• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Perolehan Kewarganegaraan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosedur Perolehan Kewarganegaraan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

A.PENGERTIAN DAN ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN.

Defenisi kewarganegaraan secara umum yaitu hak dimana manusia tinggal dan menetap

di suatu kawasan negara, dimana warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.

Berdasarkan pada UUD 1945 pasal 26 yang dinyatakan sebagai warga negara sebagai berikut

:

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain

yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

2. Seseorang dapat menjadi kewarganegaraan negara Indonesia karena faktor-faktor sebagai

berikut :

a) kelahiran.

b) pengangkatan.

c) dikabulkannya permohonan.

d) pewarganegaraan.

e) perkawinan

f) turut ayah atau ibu.

3. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan atau berdasarkan

perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum undang-undang

ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia. adapun bukti menjadi menjadi warga

negara adalah sebagai berikut :

a) Akta kelahiran.

b) Surat bukti kewarganegaraan (kutipan pernyataan sah buku catatan pengangkatan

(2)

c) Surat bukti kewarganegaraan (petikan keputusan Presiden) karena permohonan atau

pewarganegaraan.

d) Surat bukti kewarganegaraan (surat edaran menteri kehakiman) karena pernyataan.

Terdapat beberapa pengertian mengenai kewarganegaraan di antaranya :

a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis adalah adanya ikatan dengan negara dan tanda

adanya ikatan tersebut dapat dilihat antara lain dalam bentuk pernyataan tegas negara

tersebut. Dalam konkretnya pernyataan ini dinyatakan dalam bentuk surat-surat, baik

keterangan maupun keputusan yang digunakan sebagai bukti adanya keanggotaan

dalam negara itu.

b. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis adalah tidak ditandai dengan ikatan yuridis,

tetapi ikatan emosional seperti ikatan keturunan, ikatan perasaan, ikatan nasib ikatan

tanah air dan ikatan sejarah. Dalam hal ini, ikatan lahir dari penghayatan warga negara

yang bersangkutan. Dari sudut pandang kewarganegaraan sosiologis, seseorang dapat

dipandang negara sebagai warga negaranya sebab penghayalan hidup, ikatan

emosional dan juga tingkah laku yang dilakukan menunjukkan bahwa orang tersebut

sudah seharusnya menjadi anggota negara itu. Namun dari sudut pandang hukum

orang tersebut tidak memiliki bukti ikatan hukum dengan negara.

Pengertian kewarganegaraan dalam arti materil dan formil :

a. Kewarganegaraan dalam arti formil menunjuk pada tempat kewarganegaraannya.

Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.

b. Kewarganegaraan dalam arti materil menunjuk pada akibat hukum dari status

kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban sebagai bagian dari warga

negara.15

(3)

Adanya pengertian kewarganegaraan ganda (Multipatride) adalah sebuah status yang

disematkan kepada seseorang yang secara hukum merupakan warga negara sah di beberapa

negara. Kewarganegaraan ganda ada karena sejumlah negara memiliki persyaratan

kewarganegaraan yang berbeda dan tidak eksklusif. Secara umum, kewarganegaraan ganda

ada karena sejumlah negara memiliki persyaratan kewarganegaraan ganda berarti

orang-orang yang “memiliki” kewarganegaraan ganda, tetapi secara teknis diklaim sebagai warga

negara oleh masing-masing pemerintah negara bersangkutan. Karena itu, mungkin saja bagi

seseorang menjadi warga negara di satu negara atau lebih atau bahkan tanpa

kewarganegaraan.

Defenisi pewarganegaraan dapat dibedakan menjadi dua, yakni;

1. Pewarganegaraan aktif ialah seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih

atau mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu negara.

2. Pewarganegaraan pasif ialah seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh suatu

negara atau tidak mau diberi dan dijadikan warga negara suatu negara maka yang

bersangkutan dapat menggunakan hak repudiasi (menolak kewarganegaraan).

Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai dengan asas yang

dianut negara tersebut. Asas kewarganegaraan yang dianut oleh suatu negara merupakan

prinsip yang menjadi pedoman dalam menentukan kewarganegaraan pada negara tersebut.

Perbedaan asas tiap-tiap negara disebabkan karena perbedaan latar belakang negara, cita-cita

masa depan, letak negara, dan kondisi perkembangan yang ada. Asas kewarganegaraan

adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk tidaknya seseorang dalam golongan warga

negara tertentu. Pada umunya asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan menjadi

dua, yaitu :

a. Asas ius sanguinis (asas keturunan), yaitu kewarganegaraan seseorang ditentukan

(4)

di negara A, sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan negara B, maka ia adalah

warga negara. Jadi berdasarkan asas ini, kewarganegaraan anak selalu mengikuti

kewarganegaraan orang tuanya tanpa memperhatikan di mana anak itu lahir.

b. Asas ius soli (asas kedaerahan), yaitu kewarganegaraan seseorang ditentukan

berdasarkan tempat kelahirannya. Misalnya, seseorang dilahirkan di negara B,

sedangkan orang tuanya berkewarganegaaran negara A, maka ia adalah warga negara

B. Jadi menurut asas ini kewarganegaraan seseorang tidak terpengaruh oleh

kewarganegaraan orang tua nya, karena yang menjadi acuan adalah tempat

kelahirannya.

Adanya perbedaan menentukan kewarganegaraan di beberapa negara, baik yang

menerapkan ius soli maupun ius sanguinis, dapat menimbulkan dua kemungkinan status

kewaeganegaraan seorang penduduk yaitu :

a. Apratide, yaitu adanya seorang penduduk yang sama sekali yang tidak mempunyai

kewarganegaraan. Misalnya,seorang keturunan bangsa A yang menganut asas ius soli

lahir di negara B yang menganut asas ius sanguinis. Maka orang tersebut tidaklah

menjadi warga negara A dan juga tidak dapat menjadi warga negara B. Dengan

demikian orang tersebut tidak mempunyai kewarganegaraan.

b. Bipatride, yaitu adanya seorang penduduk yang memepunyai dua macam

kewarganegaraan sekaligus (kewarganegaraan rangkap). Misalnya seseorang

keturunan bangsa B yang menganut asas ius sanguinis lahir di negara A yang

menganut asas ius Soli. Oleh karena ia keturunan bangsa B, maka ia dianggap sebagai

warga negara B. Akan tetapi negara A juga menggangap dia warga negara nya karena

(5)

Dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu negara

lazim menggunakan dua stelsel,yaitu :

a. Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu secara aktif

untuk menjadi warga negara (naturalisasi biasa) .

b. Stesel Pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga negara tanpa

melakukan suatu tindakan hukum tertentu (naturalisasi istimewa).

Berkaitan dengan kedua stelsel tadi seorang warga negara dalam suatu negara pada

dasarnya mempunyai :

a. Hak Opsi, yaitu hak untuk memiliki suatu kewarganegaraan (dalam stesel aktif).

b. Hak Repudiasi, yaitu hak untuk menolak untuk suatu kewarganegaraan (stesel pasif).

Menurut penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006

tentang kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan

kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut:

a. Asas ius sanguinis (law of the blood), yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat dilahirkan.

b. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas, yaitu asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan

terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur undang-undang.

c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan

bagi setiap orang.

d. Asas kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

(6)

e. Asas kewarganegraan berdasarkan perkawinan. Sedangkan dari sisi perkawinan ini

dikenal dengan :

1. Asas kesatuan hukum, yaitu berdasarkan paradigma bahwa suami istri ataupun

ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan suasana sejahtera,

sehat dan tidak terpecah dan mencerminkan adanya suatu kesatuan tersebut,

semuanya harus tunduk pada hukum yang sama. Dengan adanya kesamaan

pemahaman dan komitmen menjalankan kebersamaan atas dasar hukum yang

sama tersebut, meniscayakan adanya kewarganegaraan yang sama.

2. Asas persamaan derajat, yaitu ditentukan bahwa suatu perkawinan tidak

menyebabkan perubahan status kewarganegaraan masing-masing pihak. Baik

suami/istri tetap berkewarganegaraan asal. Mereka tetap memiliki status

kewarganegaraan sendiri, sama halnya ketika mereka belum di ikatkan menjadi

suami istri. Asas ini menghindari terjadinya penyelundupan hukum.

Selain itu masih ada, beberapa asas kewarganegaraan yang bersifat khusus, yang

juga menjadi dasar penyusunan undang-undang kewarganegaraan, yaitu :

a. Asas kepentingan nasional, adalah asas yang menentukan bahwa peraturan

kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yag bertekad

mempertahankan kedaulatan sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan

tujuannya sendiri.

b. Asas perlindungan maksimum, adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib

memberikan perlindungan penuh kepada setiap WNI dalam keadaan apapun, baik di

dalam maupun di luar negeri.

c. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintah, adalah asas yang menentukan

bahwa setiap WNI mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan

(7)

d. Asas kebebasan substantif, adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya

bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan

yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

e. Asas nondiskriminatif, adalah asas yang tidak membedakan perlakuan-perlakuan

dalam segala hal ikwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku,

agama, ras, golongan, jenis kelamin, gender.

f. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, adalah asas yang

dalam segala ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin,

melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umunya dan warga negara pada

khususnya.

g. Asas keterbukaan, adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ikhwal

yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.

h. Asas publisitas, adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh

atau kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia di umumkan dalam berita

negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.

Menurut asas-asas diatas maka hukum seseorang warga negara mengenai status,

hak-hak dan kewenangannya tetap melekat padanya dimana pun ia berada. Juga apabila ia ini

merantau ke luar negeri maka hukum yang berlaku baginya berkenaan dengan hal-hal ini

tetap ialah hukum nasionalnya.16

B. TUJUAN DAN FUNGSI KEWARGANEGRAAN

1. TUJUAN KEWARGANEGARAAN

Tujuan dalam memperoleh status kewarganegaraan dari negara ialahmendapatkan hak-hak

(8)

Ada pun beberapa tujuan dalam memperoleh kewarganegaraan, yaitu :

a. Memberikan kepastian hukum bagi seseorang, menguatkan hak-hak yang harus

diperolehnya termasuk hak dalam urusan keperdataan, ketatanegaraan maupun

administrasi negara.

b. Memiliki hak-hak sebagai warga negara, seperti hak memilih dalam pemilu, mendapat

pendidikan yang layak dan lain lain. Dalam penyelenggaraan pemilihan umum juga yang

diadakan di negara Indonesia, warga negara mempunyai 2 hak pilih yaitu hak pilih aktif

dan hak pilih pasif. Hak pilih aktif adalah warga negara yang telah memenuhi syarat

mengikuti pemilihan umum, berhak memilih atau menentukan wakilnya untuk duduk

dalam badan perwakilan rakyat. Sedangkan hak pilih pasif adalah warga negara yang telah

memenuhi syarat tertentu untuk dapat dipilih dan duduk sebagai anggota di badan

perwakilan rakyat, sebagai Presiden, Gubernur, dan Bupati/Walikota.

c. Dapat membuat akta kelahiran dan kartu tanda penduduk.

Salah satu yang diambil di atas adalah Akta kelahiran, akta kelahiran adalah akta yang

wujudnya berupa selembar kertas yang dikeluarkan oleh negara berisi informasi mengenai

identitas anak yang dilahirkan. Tujuan utama dalam pembuatan akta kelahiran adalah

menunjukkan hubungan hukum antara si anak dengan orang tuanya. Di dalam akta

kelahiran tersebut disebutkan siapa bapak dan ibu dari si anak, jadi akta kelahiran

menentukan status hukum seseorang. Dan merupakan bukti awal kewarganegaraan dan

identitas diri pertama yang dimiliki anak. Akta kelahiran membuktikan bahwa si anak lahir

di Indonesia dan menjadi warga negara Indonesia.

d. Kemudahan dalam melakukan usaha (pabrik, perusahaan, dan lain lain) kepemilikan

(tanah, rumah dan lain lain).

Sebagai contoh saat ini di Indonesia, sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan

(9)

yang menduduki peringkat teratas dalam hal tingkat kemudahan berusaha bagi

perusahaan-perusahaan domestik.

e. Mempunyai hak menjadi calon Presiden dan Wakil Presiden.

Presiden Republik Indonesia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan

Indonesia. Setiap Warga negara Indonesia berhak menjadi Presiden. Warga negara

Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena

kehendaknya sendiri merupakan syarat utama menjadi Presiden dan Wakil Presiden dan

tidak mengkhianati negara sendiri.

2. FUNGSI KEWARGANEGARAAN

Fungsi dari kewarganegaraan itu sendiri adalah untuk mengetahui keberadaan

seseorang dalam suatu wilayah yang bersangkutan, karna jika seseorang tidak memiliki

kewarganegaraan maka dia tidak akan diakui keberadaanya dalam suatu wilayah tertentu.

Selain itu fungsi kewarganegaraan digunakan sebagai identitas dan tanda pengenal seseorang

dengan orang lainnya. Untuk mengetahui dari mana orang itu berasal untuk mencegah adanya

penyeludupan.

C. LANDASAN HUKUM PENGATURAN KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA.

Kewarganegaraan Republik Indonesia sebelum berlakunya Undang-Undang No.12

Tahun 2006 untuk melaksanakan ketentuan pasal 26 UUD 1945, dibuatlah undang-undang

yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia. Sejak merdeka tanggal 17 Agustus 1945

sampai sekarang. Secara historis pengaturan tentang kewarganegaraan selalu berubah

mengikuti perubahan dan perkembangan politik, ekonomi dan sosial dalam sebuah negara.

Sebelum era kemerdekaan hingga awal kemerdekaan, sistem kewarganegaraan mengacu pada

(10)

Onderdaanscaap Van Niet Nederlanders” (S.1010:296)17

a. Undang-Undang No.62 Tahun 1958, menurut UUDS 1950 yang kemudian mendasari

lahirnya UU No. 62 tahun 1958 yang mengatur tentang kewarganegaraan pada UU tersebut

berisi ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang status kewarganegaraan Indonesia, yang

berdasarkan perundang-undangan dan atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan-peraturan

yang berlaku sejak 17 Agustus 1945 telah menjadi warga negara Indonesia. Didalam UU No.

62 tahun 1958 ini asas kewarganegaraan yang digunakan ialah asas ius sanguinis.

. Peraturan ini berlaku berdasarkan

pada aturan peralihan UUD yang menyatakan bahwa sebelum diatur khusus, peraturan

perundang-undangan peninggalan Belanda masih berlaku. Peraturan tersebut dinyatakan

tidak berlaku lagi dengan diundangkannya beberapa undang-undang dan peraturan mengenai

kewarganegaraan Indonesia, adalah sebagai berikut :

b. Pada tanggal 1 Agustus 2006, undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

kewarganegaraan Republik Indonesia telah diundangkan dan diberlakukan sebagai pengganti

undang-undang Nomor 62 Tahun 1958.

Hal-hal yang menonjol dari undang-undang di atas adalah :

1. Sifat non-discriminatf yaitu status kewarganegaraan Indonesia seseorang tidak lagi

ditentukan berdasarkan ras, keturunan, suku bangsa, agama dan lain sebagainya.

Tetapi ditentukan berdasarkan aturan hukum

2. Memberikan kewarganegaraan terbatas kepada :

a. Anak WNI yang lahir dari suatu perkawinan campuran.

b. Anak WNI yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah oleh WNA

berdasarkan penetapan pengadilan.

c. Anak dari pasangan WNI yang lahir di negara menganut asas ius soli.

17

(11)

d. Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah dan diakui oleh ayahnya

yang WNA.

3. Memberikan kesempatan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

kepada anak-anak yang lahir dari suatu perkawinan campuran yang lahir sebelum

berlakunya undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan

Republik Indonesia yang belum berusia 18 tahun dan belum kawin.

4. Persamaan di depan hukum bagi perempuan dan laki-laki untuk mengajukan

pewarganegaraan.

5. Kehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri yang terikat perkawinan yang

sah tidak menyebabkan hilangnya status kewarganegaraan dari istri atau suami.

6. Kehilangan kewarganegaraan Indonesia bagi seorang ayah atau ibu tidak dengan

sendirinya berlaku terhadap anaknya

Istilah kewarganegaraan menurut ketentuan undang-undang No.12 Tahun 2006 adalah

segala ikhwal yang berhubungan dengan warga negara (pasal 1). Oleh karena

kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubunga dengan kewarganegaraan, maka

kewarganegaraan mencakup hal-hal, antara lain :

a) Penentuan tentang siapa saja yang termasuk warga negara Indonesia

b) Cara menjadi warga negara atau pewarganegaraan Republik Indonesia

c) Tentang kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

d) Tentang syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik

Indonesia

e) Tentang ketentuan pidana.

Secara umum dalam Undang-undang dinyatakan bahwa menjadi WNI adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang lain yang disahkan dengan

(12)

orang-orang bangsa Indonesia asli, adalah orang-orang Indonesia yang menjadi warga negara

Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain

atas kehendaknya sendiri. Rumusan tentang bangsa Indonesia asli bukan diartikan

dalam pengertian sosiologis antropologis. Sedang warga negara Indonesia yang

merupakan orang orang bangsa lain adalah mereka yang memperoleh

kewarganegaraan Indonesia melalui pewarganegaraan berdasarkan perarturan

peundangan yang berlaku.

Sedangkan isi dari UU No. 12 Tahun 2006, adalah sebagai berikut :

1) Tentang siapa warga negara Indonesia, dinyatakan bahwa yang menjadi warga

negara Indonesia termasuk di dalam pasal 4.

2) Tentang cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, menurut

Undang-undang ini dapat dilakukan dengan :

a. Melalui permohonan ( pasal 8-9 )

b. Melalui pernyataan ( pasal 19 )

c. Melalui pemberian kewarganegaraan ( pasal 20 )

d. Melalui pernyataan untuk memilih kewarganegaraan

e. Tentang kehilangan kewarganegaraan, dinyatakan bahwa kewarganegaraan

Republik Indonesia hilang, jika bersangkutan ( pasal 23 ).

c. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2007 tentang tata cara memperoleh, kehilangan,

pembatalan dan memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia. Sesuai dari

peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 2 Tahun 2007 pasal 1, yang dimaksud

dengan pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh

kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan. Orang asing adalah orang yang

bukan warga negara Republik Indonesia, Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan

(13)

ditunjuk oleh menteri untuk menangani masalah kewarganegaraan Republik Indonesia, dan

perwakilan Republik Indonesia adalah kedaulatan besar Republik Indonesia.

d. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia No. 01-HL.03.01 Tahun 2006

tentang tata cara pendaftaran untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

berdasarkan pasal 41 dan memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia

berdasarkan pasal 42 undang-undang nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan

Republik Indonesia.

Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dalam pasal 1, Anak adalah anak yang lahir

sebelum undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegraan Republik Indonesia

diundangkan dan belum berusia 18 tahun atau belum kawin. Pemohon adalah warga negara

Indonesia yang tinggal di luar negeri dan kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

sebelum undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia diundangkan karena tidak melaporkan diri ke perwakilan Republik Indonesia.

Perwakilan Republik Indonesia adalah kedutaan besar Republik Indonesia, Konsulat Jenderal

Republik Indonesia, Konsulat Republik Indonesia, atau Perutusan tetap Republik Indonesia.

dan Pejabat yang ditunjuk oleh menteri untuk menangani masalah kewarganegaraan Republik

Indonesia yang selanjutnya disebut pejabat adalah kepala kantor wilayah departemen Hukum

dan Hak asasi manusia.

e. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia No.M.02-HL.05.06 Tahun 2006

tentang tata cara menyampaikan pernyataan untuk menjadi warga negara Republik Indonesia

f. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia No. M 08-HL.04.01 Tahun 2007

tentang tata cara pedaftaran, pencatatan, dan pemberian fasilitas keimigrasian sebagai WNI

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran respon nyeri pada bayi dalam penelitian ini menggunakan skala nyeri FLACC, respon nyeri bayi yang diukur ketika dilakukan penyuntikan imunisasi menggunakan

Melalui penelitian ini konsumen atau masyarakat dapat mengetahui manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan Cause Related Marketing (CRM), yang menjadi dasar pertimbangan

Dewi Sinta memiliki watak setia kepada sang suami, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan suci trilaksita (ucapan, pikiran, dan hatinya). Ia dapat menjaga

hasil uji t yang dilakukan oleh peneliti nilai signi fi kansinya sebesar 0,850 dimana nilai tersebut lebih besar dibanding 0,05, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

Representasi Budaya Korea dalam Iklan Pariwisata (Analisis Semiotika pada Video Musik S.E.O.U.L dan Fly to Seoul). Universitas

Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, 5 dan yang mengecap firman

Jika tubuh berada dalam kondisi kekurangan kalori ataupun zat pemasok kalori yakni protein maka secara otomatis tenaga yang mampu kita gunakan pun akan menurun drastis, akibat dari

The initial effect of the tax increase is that households cut consumption by the MPC times the change in taxes. This change in consumption is less than the change in taxes, because