• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Peranan Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Peranan Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2017"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Menurut Siagian (1992), kepemimpinan adalah sikap pikiran dan

semangat kejiwaan untuk memimpin, mendorong dan mencapai tujuan

bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan

tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Keberhasilan

seseorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan dan juga

pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang

bawahhan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.

Menurut Almasdi (2006), seorang pemimpin dituntut memiliki

pengetahuan tentang manajemen secara umum disamping memiliki jiwa

kepemimpinan agar mampu menjadi pemimpin yang profesional. Pemimpin

yang profesional adalah pemimpin yang mengutamakan tercapainya tujuan

organisasi dengan tidak merugikan dan mengabaikan kepentingan orang

lain, berpikiran dan bekerja yang benar sesuai dengan peraturan yang

berlaku, disenangi lingkungan dan bertanggung jawab. Pemimpin yang

profesional harus mampu menciptakan rasa bangga antara pemimpin dan

seluruh personelnya serta rasa memiliki akan seluruh aset organisasi

(2)

Setiap pemimpin sekurang-kurangnya harus memiliki 3 (tiga) ciri,

yakni:

1. Persepsi sosial (social perception)

Persepsi sosial adalah kecakapan dalam melihat dan memahami

perasaan, sikap dan kebutuhan anggota kelompok.

2. Kemampuan berpikir abstrak (ability in a abstract thinking)

Kemampuan berabstraksi yang sebenarnya merupakan salah satu segi

dari struktur inteligensi, dibutuhkan oleh seseorang untuk menafsirkan

kecenderungan-kecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan

keadaan umum diluar kelompok dalam hubungannya dengan tujuan

kelompok.

3. Keseimbangan emosional (emotional stability)

Seorang pemimpin lebih banyak memiliki alam perasaan yang

seimbang daripada mereka yang bukan pemimpin. Pada diri seorang

pemimpin harus terdapat suatu kematangan emosional yang

berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan,

keinginan-keinginan, cita-cita dan alam perasaan, serta

pengintegrasian semuanya itu ke dalam suatu kepribadian yang

harmonis (Effendi, 1992).

2.1.2 Fungsi Kepemimpinan

Menurut Kartono (1998), fungsi kepemimpinan adalah memandu,

menuntun, membimbing, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi

(3)

yang baik, memberikan supervisil pengawasan yang efisien dan membawa

para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan

waktu dan perencanaan.

Menurut Rivai (2008), fungsi pokok kepemimpinan secara operasional

dapat dibedakan menjadi lima fungsi pokok, yaitu:

1. Fungsi Instruktif

Pemimpin sebagai pihak komunikator menentukan apa, bagaimana dan

dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dikerjakan secara

efektif yang bersifat komunikasi satu arah.

2. Fungsi Konsultatif

Fungsi konsultatif dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa

umpan balik untuk memperbaiki dan menyempurnakan

keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Fungsi ini bersifat

komunikasi dua arah. Hal ini dimaksudkan agar keputusan pimpinan

mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga

kepemimpinan berlangsung efeltif.

3. Fungsi Partisipasi

Dalam pelaksanaan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan

orang-orang yang dipimpinnya baik dalam kepesertaan mengambil keputusan

maupun dalam pelaksanaannya.

4. Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang

(4)

persetujuan dari pemimpin. Fungsi ini pada dasarnya adalah

kepercayaan.

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan,

pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

2.1.3 Peranan Kepemimpinan

Menurut Siagian (2009), peranan kepemimpinan dalam suatu

organisasi dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu :

1. Peranan yang Bersifat Interpersonal

Peranan interpersonal menampakkan diri dalam tiga bentuk, yaitu:

a. Selaku simbol keberadaan organisasi yang peranannya dimaunkan

dalam berbagai kegiatan yang sifatnya legal dan seremonial.

b. Selaku pemimpin yang bertanggung jawab untuk memotivasi dan

memberikan arahan kepada para bawahan.

c. Selaku penghubung dimana seorang manajer harus mampu

menciptakan jaringan yang luas dengan memberikan perhatian

khusus kepada mereka yang mampu berbuat sesuatu bagi organisasi

dan juga pihak yang memiliki informasi yang diperlukan oleh

organisasi.

2. Peranan yang Bersifat Informasional

Peran pemimpin yang bersifat informasional mengambil ytiga bentuk,

(5)

a. Peran pemantau atrus informasi yang terjadi dari dan ke dalam

organisasi.

Peran memantaun tidak sekedar mengetahui arus keluar masuknya

informasi, akan tetapi juga mampu mengambil langkah-langkah agar

informasi bermutulah yang diterima.

b. Peran sebagai pembagi atau diseminator informasi, peran ini

menuntut pemahaman yang mendalam tentang makna informasi

yang diterimanya.

c. Peran sebagai juru bicara organisasi.

3. Peran Pengambil Keputusan

Peran pengambil keputusan terdiri dari empat bentuk, yaitu:

a. Selaku entrepreneur, ialah peran yang dimainkan melalui

pertemuan-pertemuan untuk merumuskan dan menetapkan strategi pembuatan

proyek.

b. Peredam gangguan, ialah kesediaan memikul tanggung jawab untuk

mengambil tindakan korektif apabila organisasi menghadapi

gangguan serius yang apabila tidak ditangani akan berdampak

negatif kepada organisasi.

c. Pembagi sumber dana dan daya.

d. Perunding bagi organisasi.

Semakin tinggi jabatan maka akan semakin banyak berinteraksi

(6)

Menurut Siagian (2003), peranan seorang pemimpin tidak terbatas

hanya pada koordinasi. Salah satu peranan kepemimpinan yang teramat

penting dalam proses pengelolaan suatu organisasi adalah mengintegrasikan

berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh berbagai satuan kerja dalam

organisasi demi terjaminnya kesatuan gerak. Integrasi demikian hanya

terwujud apabila pemimpin mampu menjalankan komunikasi yang efektif.

Menurut Siagian (2003), berkomunikasi berarti mengalihkan suatu

pesan dari satu pihak kepada pihak lain. Proses komunikasi dapat dikatakan

efektif apabila pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan diterima

dan diartikan oleh sasaran komunikasi dalam bentuk, jiwa dan semangat

yang persis sama seperti yang diinginkan dan dimaksudkan oleh sumber

pesan tersebut.

Selanjutnya menurut Siagian (2009), peranan kepemimpinan dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya anatara lain: pengambilan

keputusan, actuating atau penggerakkan atau arahan, motivator, pimpinan,

perencanaa dan pengawasan. Ada beberapa sebab yang membuat orang bisa

meraih kedudukan sebagai pemimpin, yaotu sebagai berikut:

1. Pemimpin diangkat karena memiliki sikap mental terkendali terpuji dan

sedikit menonjol dalam lingkungannya serta disepakati untuk

dikaderkan oleh lingkungan itu sendiri, baik dari pihak atasan maupun

dari pihak bawahan serta dari pihak setingkat.

2. Pemimpin diangkat karena tarikan dari atas saja tanpa memperdulikan

(7)

3. Pemimpin yang diangkat karena berhasil menciptakan suatu prestasi

atau karya besar yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan organisasi.

4. Pemimpin yang diangfkat hanya karena faktor usia dan masa kerja

semata.

5. Pemimpin yang dipilih dengan suara bulat dan diminta kesediaannya

untuk mengemukakan syarat-syarat yang menarik, seperti gaji yang

besar, fasilitas yang lengkap serta pemberian wewenang seperlunya.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengakuan berupa penghargaan

pimpinan organisasi terhadap karyawan merupakan dorongan semangat

kerja. Dorongan semangat sangat mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi

kerja pegawai.

Menurut Hatmoko (2006), peranan dokter sebagai provider di

puskesmas dikelompokkan menjadi :

1. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Seorang Dokter

Tanggung jawab seorang dokter kepala puskesmas tidak hanya

mengobati orang sakit namun juga memelihara dan meningkatkan kesehatan

dari masyarakat di dalam wilayah kerjanya. Disamping itu dokter berfungsi

juga sebagai seorang pemimpin dan seorang manajer. Oleh karenanya dalam

kegiatan oemeriksaan dan pengobatan penderita sehari-hari pada waktu

tertentu, dimana dokter Puskesmas sedang melakukan tugas-tugas

manajemen puskesmas dan tugas kemasyarakatannya, dokter dapat

(8)

2. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Seorang Manajer

a. Organisasi mempunyai satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan

yang langsung bertanggung jawab dalam bidang teknis kesehatan

maupun administrasi kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

Jenis dan jumlah tenaga Puskesmas yang sebenarnya tidak perlu

sama untuk tiap puskesmas, tetapi disesuaikan dengan jumlah

penduduk dan luas daerah yang dicakup serta keadaan geografis dan

sarana transportasi di wilayah kerjanya.

b. Bimbingan teknis dan supervisi

Selain pertemuan berkala dengan staf puskesmas yang dilakukan di

puskesmas, kepala puskesmas perlu juga datang untuk melihat dan

memberi bimbingan kepada staf puskesmas secara berkala di tempat

bekerja di puskesmas, puskesmas perawatan, puskesmas pembantu,

di lapangan maupun di rumah penduduk dalam rangka kunjungan

rumah. Hal ini penting sekali dilakukan secara teratur untuk

memelihara disiplin kerja staf Puskesmas dalam melaksanakan

tugas.

c. Hubungan kerja antar instansi tingkat Kecamatan

Camat merupakan koordinator dari semua instansi/dinas di tingkat

kecamatan. Kepala puskesmas bertanggung jawab secara teknis

kesehatan dan administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan

(9)

koordinasi, namun demikian tanggung jawab secara moril dokter

kepala puskesmas terhadap camat tetap ada.

d. Dokter Puskesmas sebagai penggerak pembangunan di wilayah

kerjanya

Disamping hubungan langsung antara dokter kepala puskesmas dan

staf dengan anggota masyarakat sebagai pengunjung puskesmas

dalam rangja pemeriksaan, pengobatan dan penyuluhan kesehatan,

perlu pula dilakukan hubungan kerja sama dengan masyarakat dalam

rangka membantu masyarakat agar dapat menolong diri mereka

sendiri dalam bidang kesehatan. Khususnya dengan pemuka

masyarakat dalam rangka memperbaiki nasib mereka, baik dalam

ruang lingkup kesehatan maupun dalam hal-hal yang berhubungan

dengan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat. Dokter Kepala

Puskesmas beserta segenap staf bekerja sama dengan

instansi-instansi terkait, perlu memberi bimbingan kepada masyarakat untuk

mengenal masalahnya dan menentukan prioritas masalah yang perlu

ditanggulangi sesuai kemampuan swadaya mereka sendiri.

Menurut Effendi (1992), dalam melaksanakan fungsinya sebagai

pemimpin berbagai peranan dipegang olehnya, antara lain sebagai:

1. Pemimpin eksekutif (executive leader)

Fungsinya adalah “menerjemahkan” kebijaksanaan menjadi suatu

(10)

menjadi bawahannya serta membuat keputusan dan memerintahkannya

untuk dilaksanakan.

2. Pemimpin sebagai penengah

Dalam masyarakat modern tanggung jawab keadilan terletak ditangan

para pemimpin dengan keahliannya yang khas yang ditunjuk secara

khusus dan disebut sebagai pengadilan.

3. Pemimpin sebagai Penganjur adalah jenis pemimpin yang memberi

inspirasi kepada orang lain. Penganjur. Pemimpin berfungsi sebagai

propogandis, sebagai juru bicara atau sebagai “pengarah opini”

(mobilizer of opinion) yang biasanya bergerak dalam bidang

komunikasi atau publistik yang perlu menguasai ilmu komunikasi.

4. Pemimpin sebagai ahli

Pemimpin disebut sebagai ahli jika dia lebih terpelajar dari orang-orang

lainnya. Kepemimpinan hanya berdasarkan fakta dan hanya pada

bidang dimana terdapat fakta. Termasuk kategori ini adalah guru,

dosen, dokter dan sebagainya. Alasan bagi eksistensinya adalah bahwa

“ia tahu dan orang lain tidak tahu” dan ia mempunyai wewenang.

5. Pemimpin sebagai diskusi

Pemimpin sebagai diskusi adalah pemimpin yang memenuhi

kepemimpinan demokratis. Diskusi yang bebas adalah satu-satunya

proses dimana kelompok secara keseluruhan ikut berperan dan dimana

semua anggota kelompok sama-sama diwakili dalam membuat suatu

(11)

kreatif dari anggota-anggota kelompok, membantu mereka

memecahkan persoalan dan mencapai keputusan yang mereka buat.

Menurut Siagian (2003), kemampuan pemimpin dalam

menjalankan perannya sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi

kerja bawahannya dalam melakukan pekerjaa. Peran tersebut dalam hal:

a. Pengambilan Keputusan

b. Komunikasi

c. Membimbing dan mengarahkan

d. Mengawasi

2.1.4 Teori Kepemimpinan 1. Teori ciri-ciri/ Teori Trait

Teoti trait menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibuat,

sebab individu yang lahir telah membawa ciri-ciri tertentu.

Kepemimpinan adalah suatu fungsi dari kualitas seseorang dari suatu

individu, bukan dari situasi, teknologi ataupun dukungan masyarakat.

Ciri-ciri tersebut antara lain: pengetahuan yang luas, kemampuan

mengajar, rasionalitas, objektiitas, kemampuan menentukan skala

prioritas secara tajam, menjadi pendengar yang baik, fleksibilitas, sikap

tegas, sikap antisipatif, sikap proaktif dan visionaris. Teori trait dalam

kepemimpinan lebih bersifat deskriptif tetapi analitis dan prediktif

(12)

2. Teori Kelompok

Teori kelompok dikembanmgkan atas dasar ilmu Psikologi Sosial yang

menyatakan bahwa untuk pencapaian tujuan-tujuan kelompok harus ada

pertukaran yang positif antara pemimpin dan bawahannya, mempunyai

dampak yang positif pada sikap, kepuasan dan pelaksanaan kerja.

3. Teori Situasional (Contingency)

Tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang sama efektifnya

menghadapi semua situasi organisasional dan perilaku bawahan.

Menghadapi setiap bawahan perlu menggunakan gaya yang

berbeda-beda. Fred Fiedler mengajukan sebuah model dasar situasional bagi

efektivitas kepemimpinan yang dikenal dengan congtigency model of

leadership effectiveness. Situasi tersebut digambarkan dalam tiga

dimensi yaitu:

a. Hubungan pimpinan anggota

b. Tingkat dalam struktur tugas

c. Posisi kekuasaan pemimpin yang didapatkan melalui wewenang

formal

4. Teori Path-Goal

Teori kepemimpinan dikembangkan dengan menggunakan kerangka

dasar teori motivasi. Teori Path-Goal menganalisa pengaruh (dampak)

kepemimpinan (terutama perilaku kepemimpinan) terhadap motivasi

kepuasan dan pelaksanaan kerja bawahan. Teori ini memuat tipe

(13)

a. Kepemimpinan direktif (directive leadership), yaitu pemimpin

memberikan perintah dan bawahan tahu apa yang diharapkan dari

mereka.

b. Kepemimpinan suportif (supportive leadership), yaitu pemimpin

yang selalu bersedia sebagai teman, mudah didekati dan

menunjukkan diri sebagai orang sejati bagi bawahan.

c. Kepemimpinan partisipatif (participative leadership), yaitu

pemimpin meminta dan mempergunakan saran-saran dari bawahan.

Namun masih membuat keputusan.

d. Kepemimpinan berorientasi prestasi (achievement oriented

leadership), yaitu pemimpin mengajukan tantangan-tantangan

dengan tujuan yang menarik bagi bawahan, merangsang bawahan

untuk mencapai tujuan dan melaksanakannya dengan baik

(Sulaiman, 2011)

2.1.5 Pendekatan dalam Kepemimpinan

Menurut Rivai (2008), untuk lebih memahami pengertian

kepemimpinan yang beragam, perlu digunakan pendekatan untuk lebih

mudah dalam memahaminya. Pendekatan tersebut antara lain:

1. Pendekatan Sifat pada Kepemimpinan

Keberhasilan kepemimpinan organisasi memiliki empat sifat umum,

yaitu:

a. Kecerdasan: pada umumnya pemimpin mempunyai tingkat

(14)

b. Kedewasaan: Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai

emosi yang stabil serta perhatian yang luas terhadap aktivitas sosial.

c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi: pemimpin cenderung

mempunyai motivasi yang kuat untuk berprestasi.

d. Sikap hubungan kemanusiaan: pemimpin yang berhasil mau

mengakui harga diri dan kehormatan bawahan.

2. Pendekatan Tingkah Laku pada Kepemimpinan

Dalam kepemimpinan tingkah laku, para ahli menyebutkan ada dua

aspek utama dalam kepemimpinan yaitu fungsi kepemimpinan dan gaya

kepemimpinan.

3. Pendekatan akaontigensi dalam Kepemimpinan

Pendekatan Kontigensi disebut juga pendekatan situasional, sebagai

teknik manajemen yang paling baik dalam memberikan kontribusi

untuk pencapaian sasaran organisasi. Ada beberapa pandangan

kepemimpinan situasional menurut para ahli, diantaranya yaitu:

a. Teori yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard:

menguraikan bagaimana pemimpin harus menyesuaikan gaya

kepemimpinan mereka sebagai respon pada keinginan untuk

berhasil dalam pekerjaannya, pengalaman, kemampuan dan

kemauan bawahan mereka yang terus berubah.

b. Teori dikembangkan oleh Fieldler; mengemukakan bahwa cukup

sulit bagi seorang manajer untuk mengubah gaya manajernya,

(15)

manajerial tidak efesien dan tidak ada gunanya. Karena tidak ada

satu gaya yang cocok untuk segala situasi maka Fieller menyatakan

mengubah lingkungan organisasi tersebut agar cocok dengan

manajer.

c. Teori yang dikembangkan oleh Martin G. Evans dan RJ. House:

mengemukakan bahwa manajer yang berorientasipada karyawan

akan menawarkan tidak hanya gaji yang tinggi dan promosi, tetapi

juga dukungan, dorongan rasa aman dan rasa hormat. Teori ini

menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif dalam

memotivasi karyawan adalah tergantung pada imbalan yang paling

mereka inginkan.

4. Pendekatan Tingkah Laku dari Kouzer-Posner: Keterlibatan Dinamis

Kouzer-Posner mengatakan beberapa kebiasaan dan tingkah laku

pemimpin yaitu;

a. Menentang proses untuk mencari kesempatan dan percobaan

mengambil resiko.

b. Memberi inspirasi visi bersama untuk menggambarkan masa depan

dan membantu orang lain.

c. Memungkinkan orang lain bertindak untuk mempererat kerja sama

dan memperkuat orang lain.

d. Membuat model pemecahan melalui contoh untuk merencanakan

(16)

e. Memberi semangat melalui pengakuan kontribusi individu dan

merayakan prestasi kerja.

2.2 Motivasi Kerja 2.2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari perkataan motif (motive) yang artinya adalah

rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang

sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Sedangkan yang

dimaksudkan dengan motivasi adalah upaya untuk menimbulkan

rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga pada seseorang dan

ataupun sekelompok masyarakat tersebut mau berbuat dan bekerjasama

secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).

Motivasi adalah alat pendorong yang menyebabkan seseorang

merasa terpanggil dengan senang hati untuk melakukan suatu

kegiatan(dalam hal ini kita maksudkan adalah motivasi dalam arti positif,

yaitu untuk dapat memberikan sesuatu yang terbaik dalam pekerjaan).

Motivasi bagi seseorang merupakan modal utama untuk berorestasi sebab

akan memberikan dorongan bagi seseorang untuk melakukan sesuatu

(Salim, 1996).

Motivasi kerja dapat memberikan energi tinggi yang menggerakkan

segala potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi dan luhur, serta

(17)

2.2.2. Komponen-Komponen Motivasi Kerja

Menurut Danim (2004), motivasi yang diberikan dibagi menjadi 4

bagian, yaitu:

1. Motivasi positif adalah proses pemberian motivasi atau usaha

membangkitkan motif, dimana hal itu diarahkan pada usaha untuk

mempengaruhi orang lain agar dia bekerja secara baik dan antusias

dengan cara memberikan keuntungan tertentu kepadanya. Misalnya

dengan imbalan, informasi tentang pekerjaan, jabatan dan pemberian

untuk tumbuh dan berkembang.

2. Motivasi negatif adalah motivasi yang bersumber dari rasa takut,

misalnya jika dia tidak bekerja akan muncul rasa takut untuk

dikeluarkan, takut tidak diberi gaji dan takut dijahui oleh rekan kerja.

3. Motivasi dari dalam timbul pada diri pekerja waktu dia menjalankan

tugas-tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja itu

sendiri. Motivasi dari dalam diri individu, karena memang individu itu

mempunyai kesadaran untuk berbuat.

4. Motivasi dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya

pengaruh yang ada diluar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri.

(18)

Menurut Siagian (1992), suatu motivasi mempunyai tiga komponen

utama, yaitu:

a. Kebutuhan

Kebutuhan timbul dalam diri seseorang apabila ia merasa adanya

kekurangan dalam dirinya. Dalam pengertian homeostatik, kebutuhan

timbul atau diciptakan apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan

anatara apan yang dimiliki dengan apa yang menurut persepsi yang

bersangkutan seyoygyanya dimikinya, baik dalam arti fisiologis

maupun psikologis.

b. Dorongan

Dorongan merupakan usaha pemenuhan kebutuhan secara terarah,

berorientasi pada tindakan tertentu yang secara sadar dilakukan oleh

seseorang. Dorongan dapat bersumber dari dalam diri seseorang dan

dapat pula bersumber dari luar orang tersebut. Dorongan yang

berorientasi pada tindakan itulah yang sesungguhnya menjadi inti

motivasi sebab apabila tidak ada tindakan, situasi ketidakseimbangan

yang dihadapi oleh seseorang tidak akan pernah teratasi.

c. Tujuan

Tujuan adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan

mengurangi dorongan. Dengan perkataan lain, mencapai tujuan berarti

mengembalikan keseimbangan dalam diri seseorang, baik bersifat

(19)

akan menngurangi atau menghilangkan dorongan tertentu untuk berbuat

sesuatu.

2.2.3 Indikator Motivasi Kerja

Indikator Motivasi kerja menurut Sedarmayanti (2009), yaitu :

1. Gaji (Salary)

Bagi pegawai, gaji merupakan faktor penting untuk memenuhi

kebutuhan diri sendiri dan keluarganya. Gaji selalu berfungsi memenuhi

kebutuhan pokok bagi setiap pegawai juga dimaksudkan untuk menjadi

daya dorong bagi pegawai agar dapat bekerja dengan penuh semangat.

2. Supervisi

Supervisi yang efektif akan membantu peningkatan produktivitas

pekerja melalui penyelenggaraan kerja yang baik, juga pemberian

petunjuk-petunjuk yang nyata sesuai standar kerja dan perlengkapan

pembekalan yang memadai serta dukungan-dukungan lainnya.

3. Kebijakan dan Administrasi

Melalui pendekatan manajemen partisipatif, bawahan tidak lagi

dipandang sebagai objek, melainkan sebagai subjek sehingga berbagai

kebijakan yang diambil dalam organisasi merupakan kesepakatan dari

semua anggota organisasi.

4. Hubungan Kerja

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung

(20)

hubungan yang akrab, penuh kekeluargaan dan saling mendukung baik

hubungan antara sesama pegawai atau antara pegawai dengan atasan.

5. Kondisi Kerja

Kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh

peralatan yang memadai tentu akan membuat pegawai betah untuk

bekerja. Dengan kondisi kerja yang nyaman, pegawai akan merasa

aman dan produktif dalam bekerja sehari-hari.

6. Pekerjaan itu sendiri

Suatu pekerjaan akan disenangi oleh seseorang bila pekerjaan itu sesuai

dengan kemampuannya, sehingga dia merasa bangga untuk

melakukannya. Pekerjaan yang tidak disenangi dan kurang menantang,

biasanya tidak mampu menjadi daya dorong, bahkan pekerjaan tersebut

cenderung menjadi rutinitas yang membosankan dan tidak menjadi

kebanggaan.

7. Peluang untuk maju

Peluang untuk maju (advance) merupakan pengembangan potensi diri

seorang pegawai dalam melakukan pekerjaan. Setiap pegawai tentunya

menghendaki adanya kemajuan atau dalam perubahan dalam

pekerjaannya yang tidak hanya dalam hal jenis pekerjaan yang berbeda

atau bervariasi, tetapi juga posisi yang lebih baik.

8. Pengakuan atau penghargaan (recognition)

Seseorang yang memperoleh pengakuan atau penghargaan akan dapat

(21)

akan selalu memberikan pengakuan/penghargaan kepada pegawai yang

telah menunjukkan prestasi membanggakan sebagai faktor motivasi

yang efektif bagi peningkatan prestasi kerja pegawainya.

9. Keberhasilan (achivement)

Pecapaian prestasi atau keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan

akan menggerakkan yang bersangkutan untuk melakukan tugas-tugas

berikutnya. Dengan demikian prestasi yang dicapai dalam pekerjaan

akan menimbulkan sikap positif, yang selalu ingin melakukan pekerjaan

dengan penuh tantangan.

10. Tanggung jawab

Tanggung jawab merupakan kewajiban seseorangt untuk melaksanakan

funmgsi-fungsi yang ditugaskan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

pengarahan yang diterima.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Kerja

Menurut Siagian (1992), ditinjau dari segi perilaku orang

berorganisasi maka ada beberapa faktor yang memengaruhi motivasi kerja,

yaitu:

1. Kondisi kerja yang baik

Kondisi kerja yang baik menyangkut segi fisik dari lingkungan kerja,

yakni: bangunan yang aman, ruangan kerja yang nyaman, ventilasi yang

cukup, tersedia peralatan kerja yang memadai, tersedia peralatan kerja

(22)

2. Perasaan diikutsertakan

Keikutsertaan merupakan hal yang amat penting dalam rangka

menumbuhkan rasa tanggung jawab yang semakin besar dalam

pelaksanaan tugas.

3. Cara pendisiplinan yang manusiawi

Anggota organisasi yang tidak berhasil melaksanakan tugas kewajiban

dengan baik akan dikenakan tindakan disiplin. Akan tetapi mereka

mengharapkan pengambilan tindakan disiplin dilakukan secara

manusiawi dalam arti, antar lain:

a. Dilakukan secara obyektif dalam arti jelas ditunjukkan kesalahan

yang telah diperbuat atau perbuatan yang melanggar

ketentuan-ketentuan yang berlaku.

b. Hukuman yang dikenakan dengan kesalahan yang diperbuat.

c. Teknik pendisiplinan tidak merendahkan martabat seseorang di

mata koleganya.

d. Tindakan disiplin yang bersifat mendidik, dan

e. Tindakan disiplin yang tidak dilakukan secara emasional.

4. Pemberian penghargaan atas pelaksanaan tugas dengan baik

Pemberian penghargaan dapat meningkatkan semangat bagi anggota

organisasi atas kinerja yang diberikannya.

5. Kesetiaan pimpinan kepada para karyawan

Dalam menunjukkan kesetiaan seorang pimpinan kepada bawahannya

(23)

a. Menjenguk apabila bawahan menderita sakit

b. Menghadiri upacara penting dalam keluarga karyawan

c. Membela bawahan terhadap pihak lain, meskipun intern bawahan

mendapat teguran.

6. Promosi dan perkembangan bersama organisasi

Memberikan gambaran yang jelas kepada para anggota organisasi

tentang jenjang karier yang dapat dinaiki oleh para karyawan tersebut

apabila mereka mampu membuktikan prestasi kerja yang memuaskan

adalah pemicu semangat dan kemauan anggota organisasi dalam

bekerja.

7. Pengertian yang simpatik terhadap masalah-masalah pribadi bawahan

Apabila anggota organisasi mengalami masalah yang rumit dalam

kehidupan pribadinya maka akan berdampak juga terhadap kehidupan

organisasionalnya. Oleh karena itu, peran pemimpinn yang mau

mendengar dan bersimpatik atas masalah anggota organisasinya

membuat mereka merasa menjadi anggota keluarga besar organisasi

tersebut.

8. Keamanan pekerjaan

Terjaminnya seseorang memperoleh pekerjaan dan jabatan dalam

organisasi selama ia melaksanakan tugasnya dengan baik dengan

(24)

9. Tugas pekerjaan yang sifatnya menarik

Setiap orang ingin agar daya kreatifitasnya didorong untuk terus

berkembang dan pengetahuan serta ketrampilan diberikan kesempatan

untuk terus meningkat.

Dengan faktor-faktor motivasional demikian, perilaku para anggota

organisasi akan menjadi perilaku yang mendorong tercapainya bukan hanya

tujuan-tujuan pribadi dari para anggota yang bersangkutan, akan tetapi juga

tujuan organisasi sebagai keseluruhan.

Menurut Winardi (1992), motivasi seseorang sangat dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam diri individu), terdiri

atas:

a. Persepsi Individu mengenal diri sendiri: seseorang termotivasi atau

tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses

kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri

akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk

bertindak.

b. Harga diri dan prestasi: faktor ini mendorong atau mengarahkan

individu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang

mandiri, kuat dan memperoleh kebebsan serta mendapatkan status

tertentu dalam lingkungan masyarakat, serta dapat mendorong

(25)

c. Harapan: adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini

merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi

sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan

dari perilaku.

d. Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan

dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu

meraih potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan

mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari,

mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang

dialaminya.

e. Kepuasan kerja: lebih merupakan suatu dorongan afektif yang

muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang

diinginkan dari suatu perilaku.

2. Faktor Ekternal: faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas:

a. Jenis dan sifat pekerjaan: dorongan untuk bekerja pada jenis dan

sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia

akan mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan

pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini juga dapat dipengaruhi

oleh sejauh mana nilai imbalan yang dimiliki oleh objek pekerjaan

dimaksud.

b. Kelompok kerja dimana individu bergabung: kelompok kerja atau

organisasi tempat dimana individu dalam mencapai suatu tujuan

(26)

membantu individu mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai

kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan arti bagi

individu sehubung dengan kiprahnya dalam kehidupan sosial.

c. Situasi lingkungan pada umumnya: setiap individu terdorong untuk

berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi

secara efektif dengan lingkungannya.

d. Sistem imbalan yang diterima: imbalan merupakan karakteristik

atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang

yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah

tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai

imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat

mendorong individu untuk beprilaku dalam mencapai tujuan:

perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai

maka alan timbul imbalan.

Menurut Siagian (2009), motivasi (dorongan) kerja yang ada pada

setiap individu berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern,

yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Intern terdiri atas : Persepsi Individu, Harga Diri, Kebutuhan dan

Harapan.

b. Faktor Ekstern terdiri atas : Lingkungan Kerja, Kelompok Kerja dan

(27)

2.3 Puskesmas

2.3.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preentif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis

dinas kesehatan kabupaten/kota. Puskesmas harus didirikan pada setiap

kecamatan dan dalam kondisi tertentu dapat didirikan lebih dari satu

puskesmas betdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah

pendudukan dan aksesibilitas (Permenkes RI Nomor 75/2014).

Puskesmas sebagai penanggung jawab peyelenggara upaya

kesehatan terdepan, kehadirannya ditengah masyarakat tidak hanya

berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga

sebagai pusat komunikasi masyarakat, yakni turut memberikan informasi

tentang kesehatan kepada masyarakat melalui program promosi kesehatan

(Permenkes RI Nomor 75/2014).

2.3.2 Fungsi Puskesmas

Adapun fungsi dari Puskesmas menurut Permenkes nomor 75

tahun 2014 tentang Puskesmas adalah :

1. Peyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat pertama

diwilayah kerjanya. Puskesmas dalam fungsi ini berwenang dalam

(28)

dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan serta memberi

rekomendasi terkait msalah kesehatan masyarakat.

2. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) tingkat pertama

di wilayah kerjanya. Dalam fungsi Upaya Kesehatan Perorangan,

puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif

berkesinambungan dan bermutu namun tetap mengutamakan upaya

kesehatan promotif dan preventif. Puskesmas juga melaksanakan

penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan.

2.3.3 Manajemen Puskesmas

Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di

Puskesmas dan ia dapat merencanakan dan mengusulkan kebutuhan sumber

daya Puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam hal di

Puskesmas kawasan seperti kriteria di atas, maka Kepala Puskesmas

merupakan tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan paling rendah

diploma tiga (Kemenkes, 2014).

Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas (Kemenkes, 2014)

:

a) Kepala Puskesmas

b) Kepala sub bagian tata usaha

c) Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

d) Penanggung jawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium

e) Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring

(29)

Untuk dapat melaksanakan usaha pokok puskesmas secara efisien,

efektif, produktif dan berkualitas, pimpinan puskesmas harus memahami

dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen. Penerapan manajemen

kesehatan di puskesmas terdiri dari:

1. Micro Planning (MP)

Merupakan perencanaan tingkat puskesmas. Pengembangan program

puskesmas selama 5 tahun disusun dalam MP.

2. Lokakarya Mini Puskesmas (LKMP)

Merupakan bentuk penjabaran MP kedalam paket-paket kegiatan

program yang dilaksanakan oleh staf, baik secara individu maupun

berkelompok. LKMP dilaksanakan setiap tahun.

3. Local Area Monitoring (LAM) atau PIAS-PWS (Pemantauan Ibu dan

Anak Setempat-Pemantauan Wilayah Setempat)

Merupakan sistem pencatatan dan pelaporan untuk pemantauan

penyakit pada ibu dan anak untuk penyakit menular yang dapat dicegah

dengan imunisasi. LAM merupakan penjabaran fungsi pengawasan dan

pengendalian program. LAM yang dijabarkan khusus untuk memantau

kegiatan program KIA disebut dengan PIAS. Sistem pencatatan dan

pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) adalah kompilasi pencatatan

program yang dilakukan secara terpadu setiap bulan.

4. Stratifikasi puskesmas

Merupakan kegiatan evaluasi program yang dilakukan setiap tahun

(30)

menyeluruh. Penilaian dilakukan oleh tim dari Dinas Kesehatan

Provinsi dan Kabupaten/Kota. Data SP2TP dimanfaatkan oleh

puskesmas untuk penilaian stratifikasi.

Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014, program puskesmas

diantaranya adalah program kesehatan masyarakat esensial yang terdiri dari:

a. Pelayanan promosi kesehatan

b. Pelayanan kesehatan lingkungan

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana

d. Pelayanan gizi, dan

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

Dalam upaya menunjang pengembangan program pokok puskesmas

mempunyai enam subsistem manajemen yaitu:

a. Sub-sistem pelayanan kesehatan (promosi, pencegahan, pengobatan,

rehabilitasi medis dan sosial)

b. Sub-sistem keuangan

c. Sub-sisten logistik

d. Sub-sistem personalia (pengembangan staf)

e. Sub-sistem pencatatn dan pelaporan

f. Sub-sistem pengembangan peran serta masyarakat

2.4 Hubungan Peranan Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Menurut Supardi dan Anwar (2002), kepemimpinan yang efektif

harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam

(31)

diperlukan bila suatu organisasi ingin sukses karena gairah para pekerja

memerlukan kepemimpinan sebagai dasar motivasi eksternal untuk

menjaga tujuan-tujuan mereka tetap harmonis dengan tujuan organisasi.

Menurut Siagian (2003), dalam mencapai tujuan organisasi,

keterbukaan diri bawahan dalam menerima dan mengakui kepemimpinan

seorang akan meningkat apabila pemimpin tersebut:

a. Memiliki daya pikat karena pengetahuan, keterampilan, sikap dan

tindak tanduknya.

b. Tergolong sebagai pemimpin yang demokratik.

c. Memiliki kemampuan menyelenggarakan berbagai fungsi

kepemimpinan.

d. Menerima kenyataan bahwa setiap bawahan mempunyai jati diri yang

khas dengan kelebihan dan kekurangannya.

e. Mampu menentukan skala prioritas organisasi sesuai dengan sifat,

bentuk dan jenis tujuan yang ingin dicapai.

f. Menempatkan kepentingan organisasi di atas kepentingan diri sendiri.

Tidak ada yang digunakan untuk menjamin keberhasilan

seseorang menjalankan kepemimpinannya. Akan tetapi, titik tolak yang

paling tepat adalah menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat

para bawahannya.

Menurut Siagian (1992) dalam bukunya berjudul Fungsi-Fungsi

(32)

Abraham H.Maslow yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia dapat

diklasifikasikan menjadi lima hirarki kebutuhan, yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis

b. Kebutuhan akan keamanan

c. Kebutuhan sosial

d. Kebutuhan “esteem”

e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri

Bertitik tolak dari teori Maslow ini jelas terlihat bahwa para manajer pada

organisasi harus selalu berusaha untuk memuaskan berbagai jenis

kebutuhan para bawahannya. Dengan demikian manajer yang akan lebih

mampu meyakinkan para bawahannya bahwa dengan tercapainya tujuan

organisasi, tujuan pribadi para bawahan pun ikut tercapai. Kegagalan

memberikan keyakinan demikian dapat berakibat:

a. Bawahan akan bertindak dan berprilaku negatif, seperti sering

mangkir, kegairahan jerja dan produktivitas kerja yang rendah.

b. Bawahan melakukan tindakan yang merugikan organisasi tetapi secara

pribadi mungkin menguntungkan seperti menyalahgunakan

kedudukan, jabatan dan wewenang, korupsi dan berbagai perilaku

negatif lainnya.

(33)

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan peranan

kepemimpinan dengan motivasi kerja staf Puskesmas Sentosa Baru Kota

Medan.

Peranan Kepemimpinan

1. Pengambilan Keputusan

2. Arahan dan Bimbingan

3. Pengawasan

4. Memotivasi

5. Pemberian Penghargaan

Motivasi Kerja

1. Penyelesaian Pekerjaan

2. Tanggung Jawab

3. Disiplin Kerja

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

ACTION KONVEN SIONAL Perguruan Tinggi harus mengumpulka n HARDCOPY dan HANYA SOFTCOPY IDENTITAS PENELITI Reviewer dan Tim Ditlitabmas harus berkumpul untuk melakukan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP BAKAL CALON ANGGOTA DPR RI.. I Nonror Urut Panai

Pada kondisi ini, kepentingan pengguna jasa berupa faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan berada pada tingkat tinggi (dianggap penting), sedangkan dari sisi

adalah diperoleh peramalan jumlah produksi yang akan diproduksi agar jumlah yang diproduksi mendekati jumlah permintaan, order quantity untuk setiap DC sehingga

jawaban responden untuk variabel karakteristik individu, pernyataan atau pertanyaan yang mempunyai nilai tertinggi adalah mengenai saya mempunyai stamina yang cukup baik

Catatan tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada kita (QS. Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika kelak nanti meninggal maka anggota

The paper deals with the use of mixed Eulerian - Lagrangian displacement in geometrically nonlinear analysis of structural system, in which displacement and deformation are

Namun religiusitas dalam perspektif Islam jauh lebih jauh kompleks, tidak cukup dengan amal dhahir tapi juga harus dapat mengetahui, memahami ajaran islam dan memaknai