang tenaga kerja berkerja dalam tempat terisolasi, sehingga tidak dapat berkomunikasi dengan pekerja lain (seperti; operator telepon, penjaga mercu suar, dll) juga merupakan
Cartwright
et. al.
(1995) #4
4. Faktor pengembangan karier. Perasaan tidak
aman dalam pekerjaan, posisi dan pengembangan karier mempunyai dampak cukup penting sebagai penyebab terjadinya stress. Menurut Wantoro
(1999) faktor pengembangan karier yang dapat menjadi pemicu stress adalah a) ketidakpastian pekerjaan seperti adanya reorganisasi perusahaan dan mutasi kerja dll. b) promosi berlebihan atau kurang: promosi yang terlalu cepat atau tidak sesuai dengan kemampuan individu akan
menyebabkan stress bagi yang bersangkutan atau sebaliknya bahwa seseorang merasa tidak pernah dipromosikan sesuai dengan kemampuannya juga menjadi penyebab stress.
Cartwright
et. al.
(1995) #5
5. Faktor struktur organisasi dan suasana kerja. Penyebab stress yang berhubungan dengan struktur organisasi dan suasana kerja biasanya berawal dari budaya
organisasi dan model manajemen yang dipergunakan. Beberapa faktor
penyebabnya antara lain, kurangnya
pendekatan partisipatoris, konsultasi yang tidak efektif, kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan kantor. Selain itu seringkali pemilihan dan penempatan karyawan pada posisi yang tidak tepat juga dapat
Cartwright
et. al.
(1995) #6
6. Faktor di luar pekerjaan,
Faktor
kepribadian seseorang (ekstrovert
atau introvert) sangat berpengaruh
terhadap stressor yang diterima.
Konflik yang diterima oleh dua orang
dapat mengakibatkan reaksi yang
berbeda satu sama lain. Perselisihan
antar anggota keluarga, lingkungan
tetangga dan komunitas juga
merupakan faktor penyebab
timbulnya stress yang kemungkinan
besar masih akan terbawa dalam
lingkungan kerja.
faktor lain yang kemungkinan besar dapat menyebabkan stress akibat kerja
Salah satu contoh kasus pengebomam hebat yang terjadi pada tanggal 12 Oktober 2002 di Legian Kuta Bali merupakan kasus yang memberikan dampak negatif di bidang ketenagakerjaan di samping
dampak-dampak kemanusian, sosial dan ekonomi. Khusus pada bidang ketenagakerjaan, ribuan karyawan sektor pariwisata terancam
pemutusan hubungan kerja akibat menurunnya turis yang datang ke Bali. Kondisi demikian sudah barang tentu
menimbulkan keresahan bagi karyawan dan berakibat kepada timbulnya stress.
#1
1. Ancaman pemutusan hubungan kerja.
Faktor ini sering kali menghantui para
karyawan di perusahaan dengan berbagai
alasan dan penyebab yang tidak pasti.
faktor lain yang kemungkinan besar dapat menyebabkan stress akibat kerja
2. Perubahan politik nasional. Perubahan politik secara cepat berakibat kepada pergantian pemimpin secara cepat pula, diikuti dengan pergantian kebijaksanaan pemerintah yang seringkali menimbulkan pro dan kontra.
#2
Kondisi demikian tidak jarang menimbulkan kegelisahan para pegawai, akibatnya motivasi kerja menurun, angka absensi meningkat, mogok kerja dll. Keadaan tersebut juga merupakan bentuk dari adanya stress.
faktor lain yang kemungkinan besar dapat menyebabkan stress akibat kerja
3. Krisis ekonomi nasional. Krisis ekonomi yang berkepanjangan, seperti yang
terjadi di Indonesia menyebabkan banyak perusahan melakukan efisiensi dalam
bentuk perampingan organisasi.
Akibatnya ribuan karyawan terancam berhenti kerja atau pensiun muda dan pencari kerja kehilangan lowongan
pekerjaan. Stress dan depresi menjadi bahasa popular pada kalangan
masyarakat pekerja maupun pencari kerja
Mathews
(1989)
Pengaruh Stress
1. Reaksi Psikologis.
Stress biasanya merupakan
perasaan subjektif seseorang sebagai bentuk
kelelahan, kegelisahan (anxiety) dan depresi.
Reaksi psikologis kepada stress dapat dievaluasi
dalam bentuk beban mental, kelelahan dan
perilaku (arousal).
2. Respon sosial
. Setelah beberapa lama mengalami
kegelisahan, depresi, konflik dan stress di tempat
kerja, maka pengaruhnya akan dibawa ke dalam
lingkungan keluarga dan lingkungan social.
Mathews
(1989)
Pengaruh Stress
3. Respon stress kepada gangguan kesehatan
atau reaksi fisiologis.
Bila tubuh mengalami
stress, maka akan terjadi perubahan
fisiologissebagai jawaban atas terjadinya
stress. Adapaun sistem di dalam tubuh yang
mengadakan respon adalah diperantarai oleh
saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis
dan pengeluaran katekolamin yang akan
mempengaruhii fungsi-fungsi organ di dalam
tubuh seperti sistem kardiovaskuler, sistem
gastro intestinal dan gangguan penyakit
Mathews
(1989)
Pengaruh Stress
4. Respon Individu.
Pengaruhnya sangat
tergantung dari sifat dan kepribadian
seseorang.. Dalam menghadapi stress,
individu dengan kepribadian introvert
akan bereaksi lebih negatif dan menderita
ketegangan lebih besar dibandingkan
dengan mereka yang berkepribadian
ekstrovert. Seseorang dengan kepribadian
fleksibel atau luwes akan mengalami
ketegangan yang lebih besar dalam suatu
konflik, dibandingkan dengan mereka
Pencegahan dan Pengendalian
Stress Akibat Kerja
Sauter, et a.l (1990) dikutip dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) memberikan rekomendasi cara untuk mengurangi stress akibat kerja : 1. Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas kerja pekerja yanag bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban berlebih maupun beban yang terlalau ringan.
2. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan.
Pencegahan dan Pengendalian Stress Akibat Kerja
3. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier, mendapatkan promosi dan pengembangan kemanpuan keahlian.
4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga kerja yang satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam organisasi akan membuat situasi yang nyaman.
5. Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya. Rotasi tugas dapat dilakukan untuk meningkatkan karier dan
Cartwright et al (1995)
dikutip dari Elkin dan Rosch (1990)
Cara mengurangi stress akibat kerja secara lebih spesifik yaitu:
1. Redesain tugas-tugas pekerjaan 2. Redesain lingkungan kerja
3. Menerapkan waktu kerja yang fleksibel 4. Menerapkan manajemen partisipatoris
5. Melibatkan karyawan dalam pengembangan karier 6. Mengalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan
(goals)
7. Mendukung aktivitas social
8. Membanagun tim kerja yang kompak
untuk mengurangi terjadinya stress
3. Mengembangkan stuktur organisasi sesuai dengan kultur dan tradisi
masyarakat pekerjanya. 4. Menjamin perasaan
aman setiap pekerja. 1. Menghilangkan faktor penyebab stress, khususnya
yang berasal dari tasks, organisasi kerja dan lingkungan kerja.
2. Memposisikan pekerja pada posisi yang seharusnya (The right man on the right place).
Kepustakaan :
• Clark, D.R. 1996. Workstation Evaluation and Design. Dalam:
Battacharya, A. & McGlothlin, J.D. eds. Occupational Ergonomic. Marcel Dekker Inc. USA: 279-302.
• Cartwright, S., Cooper, C.L., and Murphy, L.R. 1995. Diagnosing a Healhty Organisation A Protective Approach to Stress in The Workplace. American Psychological Assosiation. Wasington. 15: 217-229.
• Cooper, C.L., and Payne, R., 1988. Causes, Coping and Consequences of Stress at Work. New York, Wiley.
• Heerdjan, S. 1990. Stress Sebagai Penghambat Produktivitas kerja. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jakarta. Vol XXIII (3):32-38.
• Karasek, R.A., Theorell, T., dan Schwartz, J.E. 1988. Job
Characteritics in Relation to The Prevalence of Myocardinal
Infaration in The U.S. Health Examination Survey. American Journal of Public Health, 78: 682-684.
Kepustakaan :
• Levi, L. (1991) Stress. Dalam: Parmeggiani, L. Edt.. Encyclopedia of Occcupational Health and Safety. ILO.Geneva.
• Mendelson, G., 1990. Occupational Stress. Dalam: Journal of Occupational Health and Safety. Aust NZ, 6(3):175-180.
• Manuaba, 1998. Stress and Strain. Dalam: Bunga Rampai Ergonomi Vol I. Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Universitas Udayana Denpasar.
• Mathew, J., 1989. Stress and Burnout. Dalam: Health and Safety at Work. Australia Trade Union Safety Representatives Handbooks. New South Wales. Australia. 16: 408-415.
• Patton, P., 1998. Emotional Intelegence di Tempat Kerja. ed. Julia Tahitoe. Jakarta.
• Sauter, S.L., Murphy, L.R. and Hurrell, J.J., 1990. A National Strategy for The Prevention of Work-Related Psychological Disorders.
American Psychologist. 45:146-1158.
• Wantoro, B. 1999. Stress Kerja. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jakarta. Vol XXXII (3): 3-9.