• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial T2 752013009 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial T2 752013009 BAB V"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

76 BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bertolak dari pemaparan hasil penelitian dan penggkajian dengan menggunakan

prespektif “Identitas Sosial” terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang

dapat disimpulkan mengenai akar-akar konflik Ambon yang berhubungan dengan perebutan

kekuasaan di sektor-sektor publik dalam pemerintahan:

1. Konflik di Ambon dipenuhi dengan pola patron-klien yang kemudian menjadi

penyebab konflik adalah penggunaan identitas agama secara diberhadap-hadapan

dalam konteks perebutan kekuasaan. Identitas keagamaan selalu menjadi faktor yang

paling menonjol diperhatikan dalam setiap penempatan suatu posisi dalam instansi

pemerintahan. Pada setiap pengangkatan pejabat di suatu instansi misalnya,

pertanyaan yang muncul adalah berasal dari etnik apa pejabat tersebut, apa agamanya,

dan bagaimana komposisi etnik dan agama di instansi tersebut. Stigma-stigma negatif

tersebut secara implisit menunjukan begitu kuatnya tarik-menarik kepentingan dari

masing-masing agama dalam perebutan kekuasaan di sektor-sektor publik dalam

pemerintahan. Hal tersebut menjadikan salah satu identitas kelompok agama merasa

didominasi, sehingga memunculkan identitas perlawanan yang dapat menyebabkan

konflik terjadi di Ambon.

2. Konflik komunal yang terjadi Maluku pada tahun 1999-2003 sendiri pada dasarnya

merupakan penyebab dari ketidakadilan dan marginalisasi suatu kelompok terentu

selama bertahun-tahun. Adapun agama yang selama ini disematkan dalam membaca

dan menganalisa konflik Ambon sebenarnya lebih tepatnya disebut faktor pendukung

(2)

77 sumber daya ekonomi, politik, dan birokrasi. Sejarah konflik Maluku memang

diwarnai praktik-praktik dominasi maupun subordinasi semenjak zaman pemeritahan

kolonial belanda hingga masa republik yang berimplikasi pada semakin tumbuhnya

potensi konflik laten. Konflik komunal di Maluku sendiri sebenarnya tidaklah tepat

jika diselesaikan melalui pendekatan hukum positif. Dalam studi ini telah

menunjukkan bahwa potensi kearifan lokal sendiri dalam masyarakat sebenarnya

memiliki potensi dalam merajut kembali kohesivitas masyarakat dalam proses

rekonsialisasi. Selain itu pula, faktor perimbangan juga menjadi penting dibicarakan

mengingat perebutan jabatan birokrasi sendiri merupakan inti konflik di Maluku.

3. Dalam dinamika perubahan sosial yang sedang dijalani dan dihadapi oleh kedua

kelompok agama masyarakat di Maluku (Ambon), memperlihatkan

ketidak-seimbangan hidup yang menimbulkan ketegangan dalam hubungan kemanusiaan dan

keagamaaan di Maluku. Perubahan signifikansi agama-agama, mengharuskan mereka

untuk memberi respons sosial yang memamadai demi menghadapi dinamika

perubahan itu. Dalam merespons perubahan itu, agama-agama di Maluku mesti

membangun dirinya demi kemajuan daerah ini. dengaan demikian pendekatan budaya

lokal serta menggali akar-akar di dalam budaya masyarakat Maluku seperti Pela

Gandong sebagai model Project identity yang dapat memperbaiki hubungan yang

(3)

78 5.2 Saran

Pada akhirnya perdamaian pasca-konflik menghadapi beberapa masalah utama yang

mesti siselesaikan, ialah bagaimana melakukan mencegahan supaya konflik komunal mudah

kembali terulang dan usaha konsolidasi perdamaian dalam pembangunan yang berkelanjutan.

Persoalan ini sangat urgent dan menjadi tujuan utama dalam bekerjanya proses perdamaian.

Kapasitas lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga pendidikan di Maluku terkhususnya

Ambon untuk mengatasi Persoalan ini sangat penting dalam menentukan keberhasilan dan

pembangunan perdamaian di Maluku Pasca Konflik. Untuk itu ada beberapa saran yang

penulis rekomendasikan dalam pembangunan perdamain di Maluku:

1. Dalam kerangka kerja kelembagaan dalam pembangunan perdamaian pasca-konflik

harus dirumuskan bagaimana penentuan kebutuhan dilakukan sebagai acuan untuk

penentuan kebijakan, perencanaan dan implementasi pembangunan perdamaian.

Pembangunan perdamaian di Ambon pasca-konflik membutuhkan assesmen terhadap

kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan secara spesifik terkait dengan pemecahan

masalah-masalah utama dihadapi di Ambon pasca-konflik. Masalah utama

pembangunan perdamaian di Ambon pasca-konflik pada dasarnya bersumber dari tiga

hal, yaitu akar-akar struktural dan kultural konflik di masa lalu (kesenjangan,

ketidakadilan, krisis kelembagaan yang diperhadapkan dengan kebijakan-kebijakan

yang tidak adil) yang masih belum sepenuhnya teratasi, dampak konflik kekerasan di

masa lalu terhadap kemerosotan kualitas hidup warga (kemiskinan, pengangguran,

kesejahteraan sosial-ekonomi), dan belum efektifnya implementasi perjanjian damai

atau pembangunan perdamaian.

2. Respon kebijakan dari pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan di Maluku

khususnya Ambon disini penting diperkuat untuk mencapai perdamaian dan

(4)

79 pilihan-pilihan langkah-langkah agenda aksi, apakah pencegahan konflik, pencapaian

damai, resolusi konflik, atau pembangunan damai, dengan itu bisa dirumuskan sesuai

masalah dan kebutuhan dihadapi masing-masing tahapan konflik dan kapasitas lokal.

Menjawab kebutuhan ini, penting dirumuskan kerangka pendekatan bersifat refleksif

dan transformatif, untuk pencegahan konflik dan pemajuan perdamaian dalam

perspektif jangka panjang, bukan hanya mencegah berkembangnya potensi konflik,

mencegah agar konflik-kekerasan di Maluku pada masa lalu tidak kembali muncul,

dan potensi konflik baru tidak berkembang, tetapi juga untuk memajukan

pembangunan perdamaian.

3. Perlunya pendidikan perdamaian suatu aktivitas yang bersifat dinamis sehingga harus

dilakukan paca konflik di Kota Ambon. Ia tidak saja menciptakan atau menjaga

perdamaian, tetapi membangun dan membina kondisi damai itu sendiri yang mana

tidak terbatas dari segi waktu. Hal ini mengisyaratkan bahwa misi pendidikan

perdamaian merupakan aktivitas-aktivitas yang mungkin saja berawal dari fase

setelah konflik kekerasan berakhir, tetapi juga dimungkinkan untuk dimulai baik itu

pada fase pra-konflik maupun di tengah-tengah konflik itu sendiri. Dalam konsep

pendidikan perdamaiaian terkandung proses yang kompleks karena ia mengikut

sertakan berbagai tahapan dalam membangun perdamaian pada masayarakat secara

menyeluruh di Kota Ambon. Dari sini dapat dibayangkan bahwa aktivitas atau misi

perdamaian harus dan perlu mempertimbangkan dimensi psikologis, politis, kultural,

maupun ekonomis masyarakat dimana pendidikan perdamaian itu dilkukan.

Pendidikan perdamaian di daerah pasca-konflik selain harus sensitif terhadap konflik,

untuk mencegah segala kemungkinan munculnya kembali konflik ke permukaan, juga

harus dilihat sangat urgent dalam mengusahakan perdamaian di Kota Ambon,

(5)

80 bagi terciptanya perdamaian di Ambon. Perluasan aktivitas untuk menciptakan

perdamaian semakin membuka ruang bagi partisipasi Maluku (Ambon) untuk

berkontribusi dalam membangun perdamaian dunia. Kota Ambon punya alasan kuat

untuk memberikan kontribusi besar bagi perdamaian dunia karena berkaca dari

konflik yang bekepanjangan. Tantangan yang dihadapi adalah menyiapkan program

dan personal yang terlibat dalam berbagai aktivitas perdamaian. Untuk itu kota

Ambon sudah seharusnya menjadi laboratorium perdamaian bukan lagi laboratorum

konflik.

4. Pada akhirnya studi mengenai perdamaian di Ambon merupakan bahasan

menarik yang perlu diteliti oleh penelitian-penelitian selanjutnya, terutama pasca

konflik berkepenjangan. Tidak dapat dipungkiri bahwa konflik sendiri tidak dapat

dimusnahkan hanya dapat direduksi perkembangannya. Maka yang menjadi persoalan

selanjutnya yang perlu dijawab dalam penelitian selanjutnya ialah: “Bagaimana

merjaut kehidupan yang terkoyak di Ambon dalam rekonstruksi pendidikan

perdamaian pasca konflik”. Tulisan-tulisan tentang perdamaian di Ambon masi sangat

minim di teliti untuk itu penulis merasa pendidikan perdamaian sangat urgent untuk

Referensi

Dokumen terkait

PELATIHAN SISTIM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK TUNARUNGU DI SDLB – B YPTB MALANG Adalah hasil karya

[r]

Pekerjaan : Pembangunan Drainase Jalan Yos Sudarso Desa Sindangsari Kec.. Majenang Nama Perusahaan

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas rahmatnya serta shalawat dan salam untuk sang idola Rasulullah Muhammad SAW

[r]

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedia barang Nomor : 602.3/11/RGK/77/2016 tanggal 29 April 2016, maka dengan ini diumumkan penyedia barang pengadaan langsung untuk :. Nama

Rata-rata motivasi berprestasi karyawan tetap RSAU DR Soemitro Surabaya adalah tinggi, karena dalam setiap diri individu karyawan mempunyai usaha dan kemauan

Data dan Hasil Uji Coba Skala Faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying a. Data Uji Coba Skala Faktor yang Mempengaruhi Impulsive