• Tidak ada hasil yang ditemukan

Self esteem dan obesitas pada wanita dewasa awal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Self esteem dan obesitas pada wanita dewasa awal"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SELF ESTEEM DAN OBESITAS PADA WANITA DEWASA AWAL. Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun Oleh :. Yosua Cahyo Putro 129114024. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO. SEGALA PERKARA DAPAT KUTANGGUNG DI DALAM DIA, YANG MEMBERI KEKUATAN KEPADAKU – FILIPI 4:13. IF YOU THE FREAK ONE, LETS BE THE BEST FREAK THAT YOU’VE EVER SEEN. ALL YOU CAN DO IS JUST TRYING, ALL YOU CAN EARN IS THE RESULT OF YOUR HARDWORK!. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Untuk setiap rumah, yang tak pernah bosan menerima pulang dalam hidup saya . v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SELF ESTEEM DAN OBESITAS PADA WANITA DEWASA AWAL Yosua Cahyo Putro. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self esteem dan obesitas pada wanita dewasa awal. Hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah adanya hubungan negatif antara variabel self esteem terhadap obesitas. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasional. Subjek yang digunakan merupakan mahasiswa wanita Universitas Sanata Dharma dan warga wanita Gereja Kristen Jawa Demakijo yang berada pada usia 18-40 tahun. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert untuk self esteem dan Indeks Massa Tubuh untuk obesitas. Koefisien reliabilitas skala self esteem adalah sebesar (α = 0,892). Analisis data menggunakan teknik korelasi product moment. Hasil analisis data menunjukkan adanya korelasi signifikan antara variabel self esteem dengan variabel obesitas, yaitu sebesar r = 0,581 (p = 0,00)., sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. Kedua aspek dari variabel self esteem memiliki kontribusi terhadap variabel obesitas. Kontribusi aspek feelings of belonging memiliki nilai koefisien sebesar -0,269. Sementara kontribusi aspek power memiliki nilai koefisien sebesar -0,162. Lebih jauh, ternyata kontribusi aspek feelings of belonging lebih besar dan signifikan daripada aspek power. Oleh karena hal tersebut, implikasi hasil penelitian ini akan dibahas lebih lanjut dalam skripsi ini.. Kata kunci: self esteem, obesitas, wanita dewasa awal.. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SELF ESTEEM AND OBESITY IN EARLY ADULT WOMAN. Yosua Cahyo Putro. ABSTRACT This research is aimed to find the relations between self esteem and obesity at early adult woman. Hypothesis that proposed in this research is there was a negative correlation between self esteem and obesity in early adult woman. This research was a quantitative research with correlational method. Subjects in this research was 70 early adult woman in Sanata Dharma University and Gereja Kristen Jawa Demakijo. A method that used to collect the data in this research was Likert Scale. The scale of self esteem has been compiled by researcher. The coefficient reliability of self esteem scale was (α = 0,892). Data analyze that used in this research was Carl Pearson product moment correlation technique. The result of data analyze showed that there was a significant negative correlation between self esteem and obesity, that the score of correlation was r = 0,581 (p = 0,00). So, the hypothesis in this research was accepted. In conclusion, there was a negative relationship between both variables, which mean the higher self esteem in oneself, the lower obesity in early adult woman. Both aspect of self esteem had contribution toward obesity. Contribution of feelings of belonging aspect had coefficient score -0,269. Meanwhile, contribution of power aspect had coefficient score -0,162. Furthermore, contribution of feelings of belonging was larger and significant than power. Therefore, the implication of this research will be discussed at this thesis.. Keyword: Self esteem, obesity, early adult woman. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan seluruh semesta, pun juga seluruh elemen di dalamnya, atas waktu yang luar biasa, sehingga penulis mampu menyelesaikan tulisannya. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak yang membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.. Tuhan Yesus, pemberi jalan, yang tak pernah meninggalkan. Matur nuwun sanget Gusti tumrap menapa ingkang sampun Gusti paringi.. 2.. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.. 3.. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si, Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 4.. Ibu Dr. Tjipto Susana, selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih sekali atas bimbingan dan kesabaran pada pesawat Lion ibuk satu ini . 5.. Bapak Hadrianus Wahyudi, selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bantuan dalam segala proses kuliah yang tiada duanya.. 6.. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas bimbingannya. Terkhusus kepada Suster Wina dan Bu Dewi, saya akan selalu merindukan ruang 3x4 milik Suster dan Ibu.. 7.. Segenap Karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terkhusus kepada Mas Gandung, Bu Nanik, dan Mas Muji “Glory” x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Brodin. Terima kasih banyak atas bantuan dalam segala administrasi dan laboratorium. 8.. Wanita pagi subuh dalam kehidupan saya, Ibuk. Tak ada yang lebih cinta, tak ada lebih sayang daripada Ibuk. Si pemalas ini sayang Ibuk apapun itu . 9.. Pria yang selalu menyayangi saya dalam diam, Bapak. “Action Speaks More”, terima kasih untuk segalanya Pak!. 10.. Kedua gadis manis manja yang tak bosan gedar-gedor pintu kamar, Putri dan Tia. Sabar ya, habis ini kakak temenin liat sunset bareng di Parangndog.. 11.. Karib sepanjang masa, Jalu, Wikan, Gitong, Lalak. Nek ra ono koe kabeh, aku ra bakal koyo tekan kene. Suwun banget sakmodare!!. 12.. Lia, Judeth, Penyik, Rezky, Komang, Mondri. Suwun banget iso tak repoti sakpenak wudelku, aku raiso ngenei opo-opo sakliyane matur nuwun.. 13.. Para manusia penyelamat skripsi, Erlin, Zelda, Bendot, Koh Akeng, Rosi, Flora, Anggit, Grace, Felinsa, dan semuanya. Thankies berat pokokke!!. 14.. Buat Mondri, Yatim, dan Panjul. Kamar kost karo kamar omahmu raono gantine!. 15.. Yang tak akan terlupa, Keluarga Kobra “Lintang, Lona, Menuk, Unyil, Sonia, Teteh, Suged, Komang, Bella, Yuda”, Cabe Edan “Bebing, Clak, Lia, Viony, Leviana, Anette”, Crocodile Drugs “Aprek, Bendot, Grego, Efan, Ojek, Sakti, Gede, Sinyo”, Panti PF’15 “Judeth, Bendot, Melani,. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................. ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN MOTO ....................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 11 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 11 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 12 1. Manfaat Teoritis ........................................................................... 12 2. Manfaat Praktis ............................................................................ 12 xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 13 A. Obesitas ............................................................................................ 13 1. Definisi Obesitas .......................................................................... 13 2. Faktor Penyebab Obesitas ............................................................ 15 3. Dampak Obesitas ......................................................................... 19 B. Self Esteem ...................................................................................... 21 1. Definisi ......................................................................................... 21 2. Aspek Self Esteem ........................................................................ 24 3. Model Self Esteem ....................................................................... 28 C. Wanita Dewasa Awal ....................................................................... 35 D. Hubungan antara Self Esteem dan Obesitas ..................................... 36 E. Skema Pengaruh Self Esteem Terhadap Obesitas ............................ 44 F. Hipotesis ........................................................................................... 45 BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 46 A. Jenis Penelitian................................................................................. 46 B. Identifikasi Variabel Penelitian........................................................ 46 C. Definisi Operasional ........................................................................ 47 1. Self Esteem ................................................................................... 47 2. Obesitas ........................................................................................ 48 D. Subjek Penelitian ............................................................................. 48 E. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 49 1. Alat Ukur Indeks Massa Tubuh ................................................... 50 2. Skala Self Esteem ......................................................................... 51 xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. Alasan Pembuatan Skala Self Esteem .......................................... 56 F. Validitas Dan Reliabilitas ................................................................. 57 1. Validitas ...................................................................................... 58 2. Reliabilitas ................................................................................. 59 G. Metode Analisis Data ....................................................................... 61 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 62 A. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 62 B. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................. 63 C. Deskripsi Data Penelitian ................................................................. 64 D. Uji Asumsi dan Hasil Penelitian ...................................................... 67 E. Pembahasan ...................................................................................... 71 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 76 A. Kesimpulan ...................................................................................... 76 B. Saran................................................................................................. 77 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 91. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. TABEL 1. Kategorisasi Indeks Massa Tubuh ............................................... 14 TABEL 2. Kategorisasi Indeks Massa Tubuh ............................................... 51 TABEL 3. Blue Print Skala Self Esteem Sebelum Uji Coba .......................... 54 TABEL 4. Blue Print Skala Self Esteem Setelah Uji Coba ............................ 55 TABEL 5. Blue Print Skala Self Esteem Setelah Uji Coba (Nomor Baru) ... 55 TABEL 6. Usia dan Indeks Massa Tubuh ...................................................... 63 TABEL 7. Profesi Subjek ............................................................................... 63 TABEL 8. Perbandingan Rerata .................................................................... 64 TABEL 9. Kategorisasi Tingkat Self Esteem Subjek ..................................... 65 TABEL 10. Kategorisasi Obesitas Subjek ..................................................... 66 TABEL 11. Uji Linearitas .............................................................................. 67 TABEL 12. Uji Normalitas ............................................................................ 68 TABEL 13. Hasil Uji Korelasi ....................................................................... 68 TABEL 14. Uji Regresi Aspek Power dan Feelings of Belonging terhadap Obesitas ......................................................................... 69 TABEL 15. Sumbangan Self Esteem Terhadap Obesitas ................................. 71. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. LAMPIRAN 1. Skala Self Esteem (Uji Coba)................................................ 86 LAMPIRAN 2. Skala Self Esteem (Setelah Uji Coba) ................................... 93 LAMPIRAN 3. Hasil Seleksi Skala Self Esteem ............................................ 101 LAMPIRAN 4. Reliabilitas Skala Self Esteem............................................... 103 LAMPIRAN 5. Deskripsi Data Penelitian ..................................................... 104 LAMPIRAN 6. Linearitas Self Esteem dan Obesitas .................................... 105 LAMPIRAN 7. Normalitas Self Esteem dan Obesitas ................................... 106 LAMPIRAN 8. Korelasi Product Moment Self Esteem dan Obesitas ........... 107 LAMPIRAN 9. Uji Regresi Aspek Power dan Feelings of Belonging terhadap Obesitas ............................................................................... 108 LAMPIRAN 10. Sumbangan Self Esteem Terhadap Obesitas ...................... 109. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. GAMBAR 1. Skema Pengaruh Self Esteem Terhadap Obesitas .................. 44. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya memiliki berbagai macam kebutuhan dalam kehidupannya. Maslow mengatakan, bahwa dalam diri manusia terdapat hierarki kebutuhan (Feist & Feist, 2006). Kebutuhan yang dimiliki manusia tersebut kebutuhan fisiologis, rasa aman, kebutuhan akan rasa dimiliki-memiliki dan kasih sayang kebutuhan akan harga diri dan penghargaan dari orang lain, dan yang terakhir adalah kebutuhan akan aktualisasi diri (Goble, 1987). Susunan hierarki yang dikemukakan oleh Maslow dimulai dari kebutuhan fisiologis yang paling mendasar hingga kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai puncaknya, di mana untuk mencapai tahapan kebutuhan selanjutnya, kebutuhan yang paling mendasar haruslah terpenuhi terlebih dahulu. (Goble, 1987). Kebutuhan paling dasar dari manusia adalah kebutuhan fisiologis, di mana kebutuhan ini adalah kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan manusia secara fisik (Feist & Feist, 2006). Kebutuhan fisiologis tersebut antara lain kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur, dan oksigen (Goble, 1987). Dikarenakan kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang terletak paling dasar pada hierarki Maslow, maka kebutuhan ini menjadi potensi paling dasar dalam memenuhi kebutuhan selanjutnya (Feist & Feist, 2010). Selain itu, kebutuhan fisiologi ini juga memiliki kekhasan. Hal yang khas dari kebutuhan fisiologi adalah hakikat pengulangannya, di mana ketika manusia selesai memenuhi kebutuhannya fisiologisnya dengan makan, ia akan bisa merasa lapar. 1.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. lagi (Feist & Feist, 2006). Hal ini membuat manusia akan terus menerus mencari sumber daya dari kebutuhan fisiologis ini, dikarenakan kebutuhan fisiologis ini terus berulang secara terus menerus. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, salah satu bagian dari kebutuhan fisiologis pada diri manusia adalah kebutuhan akan makanan. Oleh karena hal itu, makan menjadi kebutuhan dasar bagi manusia. Makan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah memasukkan sesuatu ke mulut, mengunyah dan menelannya (Depdikbud, 2005). Dalam melakukan aktivitas makan ini, pada umumnya akan terbentuk pola makan pada diri manusia. Menurut Harper (1986), pola makan (dietary pattern) adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Pemilihan makanan dan banyaknya makanan yang dikonsumsi oleh manusia itu sendiri akan memenuhi kebutuhan fisiologisnya dan menghilangkan rasa lapar. Namun, jika manusia tidak teratur dan berlebihan dalam mengonsumsi makanan akan menimbulkan obesitas pada dirinya. Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (World Health Organization, 2011). Menurut Myers (2004), seseorang dikatakan obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka. Sementara itu, menurut Dariyo (2004) yang dimaksud dengan obesitas adalah kelebihan berat badan dari ukuran normal sebenarnya. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. obesitas erat kaitannya dengan kelebihan berat badan dan penumpukan sel lemak, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Penyebab dari obesitas sendiri bermacam-macam. Menurut Papalia, Olds, Feldma dan Rice (dalam Wulandari, 2007) ada tiga penyebab obesitas yakni, faktor fisiologis, faktor psikologis dan faktor kecelakaan. Faktor fisiologis adalah faktor yang muncul dari berbagai variabel, baik yang bersifat herediter maupun non herediter. Kemudian, faktor psikologis adalah bagaimana gambaran kondisi emosional yang tidak stabil yang menyebabkan kecenderungan seorang individu untuk melakukan pelarian diri dengan cara banyak makan makanan yang mengandung kalori atau kolestrol tinggi. Kondisi ini biasanya bersifat ekstrim, artinya menimbulkan gejolak emosional yang sangat dahsyat dan bersifat traumatis. Sementara itu, faktor kecelakaan adalah kecelakaan yang menyebabkan cidera otak terutama pada pusat pengaturan rasa lapar. Kerusakan syaraf otak ini menyebabkan individu tidak pernah merasa kenyang, walaupun telah makan makanan yang banyak, dan akibatnya badan individu menjadi gemuk. Obesitas dewasa ini menjadi masalah yang semakin merebak. Dilansir The Lancet, jumlah orang gemuk dunia naik dari 875 juta orang pada 1980 menjadi 2,1 miliar pada 2013 (“Jumlah Orang Obesitas di Indonesia Terus Meningkat”, 2014). Melihat data tersebut, sebenarnya hampir sepertiga penduduk dunia mengalami kegemukan. Sementara itu, di Indonesia lebih dari 40 juta orang dewasa mengalami obesitas atau kegemukan (“Jumlah Orang Obesitas di Indonesia Terus Meningkat”, 2014). Individu yang mengalami obesitas itu pun juga memiliki resiko terkena berbagai penyakit degenarif, mulai dari diabetes,.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. serangan jantung, stroke, hingga kanker (“Jumlah Orang Obesitas di Indonesia Terus Meningkat”, 2014). Prevalensi obesitas juga mengalami peningkatan di seluruh dunia, hal ini membuat meningkatnya prevalensi obesitas merupakan masalah kesehatan utama diseluruh dunia (Park & Kim, 2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahun terkait dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Secara keseluruhan lebih dari 10% dari populasi orang dewasa di dunia menderita obesitas, dan hampir 300 juta adalah wanita (WHO, 2013). Untuk Indonesia sendiri, angka obesitas juga terus meningkat. Berdasarkan data Balitbang Kemenkes RI (2013), pada laki-laki dewasa terjadi peningkatan dari 13,9% pada tahun 2007 menjadi 19,7 % pada tahun 2013. Sedangkan pada wanita dewasa terjadi kenaikan yang sangat ekstrim mencapai 18,1 %. Dari 14,8% pada tahun 2007 menjadi 32,9 % pada tahun 2013 (Balitbang Kemenkes RI, 2013). Berbagai penelitian sebenarnya juga telah dilakukan guna menanggapi fenomena obesitas ini. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa obesitas berkaitan erat dengan penyakit kronis dan kematian (Calle, Rodriguez, Walkerthurmond, & Thun, 2003). Selain itu, obesitas juga memiliki hubungan dengan depresi, di mana individu yang mengalami obesitas, maka ia juga akan mengalami depresi (Roberts, Deleger, Strawbridge, & Kaplan. 2003). Noppa dan Walson (dalam Roberts dkk, 2003) menemukan, bahwa depresi memprediksi pertambahan berat badan pada individu selama 6 tahun kedepan. Selain itu, depresi juga memprediksi obesitas pada individu selama 5 tahun ke depan, jika tidak dilakukan langkah penyesuaian (Roberts dkk, 2003). Di sisi lain, pola makan juga memiliki.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. hubungan dengan obesitas (Ma, Bertone, Stanek, Reed, Hebert, Cohen, Merriam, dan Ocekene, 2003). Individu yang melewatkan sarapan di pagi, cenderung mengalami obesitas. Selain itu, individu yang melakukan sarapan dan makan malam tidak di rumah juga memiliki resiko obesitas lebih tinggi (Ma dkk, 2003). Hal ini juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh McCory dkk (dalam Ma dkk, 2003), di mana frekuensi makan di restoran pada individu dewasa memiliki korelasi positif dengan pertambahan berat badan dan resiko obesitas. Penelitian yang dilakukan oleh Kruger, Blanck, dan Gillespie (2008) juga menemukan bahwa penyebab obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik. Lebih jauh, aktivitas fisik yang kurang pada individu akan mengakibatkan resiko obesitas menjadi lebih besar (Dietz, 2004). Hal ini dikarenakan tidak terbakarnya secara maksimal lemak dalam tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ma dan Kruger, dalam menghindari obesitas individu harus mampu mengontrol perilaku makan mereka dan tetap melakukan aktivitas fisik. Peneliti menemukan sebuah variabel lain yang dianggap menjadi dasar dalam individu berperilaku, yaitu self esteem atau harga diri. Self esteem merupakan penilaian individu mengenai dirinya (Coopersmith dalam Harre & Lamb, 1996). Self esteem juga mempunyai peran penting terhadap sikap dan perilaku individu (Santrock, 2007). Sehingga, self esteem menjadi hal yang penting bagi individu untuk menentukan bagaimana individu tersebut berperilaku. Self esteem meliputi dua aspek, yaitu penerimaan diri dan penghormatan diri. Kedua aspek tersebut memiliki 5 dimensi yaitu dimensi akademik, sosial,.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. emosional, keluarga, dan fisik. Dimensi akademik mengacu pada persepsi individu terhadap kualitas pendidikan individu, dimensi sosial mengacu pada persepsi individu terhadap hubungan sosial individu, dimensi emosional merupakan keterlibatan individu terhadap emosi individu, dimensi keluarga mengacu pada keterlibatan individu dalam partisipasi dan integrasi di dalam keluarga, dan dimensi fisik yang mengacu pada persepsi individu terhadap kondisi fisik individu (Rosenberg dalam Albo, Nunez, Navarro, Grijalvo, 2007). Selain kedua aspek yang diutarakan oleh Rosenberg, terdapat aspek lain dalam self esteem yaitu feelings of belonging dan sense of mastery. Feelings of belonging sendiri berbicara mengenai bagaimana individu menghargai dan mencintai dirinya (Rogers & Dymond, 1954). Sementara itu, sense of mastery merupakan aspek self esteem yang tentang persepsi individu mengenai dampak diri mereka bagi dunia di sekitarnya (Brisset , 1972). Aspek dari self esteem juga diutarakan oleh Coopersmith (1967), di mana aspek dari self esteem adalah power dan competence. Power merupakan aspek self esteem yang mengulasi mengenai bagaimana individu mampu mengontrol perilaku dirinya. Competence merupakan aspek self esteem yang berbicara mengenai bagaimana individu mengenali dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi yang terjadi dalam lingkungannya (Coopersmith, 1967). Beberapa penelitian pun telah dilakukan antara self esteem dengan variabel lain. Salah satu penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Orth, Robins, dan Roberts (2008) yang meneliti hubungan antara self esteem yang rendah dengan depresi. Hasil yang ditemukan adalah adanya korelasi negatif yang.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. kuat antara self esteem dengan depresi, sehingga self esteem yang rendah membuat tingkat depresi menjadi tinggi. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Moksnes, Moljord, Espnes, dan Byrne (2013) mengenai self esteem. Hasil yang didapat adalah terdapat korelasi yang signifikan dan positif antara self esteem dan life satisfaction, sehingga semakin tinggi self esteem, semakin tinggi juga kepuasan akan hidup yang dimiliki oleh individu. Peneleti juga menemukan studi mengenai self esteem yang menunjukkan adanya hubungan yang positif antara self esteem dengan kesehatan fisik (Chang, Nien, Tsai, Etnier, 2010), sehingga semakin tinggi self esteem individu makan semakin baik pula kesehatan fisiknya. Peneliti juga menemukan sebuah variabel lain yaitu regulasi diri. Regulasi diri merupakan kemampuan untuk merencanakan, mengarahkan, dan memonitor perilaku untuk mencapai sutau tujuan tertentu dengan melibatkan unsur fisik, kognitif, emosional, dan sosial (Brown, dalam Neal & Carey, 2005). Aspek dari regulasi. diri. sendiri. adalah. metakognisi,. motivasi,. dan. perilaku.. Metakognisi menurut Schunk & Zimmerman (1998) adalah kemampuan individu dalam merencanakan, mengorganisasikan atau mengatur, menginstruksikan diri, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar. Sementara itu, motivasi merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar. motivasi merupakan fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompetensi yang dimiliki setiap individu (Schunk & Zimmerman ,1998). Kemudian, aspek perilaku Perilaku menurut Zimmerman dan Schunk (1998) merupakan upaya individu untuk.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar. Kedua variabel ini memiliki aspek yang sama, terutama dalam hal mengontrol perilaku diri, di mana self esteem memiliki aspek power dan regulasi diri memiliki aspek perilaku. Namun, ada satu bagian yang menjadi ciri khas dari self esteem, yaitu bagaimana individu menghargai dirinya. Penghargaan diri ini tidak terdapat dalam ketiga aspek regulasi diri. Sementara itu, pada self esteem penghargaan diri terdapat dalam aspek feelings of belongings. Maka dari hal tersebut dapat terlihat perbedaan dari self esteem dan regulasi diri. Penelitian mengenai self esteem dan obesitas sebenarnya pernah dilakukan French, Story, dan Perry (1995) yang menemukan hubungan negatif antara self esteem dan obesitas pada anak dan remaja. Individu yang mengalami obesitas cenderung memiliki self esteem yang lebih rendah dibandingkan individu yang tidak mengalami obesitas, begitu juga sebaliknya. Selain itu, juga terdapat hubungan negatif antara self esteem dan body esteem (French dkk, 1995). Meskipun begitu, kekuatan dari hubungan kedua variabel ini masih lemah. Hal ini di karenakan tidak semua literatur mengenai hubungan antara self esteem dan obesitas menemukan adanya hubungan antara self esteem dan obesitas (French dkk, 1995). Belum adanya fokus pada subjek pria atau wanita membuat penelitian sebelumnya tidak mengetahui individu mana yang lebih beresiko terkena obesitas. Subjek yang berada pada masa anak-anak dan remaja juga menjadi kekurangan penelitian sebelumnya, karena kondisi self esteem subjek masih fluktuatif. Pemilihan alat ukur pada penelitian sebelumnya juga kurang tepat, karena aspek.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. pada alat ukur sebelumnya tidak menyasar pemilihan perilaku yang dilakukan oleh subjek. Oleh karena kelemahan itu, peneliti sebelumnya menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut, di mana subjek dalam penelitian selanjutnya harus lebih dispesifikkan pria atau wanita. Hal ini dilakukan agar dapat dilihat individu manakah yang memiliki resiko obesitas yang lebih besar pada self esteem yang rendah. Di sisi lain, peneliti juga memberikan saran, agar penelitian selanjutnya juga menjelaskan secara spesifik latar belakang lingkungan di mana penelitian dilaksanakan. Hal ini di karenakan budaya maupun keadaan lingkungan dapat mempengaruhi angka obesitas pada individu yang hidup di daerah tersebut. Penelitian kali ini, akan mengambil subjek wanita pada usia masa dewasa awal. Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Santrock (2002) menambahkan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa individu pada masa dewasa awal adalah individu yang mulai bekerja dan menjalin hubungan dengan orang lain, sehingga waktu mereka akan difokuskan ke dua hal tersebut. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh French, Story, dan Perry (1995), subjek yang digunakan adalah anak-anak dan remaja. Keadaan self esteem pada anak-anak dan remaja lebih fluktuatif dan tidak stabil bila dibandingan dengan individu pada masa dewasa awal (Orth, Trzesniewski, Robins, 2010)..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. Oleh karena hal tersebut, peneliti kemudian memilih individu pada masa dewasa awal karena memiliki self esteem yang lebih stabil. Peneliti juga menemukan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian sebelumnya belum mampu mengukur hubungan antara self esteem dan obesitas secara maksimal. Sebagai contoh, 6 penelitian yang menggunakan skala self esteem Rossenberg, hanya satu yang mampu membuktikan adanya hubungan antara self esteem dan obesitas. Hasil tersebut membuat peneliti kemudian memutuskan untuk membuat alat ukur baru dalam penelitian kali ini agar mampu mengetahui hubungan antara self esteem dan obesitas secara lebih maksimal. Survey yang dilakukan oleh Balitbangkes (2010) menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada wanita dewasa lebih besar daripada prevalensi obesitas nasional (Balitbangkes, 2010). Studi yang dilakukan dengan melihat data kesehatan dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) pada tahun 1999-2010 menemukan bahwa wanita memiliki resiko sebesar 46,9 % terkena obesitas kelas III, jika terkena obesitas di usia 25 tahun, di mana usia ini merupakan usia dewasa awal (“Usia Awal Terkena Obesitas Menentukan Kesehatan Tubuh Dikemudian Hari”, 2014). Dengan mengalami obesitas pada usia 25 tahun peneliti mengatakan bahwa resiko terhadap penyakit komplikasi lebih rentan seperti hipertensi, peradangan, dan diabetes. Usia tersebut merupakan usia di mana individu berada dalam masa dewasa awal. Peneliti kemudian memutuskan untuk meneliti wanita dewasa awal pada penelitian kali ini. Dalam keseharian, peneliti mengamati bahwa obesitas memberikan dampak lain pada wanita dewasa awal di lingkungan peneliti. Seperti di Fakultas.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Gereja Kristen Jawa Demakijo, peneliti menemukan bahwa wanita yang mengalami obesitas cenderung akan lebih boros dalam menggunakan uang mereka. Mereka menggunakan pakaian dan kosmetik yang bermerk agar terlihat cantik. Wanita yang terkena obesitas juga tidak percaya diri apabila diminta tampil di depan umum. Hal ini dikarenakan adanya perasaan dari diri mereka pribadi bahwa gendut itu tidak cantik. Melihat penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti berasumsi bahwa self esteem memiliki hubungan dengan obesitas. Namun, dikarenakan kurang kuatnya hubungan antara kedua variabel dan subjek yang belum spesifik, peneliti perlu melihat lebih dalam untuk melihat apakah benar-benar terdapat hubungan antara self esteem dengan obesitas. Oleh karena itu, berdasarkan hipotesis awal muncullah sebuah pertanyaan penelitian, apakah ada hubungan antara self esteem dan obesitas? B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan antara self esteem dengan obesitas pada wanita di masa dewasa awal? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self esteem dan obesitas yang dimiliki oleh wanita dewasa awal..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dalam lingkup Psikologi Klinis. Selain itu, juga memberikan bukti empiris mengenai hubungan antara self esteem dan obesitas pada wanita dewasa awal. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu membantu dalam usaha menanggulangi permasalahan obesitas yang ada pada wanita dewasa awal..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI A. Obesitas 1. Definisi Obesitas Obesitas dalam kamus besar Indonesia memiliki makna penumpukan lemak yang berlebihan di dalam badan (Depdikbud, 2005). World Health Organization. (2011). mendefinisikan. bahwa. obesitas. merupakan. suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah kesehatan. Menurut Mayer (dalam Utomo, Said, Junaidi, Rahayu, Setya, 2012) obesitas merupakan keadaan patologis karena penimbunan lemak melebihi yang diperlukan oleh tubuh. Priyani (1998) juga mengemukakan bahwa obesitas merupakan kondisi terjadinya kelebihan kadar lemak dalam tubuh. Seseorang yang mengalami obesitas akan mengalami keadaan lemak tubuh yang melebihi batas normal. Morre (1997) mengatakan bahwa obesitas berhubungan dengan kelebihan berat badan dari berat badan ideal. Mu’tadin (2002) juga mengatakan bahwa obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan berat badan idealnya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa individu yang mengalami obesitas juga akan memiliki berat badan yang melebihi berat badan idealnya.. 13.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. Banyak cara untuk menentukan seorang individu mengalami obesitas atau tidak. Prawiro (dalam Asri & Setiasih, 2004) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur derajat obesitas adalah menggunakan BMI (body mass indeks) atau IMT (indeks massa tubuh) yang diperoleh dengan membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan . WHO (dalam Roche, 2008) mengkategorisasikan berat badan orang Asia berdasarkan indeks massa tubuh sebagai berikut: Tabel 1 Kategorisasi Indeks Massa Tubuh Kategori Underweight. IMT ( <18,5. ). Resiko Penyakit Penyerta Rendah (tetapi resiko terhadap masalah klinis lain meningkat). Normal. 18,5-22,9. Obesitas. >23. At Risk. 23,0-24,9. Meningkat. Obese I. 25,0-29,9. Sedang. Obese II. >30. Rata-rata. Berbahaya. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa individu yang mengalami obesitas adalah individu yang mengalami kelebihan lemak.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. tubuh. Selain itu, berat badan individu berada di atas berat badan normal dan indeks massa tubuh individu tersebut mencapai maupuan melebihi 25,0. 2. Faktor Penyebab Obesitas Obesitas secara sederhana disebabkan karena ketidakseimbangan energi dan makanan yang masuk dengan yang dikeluarkan (Wilbron, Beckham, Campbell, Harvey, Galbreath, dkk, 2005). Ketidakseimbangan energi dan makanan yang masuk ini menyebabkan adanya penumpukan lemak dalam tubuh. Penumpukan lemak ini sendiri bergantung pada interaksi kompleks yang berlipat antara faktor biologis, lingkungan, dan psikologis (Karasu, 2012). Oleh karena hal tersebut, penyebab mendasar dari obesitas sebenarnya adalah ketidakseimbangan antara makanan yang masuk dan keluar, entah keluar dalam bentuk energi untuk beraktifitas, maupun keluar akibat dari proses pencernaan (Wilbron dkk, 2005). Di sisi lain, menurut riset yang dilakukan belakangan ini, faktor genetik, psikologis, dan perilaku juga memiliki peran yang signifikan dalam etiologi obesitas (Wilbron dkk, 2005). Menurut Papalia, Olds, Feldman, dan Rice (dalam Utomo, dkk, 2012) ada tiga penyebab obesitas, antara lain disebabkan oleh: a. Faktor Fisiologis Faktor-faktor fisiologis dapat herediter maupun nonherediter. Variabel yang bersifat herediter (internal faktor) merupakan variabel yang berasal dari faktor keturunan. Sedangkan faktor yang bersifat nonherediter (eksternal faktor) merupakan faktor yang berasal dari.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. luar individu, misalnya jenis makanan yang dikonsumsi dan taraf kegiatan yang dilakukan individu. b. Faktor Psikologis Sebab-sebab psikologis terjadinya kegemukan ialah bagaimana gambaran kondisi emosional yang tidak stabil yang menyebabkan kecenderungan seorang individu untuk melakukan pelarian diri dengan cara banyak makan makanan yang mengandung kalori atau kolestrol tinggi. Kondisi ini biasanya bersifat ekstrim, artinya menimbulkan gejolak emosional yang sangat dahsyat dan bersifat traumatis. Secara lebih mendalam, dijelaskan bahwa faktor psikologis ini mengarah pada depresi dan kecemasan yang dimiliki oleh individu. Individu yang memiliki tingkat stress dan kecemasan yang tinggi akan lebih beresiko terkena obesitas (Stunkard, Faith, & Allison, 2003). Pernyataan tersebut juga didukung oleh Dallman, Pecoraro, Akana, La Fleur, Gomez, Houshyar, Bell, Bhatnagar, Laugero, & Manalo (2003) bahwa obesitas dapat terjadi ketika individu mengalami depresi. Hal ini dikarenakan coping stress yang dilakukan oleh individu tersebut, terutama wanita adalah melakukan perilaku makan secara emosional (Stunkard, Faith, & Allison, 2003). Hal tersebut juga senada dengan pernyataan yang diutarakan oleh Dallman dkk (2003) dimana ketika individu mengalami depresi, individu akan melakukan perilaku makan secara emosional, makan makanan yang memiliki tingkat kalori yang.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. tinggi, dan tidak adanya aktivitas fisik. Hal ini menyebabkan individu wanita yang mengalami depresi memiliki prevalensi obesitas lebih tinggi 2,5 kali lipat dibandingkan yang tidak mengalami depresi (Dallman dkk, 2008). Depresi, kecemasan, dan coping stress yang buruk merupakan indikasi bahwa individu memiliki self esteem yang rendah. Studi literatur yang dilakukan oleh French dkk (1995) menunjukkan bahwa salah satu penyebab obesitas pada individu adalah self esteem rendah. Rendahnya self esteem ini berpengaruh pada perilaku makan individu yang tidak teratur, sehingga menyebabkan obesitas. c. Faktor Kecelakaan atau Cidera Otak Salah satu faktor penyebab obesitas adalah kecelakaan yang menyebabkan cidera otak terutama pada pusat pengaturan rasa lapar. Kerusakan syaraf otak ini menyebabkan individu tidak pernah merasa kenyang, walaupun telah makan makanan yang banyak, dan akibatnya badan individu menjadi gemuk Mu’tadin (2002) mengatakan obesitas dipengaruhi oleh faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak atau kurang berolahraga, dan gangguan emosi. Di sisi lain, peningkatan penderita obesitas juga diakibatkan kondisi lingkungan yang secara implisit membuat aktivitas fisik berkurang dan secara eksplisit mendorong untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi akan kadar lemak dan gulanya (Wadden, Brownell, Foster,.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. 2002). Lebih jauh, tidak adanya aktivitas fisik ini mengakibatkan lemak dalam tubuh tidak dibakar dengan baik, sehingga proses pembakaran lemak dalam tubuh tidak berjalan maksimal (Kruger dkk, 2008). Tidak hanya kondisi lingkungan yang menjadi faktor penyebab obesitas, Wadden dkk (2002) menemukan bahwa saat ini banyak makanan yang tidak sehat dan memiliki kualitas buruk sehingga individu lebih rentan terkena obesitas. Penelitian yang dilakukan oleh Ma, dkk (2003) juga menemukan penyebab dari obesitas, yaitu pola makan. Pola makan yang diungkapkan oleh Ma, dkk (2003) merupakan pola makan di luar rumah. saat. sarapan. dan. makan. malam.. Penelitian. mereka. menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi individu sarapan dan makan malam diluar, maka semakin tinggi pula resiko individu tersebut terkena obesitas (Ma, dkk, 2003). Hal ini dikarenakan kebanyakan individu tergoda dengan makanan yang disajikan oleh restoran, padahal makanan tersebut mengandung kadar lemak dan kolesterol yang tinggi (Lin, Guthrie, & Frazao, 1999). Di sisi lain, konsumsi makanan saat malam hari, terutama yang mengandung banyak karbohidrat dan lemak, juga akan membuat individu rentan terkena obesitas akibat dari efek regulasi hormonal dari energy dan metabolisme lemak (Ma, dkk, 2003). Ditemukan juga penyebab lain dari obesitas, yaitu BED atau Binge-eating Disorder. BED ini merupakan perilaku makan.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. berlebihan yang dilakukan secara berulang-ulang dan tak terkontrol tanpa diikuti dengan perilaku memuntahkan seperti pada anorexia maupun bulimia (Hill, 2005). Individu yang mengalami BED ini ditandai dengan adanya fluktuasi yang ekstrim pada perubahan berat badan, fungsi sosial yang melemah, terjadi depresi, dan self esteem yang rendah pada individu tersebut. Akibat dari perilaku makanan yang berlebihan dan berulang-ulang inilah yang menyebabkan individu mengalami obesitas. Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyebab obesitas bermacam-macam. Tidak hanya dari pola makan dan makanan yang dikonsumsi oleh individu, tetapi juga lingkungan di mana individu tersebut beraktivitas. Kualitas makanan di lingkungan individu juga menjadi krusial. Selain itu faktor genetik dan kecelakaan yang menyebabkan disfungsi pada bagian otak individu juga dapat memicu obesitas. Di sisi lain, keadaan psikologis individu yang tidak stabil dan kuat juga dapat membuat individu mengalami obesitas. 3. Dampak Obesitas Menurut Pingkan (2010), banyak sekali risiko gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada individu yang mengalami obesitas. Bouchard,. Sephard,. dan. Stephens. (dalam. Franzio,. 2002). mengutarakan bahwa obesitas menyebabkan meningkatnya resiko penyakit jantung, diabetes, kanker, hipertensi, kolesterol yang tinggi,.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. stroke, penyakit pada hati dan kantung empedu, sleep apnea, osteoarthritis, depresi, dan kecemasan. Manson dkk (dalam Suyono & Djauzi, 1994) juga menemukan bahwa individu yang mengalami obesitas memiliki resiko mengalami jantung koroner. Semakin parah individu tersebut terkena obesitas, semakin besar pula resiko yang dirinya alami. Dampak dari obesitas tidak hanya berupa dampak secara klinis saja. Fabricatore dan Wadden (2005) menemukan bahwa individu yang mengalami obesitas akan menerima stressor lebih banyak daripada individu yang tidak terkena obesitas, sehingga lebih mudah mengalami depresi. Bahkan, tingkat depresi yang dialami penderita obesitas akan lebih tinggi jika terjadi pada wanita (Kulie, Slattengren, Redmer, Counts, Eglash, Schrager, 2011). Epstein dan Wing (dalam Franzio, 2002) mengatakan bahwa anak yang menderita obesitas akan mengalami bullying, ejekan dari teman sebaya, pola makan yang kacau, self-image yang rendah, dan diskriminasi dalam pendidikan. Peneliti lain, yaitu Hebl dan Mannix (dalam Fabricatore & Wadden, 2005) menemukan salah satu stressor yang dialami oleh individu yang mengalami obesitas adalah penilaian yang tidak adil terhadap individu yang menderita obesitas di dunia kerja. Beberapa studi juga menemukan perlakuan diskriminatif pada individu yang menderita obesitas, terutama wanita pada semua tingkat pekerjaan, termasuk.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. seleksi,. penempatan,. kompensasi,. promosi,. disiplin,. dan. pemberhentian (Fabricatore & Wadden, 2005). Kulie dkk (2011) menemukan bahwa terdapat dampak obesitas yang juga hanya dialami oleh wanita saja. Obesitas sering dikaitkan dengan gangguan pada siklus menstruasi (Kulie dkk, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Kulie menemukan bahwa 30% sampai 47 % wanita yang menderita obesitas mengalami gangguan siklus menstruasi. Kehamilan pada wanita obesitas juga menyebabkan membengkaknya pengeluaran dalam menjalani proses kehamilan (Kulie dkk, 2011). Selain itu, wanita yang mengalami obesitas juga lebih sering melahirkan secara sesar dan memiliki resiko yang tinggi ketika menjalani proses persalinan, seperti diabetes dan hipertensi (Kulie dkk, 2011). Ibu yang mengalami obesitas juga diasosikan dengan berkurangnya durasi dalam menyusui (Kulie dkk, 2011). Selain itu, angka kematian karena kanker serviks pada wanita yang mengalami obesitas juga lebih tinggi (Kulie dkk, 2011). B. Self Esteem 1. Definisi Self Esteem Coopersmith (dalam Harre & Lamb, 1996) menyatakan bahwa self esteem adalah penilaian individu mengenai dirinya. Self esteem juga merupakan sikap positif ataupun negatif terhadap diri individu (Rosenberg dalam Murk, 2006). Lebih lanjut Ferris, Brown, Lian, dan Keeping (2009) menyatakan bahwa self esteem merupakan penilaian positif maupun.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. negatif secara menyeluruh terhadap diri seseorang. Hal itu menyatakan sikap menyetujui atau tidak menyetujui hal yang berhubungan dengan dirinya, dan menunjukkan sejauh mana orang menganggap dirinya mampu, berarti, sukses, dan berharga (Coopersmith dalam Harre & Lamb, 1996). Santrock (2007) juga menjelaskan bahwa evaluasi yang terjadi terhadap dirinya sendiri ini adalah evaluasi secara positif maupun negatif. Berdasarkan hal tersebut, self esteem merupakan penilaian positif maupun negatif individu mengenai dirinya secara menyeluruh, di mana hal tersebut meliputi sikap dan pandangan individu akan dirinya. Self esteem juga membuat. seorang. individu. memiliki. keyakinan. untuk. mampu. melaksanakan suatu hal maupun tugas. Self esteem dapat dikatakan sebagai komponen evaluatif dari konsep diri (Baumeister dalam Baumgardner & Crothers, 2010). Ini merupakan rasa penghargaan terhadap diri sendiri dan merupakan hasil dari menilai dirinya sendiri (Baumgardner & Crothers, 2010). Evaluasi ini memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang diperolehnya (Santrock, 2007). Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan terhadap keberadaan dan keberartian dirinya (Santrock, 2007). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa self esteem merupakan komponen evalutif dari konsep diri. Komponen evaluatif ini mengevalulasi diri terhadap kualitaskualitas dalam dirinya, mengevalusi diri secara positif dan negatif, dan terjadi secara terus menerus..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. Self esteem juga berhubungan dengan well-being dan kesejahteraan dan kebahagiaan individu. Hanna (dalam Salmiyati, 2011) menyatakan bahwa self esteem merupakan dasar untuk membangun well-being (kesejahteraan) dan kebahagiaan dalam kehidupan individu. Hal tersebut diperkuat oleh Orth dan Robins (2010) yang mengatakan bahwa self esteem merupakan prediktor dari kesuksesan dan well-being individu. Self esteem berkaitan dengan kepuasan hidup dalam berbagai macam kultur dan kebudaayaan (Diener & Diener dalam Baumgardner & Crothers, 2010). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa self esteem merupakan dasar untuk membangun well-being yang baik. Self esteem juga merupakan salah satu dimensi dari konsep diri, serta merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran penting terhadap sikap dan perilaku individu (Santrock, 2007). Hal ini diperkuat oleh pernyataan McAuley, Elavsky, Motl, Konopack, Hu, dan Marquez (2005) di mana banyak penelitian yang menyebutkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh self esteem. Sejalan dengan hal tersebut, Gianini dan Smith (2008) menyatakan bahwa self esteem memiliki hubungan dengan perilaku makan. Menurut mereka, self esteem menjadi kunci keberhasilan individu dalam mengatur perilaku makan mereka. Individu yang memiliki self esteem yang rendah cenderung akan gagal mengatur perilaku makan mereka (Gianini & Smith, 2008). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa self esteem merupakan salah satu aspek kepribadian yang memiliki peran penting dalam sikap dan perilaku..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. Berdasarkan paparan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa self esteem merupakan komponen evaluatif dari diri. Self esteem ini kemudian menilai diri terhadap kualitas-kualitas dalam dirinya secara positif maupun negatif. Penilaian individu tersebut juga menjadi dasar untuk membangun well-being diri yang baik. Sehingga, self esteem menjadi aspek kepribadian yang berperan penting dalam sikap dan perilaku. 2. Aspek Self Esteem Tokoh yang pertama kali membuat alat ukur mengenai self esteem adalah Morris Rosenberg. Dalam pembuatannya Rossenberg ( dalam Flynn, 2001) menyatakan terdapat dua aspek yang mendasari alat ukur self esteem yang ia buat, yaitu: a. Gambaran Penilaian Gambaran penilaian merupakan bagian di mana individu menjadi objek perhatian, persepsi, dan evaluasi. Sebelum menjadi objek perhatian persepsi, dan evaluasi individu yang lain. Individu perlu memiliki gambaran penilaian akan dirinya sendiri. Oleh karena hal tersebut evaluasi dan persepsi individu akan dirinya sendiri menjadi krusial. b. Perbandingan Sosial Perbandingan sosial ini menekankan bahwa self esteem adalah salah satu bagian dari suatu konsekuensi hasil perbandingan diri mereka sendiri dengan orang lain. Konsekuensi ini juga didapat dari evalusi diri individu, baik yang positif maupun negatif..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. Tidak hanya Rosenberg yang menemukan aspek self esteem. Rogers dan Dymond (1954) menemukan bahwa terdapat aspek lain dari self esteem yaitu feelings of belonging. Feelings of belonging merupakan perasaan menghargai dan mencintai individu akan. dirinya. sendiri.. Aspek. ini. menjelaskan. bagaimana. penghargaan dan rasa cinta individu akan dirinya sendiri, di mana penghargaan dan rasa cinta individu akan dirinya tersebut tidak memerlukan alasan apapun, sehingga murni dari bagaimana individu apa adanya. Sementara itu, Brisset (1972) mengutarakan bahwa terdapat sebuah aspek dalam self esteem yaitu sense of mastery. Sense of mastery merupakan aspek self esteem yang berbicara mengenai persepsi individu mengenai dampak diri mereka bagi dunia di sekitarnya. Sense of mastery sendiri diperoleh ketika individu melakukan sebuah aktivitas atau dalam proses menyelesaikan sebuah rintangan. Sejauh mana keberhasilan individu dalam menyelesaikan masalah tersebut dan dampaknya pada lingkungan dan individu di sekitarnya akan sangat krusial terhadap aspek ini. Tidak hanya tokoh itu saja yang berbicara mengenai aspek self esteem. Coopersmith (1967) juga berbicara mengenai aspek self esteem. Aspek self esteem menurut Coopersmith yaitu: a. Power.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. Power merupakan aspek self esteem yang berbicara mengenai kemampuan individu untuk mengontrol tingkah laku dirinya sendiri. Sebelum individu mampu mengontrol orang lain, individu diharuskan untuk mengontrol dirinya. Ketika individu mampu mengontrol dirinya sendiri maka self esteem individu akan semakin tinggi. b. Competence Competence merupakan kemampuan individu dalam mengenali dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi yang terjadi dalam lingkungannya. Ketika individu mampu mengenali dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi yang terjadi dalam lingkungannya, maka self esteem individu akan semakin tinggi. Berdasarkan ulasan tersebut maka terdapat enam aspek self esteem. Keenam aspek self esteem tersebut adalah gambaran penilaian, perbandingan sosial, feelings of belonging, sense of mastery, power, competence. Pada umumnya, dalam pembuatan alat ukur, banyak peneliti menggunakan aspek dari Morris Rosenberg. Namun, pada penelitian kali ini, peneliti lebih memilih menggunakan aspek feelings of belonging dan power. Hal ini dikarenakan, pada studi sebelumnya yang dilakukan oleh French dkk (1995), dari 6 penelitian yang menggunakan aspek Rosenberg, hanya satu kali saja yang mampu menunjukkan.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. hubungan antara self esteem dan obesitas. Hal ini dikarenakan French dkk (1995) aspek self esteem dari alat ukur Rosenberg dinilai kurang mampu menjangkau variabel obesitas yang diteliti. Oleh karena alasan tersebut, peneliti tidak menggunakan alat ukur milik Rossenberg. Feelings of belonging yang merupakan aspek self esteem yang berbicara mengenai bagaimana individu menghargai dan mencintai dirinya. Penelitian yang dilakukan oleh McAuley, Elavsky, Motl, Konopack, Liang Hu, dan Marquez (2005) menyatakan bahwa salah satu cara bentuk penghargaan individu akan dirinya adalah dengan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas ini ditujukan untuk menjaga kondisi kesehatan individu itu sendiri. Di sisi lain penelitian yang dilakukan oleh Ma, dkk (2003) dimana aktivitas fisik memiliki korelasi negatif dengan obesitas menunjukkan bahwa peran aktivitas fisik menjadi krusial dalam menanggulangi obesitas. Oleh karena itu, penghargaan diri menjadi aspek yang akan digunakan peneliti untuk mengetahui hubungan antara self esteem dan obesitas. Sementara itu, power merupakan aspek self esteem yang berbicara mengenai bagaimana individu mampu mengontrol dirinya. Penelitian yang dilakukan oleh Ma, dkk (2003) menunjukkan bahwa salah satu penyebab obesitas adalah pola makan di luar rumah saat sarapan dan makan malam. Hal ini dikarenakan individu tidak mampu menahan godaan makanan di restoran yang terlihat lebih enak. Oleh karena hal tersebut peran kontrol diri juga menjadi krusial dalam.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. menanggulangi obesitas, sehingga peneliti juga memilih aspek ini untuk mengetahui hubungan antara self esteem dan obesitas. Kedua aspek ini dipilih karena peneliti merasa penyebab obesitas yang paling umum adalah perilaku makan dan aktivitas fisik. Perilaku makan yang tidak teratur dan seimbang ditambah kurangnya aktivitas fisik dalam membakar lemak tubuh, menjadi pemicu utama individu terkena obesitas. Aspek feelings of belonging dan power adalah aspek yang akan menjadi penentu bagaimana individu memilih perilaku yang akan mereka jalani.. Jika individu menghargai dan. mencintai dirinya, tentu individu akan melakukan aktivitas fisik sebagai respon perilaku agar dirinya tetap sehat. Pengontrolan pola makan juga merupakan respon perilaku dari individu terhadap berbagai macam pilihan tempat dan waktu makan. Restoran memang menyajikan makanan yang lebih menarik, tetapi individu yang memiliki kontrol diri yang baik bisa memilah bahwa kandungan gizi dalam makanan jauh lebih penting dan baik bagi kesehatan dirinya. Saat malam hari, individu juga tidak jarang merasakan keinginan untuk makan. Individu dengan kontrol diri yang baik akan mampu menahan keinginan makan tersebut dan makan keesokan harinya, sehingga mampu menghindarkan individu dari obesitas. 3. Model Self Esteem Penelitian mengenai berbagai macam model self esteem dewasa ini semakin sering dilakukan oleh para peneliti. Hal ini membuat.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. banyak model dari self esteem kemudian dapat diketahui. Branden (1969) dalam studinya menemukan terdapat dua model self esteem yaitu: a. Authentic atau genuine self esteem Model ini merupakan self esteem yang mendapatkan rasa bangga yang bersumber dari hal internal. Hal internal di sini adalah individu lebih menggantungkan diri mereka pada hal seperti penerimaan diri, tanggung jawab akan diri, dan rasa berharga akan diri mereka pribadi. b. Pseudo-self esteem Pseudo-self esteem merupakan model self esteem yang mendapatkan rasa bangga pada diri dari hal eksternal. Hal eksternal tersebut seperti pujian, penerimaan orang lain, kekayaan, atau status sosial. Individu yang memiliki self esteem model ini cenderung menggantungkan diri mereka pada sumber eksternal, sehingga hal ini menunjukkan. bahwa. mereka. memiliki. kekurangan. dalam. penerimaan diri, tanggung jawab akan diri, dan sumber internal lainnya. Self esteem yang mereka miliki juga tidak kokoh sehingga lemah terhadap ancaman yang muncul pada mereka. Creemers, Engels, Scholte, Prinstein, dan Wiers (2012) memiliki model lain mengenai self esteem. Mereka mengutarakan bahwa self esteem memiliki model lain yaitu:.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. a.. Implicit self esteem Implisit self esteem merupakan identifikasi yang kurang akurat terhadap dampak dari perilaku diri dan evaluasi pada asosiasi diri dan pemisahan diri dengan objek (Greenwald & Banaji, 1995). Implicit self esteem juga merupakan mode yang lebih eksperimental, terbentuk dari proses yang intuitif dan otomatis dari pengalaman afektif (Dijksterhuis dalam Epstein & Morling, 1995). Lebih jauh, implicit self esteem juga relatif lebih otomatis, juga merupakan evaluasi afektif dari diri yang berada di luar kesadaran (Bosson, Swan, dan Pennebaker, 2000).. b. Explicit self esteem Explicit self esteem lebih merefleksikan produk dari proses kognitif,. terbentuk. dari. proses. yang. rasional. dan. sadar. (Dijksterhuis dalam Epstein & Morling, 1995). Proses yang terjadi merupakan proses dari stimulus yang relevan terhadap diri individu (Dijksterhuis dalam Epstein & Morling, 1995). Di sisi lain, explicit self esteem juga menjadi indikator nilai interpersonal individu yang diterima dari interaksinya terhadap orang lain (Leary, 2005). Kedua model self esteem ini sebenarnya terdapat pada setiap individu manusia. Pada perkembangannya, teori mengasumsikan bahwa implicit self esteem berkembang lebih awal dan lebih primitif daripada explicit self esteem (Bosson, Brown, Zeiger-Hill, dan Swann, 2003). Primitifnya implicit self esteem menyebabkan evaluasi yang terdapat implicit self esteem lebih otomatis,.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. sehingga lebih tidak sadar, tidak disengaja, dan tidak terkontrol daripada evaluasi yang explicit (Bargh dalam Greenwald & Banaji, 1995). Hal ini juga menyebabkan evaluasi yang terjadi pada explicit self esteem lebih cenderung pada penilaian kognitif yang lebih pada diri (Swann & Schroeder, 1995). Penelitian pada kedua model self esteem ini juga sudah mulai dilakukan. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa implicit self esteem yang tinggi merujuk pada depresi pada individu di masa dewasa (Franck, De Raedt, Dereu, dan Van Abbeele, 2007). Analisis tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan juga oleh Franck, De Raedt, dan De Houwer (2007) di mana ditemukan simptom depresi pada individu dewasa dengan implicit self esteem yang tinggi. Namun, fakta tersebut sebenarnya tidak serta merta melabelkan bahwa implicit self esteem selalu berdampak negatif. Implicit self esteem sebenarnya diindikasikan sebagai ideal self atau diri ideal (Franck dkk, 2007). Sementara itu, explicit self esteem merepresentasikan actual self atau keadaan diri yang sebenarnya (Franck dkk, 2007). Secara lebih spesifik, terdapat dua bentuk (dispreances) implicit dan explicit self esteem, yaitu: a. Defensive atau Fragile Self Esteem Bentuk ini merupakan keadaan di mana terdapat explicit self esteem yang tinggi dan implicit self esteem yang rendah (Bosson, Swann, Pennebaker, 2003)..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. b. Damaged Self Esteem Sebaliknya, damaged self esteem merupakan kondisi di mana terdapat explicit self esteem yang rendah dan implicit self esteem yang tinggi (Schroder-Abe, Rudolph, Wiesner, dan Schutz, 2007). Individu yang mengalami damaged self esteem terjebak diantara tujuan dan realitas yang terjadi pada diri mereka. Berdasarkan penjelasan tersebut, kedua model self esteem ini sebenarnya sama pentingnya, namun harus seimbang. Tidak berhenti sampai di situ saja, Brown (2014) dalam buku yang dituliskannya juga mengutarakan model self esteem. Brown (1997) membuat model self esteem menjadi tiga bagian, yaitu: a. Global Self Esteem Peneliti mendiskripsikan bagian ini sebagai bentuk umum dari self esteem. Sifat dari self esteem ini cenderung tetap dan tidak berubah, entah dalam periode waktu maupun situasi yang berbeda. Sehingga, self esteem pada bagian ini merupakan pandangan umum dari self esteem yang dimiliki oleh individu, di karenakan mencakup semua bagian dari self esteem individu. b. Self Evaluations Self evaluations. merupakan perwujudan cara self esteem dalam. mengevaluasi berbagai macam kemampuan dan atribut yang dimiliki oleh individu. Sehingga self evalutions dapat dikatakan sebagai bagian self.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. esteem yang mengevaluasi individu dari berbagai macam sisi. Bagian ini jugalah yang menjadi pembentuk dari global self esteem. c. Feelings of Self Worth Bagian self esteem ini berhubungan dengan sisi emosional individu. Feelings of self worth merupakan sisi emosional self esteem pada diri individu yang terbentuk dari hasil positif maupun negatif yang individu alami dalam kesehariannya. Perasaan bangga maupun malu pada diri individu merupakan contoh dari bagian self esteem ini. Maka dari itu, bagian self esteem ini merupakan perasaan secara umum pada individu terhadap dirinya. Tak hanya sampai di situ saja, McAuley dkk (2005) menyampaikan bahwa ada model lain dari self esteem yaitu physical self esteem. Physical self esteem merupakan bagian dari self esteem yang berhubungan dengan aktivitas fisik. Secara lebih detail, McAuley dkk (2005) menjelaskan physical self esteem merupakan seberapa banyak individu melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dilakukan oleh individu ini merupakan bentuk penghargaan individu terhadap diri mereka. Semakin individu menghargai diri mereka, maka individu akan merawat diri mereka, di mana bentuk perawatan diri yang dilakukan oleh individu yang memiliki pshysical self esteem yang tinggi adalah dengan melakukan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan mereka (McAuley, dkk, 2005). Oleh karena hal tersebut, physical self esteem ini menjadi bagian yang penting dalam pembentukan self esteem individu secara keseluruhan..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. Dari keseluruhan model self esteem tersebut, peneliti memilih global self esteem dan physical self esteem. Global self esteem merupakan bentuk umum dari self esteem. Sifat dari self esteem yang cenderung tetap dan tidak berubah, entah dalam periode waktu maupun situasi yang berbeda, menjadi hal yang penting dalam mengukur self esteem. Kritik pada penelitian sebelumnya yang mengungkapkan bahwa masih tidak stabilnya self esteem yang dimiliki oleh subjek (Orth, dkk, 2011), menjadi hal yang mendasar mengapa kestablian self esteem menjadi penting. Hal ini menyebabkan hasil penelitian sebelumnya kurang maksimal. Sementara itu physical self esteem merupakan bagian dari self esteem yang berhubungan dengan aktivitas fisik. Secara lebih detail, McAuley dkk (2005) menjelaskan physical self esteem merupakan seberapa banyak individu melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dilakukan oleh individu ini merupakan bentuk penghargaan individu terhadap diri mereka. Penghargaan individu akan dirinya ini juga merupakan bentuk salah satu dari aspek self esteem yaitu feelings of belonging. Obesitas yang merupakan keadaan kelebihan lemak pada tubuh (Priyani, 1998), tentu saja dapat dihindari jika lemak pada tubuh tersebut dapat dibakar. Aktivitas fisik yang merupakan aktivitas yang dapat membakar lemak pada tubuh tentu saja menjadi salah satu kunci untuk individu dapat menghindari obesitas. Physical self esteem inilah yang mendorong individu untuk melakukan perilaku aktivitas fisik. Dari sekian banyak pilihan perilaku yang ada, individu tetap akan memilih melakukan aktivitas fisik jika memiliki physical self esteem yang baik. Pemilihan.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. aktivitas fisik ini juga dilakukan karena individu merasa bahwa dirinya berharga, sehingga kesehatan dirinya harus dijaga. Oleh karena itu, individu kemudian melakukan aktivitas fisik sebagai bentuk penghargaan akan dirinya. Penekanan pada aktivitas fisik inilah yang menjadi alasan pemilihan physical self esteem. C. Wanita Dewasa Awal Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun, saat perubahanperubahan fisik dan psikologis terjadi, yang juga menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Selain itu, pada masa dewasa awal ini juga, keadaan self esteem seorang individu mulai stabil dan tidak fluktuatif (Orth, dkk, 2011). Pada masa ini, individu menggunakan sebagian besar waktunya untuk bekerja, menjalin hubungan dengan lawan jenis (Santrock, 2002). Selain kedua hal tersebut, perkembangan fisik pada juga mencapai masa puncak di masa dewasa awal, tetapi juga mulai terjadi penuruan pada akhir periode ini (Santrock, 2002). Hal ini mebuat perhatian akan kesehatan juga meningkat, terutama pada diet, berat badan, olahraga, dan ketergantungan. Di sisi lain, Kenniston (dalam Santrock, 2002) mengemukakan bahwa masa dewasa muda merupakan masa kesementaraan ekonomi dan pribadi, sehingga terjadi perjuangan antara ketertarikan pada kemandirian dan menjadi terlibat sosial..

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. Berdasarkan uraian tersebut, maka pada masa dewasa muda individu akan dihadapkan kepada banyak hal dan tuntutan, sehingga individu harus mampu membagi waktu dan energi mereka dalam menghadapi semuanya. Wanita sendiri menurut KBBI (Depdikbud, 2005) merupakan perempuan yang sudah mencapai tahap dewasa. Ketika memasuki masa dewasa, terutama masa dewasa awal, wanita memiliki kerentanan terhadap masalah kesehatan yaitu kegemukan atau obesitas (Dariyo, 2003). Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh Fallon (1990) di mana terdapat lebih banyak perempuan yang berat badannya lebih berat daripada berat badan ideal. Pendapat Fallon diperkuat dengan fakta yang ditemukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2010) dimana prevalensi obesitas pada wanita dewasa lebih besar daripada prevalensi obesitas nasional. Studi yang dilakukan dengan melihat data. kesehatan. dari National. Health. and. Nutrition. Examination. Survey (NHANES) pada tahun 1999-2010 juga menemukan bahwa wanita memiliki resiko sebesar 46,9 % terkena obesitas kelas III, jika terkena obesitas di usia 25 tahun (“Usia Awal Terkena Obesitas Menentukan Kesehatan Tubuh Dikemudian Hari, 2014). Maka dari itu, wanita pada masa dewasa awal memiliki kerentanan terhadap masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang rentan diderita oleh perempuan pada masa dewasa awal adalah obesitas. D. Hubungan Antara Self Esteem dan Obesitas Wanita dewasa awal dalam kehidupan sehari-harinya dihadapkan dengan berbagai macam kesibukan. Berbeda dengan masa remaja, ketika wanita telah.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 37. memasuki masa dewasa, wanita akan mulai menjadi mandiri. Mandiri dalam hal ini adalah wanita menjadi mandiri dalam mengambil keputusan dan pilihan dalam kehidupannya. Hal ini membuat wanita juga harus siap menanggung konsekuensi akan pilihan yang telah diambil oleh dirinya. Wanita pada masa dewasa awal juga mulai bekerja mencari nafkah sendiri. Meskipun pada umumnya prialah yang mencari nafkah, namun pada dewasa ini sudah banyak wanita yang juga memilih berkarier. Di samping itu, wanita pada masa dewasa awal juga mulai menjalin relasi dengan lawan jenis. Hubungan dalam hal ini juga bisa berakhir dengan hubungan relasi romantis. Tidak sampai di situ saja, wanita pada masa dewasa awal juga diharuskan memperhatikan kesehatan. Perhatian terhadap kesehatan dalam ranah ini adalah mengenai diet, berat badan, olah raga, dan ketergantungan. Hal ini dikarenakan pada masa dewasa awal lebih banyak perempuan yang berat badannya lebih berat daripada berat badan ideal (Fallon, 1990). Studi yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2010) juga menemukan bahwa prevalensi obesitas pada wanita dewasa lebih besar daripada prevalensi obesitas nasional. Obesitas sendiri merupakan suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan meningkatkan masalah kesehatan (WHO, 2013). Di sisi lain, Moore (1997) mengatakan bahwa obesitas berhubungan dengan kelebihan berat badan dari berat badan ideal. Kebutuhan untuk makan yang merupakan kebutuhan.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 38. mendasar bagi setiap individu justru akan berbalik menjadi masalah jika berlebihan dan tidak terkontrol. Penyebab obesitas pun juga bermacam-macam. Menurut Papalia Olds, Feldma dan Rice (dalam Utomo 2012) ada tiga penyebab obesitas yakni, faktor fisiologis, faktor psikologis dan faktor kecelakaan. Faktor fisiologis adalah faktor yang muncul dari berbagai variabel, baik yang bersifat herediter maupun non herediter. Kemudian, faktor psikologis adalah bagaimana gambaran kondisi emosional yang tidak stabil yang menyebabkan kecenderungan seorang individu untuk melakukan pelarian diri dengan cara banyak makan makanan yang mengandung kalori atau kolestrol tinggi. Kondisi ini biasanya bersifat ekstrim, artinya menimbulkan gejolak emosional yang sangat dahsyat dan bersifat traumatis. Sementara itu, faktor kecelakaan adalah kecelakaan yang menyebabkan cidera otak terutama pada pusat pengaturan rasa lapar. Obesitas bisa juga disebabkan oleh deperesi yang dirasakan individu, sehingga individu tersebut melakukan perilaku makan secara emosional, makan makanan yang memiliki tingkat kalori yang tinggi, dan tidak adanya aktivitas fisik (Dallman, dkk, 2008). Wadden dkk (2002) juga menemukan bahwa peningkatan penderita obesitas akibat kondisi lingkungan yang secara implisit membuat aktivitas fisik berkurang dan secara eksplisit mendorong untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi akan kadar lemak dan gulanya. Selain kondisi lingkungan yang membuat aktivitas fisik berkurang, Wadden dkk (2002) juga menemukan bahwa saat ini banyak.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 39. makanan yang tidak sehat dan memiliki kualitas buruk sehingga individu lebih rentan terkena obesitas. Dampak dari obesitas ini juga berbahaya. Bouchard, Sephard, dan Stephens (dalam Franzio, 2002) mengutarakan bahwa obesitas menyebabkan meningkatnya resiko penyakit jantung, diabetes, kanker, hipertensi, kolesterol yang tinggi, stroke, penyakit pada hati dan kantung empedu, sleep apnea, osteoarthritis, depresi, dan kecemasan. Epstein dan Wing (dalam Franzio, 2002) mengatakan bahwa anak yang menderita obesitas akan mengalami bullying, ejekan dari teman sebaya, pola makan yang kacau, self-image yang rendah, dan diskriminasi dalam pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, sebenarnya wanita pada masa dewasa awal memerlukan banyak asupan energi untuk menyelesaikan segala tanggung jawab mereka. Sumber energi setiap individu tentu saja diperoleh dari aktivitas makan yang individu lakukan. Oleh karena hal inilah juga, makan menjadi kebutuhan mendasar setiap individu dan akan dilakukan secara berulang-ulang. Berulangnya aktivitas makan yang dilakukan oleh individu tentu saja menimbulkan resiko tersendiri ketika aktivitas makan tersebut tidak terkontrol. Tidak terkontrolnya aktivitas makan membuat asupan makan menjadi. tidak. seimbang.. Ketidakseimbangan. ini. menyebabkan. ketidakseimbangan berat badan dan berdampak pada terjadinya obesitas (Moore, 1997). Setiap individu sebenarnya dibekali dengan kekuatan untuk mengontrol diri mereka sendiri. Kekuatan untuk mengontrol diri ini berada pada self.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 40. esteem yang dimiliki oleh individu. Self esteem sendiri merupakan penilaian individu mengenai dirinya (Coopersmith dalam Harre dan Lamb, 1996). Penilaian individu ini juga meliputi penilaian positif dan negatif pada diri individu tersebut (Brown dalam Ferris dkk, 2009). Penilaian individu ini akan dirinya ini akan mengarahkan pada bagaimana individu berperilaku. Pemilihan perilaku berdasarkan apa yang baik dan buruk bagi individu inilah yang akan menjadi kontrol diri bagi individu. Individu kemudian akan mampu memilih perilaku yang menurut individu tersebut baik akan dirinya dan perilaku yang buruk akan dihindari. Penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri ini juga membuat individu memiliki rasa penghargaan terhadap dirinya sendiri (Baumgardner & Crothers, 2010). Kekuatan untuk mengontrol yang berada dalam self esteem disebut dengan power. Power merupakan salah satu aspek dari self esteem yang berbicara. mengenai. kemampuan. individu. mengontrol. perilakunya. (Coopersmith, 1967). Apabila self esteem yang dimiliki oleh seorang individu tinggi, maka kemampuan individu untuk mengontrol perilakunya tentu saja akan semakin baik. Oleh karena hal tersebut ketika self esteem seorang individu tinggi, individu tersebut akan cenderung terhindar dari obesitas. Hal ini dikarenakan individu akan mampu mengontrol perilaku makannya, sehingga berat badan maupun kadar lemak pada diri individu akan seimbang. Penelitian yang dilakukan oleh Ma, dkk (2003) menunjukkan bahwa individu yang memiliki frekuensi sarapan dan makan malam di luar rumah yang tinggi akan memiliki risiko obesitas yang semakin tinggi pula. Hal ini.

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 41. dikarenakan individu tergoda oleh makanan yang disajikan di restoran, padahal makanan di restoran memiliki kadar lemak dan kolesterol yang tinggi, sehingga individu menjadi rentan akan obesitas (Lin, dkk, 1999). Selain frekuensi sarapan dan makan malam di luar rumah, konsumsi makanan saat malam hari, terutama yang mengandung banyak karbohidrat dan lemak, juga akan membuat individu rentan terkena obesitas akibat dari efek regulasi hormonal dari energi dan metabolisme lemak (Ma, dkk, 2003). Oleh karena hal tersebut, diperlukan kontrol individu akan perilakunya. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, peran aspek power pada self esteem sebagai pengontrol perilaku individu menjadi krusial untuk menghindarkan individu dari obesitas. Hal ini dikarenakan ketika individu memiliki self esteem yang tinggi, maka individu tersebut mampu mengontrol perilakunya dan tidak tergoda untuk makan di luar rumah. Penelitian dewasa ini menemukan salah satu penyebab lain dari obesitas yaitu binge eating disorder atau BDE. BDE ini merupakan perilaku makan berlebihan yang dilakukan secara berulang-ulang dan tak terkontrol tanpa diikuti dengan perilaku memuntahkan seperti pada anorexia maupun bulimia (Hill, 2009). Oleh karena perilaku makan berlebihan yang dilakukan secara berulang-ulang inilah individu menderita obesitas. Hill (2009) mengutarakan penyebab dari BDE sendiri adalah individu memiliki self esteem yang rendah. Lemahnya self esteem yang dimiliki oleh individu membuat individu kembali tidak mampu mengontrol perilaku makannya seperti telah dijelaskan sebelumnya..

Gambar

GAMBAR 1.  Skema Pengaruh Self Esteem Terhadap Obesitas  ..................   44
Gambar 1. Skema Pengaruh Self Esteem Terhadap Obesitas        SELF ESTEEM  FEELINGS OF BELONGING POWER

Referensi

Dokumen terkait

c) Gambar penempatan tata letak komponen yang tersusun rapi d) Jarak antar jalur tidak terlalu rengga atau terlalu rapat. e) Hal yang perlu diperhatikan karena jarak jalur

Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa gambaran KMS yang paling banyak diharapkan adalah mengatur penyajian dokumen (dipilih oleh 64% partisipan), disusul oleh

berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu program, setidaknya ada variabel utama yang masuk dalam evaluasi ini, yaitu masyarakat (peserta program), tim atau

pada Bab II akan dibahas mengenai definisi dan sifat-sifat dasar aljabar max-plus, dan vektor dan matriks atas aljabar max-plus yang akan melandasi pembahasan mengenai

Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama ( ≥7 tahun). Masih terdapat kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi oral dalam perkembangan kanker payudara.

Pada permainan bola voli gerakan-gerakan tubuh yang dilakukan oleh pemain berpengaruh pada permainan pemain, karena semakin bagus kondisi fisik pemain tentu akan

Jumlah kumulatif MRA internasional dan regional (yang baru dan yang dipertahankan) 4 MRA 4 Terwujudnya kebijakan Penguatan Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU)

Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam