• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIMPUNAN NOTA KESEPAHAMAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HIMPUNAN NOTA KESEPAHAMAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

HIMPUNAN

NOTA KESEPAHAMAN

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN

KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA

KEMENTERIAN PERDAGANGAN

(2)
(3)

KATA SAMBUTAN

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Buku Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga telah disusun dengan baik. Buku ini merupakan kumpulan Nota Kesepahaman, Pedoman Kerja, maupun Perjanjian Kerja untuk kerjasama dalam negeri maupun luar negeri, baik yang dilaksanakan oleh Kementerian Perdagangan maupun pada tingkat Eselon I, yaitu Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga.

Tujuan penyusunan buku himpunan ini adalah sebagai pedoman untuk meningkatkan koordinasi bersama sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing Pihak dalam rangka meningkatkan perlindungan konsumen dan tertib niaga. Buku ini dapat pula dijadikan acuan bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan kerjasama di tingkat provinsi. Nota Kesepahaman yang ada dalam himpunan ini antara lain Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Kepolisian Republik Indonesia; Tentara Nasional Indonesia; Badan Intelijen Negara; Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM); Kejaksaan Republik Indonesia; serta beberapa Organisasi Kemasyarakatan dan Universitas. Di samping itu terdapat pula Nota Kesepahaman antara Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga dengan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas); Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Badan Karantina Pertanian, Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, vdan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri; Asociación De Investigación De La Industria Agroalimentaria (AINIA) Centro Tecnologico di Spanyol; Ghent University di Belgia; serta Pemerintah Daerah Jawa Timur.

Akhir kata, kami harapkan Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Juli 2017

Sekretaris Direktorat Jenderal

Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga,

(4)
(5)

DAFTAR ISI

Kata Sambutan i

Daftar Isi iii

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Peningkatan Penegakan Hukum di Bidang Perlindungan Konsumen dan Metrologi Legal

1

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Tentang Pengamanan di Bidang Perdagangan dan Perlindungan Konsumen di Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia

35

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Badan Intelijen Negara Republik Indonesia Tentang Pengamanan Sasaran dan Program Strategis di Bidang Perdagangan

41

Memorandum of Understanding between The Directorate of Developing the Quality of Goods and The Ainia Centro Techonolgy Regarding Cooperation and Interaction for the Testing and Verification Works.

47

Memorandum of Understanding between The Directorate for Quality Development of Goods Indonesia and The Ghent University, Faculty of Bioscience Engineering Regarding Cooperation and Interaction for Training, Internship, Testing Works, Proficiency Testing Programme, and Advanced Education Scholarship.

51

Nota Kesepahaman antara Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi dengan Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan tentang Pengawasan Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya Yang Digunakan dalam Pendistribusian Bahan Bakar Minyak.

(6)

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tentang Pengawasan dan Pembinaan dalam Upaya Perlindungan Konsumen serta Peningkatan Daya Saing Produk Obat dan Makanan

97

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Badan Kontak Majelis Taklim Tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen

103

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Konferensi Waligereja Indonesia tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen

107

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi Di Bidang Perlindungan Konsumen

111

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Pimpinan Pusat Muslimat Nahdatul Ulama tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen

115

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Persekutuan Gereja Indonesia tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen

119

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Perwakilan Umat Buddha Indonesia tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen

123

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Parisada Hindu Dharma Indonesia tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen

(7)

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Institut Pertanian Bogor tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen

131

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Universitas Singaperbangsa tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen

135

Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Universitas Tarumanagara tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen

139

Nota Kesepahaman antara Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan Karantina Pertanian Badan Ketahanan Pangan Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri tentang Pengawasan Barang Yang Dilarang, Diawasi, dan/atau Diatur Tata Niaganya di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran serta Pengawasan Barang Beredar di Pasar.

143

Perjanjian Kerja Sama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur tentang Optimalisasi Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga di Jawa Timur

155

Nota Kesepakatan antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kejaksaan Republik Indonesia tentang Kerja Sama dan Koordinasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Dalam Penanganan Permasalahan Hukum

(8)
(9)

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA

KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 30 /M-DAG/MoU/1/2013 NOMOR: B/1/I/2013

TENTANG

PENINGKATAN PENEGAKAN HUKUM

DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN METROLOGI LEGAL Pada hari ini Jumat tanggal Empat bulan Januari tahun Dua ribu tiga belas, bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan di bawah ini:

1. GITA IRAWAN WIRJAWAN, selaku Menteri Perdagangan Republik Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di Jalan M.I. Ridwan Rais Nomor 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. JENDERAL POLISI Drs. TIMUR PRADOPO, selaku Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI), berkedudukan di Jalan Trunojoyo Nomor 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

(10)

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:

a. bahwa PIHAK PERTAMA merupakan institusi pemerintah yang berwenang dan bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan di bidang perdagangan.

b. bahwa PIHAK KEDUA merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168);

5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Hubungan dan Kerja Sama Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4910); 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/5/2009

(11)

8. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang Manajemen Penyidikan Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil; dan

9. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan kerja sama dalam rangka peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal, melalui Nota Kesepahaman, dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut:

BAB I

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1

(1) Maksud Nota Kesepahaman ini adalah sebagai pedoman bagi PARA PIHAK dalam rangka peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

(2) Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah terwujudnya kerja sama antara PARA PIHAK dalam rangka peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2 Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini, meliputi: a. penegakan hukum;

b. peningkatan kemampuan sumber daya manusia; c. peningkatan koordinasi; dan

(12)

BAB III PELAKSANAAN

Bagian Kesatu Penegakan Hukum

Pasal 3

Dalam Nota Kesepahaman ini PARA PIHAK sepakat untuk:

a. meningkatkan kerja sama antara Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan Konsumen (PPNS-PK) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Metrologi Legal (PPNS-MET) dengan Penyidik Polri dalam melaksanakan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

b. menyamakan persepsi dalam melaksanakan peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

c. mencegah atau meminimalisir terjadinya hambatan dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal; dan

d. meningkatkan keberhasilan pelaksanaan penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

Pasal 4

Dalam penegakan hukum, PARA PIHAK melakukan:

a. perencanaan pelaksanaan dengan menentukan sasaran penyidikan, penyidik yang dilibatkan, cara bertindak, pengawasan dan pengendalian, serta target waktu penyidikan.

b. perencanaan sebagaimana dimaksud pada huruf a, disusun berdasarkan:

1) hasil pengawasan; 2) tertangkap tangan;

3) pengaduan dari masyarakat; dan/atau

4) tindak lanjut penyerahan kasus yang dilakukan oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

(13)

c. pertukaran informasi tentang terjadinya dugaan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

Pasal 5

(1) PIHAK PERTAMA membagi tugas kepada PPNS-PK dan PPNS-MET yang akan melakukan kegiatan penyidikan meliputi pengumpulan bahan keterangan, penindakan, pemeriksaan, administrasi penyidikan, pemberkasan, dan penyerahan berkas perkara.

(2) PIHAK KEDUA membagi tugas kepada Penyidik Polri yang akan mendukung dan mengedepankan PPNS-PK dan PPNS-MET dalam melaksanakan kegiatan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 6

(1) PIHAK PERTAMA dalam penyidikan secara aktif melaksanakan tahapan penyidikan sesuai dengan perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dengan berpedoman pada mekanisme proses penyidikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) PIHAK KEDUA sesuai dengan peran dan fungsinya sebagai Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (KORWAS PPNS) mendukung dan mengedepankan PIHAK PERTAMA dalam melaksanakan tahapan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 7

PARA PIHAK melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan penegakan hukum yang dilakukan oleh PK dan PPNS-MET yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 melalui kegiatan evaluasi, supervisi, dan pelaporan pelaksanaan penyidikan.

Bagian Kedua

Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Pasal 8

(1) PARA PIHAK secara berkala menyelenggarakan peningkatan kemampuan sumber daya manusia Penyidik Polri, dan PPNS di bidang penyidikan tindak pidana perlindungan konsumen dan metrologi legal.

(14)

(2) Peningkatan kemampuan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi bimbingan taktis dan teknis penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen, dan metrologi legal.

Bagian Ketiga Peningkatan Koordinasi

Pasal 9

PARA PIHAK dalam melaksanakan koordinasi meliputi kegiatan antara lain:

a. proses penyidikan; b. gelar perkara; dan

c. pendataan penanganan kasus.

Bagian Keempat Sosialisasi

Pasal 10

(1) PARA PIHAK secara bersama-sama melaksanakan sosialisasi tentang pemahaman Nota Kesepahaman ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen, dan metrologi legal.

(2) Sasaran sosialisasi antara lain:

a. anggota Polri khususnya pengemban fungsi penyidikan; b. PPNS-PK dan PPNS-MET ; dan

c. pejabat atasan penyidik. BAB IV PEDOMAN KERJA

Pasal 11

(1) Nota Kesepahaman ini akan ditindaklanjuti oleh PARA PIHAK dengan menyusun pedoman kerja yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini serta dengan membentuk tim pelaksana.

(15)

(2) Tim pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) keanggotaannya terdiri dari wakil PARA PIHAK.

(3) Pedoman Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak ditandatanganinya Nota kesepahaman ini.

BAB V

TINDAK LANJUT KESEPAKATAN KERJA SAMA DI DAERAH Pasal 12

(1) PARA PIHAK dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal, sepakat menindaklanjuti Nota Kesepahaman ini sampai ke tingkat daerah secara berjenjang untuk membuat Kesepakatan Kerja Sama tentang Peningkatan Penegakan Hukum di Bidang Perlindungan Konsumen dan Metrologi Legal.

(2) Pelaksanaan Kesepakatan Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:

a. di tingkat Provinsi antara Gubernur dengan Kepala Kepolisian Daerah; dan

b. di tingkat Kabupaten/Kota antara Bupati/Walikota dengan Kepala Kepolisian Resort.

BAB VI

ANALISIS DAN EVALUASI Pasal 13

(1) PARA PIHAK sepakat melakukan analisis dan evaluasi atas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun.

(2) Pelaksanaan analisis dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK.

(16)

BAB VII PEMBIAYAAN

Pasal 14

Segala biaya yang timbul berkenaan dengan pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan kepada PARA PIHAK secara proporsional.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 15

(1) Hal-hal yang belum diatur atau terjadinya perubahan (addendum) dalam Nota Kesepahaman ini akan ditentukan kemudian oleh PARA PIHAK dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini.

(2) Perubahan (addendum) terhadap Nota Kesepahaman ini dilakukan atas dasar persetujuan PARA PIHAK.

Pasal 16

Apabila dikemudian hari terjadi perbedaan penafsiran dan permasalahan dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, penyelesaian perselisihan akan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah untuk mufakat.

Pasal 17

(1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal ditandatangani oleh PARA PIHAK. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan PIHAK yang bermaksud mengakhiri Nota Kesepahaman wajib memberitahukan maksud tersebut secara tertulis kepada PIHAK lainnya.

(3) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK dengan terlebih dahulu dilakukan koordinasi selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa berlakunya Nota Kesepahaman ini.

(17)

BAB IX PENUTUP

Pasal 18

Nota Kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan, dan tahun sebagaimana disebutkan pada awal Nota Kesepahaman ini, dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, setelah ditandatangani PARA PIHAK.

Demikian Nota Kesepahaman ini dibuat dengan semangat kerja sama yang baik, untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh PARA PIHAK.

PIHAK KEDUA,

Drs. TIMUR PRADOPO JENDERAL POLISI

PIHAK PERTAMA,

(18)
(19)

PEDOMAN KERJA ANTARA

DIREKTORAT JENDERAL

STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN

BADAN RESERSE KRIMINAL

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/SPK/5/2014

NO. POL. : B/01/V/2014/BARESKRIM TENTANG

PENINGKATAN PENEGAKAN HUKUM DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN METROLOGI LEGAL

(20)
(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Umum

Perlindungan konsumen merupakan upaya dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen melalui kegiatan pengawasan di bidang metrologi legal dan di bidang pengawasan barang beredar dan jasa.

Metrologi legal merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melindungi kepentingan umum dalam hal jaminan kebenaran hasil pengukuran serta ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP).

Pengawasan barang dan jasa merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghindarkan konsumen dari efek negatif akibat pemakaian, penggunaan, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa oleh konsumen yang tidak sesuai dengan ketentuan.

Peningkatan penegakan hukum perlindungan konsumen merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia guna mewujudkan kepastian hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal melalui penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 30/M-DAG/MoU/l/2013 dan Nomor B/l/I/2013 tentang Peningkatan Penegakan Hukum di Bidang Perlindungan Konsumen dan Metrologi Legal. Dalam rangka menindaklanjuti Nota Kesepahaman tersebut selanjutnya disusun Pedoman Kerja.

(22)

B. Dasar

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168);

5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan

Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3283);

(23)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Teknis Terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan Bentuk-Bentuk Pengamanan Swakarsa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5298);

10. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M-04.PW.07. 03 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

11. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/5/2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau Jasa;

12. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang;

13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 48/M-DAG/PER/12/2010 tentang Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kemetrologian; 14. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/10/2011

tentang Barang Dalam Keadaan Terbungkus;

15. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang Manajemen Penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

16. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Penyidikan Bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

(24)

17. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Penyidikan Tindak Pidana;

18. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

19. Nota Kesepahaman Antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 30/M-DAG/MoU/1/2013 dan Nomor B/1/1/2013 tentang Peningkatan Penegakan Hukum di Bidang Perlindungan Konsumen dan Metrologi Legal.

C. Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Maksud Pedoman Kerja ini adalah untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka pelaksanaan peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

2. Tujuan

Tujuan Pedoman Kerja ini adalah untuk mewujudkan kerjasama dan sebagai acuan antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

(25)

D. Ruang Lingkup

Pedoman Kerja ini mencakup ruang lingkup sesuai yang tercantum dalam Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai berikut:

a. Penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

b. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia di bidang penyidikan tindak pidana perlindungan konsumen dan metrologi legal.

c. Peningkatan koordinasi dalam kegiatan proses penyidikan, gelar perkara, dan pendataan penanganan kasus.

d. Sosialisasi terhadap pemahaman Nota Kesepahaman dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

E. Tata Unit

BAB I : PENDAHULUAN A. Umum B. Dasar

C. Maksud dan Tujuan D. Ruang Lingkup E. Tata Urut F. Pengertian

BAB II : PENEGAKAN HUKUM

A. Dasar Penyusunan Target Operasional (TO) B. Analisa

C. Pelaksanaan Penyidikan

BAB III : PENINGKATAN KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA A. Bimbingan Taktis

(26)

BAB IV : PENINGKATAN KOORDINASI BAB V : SOSIALISASI

BAB VI : ADMINISTRASI DAN ANGGARAN A. Administrasi

B. Anggaran

BAB VII : ANALISA DAN EVALUASI BAB VIII : PENUTUP F. Pengertian

Untuk menyamakan persepsi terhadap istilah-istilah dalam Pedoman Kerja ini, diberikan beberapa pengertian sebagai berikut:

1. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kemendag adalah unsur pelaksana pemerintah dipimpin oleh Menteri Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden yang mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang perdagangan.

2. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 3. Metrologi Legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan

ukuran, metode-metode pengukuran, dan alat-alat ukur yang menyangkut persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan Undang-Undang yang bertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran.

(27)

4. Pengawasan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh petugas pengawas untuk memastikan kesesuaian barang dan/atau jasa dalam memenuhi standar mutu produksi barang dan/atau jasa, pencantuman label, klausula baku, cara menjual, pengiklanan, pelayanan purna jual, dan kebenaran peruntukan distribusinya. 5. Pengawasan Metrologi Legal adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh pengamat tera dan/atau PPNS Metrologi Legal untuk memastikan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP), Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT), dan Satuan Ukuran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

7. Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan. 8. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS

adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan tindak pidana sesuai Undang-Undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan Penyidik Polri.

9. Atasan PPNS adalah PPNS yang ditunjuk oleh instansinya dan/atau secara struktural membawahi PPNS yang ditugaskan menangani perkara tindak pidana tertentu yang menjadi kewenangannya. 10. Koordinasi adalah upaya menyelaraskan kegiatan para pihak

ke arah sasaran yang sama demi kelancaran mencapai tujuan bersama.

(28)

BAB II PENEGAKAN HUKUM

Dalam meningkatkan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal, PPNS dan Penyidik Polri melaksanakan tahapan perencanaan sebagai berikut:

A. Dasar Penyusunan Target Operasional (TO)

Dalam rangka meningkatkan kerja sama antara PPNS dengan Penyidik Polri untuk penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal diperlukan perencanaan penyidikan berdasarkan, antara lain:

1. Laporan kejadian dari masyarakat dan/atau dari pihak Kemendag atau pihak Polri tentang adanya suatu peristiwa yang diduga tindak pidana.

2. Target operasional (TO) telah disiapkan oleh PPNS sesuai analisa terhadap hasil pengawasan dan/atau tertangkap tangan yang dituangkan dalam laporan kejadian yang dilengkapi dengan alat bukti berupa:

a. sampel barang, dokumen, atau surat;

b. barang dan/atau jasa yang melanggar ketentuan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal berdasarkan hasil pengamatan kasat mata;

c. hasil uji laboratorium atau hasil uji lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (jika diperlukan);

d. keterangan pelaku usaha (jika diperlukan); dan e. keterangan saksi.

(29)

B. Analisis

1. Sesuai dasar sebagaimana dimaksud pada huruf A, maka dilakukan analisis bersama antara PPNS dan Penyidik Polri dalam rangka menyusun rencana tindakan penyidikan dalam hal taktik maupun teknis, agar pelaksanaan penyidikan lebih efektif dan efisien. 2. Dalam penyusunan taktik dan teknis penyidikan, PPNS dan

Penyidik Polri menentukan jumlah personil berdasarkan jumlah TO yang ditangani, locus delicti atau Tempat Kejadian Perkara (TKP), dan bobot kasus.

C. Pelaksanaan Penyidikan

PPNS dalam melaksanakan penyidikan berpedoman pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang Manajemen Penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, sesuai dengan kewenangannya meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Administratif

a. Laporan kejadian

1) Laporan kejadian di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal dibuat secara tertulis oleh PPNS memuat mengenai suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

2) Laporan kejadian di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal dibuat berdasarkan hasil pengawasan, tertangkap tangan, pengaduan dari masyarakat, dan/atau tindak lanjut penyerahan kasus yang dilakukan oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

(30)

b. Penyidik Polri dapat memberikan bantuan untuk melakukan penggeledahan, penangkapan, dan penahanan dengan disaksikan oleh PPNS.

c. Surat Perintah Tugas

1) Surat Perintah Tugas dibuat setelah adanya laporan kejadian dari PPNS berdasarkan alat bukti sebagaimana dimaksud pada BAB II Huruf A angka 2.

2) Surat Perintah Tugas untuk PPNS dibuat dan ditandatangani oleh atasan PPNS. Dalam hal atasan PPNS bukan sebagai penyidik, penandatanganan dilaksanakan oleh PPNS dan diketahui oleh atasan PPNS.

3) Surat Perintah Tugas untuk Penyidik Polri dibuat dan ditandatangani oleh atasan Penyidik Polri dengan tujuan mendukung dan mem-back up proses penyidikan yang dilakukan oleh PPNS.

d. Surat Perintah Penyidikan

1) Dalam rangka pemenuhan persyaratan administratif dan kelancaran penyidikan, maka atasan PPNS mengeluarkan Surat Perintah Penyidikan yang bertujuan untuk melaksanakan penyidikan.

4) Surat Perintah Penyidikan untuk PPNS dibuat dan ditandatangani oleh atasan PPNS. Dalam hal atasan PPNS bukan sebagai penyidik, penandatanganan dilaksanakan oleh PPNS dan diketahui oleh atasan PPNS.

e. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan

1) Dalam hal dimulainya penyidikan, PPNS terlebih dahulu membuat Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polri dilampiri:

(31)

a) laporan kejadian;

b) surat perintah penyidikan; dan c) berita acara yang telah dibuat.

2) Sebelum dibuat SPDP, PPNS dapat memberitahukan secara lisan atau melalui telepon, surat elektronik, dan pesan singkat kepada Penyidik Polri guna menyiapkan bantuan penyidikan yang sewaktu-waktu diperlukan PPNS dengan memuat penjelasan singkat mengenai kejadian tindak pidana atau pelanggaran, identitas pelaku atau tersangka, barang bukti, dan rencana penyidikannya. Selanjutnya PPNS menyampaikan permohonan secara tertulis.

f. Permohonan izin penyitaan/permohonan persetujuan penyitaan. PPNS yang mempunyai kewenangan melakukan penyitaan, pelaksanaannya sesuai dengan hukum acara pidana, dengan ketentuan sebagai berikut:

1) surat permintaan izin penyitaan dibuat oleh PPNS dan ditandatangani oleh atasan PPNS selaku penyidik atau dalam hal atasan PPNS bukan sebagai penyidik, penandatanganan dilaksanakan oleh PPNS dan diketahui oleh atasan PPNS yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat dan ditembuskan kepada Penyidik Polri; 2) PPNS dapat meminta pertimbangan kepada Penyidik Polri

tentang alasan perlunya dilakukan penyitaan sebelum surat permintaan izin penyitaan dikirim kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat;

3) setelah surat izin penyitaan dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri setempat, PPNS mengeluarkan surat perintah penyitaan yang ditandatangani oleh atasan PPNS selaku penyidik atau apabila atasannya bukan penyidik,

(32)

penandatanganan dilaksanakan oleh PPNS dan diketahui oleh atasan PPNS;

4) dalam hal keadaan yang sangat perlu dan mendesak, PPNS dapat segera melakukan penyitaan. Setelah dilakukan penyitaan tersebut, PPNS wajib segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat guna memperoleh persetujuan penyitaan.

2. Teknis Pelaksanaan Penyidikan

a. PPNS dalam melaksanakan penyidikan berpedoman pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang Manajemen Penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

b. Penyidik Polri memberikan dukungan terhadap kelancaran proses pelaksanaan penyidikan di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

3. Pengawasan dan Pengendalian a. Evaluasi

1) Evaluasi penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal dilakukan terhadap kelengkapan administrasi penyidikan dan teknis pelaksanaan penyidikan.

2) Evaluasi dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

b. Supervisi

1) Supervisi penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal dilakukan oleh Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen (Ditjen SPK) Kcmcndag clan Badan Reserse Knminal (Bareskrim) Polri.

(33)

2) Supervisi dilakukan terhadap setiap penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal yang ditangani oleh PPNS.

c. Pelaporan pelaksanaan penyidikan

Pelaporan pelaksanaan penyidikan untuk setiap penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal disampaikan oleh PPNS kepada atasan PPNS dengan tembusan disampaikan kepada Bareskrim Polri atau Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah, atau Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor.

4. Waktu Penyidikan

Penetapan target waktu penyidikan dilakukan berdasarkan pertimbangan jumlah TO yang ditangani dan bobot kasus yang ditetapkan, diawali dari tanggal terbitnya SPDP dengan memperhitungkan tindakan yang dilakukan sebagai berikut: a. pemanggilan dan pemeriksaan saksi/ahli;

b. analisa kasus (gelar perkara jika diperlukan) untuk menetapkan tersangka;

c. pemeriksaan tersangka; d. pemberkasan;

e. penyerahan berkas perkara; dan

f. penetapan P-21 disertai penyerahan barang bukti dan tersangka.

Penetapan waktu penyidikan di dalam rencana pelaksanaan penyidikan dituangkan secara rinci untuk mendapatkan gambaran yang mendekati pasti mengenai berapa lama proses penyidikan tersebut dapat diselesaikan.

(34)

BAB III

PENINGKATAN KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA

Untuk meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyidik Polri dan PPNS di bidang penyidikan tindak pidana perlindungan konsumen dan metrologi legal diperlukan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, yang meliputi:

A. Bimbingan Taktis

1. Pendidikan dan Pelatihan (diklat) PPNS

Kegiatan diklat PPNS dimaksudkan untuk membentuk PPNS yang baru. Kemendag menyiapkan peserta didik dan menyediakan anggaran untuk membentuk PPNS yang baru.

Polri selaku Korwas PPNS menyiapkan sarana prasarana, tenaga pendidik, kurikulum, alat instruksi dan alat penolong instruksi, evaluasi, bahan ajaran, dan metode penyelenggaraan pelaksanaan diklat PPNS.

2. Peningkatan Kemampuan PPNS

Peningkatan Kemampuan PPNS adalah kegiatan dalam rangka upaya meningkatkan kemampuan PPNS dalam hal menambah pemahaman wawasan, keahlian baik teknis maupun taktis di bidang penyidikan tindak pidana perlindungan konsumen dan metrologi legal, serta peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

Penyelenggaraan kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka:

a. meningkatkan efektifitas penyidikan di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal;

(35)

b. meningkatkan kualitas penanganan kasus perlindungan konsumen dan metrologi legal oleh PPNS;

c. meningkatkan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal;

d. meningkatkan administrasi penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal;

3. Rapat Kerja Teknis Polri dan PPNS

Kegiatan Rapat Kerja Teknis (rakernis) Polri dan PPNS dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun guna meningkatkan koordinasi dan pengawasan penyidikan termasuk pemberian bimbingan teknis dan taktis, serta bantuan konsultasi penyidikan.

B. Bimbingan Teknis

Peningkatan kemampuan SDM Penyidik Polri dan PPNS berupa bimbingan teknis penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal dilaksanakan secara bersama-sama.

(36)

BAB IV

PENINGKATAN KOORDINASI

Dalam meningkatkan koordinasi antara Kemendag dengan Polri, apabila ditemukan dugaan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal, maka PPNS Perlindungan Konsumen dan PPNS Metrologi Legal melakukan koordinasi dengan Penyidik Polri yang meliputi kegiatan: 1. Proses Penyidikan

a. penyampaian SPDP; b. upaya paksa, meliputi:

1) pemanggilan; 2) penangkapan; 3) penahanan; 4) penggeledahan; 5) penyitaan; dan 6) pemeriksaan; c. bantuan hukum;

d. penyelesaian berkas perkara; e. pengiriman berkas perkara; f. penghentian penyidikan; g. administrasi penyidikan; dan h. pelimpahan penyidikan.

(37)

2. Gelar Perkara

a. Gelar perkara dapat dilakukan pada: 1) awal penyidikan

Untuk menentukan apakah suatu perbuatan adalah tindak pidana atau bukan, meliputi minimal terdapat 2 (dua) alat bukti, pasal-pasal yang dilanggar, dan menentukan saksi dan tersangka.

2) pertengahan penyidikan

Untuk menemukan solusi dalam mengatasi kendala/hambatan dalam penyelesaian proses penyidikan dan melengkapi berkas. 3) akhir penyidikan

Untuk memastikan bahwa berkas perkara yang akan diajukan ke Penuntut Umum sudah memenuhi persyaratan formil dan materiil.

b. PPNS dalam melaksanakan gelar perkara mengikutsertakan Penyidik Polri dan/atau Korwas PPNS.

3. Pendataan Penanganan Kasus

Pertukaran data dan informasi, meliputi: a. jumlah PPNS;

b. kasus yang ditangani oleh PPNS dan/atau Penyidik Polri; c. penyelesaian kasus.

(38)

BAB V SOSIALISASI

Sosialisasi pemahaman pelaksanaan Nota Kesepahaman dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal dilaksanakan secara bersama-sama oleh Kemendag dan Polri, meliputi:

a. Obyek Sosialisasi

1. Anggota Polri khususnya pengemban fungsi penyidikan; 2. PPNS Perlindungan Konsumen dan PPNS Metrologi Legal; dan 3. Pejabat Atasan Penyidik.

b. Narasumber

1. Pejabat pada Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kemendag, yang ditunjuk dan memahami penyidikan serta peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal; dan

2. Pejabat pada Divisi Hukum Polri dan Biro Koordinasi dan Pengawasan PPNS Bareskrim Polri, yang ditunjuk dan memahami penyidikan serta peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

c. Materi Sosialisasi

1. Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja; dan 2. Peraturan perundang-undangan yang terkait.

(39)

BAB VI

ADMINISTRASI DAN ANGGARAN

A. Administrasi

1. Administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja ini mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Administrasi pengumpulan bahan keterangan atau penyelidikan dan penyidikan kasus-kasus tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal menggunakan administrasi yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Anggaran

Dukungan anggaran yang diperlukan dalam pelaksanaan penegakan hukum menjadi tanggung jawab Kemendag dan Polri secara proporsional.

(40)

BAB VII

ANALISIS DAN EVALUASI

Analisis dan evaluasi terhadap pelaksanaan Nota Kesepahaman tentang Peningkatan Penegakan Hukum di Bidang Perlindungan Konsumen dan Metrologi Legal dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

Analisis dan evaluasi pelaksanaan Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja, membahas antara lain:

1. kasus-kasus yang sedang ditangani;

2. hambatan dan persoalan yang dihadapi dalam penanganan kasus; dan 3. hasil proses persidangan.

(41)

BAB VIII PENUTUP

1. Pedoman Kerja ini dibuat sebagai petunjuk pelaksanaan tugas dalam rangka peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal.

2. Apabila ada perubahan terhadap Pedoman Kerja ini, akan dirumuskan kembali secara bersama-sama dan merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari Pedoman Kerja ini.

3. Pedoman Kerja ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 2014

KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Drs. SUHARDI ALIUS, M.H. KOMISARIS JENDERAL POLISI DIREKTUR JENDERAL

STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN,

(42)
(43)

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA

KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT T E N T A N G

PENGAMANAN DI BIDANG PERDAGANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DI PERBATASAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 1610/M-DAG/MoU/7/2013 NOMOR : KERMA/14/VII/2013

Pada hari ini Rabu, tanggal Dua puluh empat, bulan Juli tahun Dua ribu tiga belas (24-07-2013), bertempat di Jakarta, kami yang bertanda-tangan di bawah ini :

1. GITA IRAWAN WIRJAWAN, Selaku Menteri Perdagangan Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59/P Tahun 2011, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di Jalan M.I. Ridwan Rais Nomor 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. JENDERAL TNI MOELDOKO, Selaku Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24/TNI/Tahun 2013, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, berkedudukan di Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, di Jalan Medan Merdeka Utara Nomor 2 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA untuk selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK dan secara sendiri-sendiri disebut PIHAK.

(44)

PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa PIHAK PERTAMA merupakan institusi pemerintah yang berwenang dan bertanggung-jawab dalam urusan pemerintahan di bidang perdagangan.

2. Bahwa PIHAK KEDUA merupakan alat negara di bidang pertahanan yang mempunyai tugas menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain.

Dengan memperhatikan peraturan perundangan-undangan yang menjadi dasar hukum sebagai berikut :

1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

2. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 3. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916). Berdasarkan hal-hal tersebut PARA PIHAK sepakat untuk menandatangani Nota Kesepahaman ini dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut :

Pasal 1

MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud Nota Kesepahaman ini adalah sebagai pedoman bagi PARA PIHAK dalam rangka peningkatan pengamanan di bidang perdagangan, utamanya stabilisasi harga barang, distribusi barang dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah terwujudnya kerjasama antara PARA PIHAK dalam rangka peningkatan pengamanan di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(45)

Pasal 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini, meliputi :

1. Pengamanan di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. Peningkatan koordinasi; dan 3. Pendayagunaan sumber daya.

Pasal 3 PELAKSANAAN

(1) Nota Kesepahaman ini akan ditindaklanjuti oleh PARA PIHAK untuk merumuskan teknis dan operasional pelaksanaan pengamanan di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan dibentuk Tim Pelaksana dan disusun Pedoman Kerja Pengamanan di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(3) PIHAK PERTAMA akan menunjuk Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan dan PIHAK KEDUA akan menunjuk Asisten Teritorial Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman ini sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1).

Pasal 4

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK

(1) Kerjasama antara Kementerian Perdagangan dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dalam rangka melaksanakan pengamanan bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2) Mencegah atau meminimalisir terjadinya kegiatan perdagangan dan perlindungan konsumen yang tidak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(3) Sinergi untuk melaksanakan program dan kegiatan dalam rangka menjaga dan membina ketahanan nasional di bidang perdagangan

(46)

dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia, melalui pengawasan barang yang keluar dari wilayah Republik Indonesia atau masuk ke wilayah Republik Indonesia sesuai kewenangan masing-masing.

(4) Menangani permasalahan yang timbul di bidang perdagangan, perlindungan konsumen serta sarana dan prasarana di bidang perdagangan yang timbul di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 5

PELAKSANAAN PENGAMANAN

(1) Perencanaan dengan menentukan sasaran pengawasan terhadap barang yang keluar dari wilayah Republik Indonesia atau barang yang masuk dari Negara tetangga ke wilayah Republik Indonesia melalui lintas darat yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perdagangan atau perlindungan konsumen.

(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun berdasarkan hasil pengawasan barang beredar, stabilisasi harga barang, distribusi barang atau informasi lain yang patut diduga telah atau akan terjadi pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perdagangan dan/atau perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau daerah lainnya.

(3) Saling tukar informasi mengenai dugaan terjadinya pelanggaran di bidang perdagangan dan/atau perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 6 KOORDINASI

(1) PARA PIHAK dalam melaksanakan pengamanan di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 melakukan koordinasi untuk meningkatkan pemahaman mengenai tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam berkoordinasi, merencanakan, dan melaksanakan tugas

pengamanan di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia, PARA PIHAK

(47)

mendayagunakan potensi dan sumber daya yang ada didasarkan pada prinsip saling mendukung.

Pasal 7

ANALISA DAN EVALUASI

(1) PARA PIHAK sepakat melakukan analisa dan evaluasi atas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.

(2) Pelaksanaan analisa dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK.

Pasal 8 PEMBIAYAAN

Segala biaya yang timbul akibat ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini, pelaksanaannya akan ditindaklanjuti dalam Kesepakatan Kerjasama (KKS) oleh PARA PIHAK.

Pasal 9 JANGKA WAKTU

(1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal ditandatangani oleh PARA PIHAK. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan PIHAK yang bermaksud mengakhiri Nota Kesepahaman wajib memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK lainnya paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum diakhiri.

(3) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK dengan terlebih dahulu dilakukan koordinasi paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya Nota Kesepahaman ini.

Pasal 10

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Apabila dikemudian hari terjadi perbedaan penafsiran dan permasalahan dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, akan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah untuk mufakat.

(48)

Pasal 11 ADDENDUM

(1) Hal-hal yang belum cukup diatur atau dipandang perlu dilakukan perubahan (addendum) dalam Nota Kesepahaman ini, akan ditentukan kemudian oleh PARA PIHAK dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini.

(2) Perubahan (addendum) terhadap Nota Kesepahaman ini hanya dapat dilakukan atas persetujuan PARA PIHAK.

Demikian Nota Kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan dan tahun sebagaimana disebutkan pada awal Nota Kesepahaman ini, dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani dan dibubuhi cap instansi PARA PIHAK

PIHAK KEDUA,

JENDERAL TNI MOELDOKO

PIHAK PERTAMA,

(49)

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA

KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN

BADAN INTELIJEN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1577/M-DAG/MoU/7/2013 NOMOR : PK-02/BIN/VII/2013...

TENTANG

PENGAMANAN SASARAN DAN PROGRAM STRATEGIS DI BIDANG PERDAGANGAN

Pada hari Jumat, tanggal sembilan belas, bulan Juli tahun dua ribu tiga belas (19 – 07 - 2013), bertempat di Jakarta, yang bertanda-tangan di bawah ini: 1. GITA IRAWAN WIRJAWAN : Menteri Perdagangan Republik

Indonesia, berkedudukan di Jalan M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, bertindak untuk dan atas nama Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, selanjutnya disebut PIHAK KESATU.

2. MARCIANO NORMAN : Kepala Badan Intelijen Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan. Seno Raya, Pejaten Timur - Pasar Minggu, Jakarta Selatan, bertindak untuk dan atas nama Badan Intelijen Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama selanjutnya disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan:

1. bahwa PIHAK KESATU adalah Kementerian yang berwenang dan bertanggung-jawab dalam urusan Pemerintah di bidang perdagangan;

(50)

2. bahwa PIHAK KEDUA adalah Alat Negara yang menyelenggarakan fungsi intelijen dalam negeri dan luar negeri;

3. bahwa pelaksanaan pengamanan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan perlu dilakukan secara berkesinambungan dalam upaya mendukung keberhasilan di bidang perdagangan. Berdasarkan hal tersebut di atas, PARA PIHAK dengan ini bersepakat untuk membuat dan menandatangani Nota Kesepahaman dengan ketentuan sebagai berikut:

BAB I

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1

(1) Maksud Nota Kesepahaman ini adalah untuk melakukan koordinasi dalam rangka pengamanan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan.

(2) Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah terlaksananya pengamanan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2 Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini adalah:

(1) mengamankan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan; dan

(1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang intelijen dan di bidang perdagangan.

BAB III

TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB Pasal 3

(1) PIHAK KESATU mempunyai tugas dan tanggung jawab:

a. menyediakan informasi awal yang berpotensi menimbulkan ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan di bidang perdagangan;

b. melakukan koordinasi dan fasilitasi dengan pihak terkait dalam rangka mengamankan sasaran dan program strategis di bidang

(51)

c. meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang perdagangan dan di bidang intelijen bersama PIHAK KEDUA. (2) PIHAK KEDUA mempunyai tugas dan tanggung jawab melakukan:

a. deteksi dini dan menyampaikan informasi intelijen yang berpotensi menimbulkan ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan di bidang perdagangan;

b. koordinasi dan fasilitasi dengan pihak terkait dalam rangka mengamankan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan; dan

c. peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang intelijen dan di bidang perdagangan bersama dengan PIHAK KESATU.

BAB IV PELAKSANAAN

Pasal 4

(1) Sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepahaman ini dibentuk satuan tugas dalam rangka pengamanan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan.

(2) Anggota satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur Kementerian Perdagangan, Badan Intelijen Negara, dan dapat melibatkan unsur-unsur instansi teknis terkait.

(3) Satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh PARA PIHAK atau oleh pejabat yang ditunjuk.

(4) Satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab dan melaporkan hasil kegiatannya kepada PARA PIHAK.

BAB V PEMBIAYAAN

Pasal 5

Pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan kepada PARA PIHAK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(52)

BAB VI JANGKA WAKTU

Pasal 6

(1) Nota Kesepahaman ini berlaku selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal ditandatangani dan dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK.

(2) Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan, bahwa pihak yang akan mengakhiri Nota Kesepahaman ini menyampaikan pemberitahuan tertulis 30 (tiga puluh) hari sebelumnya kepada pihak lain.

BAB VII

MONITORING DAN EVALUASI Pasal 7

Pelaksanaan Nota Kesepahaman dievaluasi secara berkala oleh PARA PIHAK paling lambat 6 (enam) bulan, dan hasilnya dipergunakan sebagai bahan penyempurnaan pelaksanaan kegiatan dan/atau untuk menetapkan kebijakan oleh PARA PIHAK.

BAB VIII KETENTUAN LAIN

Pasal 8

(1) Perubahan terhadap Nota Kesepahaman ini hanya dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK.

(2) Hal-hal yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan diatur berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK dan dituangkan secara tertulis dalam suatu perubahan (addendum) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini.

(53)

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 9

(1) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli dan bermeterai cukup, masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani oleh PARA PIHAK.

(2) Nota Kesepahaman ini mulai berlaku sejak tanggal ditandatangani oleh PARA PIHAK.

PIHAK KEDUA, PIHAK KESATU,

(54)
(55)

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

This Memorandum of Understanding (MOU) is entered into by and between the Directorate of Developing the Quality of Goods Indonesia, hereafter “PMB”, with a registered address at Jl. Raya Bogor km.26 Ciracas, Jakarta 13740, Indonesia, and the AINIA Centro Tecnologico, hereafter “AINIA”, with a registered address at Parque tecnológico de Valencia c/ Benjamin Franklin, 5-11E46980 Paterna, Spain. PMB and AINIA are referred to collectively, as “Parties” or individually as “Party.”

P R E S E N T Directorate of Developing the

Quality of Goods, Chandrini Mestika Dewi

Director

AINIA Centro Tecnologico Sebastian Subirats Huerta

Director

I. PURPOSE

Cooperation and interaction for the testing and verification works (hereafter, collectively referred to as the “Field”).

The purpose of this MOU is to define the areas for improvement and to further develop the PMB’s competencies to pursue acceptance of PMB test certificate in European Union market.

The Parties desire to work together in the future for our mutual benefit to foster a collaborative framework between PMB and AINIA in the Field with a view to benefiting from each other’s initiatives and working procedures and to support collaboration among the laboratories under both Parties.

II. SCOPE :

1. This MOU sets forth the intentions of the Parties for increased collaboration, cooperation and interaction and does not create any legally binding commitments. If the Parties later agree to undertake specific joint projects with legally binding obligations, we will develop separate written agreements for such projects, setting out each Party’s contributions, deliverables, and budgets. It is also understood that PMB is a Government body under Directorate General of Standardization and Consumer Protection, Ministry of Trade, Republic of Indonesia, and AINIA is a private non-profit organization.

(56)

2. The Parties intend to:

2.1. Establish collaboration on development of human capital of PMB.

2.2. Establish collaboration on development of technical competencies, including method and technology on testing, knowledge of Laboratory Layout and Facilities, and the supporting activities into world-class level.

2.3. Exchange information on market demand and laboratory requirements.

2.4. Pursue Mutual Recognition Arrangement between Parties. III. VISITING AND HOSTING PARTY :

1. The Hosting Party is the Party at whose site the collaboration will occur. The Visiting Party is the Party whose personnel travel to the Hosting Party’s site for activity under collaborations. The Visiting Party’s personnel are employees of the Visiting Party and shall remain so at all times during any collaborations. Under no circumstances will personnel of the Visiting Party be considered to be employees or agents of the Hosting Party.

2. All proposed visits must be documented in a signed written agreement, which specifically sets forth all of the requirements, commitments and obligations of the Visiting Party and the Hosting Party, including any issues regarding visits addressed in this MOU.

3. The Hosting Party will be responsible for naming a collaborator within its institution as well as providing space and equipment for the personnel of the Visiting Party. The Hosting Party will assist in making necessary administrative arrangements for the personnel of the Visiting Party, including arrangements for living accommodations.

IV. COST :

Parties will be discuss and come to an agreement for costs in connection with all matters relating to collaborations under this MOU. Where possible and appropriate, the Parties may also seek funding for collaborations from the European Union and Indonesian Government.

V. GENERAL PROVISIONS :

1. As stated above, any specific joint projects with legally binding obligations will be set forth in separate written agreements. 2. Treatment of intellectual property rights developed through

collaborations under this MOU will be determined between the Parties through mutual consultation and separate written

(57)

VI. CONFIDENTIALITY :

The parties agree that there is no intention to share any confidential or proprietary information in any collaboration under this MOU. If either Party wishes to disclose information it considers to be confidential or proprietary to the other Party, the Parties will enter into a written non-disclosure agreement. It is also understood and agreed that no information will be exchanged or disseminated under any collaborations pursuant to this MOU which is controlled by laws of each government.

VII. DURATION

This MOU shall be effective for a period of three (3) years from the date of final signature. It may be modified or extended by mutual written agreement by the Parties. This MOU may be terminated by either party upon six (6) months advance written notice.

Signed this very day of 10th day of September 2014.

ACCEPTED BY:

Directorate of Developing the Quality of Goods,

Directorate General Standardization and Consumer Protection, Ministry of Trade, Republic of

Indonesia

Chandrini Mestika Dewi Director

AINIA Centro Tecnologico

Sebastian Subirats Huerta Director

(58)
(59)

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

This Memorandum of Understanding (MOU) is entered into by and between the Directorate for Quality Development of Goods Indonesia, hereafter “DPMB”, with a registered address at Jl. Raya Bogor km.26 Ciracas, Jakarta 13740, Indonesia, and the Ghent University, Faculty of Bioscience Engineering, hereafter “GENT”, with a registered address at Coupure Links 653, 9000 Gent, Belgium. DPMB and GENT are referred to collectively, as “Parties” or individually as “Party.”

PRESENT Directorate for Quality

Development of Goods, Chandrini Mestika Dewi

Director

Laboratory for Food Microbiology and Food Preservation, Faculty of Bioscience Engineering

Ghent University Prof. dr. ir. Mieke Uyttendaele

Director I. PURPOSE:

Cooperation and interaction for training, internship, testing works, proficiency testing programme, and advanced education scholarship (hereafter, collectively referred to as the “Field”).

The purpose of this MOU is to define the areas for improvement and to further develop the DPMB’s competencies to pursue recognition of DPMB as national reference laboratory in Indonesia and acceptance of test certificate in European Union market.

The Parties desire to work together in the future for our mutual benefit to foster a collaborative framework between DPMB and GENT in the Field with a view to benefiting from each other’s initiatives and working procedures and to support collaboration among the laboratories under both Parties.

II. SCOPE :

1. This MOU sets forth the intentions of the Parties for increased collaboration, cooperation and interaction and does not create any legally binding commitments. lf the Parties later agree to undertake specific joint projects with legally binding obligations, we will develop separate written agreements for such projects, setting out each Party’s contributions deliverables, and budgets. lt is also understood that DPMB is a Government body under Directorate General of Standardization and Consumer Protection, Ministry of Trade, Republic of Indonesia, and GENT is Faculty of Bioscience Engineering under Gent University in Belgium.

(60)

2. The Parties intend to:

2.1. Establish collaboration on development of human capital of DPMB.

2.2. Establish collaboration on development of technical competencies, including sample handling, sampling method and technology on testing, waste management, equipment handling, sample preparation for proficiency test, safety management and the supporting activities into world-class level.

2.3. Establish collaboration on participation in proficiency testing held by Gent.

2.4. Exchange information on new development in laboratories best practice.

2.5. Establish collaboration on expert consultation for problem solving (Method development or method validation) via email, phone, and group discussion.

III. VISITING AND HOSTING PARTY:

1. The Hosting Party is the Party at whose site the collaboration wil occur. The Visiting Party is the Party whose personnel travel to the Hosting Party’s site for activity under collaborations. The Visiting Party’s personnel are employees of the Visiting Party and shall remain so at all times during any collaborations. Under no circumstances will personnel of the Visiting Party be considered to be employees or agents of the Hosting Party.

2. All proposed visits must be documented in a signed written agreement, which specifically sets forth all of the requirements, commitments and obligations of the Visiting Party and the Hosting Party, including any issues regarding visits addressed in this MOU.

3. The Hosting Party will be responsible for naming a collaborator within its institution as well as providing space and equipment for the personnel of the Visiting Party. The Hosting Party will assist in making necessary administrative arrangements for the personnel of the Visiting Party, including arrangements for living accommodations.

IV. COST :

Parties will discuss and come to an agreement for costs in connection with all matters relating to collaborations under this MOU. Where possible and appropriate, the Parties may also seek funding for collaborations from the European Union and Indonesian Government.

(61)

V. GENERAL PROVISIONS:

1. As stated above, any specific joint projects with legally binding obligations will be set forth in separate written agreements. 2. Treatment of intellectual property rights developed through

collaborations under this MOU will be determined between the Parties through mutual consultation and separate written agreements on a case-by-case basis.

VI. CONFIDENTIALITY:

The parties agree that there is no intention to share any confidential or proprietary information in any collaboration under this MOU. lf either Party wishes to disclose information it considers to be confidential or proprietary to the other Party, the Parties will enter into a written non-disclosure agreement. lt is also understood and agreed that no information will be exchanged or disseminated under any collaborations pursuant to this MOU which i s controlled by laws of each government.

VII. DURATION

This MOU shall be effective for a period of three (3) years from the date of final signature. lt may be modified or extended by mutual written agreement by the Parties. This MOU may be terminated by either party upon six (6) months advance written notice.

Signed on this very day of .6 May 2015. ACCEPTED BY: Directorate for Quality

Development of Goods, Directorate General

Standardization And Consumer Protection, Ministry of Trade, Republic of

Indonesia

Chandrini Mestika Dewi Director

Laboratory for Food Microbiology And Food Preservation, Faculty of Bioscience Engineering,

Ghent University, Belgium

Prof. Dr. Ir. Mieke Uyttendaele Director

(62)

Referensi

Dokumen terkait

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu sendiri memiliki tugas yang sudah tertulis pada Perpres Nomor 7 Tahun 2018, yakni membantu Presiden dalam merumuskan

Penelitian ini ditunjukkan untuk menjelaskan kedudukan- kedudukan variabel yang akan diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain atau

dalam cabang olahraga renang. Sebenarnya potensi anak untuk menjadi atlet renang ke depannya sangat baik, apalagi sekarang pemerintah telah memperhatikan kesejahteraan

Juga diketahui pada tahun 2015 (saat audit) dari 11 kasus tersebut baru 2 kasus yang sudah dapat diselesaikan dengan melakukan kerjasama antara PT.. RUJ dengan Kelompok

S arana dan prasarana merupakan alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam perusahaan, apabila kedua hal ini tidak tersedia maka kegiatan yang

INDO SMPN 05 Satu Atap Manggelewa Kab.. SAFIAH PAUD 2 TK TUNAS BANGSA

Berdasarkan permasalahan yang di bahas mengenai kapasitas aliran air pada pompa dan Head Pompa maka dapat diketahui berapa perbandingan diteoritis dan di spesifikasi pabrik,

Menjawab tantangan globalisasi sekaligus mewujudkan pencapaian perlindungan konsumen dan pengamanan pasar dalam negeri, pada tahun 2010 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia