• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2012 di Desa Ngancar, Desa Platarejo, Desa Sajati dan Desa Tirtosuworo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu penentuan empat lokasi tersebut secara sengaja dengan pertimbangan di Desa Sajati dan Desa Tirtosuworo adalah desa yang mengelola hutan rakyat yang telah mendapatkan sertifikasi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) sejak tahun 2007 dan Desa Ngancar serta Desa Platarejo adalah desa yang mengelola hutan rakyat tetapi belum mendapatkan sertifikasi.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan kuesioner yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Irawan 2007). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki yang terjadi di lapangan (Nazir 2009).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan: 1) Pengamatan secara langsung dimana cara pengambilan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian 2) Interview atau wawancara yaitu informasi atau keterangan diperoleh secara langsung dari responden, tokoh masyarakat atau informan dengan cara bertatap muka dan bercakap-cakap dengan menggunakan alat bantu interview guide (panduan wawancara) dan kuesioner yang disusun. 3) Pencatatan dan pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber/instansi dan hasil penelitian terdahulu.

(2)

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yang dikumpulkan melalui observasi secara langsung di lapangan, kuisioner dan melalui wawancara mendalam terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan hutan rakyat. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari: 1. Kondisi/karakteristik sosial ekonomi masyarakat /komunitas

2. Karakteristik individu

3. Unsur modal sosial masyarakat dengan mengadopsi dari konsep unsur-unsur modal sosial Uphoof (2000) dan Hasbullah (2006) yang dimodifikasi sesuai kebutuhan dalam penelitian yang akan dilakukan.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari institusi atau lembaga tertentu. Data sekunder ini diperoleh melalui studi literatur dan studi data dari hasil-hasil penelitian dan instansi terkait, lembaga informal dan sebagainya. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Kondisi umum lokasi penelitian

2. Dukungan infrastruktur dalam pengembangan hutan rakyat 3. Data kondisi program pembangunan hutan rakyat.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner modifikasi Social Capital Asessment Tool atau SCAT (Krishna dan Shrader 1999) dengan Measuring Social Capital an Integrated Questionnaire atau SC-IQ (Grootaert et al. 2004) serta pedoman wawancara untuk analisis SWOT dan QSPM. SCAT menilai unsur modal sosial melalui penelitian pada tiga komponen yaitu komunitas, rumah tangga dan organisasi.

SCAT menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif untuk melakukan pengukuran dimensi modal sosial yang kompleks. Unit analisa SCAT adalah rumah tangga dan komunitas, serta variabel yang berhubungan dengan modal sosial yang mungkin diciptakan dan diakses individu, rumah tangga dan institusi lokal. SCAT mengukur modal sosial pada tiga level yang menghasilkan profil komunitas, profil rumah tangga dan profil organisasi karena SCAT tidak

(3)

mengukur modal sosial pada level makro nasional tapi pada level mikro komunitas.

a. Profil Komunitas

Profil komunitas ditentukan dengan melakukan FGD yang diadakan dalam komunitas selama akhir masa penelitian, studi pustaka, observasi lapangan dan metode partisipatory. Profil komunitas yang akan digali dalam penelitian ini yaitu kondisi karakteristik sosial, ekonomi, dan budaya komunitas, modal sosial komunitas, data lapangan (identitas aset komunitas, aksi kolektif dan kesetiakawanan, pengambilan keputusan dalam komunitas, organisasi dalam komunitas, hubungan organisasi dengan komunitas, jaringan kelembagaan dan kepadatan organisasi) dan permasalahan dalam komunitas.

b. Survey Rumah Tangga

Survey rumah tangga dimaksudkan untuk memformulasikan indikator yang bersifat kognitif dan struktural dari dimensi modal sosial sehingga mampu mengukur potesi rumah tangga, stok pada tingkat individu dan serta akses pada modal sosial. Untuk survey rumah tangga ini data dikumpulkan dari responden yang jumlahnya ditentukan dengan rumus slovin dengan metode wawancara, observasi lapangan dan partisipatif. Data yang diambil adalah data karakteristik individu dan tingkatan unsur modal sosial yang diukur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dimodifikasi dari SCAT dan SC-IQ.

c. Profil Organisasi

Profil organisasi menggambarkan hubungan dan jaringan yang ada diantara institusi lokal formal maupun informal serta untuk mengukur karakteristik internal organisasii yang mungkin mendukung atau menghalangi pembentukan modal sosial. Profil organisasi ini ditentukan dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci terkait dengan kepemimpinan organisasi, identitas organisasi dan kebijakan/program pembangunan hutan rakyat. Jenis, sumber dan teknik pengumpulan dalam penelitian ini sebagaimana dapat tersaji pada Tabel 4.

(4)

Tabel 4 pokok penelitian, jenis data, sumberdata dan metode pengumpulan data

No. Pokok

Penelitian Jenis Data Sumber Data

Metode Pengumpulan

Data 1 Kondisi

Umum

1. Keadaan geografis, iklim dsb. 2. Data Monografi dsb.

Pemerintah daerah, BPDAS Dinas terkait, Badan penyuluh, LSM

Studi pustaka dan wawancara 2 Karakteristik sosial ekonomi dan budaya Petani/ komunitas

1. Kependudukan (lama komunitas tinggal, banyaknya RT dan perubahan anggota komunitas)

2. Aksesibilitas (jarak, kondisi dan kemudahan akses trasportasi, informasi, komunikasi, pendidikan, kesehatan, pasar dsb)

3. Jaminan keamanan 4. Lapangan pekerjaan

5. Ketersediaan sarana produksi (bibit, pupuk, alat pertanian, dsb)

6. Ketersediaan sarana ekonomi (pasar, koperasi, lembaga peminjam modal, dsb)

7. Budaya dan adat istiadat setempat yang berkaitan dengan pengelolaan lahan Pemerintah daerah, tokoh Petani/adat/ agama, kelompok-kelompok pada komunitas dan instansi/lembaga terkait. Studi pustaka, wawancara dan observasi 3 Karakteristik Individu petani 1. Umur 2. Pendidikan formal 3. Pendidikan non-formal 4. Pendapatan 5. Kondisi kesehatan 6. Luas lahan 7. Lama tinggal Responden rumah tangga survey rumah tangga dengan dafar pertanyaan terstruktur 4 Unsur Modal social 1. Kepercayaan 2. Jaringan sosial 3. Norma-norma sosial 4. Tindakan yang proaktif

5. Kepedulian terhadap sesama dan lingkungan Responden rumah tangga survey rumah tangga dengan dafar pertanyaan terstruktur 5 Pola perdagangan kayu rakyat

1. Tata Waktu Penjualan 2. Rantai Pemasaran 3. Sistem Penjualan Responden rumah tangga survey rumah tangga dengan dafar pertanyaan terstruktur 6 Dukungan infrastrukltur

1. Ketersediaan sarana produksi HR 2. Ketersediaan sarana transportasi 3. Ketersediaan sarana komunikasi 4. Ketersediaan sarana informasi 5. Ketersediaan sarana kesehatan 6. Ketersediaan sarana pendidikan 7. Ketersediaan sarana pelatihan,

penyuluhan, pendampingan dan bimbingan teknis HR

8. Ketersediaan sarana penyedia modal HR Responden rumah tangga Wawancara mendalam dan observasi lapangan 7 Kondisi pembangunan HR 1. Kebijakan pembangunan HR

2. Dukungan pembangunan HR dari pihak-pihak terkait BPDAS, Dinas terkait dan Pemerintah Daerah Aparat desa, Tokoh Petani , pendamping HR, LSM Wawancara mendalam dan studi pustaka Wawancara

(5)

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah petani anggota kelompok yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive pada anggota kelompok tani hutan di wilayah penelitian dengan kuota kontrol sedangkan sisanya dipilih secara acak dari Petani yang tidak terlibat dalam pembangunan hutan rakyat ini.

Banyaknya responden yang diwawancarai ditentukan berdasarkan Rumus Solvin (Umar 2000) yaitu:

Dimana:

n = Ukuran Sampel (responden) N = Ukuran Populasi

e = Tingkat kesalahan yang masih ditolelir

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri (2011), diketahui jumlah populasi petani kempat desa adalah 1747 orang dan tingkat kesalahan yang masih ditolelir adalah 9% maka jumlah responden sampel adalah 115 responden. Secara rinci jumlah responden ditiap-tiap desa tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah responden di tiap-tiap desa

No Status Desa Jumlah Responden

(Orang)

1. Sertifikasi Sajati 37

Tirtosuworo 20

Jumlah 57

2. Non Sertifikasi Ngancar 28

Platarejo 30

Jumlah 58

Jumlah Total 115

Pengambilan responden ini dilakukan secara acak dengan mempertimbangkan keterwakilan atau disesuaikan dengan proporsi tiap-tiap desa baik yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi. Selain dari petani

(6)

yang terlibat langsung dalam program pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat, penelitian ini juga melakukan wawancara lebih mendalam dengan orang-orang yang mengetahui (informan kunci) sesuai dengan topik penelitian. Diharapkan dengan adanya informan kunci ini dapat melengkapi informasi yang diperoleh dari responden dan studi literatur dalam melakukan penilaian modal sosial. Informan kunci tersebut antara lain: Tokoh Petani/Masyarakat, Pihak BPDAS Solo, Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertambangan, Badan Penyuluhan Kabupaten, Aparat Pemerintah Daerah (Pemerintah Kecamatan dan Desa), Asosiasi Pengusaha Kayu (ASPEK) dan LSM Perhimpunan untuk Studi dan Pengembangan Ekonomi dan Sosial (PERSEPSI) Informan kunci ini diperoleh dengan cara pemilihan informan berantai (snowboll sampling). Wawancara mendalam ini juga sebagai dasar untuk penentuan analisis SWOT dan QSPM.

3.5 Variabel Pengamatan dan Definisi Operasional

Faktor-faktor yang merupakan variabel yang diamati pada penelitian ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi modal sosial. Variabel yang diamati dalam penelitian ini terbagi dalam tiga kelompok variabel yaitu kelompok variabel yang merupakan unsur-unsur dari modal sosial, karakteristik individu dan pola perdagangan kayu rakyat.

1. Modal sosial (Y1) dalam penelitian ini adalah norma dan hubungan sosial yang telah dipahami bersama oleh masyarakat yang dapat memperkuat jaringan sosial, terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan, menumbuhkan kepedulian dan solidaritas yang tinggi dan dapat mendorong tingkat kepercayaan antara sesama masyarakat dalam rangka mencapai tujuan yang sama, modal sosial ini yang terdiri dari: kepercayan (Y1.1), jaringan

(Y1.2), norma (Y1.3), tindakan yang proaktif (Y1.4) dan kepedulian (Y1.5).

Adapun variabel, indikator dan parameter pengukuran unsur modal sosial tersaji pada Tabel 6.

(7)

Tabel 6 Variabel dan definisi operasional dari modal sosial (Y1)

Variabel /Definisi perasional Ukuran/Indikator Kategori

1. Kepercayaan (Y1.1

Keyakinan yang dimiliki seseorang dalam

mempersepsikan seseorang atau suatu keadaan berdasarkan perasaan dan kondisi yang dialami

) Tingkat kepercayaan terhadap:

1Orang dengan latar belakang/etnis yang sama 2Orang dengan latar belakang/etnis yang berbeda 3Aparat pemerintah

4Aparat kepolisian 5Tokoh Petani/adat 6Tokoh agama

7Pihak luar (LSM/Swasta) 8Pinjam meminjam Menggunakan empat tingkatan modal sosial Uphoff (2000): 1 minimum 2 rendah 3 sedang 4 tinggi 2. Jaringan Sosial (Y1.2

Hubungan yang saling berkaitan antar individu dan kelompok yang bersifat sukarela dan memakai asas persamaan

) Tingkat :

1Kepadatan dan karakteristik jaringan 2 Keragaman anggota organisasi 3 Partisipasi

4 Kerelaan membangun jaringan

5 Kerjasama kelompok dengan kelompok lain dalam komunitas

6 Kerjasama kelompok dengan kelompok lain di luar komunitas

7 Kebersamaan dalam organisasi

Menggunakan empat tingkatan modal sosial Uphoff (2000): 1 minimum 2 rendah 3 sedang 4 tinggi 3. Norma Sosial (Y1.3

Bentuk kontrol sosial informal tetapi dimengerti secara umum sebagai suatu formula untuk dapat menentukan pola tingkah laku yang diharapkan

) Tingkat ketaatan terhadap: 1Aturan tidak tertulis 2Aturan pemerintah 3Aturan agama 4Kejujuran 5Kesopanan 6Kerukunan Menggunakan empat tingkatan modal sosial Uphoff (2000): 1 minimum 2 rendah 3 sedang 4 tinggi 4. Tindakan yang proaktif

(Y1.4

Peran aktif dan kerelaan warga selaku subyek pembangunan

)

Tingkat:

1Keinginan berbagi informasi 2Keinginan berbagi pengetahuan dan

pengalaman

3Kerelaan melakukan hal-hal yang terpuji dalam kehidupan (memungut sampah, membersihkan lingkungan, menjaga keamanan)

4Partisipasi warga untuk mendukung pembangunan

5Keinginan untuk saling mengunjungi dalam rangka mencari informasi

6Keaktifan dalam menyelesaikan konflik

Menggunakan empat tingkatan modal sosial Uphoff (2000): 1 minimum 2 rendah 3 sedang 4 tinggi

Variabel /Definisi perasional Ukuran/Indikator Kategori

5. Kepedulian terhadap sesama dan lingkungan (Y1.5

Sikap yang menunjukkan perhatian, solidaritas dan empati

)

Tingkat kepedulian terhadap sesama dan lingkungan untuk membantu orang lain dan melestarikan lingkungan Menggunakan empat tingkatan modal sosial Uphoff (2000): 1 minimum 2 rendah 3 sedang 4 tinggi

(8)

2. Karakteristik individu (X) dalam penelitian ini adalah keadaan atau sifat baik bawaan maupun yang diperoleh dari pengaruh lingkungan yang terdapat pada individu tersebut, yang mendorong individu tersebut untuk berpartisipasi. Sedangkan variabel, indikator dan paremater pengukuran unsur karakteristik individu tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7 Variabel dan definisi operasional dari karakteristik individu (X)

Variabel /Definisi Operasional Ukuran/Indikator Kategori

1.Umur (X1

Jumlah usia responden sejak lahir sampai dengan menjadi responden dinyatakan dalam tahun

) • < 30 tahun • 30 – 50 tahun • > 50 tahun 1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi 2.Pendidikan Formal (X2

Jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh responden

) • Tidak sekolah atau tamat SD

• Tamat SLTP

• Tamat SLTA, Akademi, Perguruan Tinggi

1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi

3.Pendidikan Non-Formal (X3

Frekuensi keikutsertaan responden dalam pendidikan non-formal seperti pelatihan, penyuluhan atau kursus

) • Tidak pernah • 1 – 3 kali • > 3 kali 1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi 4.Tingkat pendapatan (X4

Penghasilan responden yang diperoleh dari berbagai sumber baik dari pekerjaan tetap maupun sampingan dalam satu bulan yang dihitung berdasarkan nilai tukar mata uang (Rp/bulan) ) • < Rp500 000 • Rp500 000 – Rp1 000 000 • > Rp1 000 000 1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi 5.Tingkat kesehatan (X5

Kondisi kesehatan responden berdasarkan frekuensi terjangkit penyakit sehingga responden tidak bekerja dalam kurun waktu 1 tahun terakhir sampai menjadi responden

) • Sering tidak bekerja karena

sakit atau menderita penyakit menahun atau sakit parah sehingga tidak mampu beraktifitas • Kadang-kadang • Tidak pernah 1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi

6.Luas lahan garapan (X6

Luas lahan yang digarap responden baik milik sendiri maupun sewa untuk tujuan produksi pertanian atau yang lainnya yang dinyatakan dalam hektar ) • < 0,3 ha • 0,3 – 1 ha • > 1 ha 1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi 7.Lama tinggal (X7

Masa mukim responden yang dihitung dari awal masa mukim di desa tersebut

) • < 5 tahun • 5 – 10 tahun • > 10 tahun 1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi 8.Status sosial (X8

Kedudukan Petani dilihat dari aspek ekonomi dan aspek social

) • Skor <2 • Skor 2 – 3 • Skor >3 1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi

(9)

3. Perdagangan Kayu Rakyat (Y2) dalam penelitian ini adalah melihat proses penjualan kayu rakyat yang terjadi dari petani sampai dengan konsumennya, Untuk variabel ini merupakan Unsur-unsur perdagangan kayu rakyat yang terdiri dari tata waktu penjualan (Y2.1), rantai pemasaran (Y2.2) dan sistem

penjualan (Y2.3

Tabel 8 Variabel dan definisi operasional dari perdagangan kayu rakyat (Y2) ), secara rinci variabel, indikator dan paremater pengukuran unsur perdagangan kayu rakyat tersaji pada Tabel 8.

Variabel /Definisi Operasional Ukuran/Indikator Kategori

1.Tata Waktu Penjualan (Y2.1

Kapan Petani menjual pohon yang dihasilkan dari hutan rakyat

) • Tebang Butuh

• Tebang Butuh dan Tebang Daur

• Tebang Daur

1 Saluran III 2 Saluran II 3 Saluran I 2. Rantai Pemasaran dan Efisiensi

Pemasaran (Y2.2

Lembaga perantara pemasaran yang harus dilalui dalam penyaluran kayu yang dari petani ke konsumen

)

• Ke Tengkulak

• Ketengkulak dan Langsung Pabrik (pembeli) • Langsung ke pabrik (pembeli) 1 Saluran III 2 Saluran II 3 Saluran I 3.Sistem Penjualan (Y2.3

Proses yang dilakukan petani dalam menjual hasil hutan rakyatnya

) • Jual Tegakan

• Jual Tegakan dan Jual Kubikan • Jul Kubikan 1 Saluran III 2 Saluran II 3 Saluran I 3.6

Pengolahan dan analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan: (1) karakteristik sosial, ekonomi dan budaya pada level komunitas; (2) kebijakan dan dukungan pihak-pihak terkait pada kegiatan pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat; (3) karakteristik individu; (4) unsur-unsur modal sosial dan (5) penilaian tingkatan unsur-unsur modal sosial dalam Petani area hutan rakyat. Untuk mendeskripsikan karakteristik sosial, ekonomi dan budaya Petani

(10)

pada level komunitas, karakteristik individu dan tingkatan unsur-unsur modal sosial dilakukan dengan persamaan:

Adapun jumlah kelas disesuaikan dengan kategori tingkatan yang diinginkan yaitu 3 kelas untuk karakteristik sosial, ekonomi dan budaya komunitas (rendah, sedang dan tinggi), 3 kelas untuk karakteristik individu (rendah, sedang dan tinggi), 3 kelas untuk perdagangan kayu rakyat (rendah, sedang dan tinggi) dan 4 kelas untuk tingkatan modal sosial (minimum, rendah, sedang dan tinggi).

3.6.2 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel dengan menggunakan persamaan koefisien Peringkat Spearman (Walpole 1992; Sugiyono 2007) yaitu:

Dengan RS

Hubungan yang akan dicari dengan koefisien Peringkat Spearman ini adalah: (Koefisien Rank Spearman), apabila Rs bernilai nol, maka tidak ada korelasi, apabila Rs bernilai +1,00 atau -1,00 maka terdapat korelasi sempurna. Dalam uji korelasi ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu 1) besarnya koefisien korelasi dan 2) apakah koefisien korelasi tersebut nyata atau tidak nyata pada taraf signifikasi tertentu.

1. Hubungan antara variabel karakteristik individu (umur, pendidikan formal/non formal, pendapatan, tingkat kesehatan, luas lahan, lama tingal dan status sosial) terhadap variabel unsur-unsur modal sosial masyarakat (kepercayaan, jaringan, norma, tindakan yang proaktif dan kepedulian).

2. Hubungan antara variabel karakteristik individu (umur, pendidikan formal/non formal, pendapatan, tingkat kesehatan, luas lahan, lama tingal dan status

(11)

sosial) terhadap variabel perdagangan kayu rakyat (tata penjualan, rantai pemasaran dan efisiensi pemasaran serta sistem penjualan)

3. Hubungan antara variabel modal sosial (kepercayaan, jaringan, norma, tindakan yang proaktif dan kepedulian) terhadap variabel perdagangan kayu rakyat (tata penjualan, rantai pemasaran dan efisiensi pemasaran serta sistem penjualan)

Gambar 5 Hubungan antar peubah

3.6.3 Analisis Strategi dalam Pengelolaan Hutan Rakyat dan Perdagangan Kayu Rakyat

Proses penyusunan perencanaan strategis menurut Rangkuti (2008) melalui tiga tahapan analisis yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisi dan (3) tahap pengambilan keputusan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Pola Perdagangan Kayu Rakyat

Tata Waktu Penjualan

Rantai Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran Sistem Penjualan Modal Sosial Kepercayaan Norma Jaringan Tindakan Proaktif Kepedulian • Umur • Pendidikan formal

• Pendidikan non formal

• Pendapatan • Kesehatan • Luas lahan • Lama tinggal • Status sosial Karakteristik Individu

(12)

1) Tahap Pengumpulan data

Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data, pengklasifikasian dan pra-analisis data. Data yang dikumpulkan terbagi menjadi dua kategori yaitu data internal dan data eksternal. Tahapan ini juga disebut sebagai tahapan masukan (input stage) yaitu menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi dengan menyimpulkan matrik Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Faktor IFE berguna untuk meringkas faktor-faktor internal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dihadapi masyarakat/petani dihadapi oleh masyarakat/petani dalam pembangunan hutan rakyat. Sedangkan matrik EFE digunakan untuk meringkas faktor-faktor ekternal yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang berasal dari luar komunitas dalam pembangunan hutan rakyat. Langkah-langkah penyusunan IFE dan EFE meliputi:

1. Menyusun kolom 1 yang berisi peluang dan ancaman (5 s.d 10 kolom)

2. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dalam kolom 2 dengan skala 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting)

3. Menghitung rating dalam kolom 3 dengan skala 0 (poor) sampai 4 (outstanding)

4. Menghitung skor pembobotan pada kolom 4 dengan mengalikan kolom 2 dengan kolom 3

5. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tersebut dipilih dan bagaimana mendapatkan bobot perhitungannya.

6. Menjumlahkan skor pembobotan total pada kolom 4. Skor ini menunjukan bagaimana reaksi msyarakat terhadap faktor-faktor eksternal.

2) Tahap Analisis

Tahapan analisis ini memanfaatkan semua informasi yang terkumpul dalam model-model kuantitatif dalam perumusan strategi. Alat analisis yang dipakai adalah matrik SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan

(13)

internal (Rangkuti 2008). Matrik analisis ini menghasilkan empat kemungkinan strategi yaitu.

a. Strategi kekuatan-peluang.

Strategi ini berusaha memanfaatkan kekuatan yang ada untuk merebut dan memanfaatkan peluang secara optimal.

b. Strategi kekuatan-ancaman

Strategi ini berusaha untuk memanfaatkan kekuatan yang ada untuk menghadapai ancaman yang datang.

c. Strategi kelemahan-peluang

Strategi ini digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki.

d. Strategi kelemahan-ancaman

Strategi ini merupakan strategi defensif yang berusaha untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

3) Tahap pengambilan keputusan

Tahap ini merupakan berbagai pilihan strategi diatas dilakukan dengan menggunakan metode analisi Quantitave Strategic Planning Method (QSPM) atau matrik perencanaan stratejik untuk menentukan stategi alternatif pilihan. Analisis QSPM dilakukan dengan memberikan skor daya tarik (Attractiveness Score) pada setiap faktor dalam pilihan strategi yang terdapat dalam matrik SWOT. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memberikan bobot pada masing-masing faktor dengan skala 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting) kemudian mengalikannya dengan skor daya tarik dengan skala 1 (kurang baik) sampai dengan 4 (sangat baik) untuk mendapatkan total skor daya tarik (total attractiveness score) atau TAS. Strategi yang dipilih adalah strategi dengan nilai TAS yang paling tinggi (David 2009).

Gambar

Tabel 4 pokok penelitian, jenis data, sumberdata dan metode pengumpulan data
Tabel 6 Variabel dan definisi operasional dari modal sosial (Y1)
Tabel 7 Variabel dan definisi operasional dari karakteristik individu (X)
Tabel 8 Variabel dan definisi operasional dari perdagangan kayu rakyat (Y2)  ),  secara rinci variabel, indikator dan paremater pengukuran unsur perdagangan kayu rakyat tersaji pada Tabel 8
+2

Referensi

Dokumen terkait

Padahal dalam Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen kedua disebutkan &#34;setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak

- PALING SEDIKIT 40% DARI JUMLAH KESELURUHAN SAHAM YANG DISETOR DICATATKAN DI BURSA EFEK DI INDONESIA, TIDAK TERMASUK SAHAM YANG DIBELI KEMBALI ATAU TREASURY STOCK DENGAN

Sistem penanaman monokultur kacang tanah menghasilkan tingkat erosi lebih rendah dari sistem monokultur jagung, hal ini disebabkan karena dalam pertumbuhannya tajuk

Prototipe alat pengaduk dodol menghasilkan mutu dodol yang baik, dengan nilai 12.26 dari hasil uji organoleptik, pada putaran pengadukan 20 rpm dan kapasitas 4 kg, serta

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah yang bertanggungjawab langsung dibawah Presiden. POLRI selalu berkaitan dengan pemerintahan karena salah satu fungsi

Penetasan adalah perubahan intracapsular (tempat yang terbatas) ke fase kehidupan (tempat luas), hal.. ini penting dalam perubahan- perubahan morfologi hewan. Penetasan

Praktikum terhadap sampel hiu paus yang telah dilakukan menggunakan metode ekstraksi chelex dan dilanjutkan dengan kegiatan PCR (polymerasi Chain Reaction) dan

Masalah yang dibahas dalam penulisan ini adalah cara memberikan warna kepada semua simpul-simpul yang ada, sedemikian rupa sehingga 2 simpul yang berdampingan