• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institusi Keluarga dalam Masyarakat Prancis Kontemporer: Krisis dan Komitmen. (Proposal Penelitian)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Institusi Keluarga dalam Masyarakat Prancis Kontemporer: Krisis dan Komitmen. (Proposal Penelitian)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Institusi Keluarga dalam Masyarakat Prancis Kontemporer: Krisis dan Komitmen

(Proposal Penelitian) Joesana Tjahjani, M. Hum. Program Studi Prancis FIB UI

Prancis pada Era Trente Glorieuses

Seperti di negara-negara Eropa lainnya, era pasca PD II di Prancis ditandai oleh proses modernisasi dan laju perubahan yang sangat cepat. Amerika Serikat memegang peranan penting dalam menciptakan akselerasi ekonomi Prancis sampai pada tingkat tertinggi. Kemajuan spektakuler di bidang ekonomi antara tahun 1950an sampai tahun 1970an, atau periode pasca PD II sampai krisis minyak 1973, membuat ekonom Jean Fourastié menyebut masa itu sebagai “les trente glorieuses” atau kejayaan 30 tahun.1

Charles de Gaulle dengan partai politiknya di pucuk pemerintahan Prancis mengibarkan modernitas sebagai arah politiknya. Arah politik Prancis serta perekonomian internasional menegaskan transformasi struktur ekonomi Prancis dari sistem ekonomi agraris yang telah dilaksanakan selama berabad-abad menjadi sistem ekonomi industri. Industrialisasi menuntut produksi barang dalam skala besar dengan teknologi canggih. Produksi barang-barang konsumsi, khususnya perangkat rumah tangga, berlimpah. Indikator paling konkret dari era konsumerisme Prancis pada saat itu adalah kepemilikan barang-barang produksi seperti kulkas, mobil, televisi, dan mesin cuci. Dalam konteks zaman saat itu, pemerolehan barang-barang produksi seolah-olah

1 Tjahjani, Joesana, «Perubahan Sosial-Budaya pada Era Trente Glorieuses di Prancis»

dalam Prancis dan Kita : Strukturalisme, Sejarah, Politik, Film, dan Bahasa, Jakarta, Penerbit Wedatama Widya Sastra, 2003.

(2)

menjadi akses keikutsertaan dan keterikatan ke dalam sebuah masyarakat industrialis, yang turut serta mempengaruhi gaya hidup masyarakat Prancis. Situasi yang demikian menimbulkan kekhawatiran akibat munculnya polarisasi baru dalam masyarakat yang dapat menyebabkan kerapuhan bahkan runtuhnya integritas masyarakat, pranata sosial, keluarga, bahkan individu.

Keluarga sebagai unsur terkecil dalam pranata sosial memegang peranan penting, selain sekolah, dalam membentuk mental dan karakter manusia. Dalam keluarga, anak mengenal dan mempelajari nilai-nilai yang berhubungan dengan beragam aspek kehidupan. Keluarga adalah tempat pertama anak untuk bersosialisasi. Pada umumnya, perkembangan watak dan perilaku anak ditentukan oleh pengalaman jasmani dan rohani anak dalam keluarganya. Peranan institusi keluarga dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa membuat para sosiolog menempatkannya sejajar dengan pranata sosial lain, seperti agama dan pendidikan. Rapuhnya institusi keluarga dalam suatu masyarakat sering sekali dicurigai sebagai penyebab langsung dan tak langsung berbagai krisis dan gejolak yang ada dalam masyarakat itu.

Kekhawatiran akan rapuhnya institusi keluarga masih merupakan masalah yang terus dibahas di Prancis sampai saat ini, baik dalam ruang lingkup akademis maupun dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Memasuki abad ke-21, bioskop-bioskop Prancis memutar sebuah film yang dapat memberikan gambaran tentang kehidupan keluarga modern Prancis. Film itu mengisahkan kejengkelan sepasang orang tua Prancis terhadap anaknya, Tanguy, karena menjelang usianya yang ke30 (tiga puluh) tahun, ia masih tinggal bersama di rumah orang tuanya. Di sepanjang film, dikisahkan upaya sang orang tua untuk mengenyahkan anak mereka, mulai dari cara paling halus dengan mengontrakkan sebuah apartemen, sampai dengan cara kasar menyewa pengacara, bahkan tukang pukul. Selama beberapa minggu, Tanguy (2001) mendapat sambutan hangat, terlihat dari banyaknya jumlah

(3)

penonton di seluruh Prancis. Masyarakat di sana akan bersepakat mengatakan bahwa kasus Tanguy mewakili sedikit saja kasus serupa dalam keluarga Prancis. Namun, para orang tua Prancis tentu akan dengan mudah merasakan kegeraman orang tua Tanguy bila berhadapan dengan situasi seperti itu. Kisah Tanguy hanya sekedar sebuah ilustrasi untuk memperlihatkan pandangan masyarakat Prancis dewasa ini tentang keluarga, khususnya tentang hubungan antara orang tua dan anak serta hak dan kewajiban keduanya. Keluarga Tanguy mewakili gambaran keluarga urban dalam masyarakat Prancis kontemporer.

Masalah

Sejak modernisasi ekonomi pasca PD II serta transformasi beragam aspek kehidupan, pemerintah Prancis mengeluarkan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan hidup berpasangan dan berkeluarga, misalnya undang-undang legalisasi aborsi, hak bekerja bagi perempuan tanpa harus menanyakan persetujuan suami, undang-undang pengasuhan anak, hak dan kewajiban orang tua/pasangan suami-istri, kontrak hidup bersama bagi pasangan homoseksual, dan lain sebagainya. Perkembangan dalam kehidupan keluarga ini menimbulkan pertanyaan, “Apakah makna institusi keluarga bagi masyarakat Prancis?”.

Tujuan dan Kemaknawian Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran sebenarnya tentang institusi keluarga di Prancis. Kesimpulan dan hasil akhir penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai institusi keluarga modern, dengan contoh keluarga dalam masyarakat Prancis kontemporer. Selanjutnya, pemahaman ini diharapkan dapat

(4)

dijadikan rekomendasi bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, dan terutama bagi pejabat berwenang terkait dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan institusi keluarga.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dibatasi pada periode pasca PD II sampai dengan tahun 2003. Uraian singkat tentang periode pasca PD II memperlihatkan modernisasi ekonomi di Prancis, yang berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan, termasuk kehidupan keluarga. Periode ini menandai munculnya institusi keluarga modern Prancis.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan studi kepustakaan berdasarkan data-data primer dan sekunder, baik berupa data statistik, kebijakan pemerintah Prancis yang terkait dengan topik, maupun kajian tentang keluarga yang telah ada.

Kajian terdahulu tentang keluarga

Kajian tentang keluarga perkotaan (urban family) mulai menarik perhatian para sosiolog Barat sejak pertengahan abad ke-19, terutama teori-teori tentang sistem kekeluargaan. Seorang tokoh yang berperan penting dalam kajian pranata keluarga adalah Frédéric Le Play2, dengan

tulisannya berjudul Les ouvriers européens (Para Buruh Eropa, 1855) dan L’organisation de la famille (Organisasi Keluarga, 1871). Le Play (Fournier, 1998) merumuskan konsep penting tentang perubahan keluarga dalam tiga tipe keluarga dominan: keluarga patriarkal (la

(5)

famille patriarcale), keluarga nirstabil (la famille instable), dan keluarga asal (la famille-souche). Dalam keluarga patriarkal, semua anak laki-laki yang telah menikah tetap tinggal di rumah orang tua mereka. Dalam keluarga nirstabil, anak-anak meninggalkan rumah begitu dapat berdiri sendiri. Keluarga asal mengizinkan seorang anak, biasanya anak tertua, yang telah menikah tetap tinggal dengan orang tua dan meneruskan tradisi serta warisan keluarga. Analisis Le Play juga memiliki aspek politis. Dengan klasifikasi keluarga, ia mengusulkan sebuah pembaruan pada tata cara hak waris.

Pada pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20, kajian tentang keluarga beralih tekanan pada perkembangan pranata keluarga dalam kaitannya dengan masalah-masalah sosial. Carla C. Zimmerman, pendukung pandangan konservatif Le Play, menguraikan pandangannya tentang cyclical theory dalam bukunya yang berjudul The Family of Tomorrow : The Cultural Crisis and The Way Out. Zimmerman (Ihromi, 2004, hal. 3) mengemukakan siklus perubahan keluarga melalui tiga tipe keluarga: keluarga perwalian, keluarga domestik, dan keluarga terpisah. Adapun Chicago School Of Sociology berusaha memahami pranata keluarga dan dampak perkembangan perkotaan dan industri. Salah satu tokoh Chicago School adalah William F. Ogburn (1886-1959). Menurut Ogburn (Ihromi, 2004, hal. 5), ambruknya kebudayaan tradisional mengakibatkan munculnya tipe kehidupan keluarga yang baru, yang lebih menekankan fungsi-fungsi individualisme.

Selanjutnya, sejak paruh kedua abad ke-20, sosiologi keluarga mengalami perkembangan baru, baik dalam orientasi teoretis maupun dalam pendekatan metodologis dan analisis. Ada dua alasan yang mendorong perkembangan kajian keluarga. Pertama, negara-negara Barat tengah terlibat dalam laju perubahan ekonomi yang begitu cepat, sementara sebagian besar daerah koloni mulai melepaskan dirinya. Alasan kedua adalah semacam pemberontakan intelektual terhadap keterbatasan metode yang digunakan sampai saat itu, yang lebih

(6)

menekankan pendekatan statistik untuk mempelajari fenomena keluarga pada skala kecil. World Revolution and Family Pattern (1963) karya William J. Goode sangat mempengaruhi kajian komparatif tentang perubahan sosial dan perubahan keluarga. Dalam karyanya, Goode menggambarkan berbagai kekuatan yang ada dalam masyarakat industrialis-perkotaan dalam kaitan dengan organisasi keluarga tradisional. Yang menarik dari penelitian Goode adalah argumentasinya untuk menolak hipotesis bahwa sistem kekeluargaan memiliki hubungan kausaulitas dengan berbagai fenomena sosial seperti industri dan perkembangan ekonomi. Menurutnya, perubahan ke arah industrialisasi dan perubahan pranata keluarga merupakan proses paralel, keduanya dipengaruhi oleh perubahan sosial dan ideologi individual.

Di Prancis, kajian tentang keluarga dilakukan tidak hanya oleh para sosiolog. Para pakar dari bidang ilmu lain, seperti sejarah, filsafat, dan politik, turut memperkaya khasanah metodologis dan teoretis tentang keluarga. Penelitian ini akan mempergunakan kajian tersebut sebagai rujukan teoretis, dari berbagai sudut pandang keilmuan, untuk memperoleh gambaran sesungguhnya tentang institusi keluarga di Prancis.

(7)

Daftar Acuan

Borne, Dominique, Histoire de la société française depuis 1945, Paris, Armand Colin, 1992.

Cabin, Philippe & J-F. Dortier (coord.), La Sociologie. Histoires et Idées, Sciences Humaines Éditions, 2000.

Chalvon-Demersay, Sabine, Mille scenarios. Une enquête sur l’imagination en temps de crise, Paris, Éditions Métaillié, 1994.

Fourastié, Jean, Les trente glorieuses ou la Révolution invisible de 1946 à 1975, Paris, Librairie Arthème Fayard, 1979.

Hargreaves, Alec G. & M. McKinney (ed.), Post-Colonial Cultures in France, Routledge, 1997.

Ihromi, T.O. (ed.), Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2004.

Kaufmann, Jean-Claude, Sociologie du couple, coll. Que sais-je ?, Presses Universitaires de France, 1993.

Mendras, Henri & Alistair Cole, Social change in modern France: Towards a cultural anthropology of the Fifth Republic, Cambridge Univ. Press, 2000.

Mermet, Gérard, Francoscopie 2003, Larousse, 2002.

Roussel, Louis, La famille incertaine, Éditions Odile Jacob, 1989.

Ruano-Borbalan, Jean-Claude (coord.), L’histoire aujourd’hui, Paris, Presses universitaires de France, 1999.

Tjahjani, Joesana, «Perubahan Sosial-Budaya pada Era Trente Glorieuses di Prancis» dalam Prancis dan Kita : Strukturalisme, Sejarah, Politik, Film, dan Bahasa, Jakarta, Penerbit Wedatama Widya Sastra, 2003.

Widodo, Martinus Satya, Cinta dan Keterasingan dalam Masyarakat Modern : Kritik Erich Fromm terhadap Kapitalisme, Yogyakarta, Penerbit Narasi, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

cathayana yang dilakukan menggunakan pelarut 1% HCl dalam metanol (Ge & Ma, 2013) dapat memberikan interpretasi yang baik dalam membandingkan kandungan

Peserta seleksi yang memasukkan Dokumen Kualifikasi dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE atas atas penetapan hasil kualifikasi kepada

Melihat perolehan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan metode pemberian tugas di dalam proses pembelajaran di kelompok B TK Pembina Palu dapat

The cacao beans incubated in formic acid generated better fermentation index than that in acetic acid under the same concentration and incubation period.. Lower molecule

Dalam perhitungan integral rangkap tiga dari suatu fungsi tiga peubah atas bangun ruang G seringkali dijumpai beberapa kesulitan dalam pengintegralan.. Untuk itu,

Bagian Layanan Pengadaan Barang/Jasa (BPLPBJ) Kota Makassar, dengan ini mengumumkan Pemenang Pelelangan Pekerjaan Pengadaan Bahan Obat-Obatan sebagai berikut :. Nama Penyedia

yang telah diumumkan pada tanggal 29 April 2011 dinilai Dokumen Pengadaan belum sesuai dengan Perpres 54/2010 sehingga dinyatakan LELANG GAGAL. Raya

[r]