Pengaruh Insektisida Diazinon 600 EC Terhadap Fekunditas dan Viabilitas Kokon Cacing Tanah Pontoscolex corethrurus Fr. Mull
Oleh :
Dewinda Yanua Putri1,Ramadhan Sumarmin2, Nursyahra1
1
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang
ABSTRACT
The use of insecticide often exceed the dose should be in addition to harmful to health, the environment and also have an impact on-non target animal, one of them earthworm. This study on the effect of the insecticide Diazinon 600 EC to fecundity and viability of earthworm cocoons Pontoscolex corethrurus Fr. Mull. It has been conducted in-July – Augustus 2013, housed in the zoology laboratory biology, Padang State University.
This research is an experiment using the Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments 6 replications. The treatmens were Diazinon 600 EC with 0 g/l (A), 0,002 g/l (B), 0,004 g/l (C), and 0,006 g/l (D) mixed with media. Parameters in this study were the fecundity and viability of earthworm cocoons Pontoscolex corethrurus Fr. Mull.
The average number of cocoons fecundity and viability of earthworm cocoons
Pontoscolex corethrurus Fr. Mull found highest in treatment A (40) and the lowest cocoons
treatment D (0). While the average percentage hatchability Pontoscolex corethrurus earhworm cocoons were highest in A, B, and C were 100% and the lowest concentration of D(0 %). It can coucluded that the insecticide Diazinon 600 EC can reduce fecundity cocoon, but had no effect on the viability of earthworm cocoons Pontoscolex corethrurus Fr. Mull.
Keywords: Insecticide, Pontoscolex corethrurus Fr.Mull.
PENDAHULUAN
Penggunaan insektisida tidak dapat di sangkal telah mampu meningkatkan produksi pertanian di dunia mencapai sekitar US$ 25 miliar per tahun (Wudianto, 2011).
Insektisida seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya karena petani beranggapan semakin banyak insektisida yang digunakan maka akan semakin bagus hasilnya.
Insektisida diazinon 600 EC yang merupakan insektisida yang sering digunakan oleh masyarakat. Insektisida ini termasuk golongan organofosfat namun tidak spesifik mematikan serangga tetapi dapat menimbulkan keracunan atau mematikan organisme lain dan hewan non target. Sejumlah senyawa organofosfat digunakan untuk mengendalikan serangga dan pemakaiannya tidak dapat ditandingi oleh kelompok insektisida lainnya dan tidak dapat disangkal bahwa senyawa ini
mendominasi pasaran (Baehaki, 2010). Insektisida ini masuk melalui mulut, kulit atau pernapasan. Insektisida Diazinon 600 EC merupakan salah satu pestisida untuk racun serangga, termasuk golongan organofosfat yang mengandung unsur karbon dan fosfor serta dapat menggangu sistem saraf manusia. Diazinon 600 EC sangat efektif digunakan untuk memberantas dan membasmi hama-hama tanaman seperti kutu daun, kumbang penggerek padi, lalat, wereng dan sebagainya (Ningsih, 2001).
Namun, tanpa disadari penggunaan insektisida secara terus menerus dapat berdampak negatif terhadap lingkungan baik manusia, hewan maupun biota tanah. Dampak insektisida ini dapat berupa kematian, hambatan aktivitas metabolisme, hambatan perilaku, reproduksi dan daya tetas kokon biota tanah. Salah satunya adalah cacing tanah yang merupakanbiota tanah yang banyak dijumpai pada lahan pertanian dan memiliki peranan yang menguntungkan dalam ekosistem tanah. Selain itu, cacing tanah juga berperan dalam proses dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Proses dekomposisi materi organik menyebabkan perubahan struktur tanah sehingga dapat meningkatkan aerasi tanah serta kemampuan tanah dalam menahan air (Nofyan, 2009).
Penelitian yang telah dilakukan seperti oleh Ginting (2001) tentang
Pengaruh Penggunaan Insektisida Endosulfan Terhadap Produksi dan Viabilitas Kokon Cacing Tanah Pontoscolex
corethrurus Fr. Mull dan Nofyan (2009)
tentang Pengaruh Penggunaan Insektisida Karbofuran Terhadap Produksi dan Viabilitas Kokon Cacing Tanah Pontoscolex
corethrurus Fr. Mull. Berdasarkan latar
belakang tersebut dilakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Insektisida Diazinon 600 EC Terhadap Fekunditas dan Viabilitas Telur Cacing Tanah Pontoscolex corethrurus Fr Mull.
Berdasarkan data diatas diperoleh informasi mengenai Fekunditas dan Viabilitas kokon cacing tanah Pontoscolex
corethrurus Fr. Mull. Oleh karena itu,
penulis telah melakukan penelitian tentang Pengaruh insektisida Diazinon 600 EC terhadap fekunditas dan viabilitas kokon cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr. Mull.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan bulan Juli - Agustus Tahun 2013. Bertempat di Laboratorium Zoologi Invertebrata Universitas Negeri Padang Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan insektisida Diazinon 600 EC yang dicampurkan media tanam standar dan dedak halus sebagai pakan dengan 4 perlakuan
masing-masing perlakuan terdiri dari 6 ulangan. Konsentrasi perlakuan berdasarkan pada konversi dosis dari skala lapangan ke skala laboratorium yaitu :
A : 0 g/l (kontrol) (Bahan pelarut/air) B :0,002 g/l Diazinon 600 EC
C :0,004 g/l Diazinon 600 EC D : 0,006 g/l Diazinon 600 EC
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Zoologi Invertebrata Universitas Negeri Padang pada bulan Juli - Agustus 2013, dapat dilihat bahwa insektisida Diazinon 600 EC Pengaruh terhadap Fekunditas dan Viabilitas kokon cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr. Mull, telihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil rata-rata fekunditas kokon cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr.Mull
No Perlakuan Rata-Rata Fekunditas kokon
1. A 40a
2. B 12b
3. C 8c
4. D 0d
Keterangan : Angka pada kolom sama yang diikuti huruf superscrip sama, tidak berbeda nyata (P< 0,05) pada uji DNMRT
Dari hasil penelitian fekunditas dan viabilitas cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr. Mull., yang dilakukan
selama 30 hari pengamatan dengan berbagai konsentrasi menunjukkan perbedaan yang
sangat nyata antar perlakuan. Semakin tinggi konsentrasi insektisida Diazinon 600 EC yang diberikan semakin menurunkan jumlah kokon yang dihasilkan, namun tidak mempengaruhi daya tetas kokon. Jumlah kokon tertinggi terlihat pada perlakuan A (kontrol) yaitu 40 kokon. Sedangkan jumlah kokon terendah yaitu 0 pada perlakuan D. Perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B, C dan D. Sedangkan perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan C dan D. Perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan D. Dapat dikatakan juga bahwa antar perlakuan terdapat perbedaan nyata dan terjadi penurunan jumlah kokon sejalan dengan kenaikan dosis.
Diduga bahan aktif insektisida Diazinon 600 EC dapat menurunkan fekunditas karena insektisida Diazinon 600 EC bersifat sistemik. Menurunnya fekunditas disebabkan terganggunya proses oogenesis terutama pada proses vitelogenesis karena terbawanya Diazinon 600 EC menyebabkan keracunan pada saat dibuka atau dibedah tidak ditemukan bakal kokon yang disiap untuk diokulasikan, sementara pada perlakuan A (kontrol) tetap ditemukan.
Menurut Ningsih (2001) Fekunditas pada kokon cacing tanah Pontoscolex
corethrurus Fr. Mull., terjadi penurunan
karena adanya pengaruh insektisida diazinon 600 EC bersifat toksik pada jaringan tubuh
hewan dan sistemik yang bekerja sebagai racun kontak, racun perut, dan racun napas dapat masuk melalui pencernaan dan respirasi. Fekunditas merupakan suatu subjek yang dapat menyesuaikan terhadap beberapa macam kondisi terutama respon terhadap makanan. Jumlah kokon yang dikeluarkan merupakan suatu mata rantai penghubung antara satu generasi dengan generasi berikutnya (Efendie, 1997). Berdasarkan penelitian (Chaudhuri, 2011), cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr. Mull., yang menghasilkan jumlah kokon tertinggi dibandingkan cacing lain yaitu 98 kokon dalam 1 tahun dalam kondisi laboratorium.
Gates (1972 dalam Chaudhuri, 2011) pada penelitiannya menjelaskan bahwa P.
corethrurus, Dichogaster affinis, Metaphire houlleti dan Octochaetona beatrix memiliki
kemampuan untuk fertilisasi diri atau partenogenesis spesies dapat menghasilkan kokon tanpa melakukan perkawinan (Gates, 1972 dalam Chaudhuri, 2011). Hampir semua spesies eksotik cacing tanah di daerah tropis lembab yang dilaporkan setidaknya fakultatif parthenogenic, sementara species lokal hanya memproduksi kokon jika terjadi perkawinan.
Menurut Nofyan (2009) hormon sangat dipengaruhi oleh pakan yang diberikan sehingga akan mempengaruhi jumlah kokon yang dihasilkan. Menurut
Brown (1978 dalam Nofyan, 2012) bahwa populasi cacing tanah tergantung pada jenis dan konsentrasi insektisida digunakan. Perbedaan jumlah kokon yang menetas dari cacing tanah disebabkan karena perubahan suhu dan terbatasnya sumber cadangan makanan di dalam kokon tersebut dan kemampuan mendetoksikasi atau mengeksresikan toksikan berhubungan dengan konsentrasi insektisida (Afriansyah, 2010 dalam Nofyan, 2012).
Tabel 2. Hasil rata-rata Viabilitas kokon cacing tanah Pontoscolex
corethrurus Fr.Mull.
No Perlakuan Rata-rata persentase (%) daya tetas kokon 1. 2. 3. 4. A B C D 100a 100a 100a 0b
Keterangan : Angka pada kolom sama yang diikuti huruf superscrip sama, tidak berbeda nyata (P< 0,05) pada uji DNMRT
Berdasarkan Tabel 2 diketahui presentase daya tetas kokon Cacing tanah
Pontoscolex corethrurus Fr.Mull., pada
perlakuan A, B, C dan D terjadi perbedaan rata-rata persentase daya tetas kokon. Pada perlakuan A, B dan C memiliki rata-rata persentase daya tetas kokon sama yaitu 100%. Sedangkan pada perlakuan D kokon tidak menetas atau memiliki daya tetas 0%.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase daya tetas kokon cacing tanah Pontoscolex
corethrurus Fr. Mull., yang sama terlihat
pada perlakuan A, B dan C yaitu 100%. Sedangkan persentase daya tetas kokon terendah terlihat pada perlakuan D yaitu 0 % karena pada perlakuan ini semua cacing mati. Perbedaan persentase daya tetas tersebut karena insektisida diazinon 600 EC bersifat sistemik namun tidak bersifat embrio toksik.
Diduga karena bersifat racun terhadap ovum maka tidak ada perkembangan embrio sejak dari awal. Sedangkan pada perlakuan A, B dan C tidak berpenggaruh diduga pada konsentrasi tersebut Diazinon 600 EC meskipun hadir pada jaringan tubuh cacing tetapi masih pada ambang batas toleransi tubuhnya.
Penurunan jumlah kokon disebabkan karena insektisida Diazinon mempunyai spektrum daya bunuh yang luas terhadap serangga dan cacing tanah. Senyawa ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui kontak fisik, sistem pencernaan, dan respirasi (Ningsih, 2001). Kelembaban tanah dan suhu juga mempengaruhi keberhasilan penetasan kokon cacing tanah dan pemindahan dari kondisi lapangan dan laboratorium kondisi (Kaushal, 1995 dalam Chaudhuri, 2011).
KESIMPULAN
1. Insektisida Diazinon 600 EC menurunkan fekunditas kokon cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr.Mull. 2. Insektisida Diazinon 600 EC tidak
berpengaruh pada viabilitas kokon cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr.Mull hingga dosis 0,004.
DAFTAR PUSTAKA
Adianto, D.U. Safitri dan N. Yuli. 2004. Pengaruh Inokulasi Cacing Tanah
(Pontoscolex corethrurus Fr.Mull)
Terhadap Sifat Fisika Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
(Vigna radiata L.Wilczek) varietas
walet .
Dewi, S, W.dan Sumarni. 2011. Potensi Cacing Tanah Eksotik Endogeik (Pontoscolex corethrurus) untuk Produksi Vermikompos Granul (Vermigran) Berbasis Bahan Organil Lokal. Jurnal.
Baehaki, 2010. Insektisida Pengendalian Hama Tanaman. Penerbit : Angkasa Bandung.
Brata, B. 2008. Kualitas Eksmecat dari Beberapa Spesies Cacing Tanah pada Tingkat Penyiraman dan Pengapuran yang Berbeda. Universitas Bengkulu. Jurnal.
Ciptanto,.S. dan U, Paramita. 2011. Mendulang Emas Hitam Melalui Budidaya Cacing Tanah. Penerbit : Lily Publlisher.
Effendie, I . 1997. Biologi Perikanan. Bogor. Yayasan Pustaka Nusantama
Chanduri,.P.S. S, Bhatacharjee. 2011.
Reproductive biology of eight
tropical earthworm species of rubber plantations in Tripura. India
Hanafiah, A.K. Napoleon dan N, Ghoffar. 2001. Biologi Tanah (Ekologi dan Makrobiologi Tanah). Jakarta.
Handayanto dan Hanafiah, A.K 2007. Biologi Tanah. Pustaka Adipura. Yogyakarta
Jasin, M. 1984. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Penerbit : Sinar Wijaya Surabaya
Jumbriah. 2006. Bioremediasi Tanah Tercemar Diazinon Secara Ex situ Menggunakan Kompos Limbah Media Jamur (Spent Mushroom Compost ).
Ningsih, D. 2001. Bioremediasi Diazinon Secara Ex situ Menggunakan Mikrob
Indigenous Isolat B3. Jurusan Kimia
: Institut Pertanian Bogor. Jurnal
Nofyan,. E. 2009. Pengaruh Insektisida Karbofuran terhadap Produksi dan Viabilitas Kokon Cacing Tanah
Pontoscolex corethrurus Fr.Mull.
Jurnal Penelitian Sains : Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia
Nofyan, E., D, Setiawan, dan A, N, T, Safitri,. 2012. Pengaruh Insektisida Profenofos Terhadap Produksi dan Viabilitas Kokon Cacing Tanah
Pontoscolex corethrurus Fr. Mull.
Setyaningsih, H. 2008. Respon Cacing Penggali Tanah Pontoscolex
corethrurus Terhadap Berbagai
Kualitas Serasah. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
Suin, M, N. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta
Soesanto, L. 2008. Pengatar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Penerbit : PT Raja Grafindo Persada.
Subowo, I. Anas, .G. Djajakirana, . A. Abdurachman, dan S, Hardjowigeno, . 2002. Pemanfaatan Cacing Tanah untuk Meningkatkan Produktivitas Ultisols Lahan Kering
Sutedjo, MM . Kartasapoetra. A.G, . Sastroatmodjo,.1991. Mikrobiologi Tanah. Penerbit : PT Rineka Cipta, Jakarta
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah (Dasar kesehatan dan kualitas tanah). Penerbit Gava Media. Yogyakarta
Wudianto, Rini. 2011. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta