• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

85

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Bentuk- bentuk Berbicara Kasar Anak 1. Temuan Penelitian

Upaya dalam membentuk hal-hal yang baik dalam diri anak tidak hanya dilakukan di rumah saja tetapi perlu adanya dukungan dari lingkungan sekitar dan kebiasaan-kebiasan teman bermain mereka.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah seorang anak yang berumur 9 RF tahun mengatakan bahwa:

“Berbicara kasar saya ketahui dari abang saya, serta teman-teman bermain saya di warung PS3, jika marah mereka sering mengatakan “ ee baruak ya dari pagi main ndak manang-manang den do” (dasar monyet dari tadi pagi saya bermain, tak kunjung menang). saya juga sering menggunakan kata-kata kasar ketika marah kepada teman, itu sudah hal yang biasa saya dengar”.1 Observasi juga dilakukan pada tanggal 26 Juni 2017 di tempat PS3 Jorong Bukit Barisan serta untuk memvalidasi pernyataan RF, ditemukan RF sedang bermain PS3 mulai dari pulang sekolah hingga belajar mengaji pada sore hari, ditemukan bahwa RF ketika memanggil temannya mengatakan “Copeklah ang saketek mangajau den anjiang lelet bonogh ang mah” (ayo cepat ikuti saya, dasar anjing, lelet sekali kamu). RF mengucapkan perkataan kasar menyamai temannya dengan binatang, dengan santai temannya hanya tersenyum serta membalas mengatakan “ang tu ele bamain tantu lah iyo nyo” (dasar kamu bodoh

1

(2)

86

bermain). Kemudian RF mengambil paket bermain lagi, jam sudah menunjukkan pukul 16.20 WIB.2

Senada dengan yang disampaikan oleh RF, AS mengungkapkan bahwa: “Saya jengkel sekali kalau diganggu disaat bermain, apalagi saya sedang serius bemain PS3, kalau jengkel yang saya katakan pada teman “eee karo ang mah, ndak mancaliak mato ang tu doh kalau den sedang main‟‟ (dasar monyet kamu tidak kamu lihat saya lagi asyik bermain). Saya menggunakan bicara kasar sering diluar rumah, di surau dan teman bermain, bagi saya sah-sah saja ketika saya bicara kasar, ibu saya juga pernah mengucapkan bicara kasar tersebut”. 3

Observasi juga dilakukan pada tanggal 25 Juni 2017 di warung PS3 untuk memvalidasi penyataan AS ditemukan juga pada saat AS sedang bermain PS3 ada yang usil dan menyenggol AS dan secara spontan AS mengatakan kepada temannya “Woi kondiak sakik tu mah ( hei dasar babi sakit tau). Pada saat AS tengah asyik bermain, tiba-tiba datang ibunya AS dan berkata “waang ndak ka pulang anjiang, sajak tadi waang di siko lai, ndak takana rumah dek ang, kabamain se karajo ang taruih ha!!, pulang aang ndak!” (apa kamu tidak mau pulang

anjing, dari tadi kamu disini, apakah pekerjaan mu mau bermain saja? Pulang kamu!!), kemudian dengan wajah kesal AS pun pulang kerumahnya. 4

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa kebiasaan anak berbicara kasar menyamakan temannya dengan binatang pada umumnya mereka dapatkan dari teman sebaya dan

2

Observasi, (Bukit Barisan 26/06/2017)

3

AS, Anak berumur 12 Tahun, Wawancara Langsung, (Bukit Barisan, 25/06/2017)

4

(3)

87

lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang akan memberikan pendidikan pada saat masih dalam masa kanak-kanak, jika pendidikan dan contoh yang mereka dapatkan baik itu akan menunjang untuk anak dapat mengembangkan potensi baik tersebut, namun apa yang mereka lihat, dengar, dan contoh yang buruk itu akan memberikan dampak yang buruk pula pada perkembangan anak.

Selanjutnya AR 14 tahun juga mengungkapkan kebiasaan yang sudah sering di dengar dan digunakan yaitu:

“Saya jarang berbicara kasar, saya mengucapkan kata kasar kalau sudah terkejut ataupun tersakiti oleh teman. Di rumah kalau saya bertengkar dengan kakak saya, kakak mengatakan:” binatang ang mah ndak nampak rumah lah barasiah ang kalebong juo lai “ (dasar kamu binatang, apakah kamu tidak melihat rumah sudah bersih, namun kamu membuat semuanya berserakan kembali). Ketika kakak bicara seperti itu saya menjawab „‟ kati kau anjiang, mangecek se lah kau surang„‟ (sesuka hatimu sajalah anjing, berbicaralah kamu sendiri)”. 5

Observasi juga dilakukan pada tanggal 16 Juni 2017 di Rumah AR untuk memvalidasi penyataan AR kemudian ditemukan bahwa diwaktu senggang AR beserta kakaknya menonton pertandingan bola kegemaran AR, karena kesal jagoannya kalah AR pun mengatakan “yo samo co kalera paja ko mah kak kalah lo inyo baliak ”( dasar dia

keparat kak , dia gagal lagi), sambil tertawa kakak AR mengatakan “nyo samo ongok jo ang mah” (dia sama bodohnya dengan kamu) .

Selanjutnya T anak yang berumur 11 tahun juga mengungkapkan:

5

(4)

88

“Saya jarang bicara kasar atau carut marut, akan tetapi teman saya yang sering carut marut, sambil menunjuk teman yang ada disampingnya, saya hanya pernah mengatakan “anjiang paja ko mah”(dasar anjing orang ini) saya mengucapkan kata-kata tersebut karena buku saya dicoret dan membuat saya sakit hati. Kalau di rumah saya tidak pernah bicara kasar, kalau saya bicara ibu saya akan memasukkan cabe kedalam mulut saya, walaupun tidak pernah dilaksanakan oleh ibu”. 6

Berdasarkan dari hasil pengamatan pada tanggal 10 Juli 2017 di warung PS3 Jorong Bukit Barisan ditemukan bahwa sepulang sekolah tanpa mengganti pakaian T langsung bermain di warung PS3, di tengah sedang asyik bermain, T kalah dalam bermain kemudian ia mengatakan “ eee kondiak mah ndak juo lolos den doh” (dasar babi, saya gagal lagi!), kemudian teman T berkata “ kondiak tu samo jo waang mah hahaha (babi itu sama dengan kamu), karena kesal dengan kekalahannya dalam bermain T pun berlari pulang.

Selanjutnya untuk memperkuat data juga dilaksanakan wawancara kepada Ibu War pedagang yang berjualan setiap hari di TPA/TPSA tersebut mengungkapan bahwa:

“Ada sebagian anak-anak yang berbicara kasar karena terkejut, contohnya “ee karambia ang mah “(dasar keparat kamu) dan hal tersebut menjadi kesenangan tersendiri bagi teman-temannya yang lain untuk mengejutkannya. Berbicara kasar yang dikeluarkan oleh temannya tersebut malah terdengar lucu bagi mereka. Hal tersebut akan mereka lakukan secara terus-menerus hingga mendapat teguran dari saya, setelah itu mereka tidak melakukannya lagi”.7

6

T, Anak berumur 11 tahun, Wawancara Langsung, ( PS3 Bukit Barisan 10/07/2017)

7

War, Pedangang, 47 Tahun, Wawancara Langsung,( TPA/TPSA Bukit Barisan/11/ 072017)

(5)

89

Dapat diketahui bahwa berbicara kasar yang diucapkan anak dengan menyamakan temannya dengan tumbuh-tumbuhan melalui contoh yang dilihat dan dengar dari lingkungan bermain, seperti yang diungkapkan MI anak berumur 10 tahun mengatakan bahwa:

“Saya kadang-kadang juga berbicara kasar tersebut, tetapi itu dalam keadaan terpaksa karena diganggu atau saya sedang marah pada teman. Kadang pada adik-adik saya bilang “kanciang kau mah” (dasar keparat kamu), dan saya juga pernah berbicara kasar kepada ibu saya karena merasa jengkel padanya, saya mengatakan “kalera mah manyuruah se karajo urang gaek-gaek ko, wak jaleh sedang sero main haa”(dasar orang tua keparat, biasanya Cuma menyuruh saja, tidak tahu kalau orang lagi asyik bermain) tapi saya merasa wajar-wajar saja berbicara kasar tersebut, karena saya sudah biasa mendengar dari abang dan teman-teman saya di warung PS3 kalau mereka sedang marah atau kesal”.8

Observasi juga dilaksanakan di TPA/TPSA serta untuk memvalidasi penyataan MI ditemukan sebelum datangnya guru TPA/TPSA anak-anak asyik bermain kelereng, ditengah asik bermain datanglah guru TPA/TPSA dan anak-anak dengan cepat belari menuju ruangan belajar, dengan santai MI berjalan seta dengan nada kesal MI mengatakan “kanciang gaek kalera ko mah copek bonogh tibo e” (dasar orang tua keparat, cepat sekali dia datang), kemudian MI pun mengikuti temannya memasuki ruangan belajar. 9

Selanjutnya ER anak yang berumur 13 tahun mengungkapkan bahwa:

Kebanyakan anak-anak dekat sini atau di surau tempat saya belajar mengaji sudah biasa berbicara kasar dan carut marut. Jadi

8

MI, Anak umur 10tahun,Wawancara Langsung, (Bukit Barisan 29/06/2017)

9

(6)

90

saya sudah biasa saja mendengar dan menggunakannya, walaupun saya tidak mengerti apa itu berbicara kasar. Kadang saat saya di surau teman-teman sering usil pada saya, dan saya pun carut-marut pada mereka, tidak sengaja saya mengatakan “amak aang dek aang mah, kanciang ang mah” (dasar ibu mu kampret) mereka tidak marah, jadi saya anggap berbicara seperti itu tidak apa-apa.10

Selain itu untuk memperkuat data juga dilaksanakan wawancara kepada kepala TPA/TPSA ia mengungkapkan bahwa:

“Saya sudah mengajarkan kepada mereka bagaimana seharusnya dalam berbicara tanpa menyakiti perasaan orang lain, apa yang diucapkan haruslah pembicaraan yang bermanfaat, dan saya juga sudah mengajarkan bagaimana kisah Rasulullah SAW, namun dengan mudah murid yang bernama ER mengatakan kepada saya “kanciang apak tu mah sok tau gaek tu”(dasar keparat orang tua ini), seraya teman-temannya yang lain tertawa. Tanpa rasa takut anak-anak sudah bisa bicara seperti itu kepada saya”. 11

Dari wawancara dapat disimpulkan bahwa anak-anak sangat leluasa bicara kepada gurunya tanpa merasa bersalah. Anak-anak sudah terbiasa mengucapkan “ kalera mah, kanciang paja mah” (kurang ajar, keparat kamu) disetiap anak merasa jengkel dan kesal, dengan mudah mengucapkan kata-kata carut-marut tersebut.

Selanjutnya Ibu Aminah 50 tahun beliau guru tetap di MDA Raudhatul Jannah juga mengungkapkan:

Anak-anak disini ketika belajar mengaji disini tidak ada berbicara kasar, hanya saja berlari-lari dan berbicara dengan temannya ketika saya menerangkan pelajaran, setiap belajar saya bilang sama anak-anak “bagi siapa yang sayang ibunya maka akan mengaji dengan sungguh-sungguh, karena siapa yang rajin maka akan cepat pintar membaca Al-qur‟an”, kalau berbicara kasar

10

ER, Anak Umur 10tahun, Wawancara Langsung, Bukit Barisan, 3 Juli 2017

11

Malin Parmato,Kepala TPA/TPSA Al-mu‟min, Wawancara Langsung, ( Jorong Bukit Barisan 05/07/ 2017)

(7)

91

ditempat mengaji tidak ada, namun kalau diluar tempat mengaji sayapun tidak tau. 12

Pengamatan juga dilaksanakan untuk memvalidasi pernyataan Ibu Aminah pada tanggal 6 Juli 2017 di MDA Rudhatul Jannah Jorong Bukit Barisan ditemukan bahwa Ibu Aminah mengatakan kepada anak-anak bahwa “siapa yang tidak menjaga lisan atau pembicaraannya maka akan masuk api neraka dan akan dibenci ole Allah SWT, dan bagi siapa yang berbicara santun dan berakhlak yang baik maka surga Allah akan didapatkan” disaat belajar mengaji anak yang bernama ER mengatakan kepada temannya “ Woi kanciang tunggu den lu samo wak pai “ (hei keparat kita berangkat bersama-sama) hal ini diucapkan ER ketika mereka akan berpergian bersama ke warung. 13

Ibu Fauzia guru TPA/TPSAga ju mangatakan bahwa:

Anak-anak disini sudah biasa berbicara kasar, menggunakan kata-kata seperti “ pantek amak ang mah, anjiang kau mah, baruak kau, amak kau dek kau, kanciang dek kau” ( dasar kemaluan ibu kamu, dasar anjing kamu, dasar monyet kamu, dasar ibu mu keparat). Kata-kata tersebut sering mereka gunakan baik itu pada saat jam pelajaran atau jam istirahat. Berbicara kasar yang mereka gunakan kadang menjadi bahan canda dan bisa juga merupakan ungkapan marah mereka pada teman-temannya yang usil dan menganggu pada saat jam pelajaran. Pada saat mereka merasa terganggu, mereka tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata kasar seperti ungkapan temannya dengan binatang saja tetapi ada juga yang sampai berkelahi dan membuat temannya sampai terluka.14

12

Aminah, Guru MDA Raudhatul Jannah, Wawancara Langsung, ( Jorong Bukit Barisan 6/07/2017 )

13

Observasi, (Bukit Barisan 16/07/2017)

14

(8)

92

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa anak berbicara kasar dengan menyamakan temannya dengan binatang dan menyamakan temannya dengan tumbuh-tumbuhan, tanpa rasa bersalah dan rasa malu anak berbicara tersebut. Dalam kondisi tersakiti dan kesal anak dengan mudah mengupat dan carut marut terhadap dirinya sendiri.

2. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil dari wawancara dan pengamatan ditemukan bahwa anak berbicara kasar dengan menyakiti perasaan orang lain, apabila anak mendapatkan contoh tidak baik dari lingkungan bermainnya maka anak akan membawa contoh tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini tentu memerlukan pengertian dari ibunya, jika ibu terkesan acuh tak acuh dan tidak mau tahu dengan apa yang dilakukan dan diucapkan oleh anak, maka anak mengganggap hal tersebut tidaklah buruk dan tidak apa-apa untuk diucapkan. Berdasarkan pengamatan ditemukan pada anak, ketika anak merasa jengkel dan kesal dengan mudah mengeluarkan kata-kata kasar tidak peduli siapa yang berda disampinnya baik orang yang lebih besar ataupun didepan gurunya.

Berbicara kasar yang mereka ucapkan seperti menyamakan temannya dengan binatang ataupun mengupat diri sendiri dengan menyebut binatang “baruak dan karo mah” (dasar monyet) dan “eee kondiak mah” (dasar babi), dalam hal ini mereka ucapkan ketika

(9)

93

juga berbicara kasar dengan menyamakan temannya dengan tumbuh-tumbuhan dengan mudah anak mengucapkan “ee karambia‟‟ (dasar keparat kamu), dalam kondisi terkejut anak mengucapkan kata-kata yang menyamakan temannya dengan keparat. Kemudian anak juga carut-marut untuk melampiaskan kekesalannya karena kalah dalam bermain. Anak mengatakan kata kasar ketika terdesak, anak juga berbicara kasar ketika anak tidak mendapatkan hal yang diinginkan.

Menurut teori perkataan kasar merupakan perkataan yang dapat menyinggung perasaan orang lain, karena perkataan kasar tersebut mengandung unsur menyamakan temannya dengan binatang, menyamakan temannya dengan tumbuh-tumbuhan serta carut marut, bahkan hingga ke bagian-bagian sensitif dari aurat manusia. Adapun tujuan berbicara kasar tersebut hendak menyakiti perasaan orang lain, tetapi adakalanya pula karena memang sudah terbiasa berbuat demikian, hal ini disebabkan adanya kebiasaan bergaul dengan orang-orang yang kebiasaanya mencaci maki.15 Berdasarkan teori tersebut sesuai dangan fakta yang terjadi di lapangan, anak berbicara dengan menyamakan temannya dengan binatang, tumbuh-tumbuhan serta alat kelamin manusia.

Dalam kehidupannya anak memiliki masa perkembangan karena perkembangan merupakan perubahan yang progresif dan berkesenambungan dalam diri individu mulai dari lahir sampai mati.

15

Jenny Chicara, Mengatasi Prilaku Buruk Anak,( Depok :Sahabat Generasi Cerdas,2002)h.17

(10)

94

Perkembangan menunjukkan suatu proses yang menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam satu arah yang bersifat tetap dan maju, dintara salah satu perkembangan yaitu perkembangan berbicara anak.

Anak tumbuh dalam keadaan belajar, meniru, mencontoh dari apa yang ada di sekitarnya, jika anak dibiasakan dengan akhlak yang baik, maka anak akan tumbuh berdasarkan kebiasaan yang baik, sebab anak dengan subtansinya diciptakan untuk siap menerima semua nilai baik dan nilai buruk, tetapi kedua orang tua yang membuatnya condong ke salah satu dari keduanya.16

Setiap orang tua khususnya ibu harus mengajarkan anak-anaknya untuk menjauhi berbicara kasar, serta memperhatikan aspek pendidikan, pelatihan dan pembiasaan akhlak yang baik serta bagaimana kebiasaan ibu dalam berbicara menjadi contoh teladan bagi anak. Ibu juga perlu membatasi anaknya dari teman sebaya yang mungkin akan mengajarkan anak bicara kasar, anak juga perlu diperdengarkan dengan cara berbicara yang baik yang menyejukkan hati, bukan berbicara kasar yang nantinya akan menjadi kebiasaannya.17

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, mengenai penyelesaian problem keluarga bagi ibu yang anaknya berbicara kasar, ibu memiliki peranan terhadap tumbuh kembang anak-anaknya. Ibu

16

Hartati dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2005) h.73

17

(11)

95

yang berperan disamping mengandung, melahirkan, mengasuh serta mendidik anaknya, ibu juga memiliki peran dalam membantu penyelesaian permasalahan yang terjadi pada anak-anaknya. Allah membekali ibu dengan struktur biologis dan ciri psikologis yang berbeda dengan ayah. Secara kodratnya seorang ibu lebih sabar, telaten, dan penuh kasih sayang terhadap anaknya.18

Dalam pandangan konseling ibu memiliki peran padaa masa pertumbuhan dan perkembangan anak, karena ibulah yang setiap hari bersama anaknya, oleh sebab itu pengalaman akan lebih banyak diterima anak dari ibunya. Ibu memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak, hal ini dikarenakan ibu adalah tempat pertama dan utama. Mengingat peranan ibu yang besar terhadap pendidikan anaknya dan berpegaruh kuat terhadap diri anak, maka ibu harus memberi keteladanan baik dalam perkataan dan perbuatan serta kasih sayang ibu dalam penyelesaian permasalahan anak. Seorang ibu memiliki kompetensi dalam bidang konseling disadari atau tidak itu naluriah alami dimiliki seorang ibu, kompetensi ini merupakan kemampuan dasar yang mengisyaratkan untuk menentukan dan merumuskan sesuatu permasalahan yang terjadi dalam keluarganya.19 Dalam tahap perkembangan, anak mengalami permasalahan yang tidak bisa dihindari oleh anak, termasuk pada perkembangan berbicara anak.

18

Opcit.hlm.90

19

(12)

96

Pada tahap perkembangan berbicara anak, ia berbicara lebih dari satu bahasa ini memiliki dampak positif terhadap kognitif anak. Anak-anak yang fasih berbicara dalam dua bahasa akan menunjukkan kontrol perhatian formasi konsep dan analitis serta anak lebih kritis dan ingin mencoba hal-hal yang baru didengar dan dibaca.20 Dalam hal ini ibu memiliki peran memantau dan memotivasi anak dalam berbicara supaya berbicara sopan dan tidak berbicara kasar terhadap lingkungannya, ibu memperkenalkan kepada anak perkataan yang boleh diucapkan dan yang mana yang dilarang oleh agama dan adat. Hal ini dikarenakan sejatinya anak-anak lebih mudah mengusai bahasa dibandingkan remaja dan orang dewasa.21

B. Upaya Penanganan yang dilakukan oleh Ibu dalam Perspektif Konseling Keluarga

1. Temuan Penelitian

Kepribadian dan akhlak seorang anak banyak dipengaruhui oleh lingkungan sosial dan budaya dimana anak tumbuh dan berkembang. Kebiasaan berbicara orang tuanya terutama seorang ibu, teman sebaya serta para guru yang mengajarnya akan memberi pengaruh, selain itu media informasi dalam berbagai bentuk juga memberi andil dalam membentuk kepribadian anak termasuk dalam perkembangan berbicara anak.

20

John W santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: erlangga, 2007) h. 366

21

(13)

97

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa upaya yang dilakukan oleh ibu dalam menangani anak-anak yang berbicara kasar, Rini Astuti mengatakan bahwa :

Saya setiap hari pergi berkerja, ke kebun karet dan setelah pulang langsung ke ladang jagung yang dibawah bukit dekat saya memotong karet, saya mencari nafkah pergi pagi pulang sore. Untuk mengetahui tentang anak-anak, saya selalu menanyakan kepada guru mereka, apa saja yang dilakukan ketika mereka belajar, dengan cara seperti, bisa mengontrol anak-anak, ketika tidak berada di rumah. Di TPA/TPSA mereka sudah mendapatkan pengetahuan tentang kisah para nabi dan rasul serta kepribadiannya. Sepulangnya dari kebun, saya langsung istirahat, akan tetapi tetap mengingatkan mereka supaya berakhlak baik, terutama dalam bertutur kata kepada orang yang lebih tua, teman sebaya ataupun kepada adik-adiknya.22

Selain itu juga dilaksanakan wawancara dengan RF anak Ibu Astuti ia mengatakan :

Sepulangnya ibu dari bekerja, ibu langsung istirahat tanpa bertanya apapun yang saya lakukan, baik di sekolah maupun di TPA/TPSA, ketika saya bermain bersama kakak, dan ia kalah kemudian ia mengatakan “anak setan ang mah kalah taruih den mah” (dasar anak setan kamu, saya kalah terus), hal tersebut sudah biasa kami dengar dan ucapkan, sedangkan ibu bersama kami, ibu hanya diam saja tanpa menegur ataupun menasehati apapun, mendengar kakak berbicara seperti itu. 23

Berdasarkan wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam kesehariannya anak Ibu Rini hanya memenuhi kebutuhan makan dan jajan anak-anaknya, tanpa mempedulikan apapun yang diucapkan oleh

22

Rini Astuti, Petani Karet, 37 Tahun, Wawancara Langsung,(Bukit Barisan 02/072017)

23

(14)

98

anak ketika berada di rumah. Ketika anak-anak berada di TPA/TPSA Ibu Rini juga tidak bertanya bagaiamana perkembangan belajar anak. 24

Selanjutnya Asnidar mengungkapkan:

Ketika anak bermain dengan temannya, mereka selalu berkelahi, padahal di tempat mengaji sudah diberikan pemahaman agama dan akhlak yang baik, kemudian menceritakan akhlak Rasulullah SAW, dan bagi mereka yang berbicara kasar kepada teman, orang tua akan masuk neraka, ketika berada di rumah saya mengingatkan kepada anak menjaga cara berbicara kepada siapapun, karena dengan berbicara baik dan sopan serta tidak menyakiti perasaan orang lain Allah akan sayang kepada kita maka surganya Allah akan didapatkan.25

Selanjutnya Hasnah juga mengungkapkan :

Anak saya sangat nakal, setiap ia bermain selalu keluar kata-kata kasar, dan sering berkelahi saya sudah binggung bagaimana caranya agar dia bisa menjadi baik akhlaknya dan berbudi bahasanya, apalagi ayahnya seorang datuak urang (datuk orang), yang seharusnya dia mengerti kata mendaki, melereng, dan mandata, manurun (mendaki, melereng, mendatar, menurun) namun sejauh ini kalau anak saya berbicara kasar saya hukum dengan tidak dikasih uang jajan, kalau saya mendengar anak saya berbicara kasar. 26

Selain itu juga dilaksanakan wawancara dengan AS anak Ibu Hasnah ia mengatakan :

Ketika saya berada di rumah, sudah biasa saja berbicara kasar didepan ibu dan ayah, karena ibu juga sering mengatakan “woi ang ndak mandi-mandi ang do anjiang?”(hei kamu dasar anjing, kamu tidak akan mandi?), hampir setiap hari kata-kata tersebut ibu ucapkan.27

24

Observasi, (Bukit Barisan 04/07/2017)

25

Asnidar, Petani, 40 Tahun, Wawancara Langsung, (Jorong Bukit Barisan 03/07/2017)

26

Hasnah, Petani, 38 Tahun, Wawancara Langsung, (Bukit Barisan 04/07/2017)

27

(15)

99

Dari wawancara dapat diambil kesimpulan bahwa Ibu Hasnah ketika anaknya berbicara kasar Ibu Hasnah tidak peduli, padahal anaknya AS mengatakan didepan Ibu Hasnah “paja kanciang tu ndak diantaannyo buku den do mak” (dasar dia keparat bu, belum juga dia

mengantarkan buku saya). Namun dengan santai Ibu Hasnah menjawab “jemputlah kesana buku itu nak”, kemudian Ibu Hasnah melupakan perkataan kasar yang diucapkan oleh anaknya. 28

Kemudian Linda beliau mengatakan :

Anak saya sudah dirahkan sepenuhnya ke TPA/TPSA, karena saya sudah yakin disana anak saya diberikan pemahaman akhlak, namun kalau di rumah selalu saja bertengkar dengan kakaknya kemudian carut-marut. Mudah-mudahan dengan dimasukkan mengaji bertambah pengalaman dan bisa merubah perilaku kurang baik dan tidak berbicara kasar lagi dan lemah lembut dalam bertutur kata 29

Observasi juga dilakukan untuk memvalidasi pernyataan Ibu Linda dari hasil pengamatan ditemukan, Hampir setiap hari Ibu Linda pergi pagi dan pulang sore untuk bekerja, kemudian sesampainya di rumah langsung memasak dan istirahat, tidak ada waktu untuk memantau perkembangan belajar anak, hal ini dibuktikan dengan laporan guru TPA/TPSA bahwa “ jarang sekali orang tua murid yang bertanya bagaimana anak-anak mereka disini‟‟.30

Selanjutnya Jumanidar mengungkapkan:

28

Observasi, (Bukit Barisan 04/072017)

29

Linda, Petani, 35 tahun, Wawancara Langsung,( Bukit Barisan 06/072017)

30

(16)

100

Ketika berada dirumah saya selalu berbicara kepada anak dan suami dengan tutur kata yang lembut, minta tolong, ataupun menegur anak-anak jika salah dengan cara yang benar, perkataan yang saya ucapkan mengandung nasehat, hanya dengan penyampaian lembut, anak tidak akan mndongkol dan juga mencontoh apa yang saya sampaikan. 31

Sedangkan ibu Elvira Rozi Beliau mengatakan :

Saya setiap pagi, selalu menyiapkan sarapan untuk anak-anak saya dan menyiapkan uang jajan mereka, karena sudah terbiasa seperti itu saya lakukan, anak-anak saya tidak bertanya apapun tentang keseharian saya, mereka menjalani keseharianya seperti anak-anak lainnya. Pada malam harinya saya juga menanyakan bagaimana keseharian mereka di sekolah, dan apa saja yang mereka lakukan. Ketika bertengkar dengan saudara-saudaranya yang lain dengan mudah anak saya bilang “anjiang dek ang” (dasar anjing kamu) padahal mereka berbicara seperti itu di depan saya, dengan cepat saya langsung menampar mulut anak saya.32

Selanjutnya juga dilaksanakan wawancara dengan T anak Ibu Vira mengungkapkan :

Ibu sangat tegas sekali jika mendengar saya bacaruik (carut-marut), ibu langsung menampar mulut saya, namun saya berhenti hanya didepan ibu saja, ketika ibu tidak ada , saya mengulanginya lagi.33

Berdasarkan hasil wawancara di atas ditemukan bahwa ibu Vira menghukum anak secara langsung ketika anak salah dalam berbicara dengan cara ibu vira langsung menampar mulut anaknya dengan cepat.34

31

Jumanidar, Petani, 39 Tahun, Wawancara Langsung,( Bukit Barisan 09/07/2017)

32

Vira, Petani, 35 Tahun, Wawancara Langsung,(Bukit Barisan 08/07/2017)

33

T, Anak Ibu Vira, 10 Tahun, (Bukit Barisan 10/07/2017)

34

(17)

101

Selanjutnya Sarninik Beliau mengatakan :

Saya pergi ke kebun pada pagi hari dan pulang pada sore hari, jika tidak demikian hasil karet akan merosot, untuk itu saya harus kekebun pagi. Kalau masalah pendidikan anak-anak, saya menyerahkan ke TPA/TPSA. Jika anak-anak saya berbicara kasar maka saya anggap sebagai hal yang biasa karena mereka masih kecil.35

Pengamatan juga dilakukan pada tanggal 10 Juni 2017 di pekarangan rumah Ibu Ninik serta ditemukan ketika anaknya Ibu Ninik memanggil temannya mengatakan “ woi baruak kasikolah ang dulu” (hei monyet sini kamu), dengan tersenyum sembari geleng-geleng kepala ibu Ninik menanggapi hal tersebut. Kemudian Anaknya asik bermain bersama temannya, dan Ibu Ninik berangkat ke kebun jagungnya. 36

Dari hasil wawancara dan pengamatan ditemukan bahwa Ibu Ninik memiliki sikap pola asuh acuh tak acuh terhadap apapun yang diucapkan oleh anaknya. Hal yang terpenting bagi Ibu Ninik adalah anak-anaknya bisa sekolah, jika anak berbicara kasar itu hal yang biasa karena anak-anaknya masih kecil dan belum memahami atas apa yang mereka ucapkan.

Selanjutnya Asnidar beliau mengatakan :

Saya tidak sempat untuk mengingatkan anak-anak saya ketika mereka berkata kasar di rumah, karena saya sudah capek bekerja dari pagi sampai sore, dan sebagai gantinya saya menyerahkan

35

Ninik,Petani, 45 Tahun, Wawancara Langsung,( Bukit Barisan 10/06/2017)

36

(18)

102

anak saya ke TPA/TPSA terdekat, saya berharap anak saya mendapatkan pendidikan yang lebih baik disana.37

Selanjutnya juga dilaksanakan wawancara dengan MI anak Ibu AS mengungkapkan:

Saya di rumah dengan ibu sudah terbiasa berbicara dengan kata-kata kasar, sepulang dari surau saya bercerita kepada ibu “apak kalera mah dilopieh tangan den dek ee mak” (dasar bapak keparat, dipukulnya tangan saya bu!), namun ibu mengatakan “mako jaan jaek-jaek jo waang mangaji lai” (makanya kamu jangan nakal, belajar mengaji ) dengan nada santai.38

Dari hasil wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Ibu AS membiarkan saja apapun yang dilakukan anaknya, karena Ibu AS sudah menjadikan lingkungan TPA/TPSA sebagai pendidikan utama bagi anaknya, hal yang sama juga terungkap dari Ibu AS sering mendapatkan panggilan dari sekolah untuk membicarakan perkembangan belajar anaknya, namun Ibu As tidak pernah datang.

Selanjutnya Endri Yenti Putri mengutarakan :

Saya selalu menanyakan kondisi dan kegiatan anak saya ketika selesai shalat magrib, dari ceritanya saya dapat mengetahui bagaimana keseharian anak saya bersama teman-temannya, ketika saya mendengar anak saya berbicara kasar saya ingatkan dan saya tanyakan dari mana ia mendapatkan pembicaraan seperti itu, serta saya ingatkan kalau yang diucapkan adalah hal yang dibenci Allah dan anak yang durhaka akan masuk neraka nantinya, kalau anak saya tidak menanggapi nasehat yang saya berikan padanya, maka saya akan memberikan hukuman, yaitu tidak memberikan uang jajan untuknya.39

37

As,Petani, 40 Tahun, Wawancara Langsung,( Bukit Barisan 18/06/2017)

38

MI, Anak Ibu AS, 12 Tahun, (Bukit Barisan 16 /06/2017)

39

(19)

103

Selanjutnya juga dilaksanakan wawancara dengan ER anak Ibu Endri ia mengungkapkan:

Ibu selalu menanyakan apa saja kegiatan yang saya lakukan dalam keseharian, ibu selalu memberikan nasehat setiap habis shalat magrib kepada kami, ibu lebih sering menceritakan kisah nabi Muhammad SAW, serta para pejuang-pejuang agama Allah, ibu sangat tegas dalam mendidik kami, jika kami carut-marut dirumah maka ibu akan memberikn ancaman tidak akan memberikan uang jajan untuk kami pergi sekolah, walaupun ibu belum pernah melaksanakannya.40

Berdasarkan hasil wawancara di atas ditemukan bahwa Ibu Endri memberikan nasehat untuk anaknya, Ibu Endri menanyakan mengetahui kegiatan anaknya dalam keseharian, akan tetapi hukuman yang diberikan Ibu Endri tidak pernah terlaksanakan, karena Ibu Endri mengganggap tidak mungkin anak tidak diberikan uang jajan ke sekolah.

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa ada beberapa upaya yang dilakukan oleh ibu untuk mengatasi berbicara kasar anak, diantaranya ibu juga memberikan pemahaman kepada anak bahwa perkataan kasar yang diucapkannya tersebut tidak baik dan bertentangan dengan dengan norma agama dan adat-istiadat yang berlaku, dan Ibu yang memberikan ancaman kepada anak tidak akan diberi uang jajan. Selain menyerahkan pendidikan anak ke TPA/TPSA, ibu juga memberikan hukuman langsung dengan memukul mulut anak ketika anak berbicara kasar.

40

(20)

104

2. Pembahasan Penelitian

Data hasil penelitian mengungkap, bahwa upaya penanganan yang dilakukan oleh ibu terhadap berbicara kasar anak dengan menasehatinya, dan memberikan contoh yang baik kepada anak supaya anak berbicara sopan, cara lain yang dilakukan adalah dengan menyerahkan pendidikan anak ke TPA/TPSA, hal tersebut merupakan bentuk kepedulian ibu dalam memberikan pemahaman dan pembinaan kepada anak, kepedulian ibu dalam membimbing dan menasehati masih tergolong rendah, terutama dalam etika berbicaranya anak. Keluarga merupakan sentral kehidupan bagi anak, karena anak mendengar, melihat serta mencontoh yang dilakukan dalam keluarganya.

Keluarga merupakan tempat pendidikan utama bagi anak, jika pendidikan dan contoh yang mereka dapatkan baik, maka akan menunjang untuk anak dapat mengembangkan potensinya, namun sebaliknya apa yang mereka dengar, lihat dan contoh itu tidak baik maka akan memberikan dampak yang buruk pula pada perkembangan anak. Upaya yang dilakukan oleh ibu dalam menangani permasalaan berbicara kasar tidak akan berjalan baik jika ibu tidak mengambil peranan penting dalam permasalahan berbicara kasar anak. Ibu tidak hanya menyerahkan memperbaiki akhlak anak dengan menyerahkan ke TPA/TPSA saja, tapi bagaimana ibu memberikan contoh yang baik dalam berbicara, baik di rumah maupun di lingkungan masyarakat.

(21)

105

Anak yang sering berbicara kasar akan mampu menghilangkan kebiasaanya jika didukung oleh perhatian ibu dalam mendidik, dan memberikan arahan, namun akan berbeda hasilnya jika ibunya masih menggunakan kata-kata kasar dalam berbicaranya dan contoh berbicara yang sopan. Walaupun anak sudah mendapatkan pengertian dari guru TPA/TPSA nya.

Menurut teori konseling keluarga pemberian nasehat merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar anak tidak mengulangi kebiasaan berbicara kasar. Jika dengan memberian nasehat anak mengulangi kebiasaannya tersebut perlu adanya ancaman, ancaman tersebut dalam bentuk mendidik, hukuman yang diberikan tidak maksud untuk menyakiti anak tetapi lebih pada pemberian peringatan agar dia berhenti berbicara kasar. Pemberian nasehat dapat membangun kesadaran pada diri anak jika dilakukan dengan dasar memberikan pengajaran dan bimbingan yang baik. Sedangkan pemberian contoh merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam membina dan mendidik cara berbicara anak agar dapat memperbandingkan antara yang dilakukan benar atau salah, serta pemberian ancaman untuk menyadarkan anak bahwa apa yang dia lakukan merupakan suatu bentuk kesalahan.41 Salah satu upaya dalam pemberian contoh yang baik yaitu qaulan layinan yang artinya lemah lembut, ramah dan lawan kata dari kasar. Qaulan layinan ialah pembicaraan yang simpatik, halus, mudah dimengerti, membekas

41

(22)

106

pada jiwa. Penggunaan qaulan layinan untuk menghalangi berbicara kasar dan caci maki.42 Pemberian contoh dengan qaulan layinan yang langsung di contohkan langsung oleh ibu adalah cara berbicara yang dituntut dalam islam dan kato nan ampek (kata yang empat)dalam Minangkabau. Adapun upaya yang lain yang bisa dilaksanakan oleh ibu adalah dengan memberikan reward ketika anak dapat mencontoh berbicara sopan ibu.

Pemberian reward kepada anak adalah sebagai alat untuk mendidik anak supaya anak tidak berbicara kasar pada sesama. Anak merasa senang karena perkerjaanya mendapat penghargaan, reward bertujuan membentuk kemauan yang lebih pada anak untuk menghindari berbicara kasar.43 Ibu memiliki tanggung jawab terhadap anaknya, jika ibu tidak menghiraukan atau tidak peduli terhadap apa yang diperbuat dan diucapkan oleh anaknya, maka anak tersebut akan berprilaku semaunya tanpa ada aturan dari ibunya.44 Berdasarkan teori di atas dan fakta yang terjadi di lapangan tidak sesuai yang terjadi dengan teori tersebut.

42

Salmadanis, Metode Dakwah Dalam Al-Qur‟an, (Jakarta: ,2002)h.194

43

Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta:Rosadakarya)h.183

44

(23)

107

C. Hambatan yang dihadapi Ibu dalam Penanganan Berbicara Kasar Anak

1. Temuan Penelitian

Upaya yang dilakukan ibu dalam menghadapi anak yang berbicara kasar, belum bisa berjalan dengan baik, jika semua pihak tidak ikut terlibat, seperti yang diungkapkan oleh Rini Astuti :

Dalam memberikan pemahaman bahwa bacaruik (carut-marut) itu merupakan suatu yang dilarang oleh adat dan agama, namun saya tidak mampu mengingatkan setiap saat, karena saya bekerja setiap hari dari pagi hingga sore, dan ketika pulang pun sangat capek, saya rasa tidak cukup menyerahkan sepenuhnya ke TPA/TPSA saja, akan tetapi saya dan suami juga ikut bertanggung jawab untuk mengatasi berbicara kasar anak, namun suami saya tampaknya tidak peduli terhadap perkembangan anak. Semua hanya diserahkan kepada saya saja, seperti urusan rumah tangga, bahkan urusan ekonomi saya ikut andil didalamnya 45

Selanjutnya juga dilaksanakan wawancara dengan Son Suami Ibu Rini, ia mengatakan :

Saya sangat menyayangi dan selalu memantau perkambangan anak, saya selalu menanyakan kepada guru mereka baik di sekolah maupun diTP/TPSA akan tetapi istri saya kurang memahami bagaimana seharusnya peranya sebagai seorang istri, dan ibu bagi anak-anak saya, karena alasan bekerja istri saya tidak pernah datang rapat ketika rapat wali murid di TPA/TPSA, saya tidak memaksa istri untuk bekerja, namun dengan alasan membantu saya dalam bekerja ia melalikan perkembangan anak-anak. 46

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Ibu Rini mengharapkan pendidikan anaknya diperhatikan oleh suaminya,

45

Rini Astuti, Petani, 37 Tahun, Wawancara Langsung, (Bukit Barisan 02/07/2017)

46

(24)

108

karena Ibu Rini sibuk dalam mencari nafkah. Suami Ibu Rini sangat memperhatikan perkembangan anaknya.

Selanjutnya, ibu Hasnah juga mengungkapkan :

Saya tidak tahu cara mendidik dan cara bersikap terhadap anak saya agar berbicara yang benar menurut agama dan adat, apakah dengan tidak memberikan uang jajan adalah cara yang tepat untuk saya menghukum anak supaya jera? Akan tetapi saya tidak tega untuk tidak memberikan uang jajan kepada mereka. 47

Selanjutnya observasi juga dilakukan pada tanggal 04 Juli 2017 ditemukan bahwa Ibu Hasnah terlihat selalu menegur anaknya jika melakukan kesalahan, sore hari saat RF bermain di rumahnya bersama teman-teman, kemudian RF berkata kepada temannya “ang pancoliegh main mah anjiang”(dasar anjing, kamu curang dalam bermain) dengan

cepatnya Ibu Hasnah langsung memukul RF di depan teman-temannya, kemudian RF menangis sambil berkata “ompek ou ma sakik muncuang den dek kau mah”(dasar kemaluan ibu kamu, sakit mulut saya kau

tampar) kemudian ibu langsung menjawab “manjawek juo ang lai anjiang? Tau ang sakik tapi bacaruik juo ang lai” (dasar anjing, kamu

tau itu sakit, tetapi tetap saja carut-marut). 48

Namun berbeda hambatan yang dirasakan masing-masing ibu dalam mengatasi anak yang berkata kasar, seperti yang dirasakan ibu Asnidar :

Anak saya jarang sekali saya dengar berbicara kasar di rumah, jika dia berbicara kasar maka mulutnya akan dikasih cabe. Saya

47

Hasnah, Wawancara Langsung, Bukit Barisan, 4 juli 2017

48

(25)

109

selalu mengingatkan dia untuk berhenti berbicara kasar. Akan tetapi ada hal yang membuat ia kesal tanpa disadari ia berkata kasar. Sayapun tidak tega memarahinya, karena saya tidak ingin nanti mentalnya menjadi lemah, saya hanya bisa diam saja.49 Selanjutnya dilakukan pengamatan pada tanggal 04 Juli 2017 ditemukan bahwa ketika anaknya TI sedang asyik bermain bersama kakaknya kemudian TI terjatuh, diapun berkata “eee tunggu anjiang mah sakik kaki den dek nyo” (dasar anjing kayu ini, membuat kaki saya

cedera), dengan santai Ibu Asnidar hanya menoleh kearah anaknya kemudian diam saja, Ibu Asnidar sering mendengar anaknya berbicara kasar, namun ia hanya acuh tak acuh saja dan akhirnya malah membiarkan anaknya begitu saja tanpa respon apapun.50

Berbeda dengan yang dirasakan ibu Ita, seperti yang diuangkapannya :

Bagaimana saya akan mengontrol setiap perkataan yang di ucapkan anak saya, karena sepulang sekolah dia langsung bermain, ketika dilarang untuk bermain anak membangkang. Dia lebih asyik bermain dengan temannya dari pada di rumah. Pada waktu di Sekolah pun dia bermain bersama temannya, karena sudah terbiasa bermain dengan temannya akhirnya saya biarkan saja. Saya mengontrol perkataan mereka ketika diucapkan di rumah, namun tidak dapat secara penuh karena saya bekerja dan suami pun bekerja.51

Observasi juga dilakukan pada tanggal 06 Juli 2017 untuk memvalidasi pernyataan Ibu Ita ditemukan bahwa keseharian anak Ibu Ita lebih banyak berada di lingkungan bermain PS3, kemudian Ibu Ita

49

Asnidar, Wawancara Langsung,Bukit Barisan, 4 juli 2017

50

Observasi, Bukit Barisan, (06/072017)

51

(26)

110

menghabiskan waktunya di ladang hingga sore hari. Sepulangnya Ibu Ita dari ladang ia pun memasak dan istirahat.52

2. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan wawancara dan pengamatan ditemukan bahwa hambatan yang dihadapi oleh ibu adalah sebgai berikut :

a. Suami yang bersikap acuh tak acuh, sehingga istri menggangap bahwa semua pekerjaan dibebani kepada dirinya saja.

b. Ibu tidak memahami bagaimana fungsi dan perannya sebagai seorang ibu.

c. Ibu tidak dapat mengontrol berbicara anak ketika diluar lingkungan keluarga.

d. Waktu anak yang banyak dilingkungan sekolah, bermain dan belajar mengaji di TPA/TPSA.

e. Sikap membiarkan apa yang diinginkan anak yang ditanamkan oleh ibu secara terus menerus.

Pengaruh lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah yang dapat mempengarui pribadi anak dalam bertingkah laku terutama berbicara, ketika anak tidak diperhatikan maka anak tidak akan tahu batas-batas berbicara kasar yang dapat merusak pergaulan anak dalam lingkungan masyarakat. Bentuk kepedulian yang diberikan ibu ketika

52

(27)

111

anak berbicara kasar dengan memberi anak peringatan, teguran, dan nasehat disesuaikan dengan watak dan karakter anak.53

Seorang anak suka menirukan atau mempunyai sifat mencoba, maka bentuk kepedulian seorang ibu adalah berikan contoh teladan yang baik dan benar,baik ucapan maupun perbuatan. Berilah dan ajarkan bagaimana memanggil ayah atau ibu serta kawan-kawannya, dan mempraktekan kata-kata dan bahasa yang diucapkan secara benar dan sopan. Tindakan preventif yang baik ialah bagaimana Ibu mengawasi pergaulan anaknya. 54

Menurut teori peran ibu sangat besar, disamping ibu berperan sebagai yang melahirkan, mengasuh serta memelihara anaknya, ibu juga memiliki peran yang tidak kalah pentingnya yaitu peran sebagai penyelesaian permasalahan yang terjadi pada anak-anaknya. Allah membekali ibu dengan struktur biologis dan ciri psikologis yang berbeda dengan ayah. Secara kodratnya seorang ibu lebih sabar, telaten, dan penuh kasih sayang terhadap anaknya, namun berbeda dengan yang terjadi di lapangan.55

53

Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya : Ilmu Offset, 1983)h.95

54

Ibid. h.99

55

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari laju pengeringan semi- refined carrageenan (SRC) yang dihasilkan dari berbagai kondisi perlakuan alkalisasi baik dengan metode

Hasil dari penelitian yaitu (1) Lembaga Amil Zakat Al-Ittihad melibatkan masyarakat untuk aktif dalam pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh, mulai dalam perencanaan,

Meskipun pemupukan NPK nyata mempengaruhi bobot kering polong dibanding kontrol, namun penambahan pupuk hayati pada dosis N yang lebih rendah (1/4–1/2 N), meningkatkan hasil

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkomparasikan penafsiran kata dukha>n dalam surat Fus}s}ilat ayat 11 antara al- Ra>zi> dan T}ant}a>wi> Jawhari>

Berdasarkan hasil penelitian ternyata antara power motive dan kinerja mahasiswa tidak ada korelasi, hal ini berarti mahasiswa dengan power motive yang tinggi belum

Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan mengeksplor tanggapan mengenai praktik kartu kredit syariah dalam hal ini aplikasi iB Hasanah Card dari berbagai sudut

a. Sistem pemberian kredit pemilikan rumah pada PT. Bank Central Asia Tbk. Cabang Kediri adalah mengenai kebijakan kredit, struktur organisasi, dan sistem prosedur

Katup Ekspansi Termostatik (Thermostatic Expansion Valve) merupakan alat pengatur refrigeran yang paling banyak dipakai untuk sistem pendinginan.Katup ekspansi