• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Sosial Ekonomi Pengemis Penggendong Anak di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Sosial Ekonomi Pengemis Penggendong Anak di Kota Medan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sosial Ekonomi

2.1.1 Pengertian Sosial Ekonomi

Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerja dan

kesejahteraan sosial. Kata sosial berasal dari kata “socius” yang artinya teman. Arti teman bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas, teman sekampung dan sebagainya, yang

dimaksud teman disini adalah mereka yang ada disekitar kita yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi. Jadi dapat dikatakan bahwa sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan dalam konsep

sosiologis, manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa adanya orang lain disekitarnya (Suyanto, 2013: 11).

Kehidupan sosial pada dasarnya ditandai dengan :

1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah dua orang atau lebih. 2. Manusia tersebut bergaul atau berhubungan dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama.

Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup lama dan hidup bersama , maka akan terjadi adaptasi dan pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai

kesatuan (kelompok).

3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

(2)

Kata ekonomi secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Secara garis besar ekonomi adalah cara mengatur

rumah tangga. Tidak berbeda halnya dengan rumah tangga, masyarakat juga selalu dihadapkan pada banyak keputusan dan pelaksanannya. Suatu masyarakat harus memutuskan pekerjaan-pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan, siapa, bagaimana dan di mana mengerjakannya. Suatu

masyarakat membutuhkan orang-orang untuk menghasilkan pangan, orang yang membuat sandang, orang yang membangun rumah, dan seterusnya. Dengan kata lain ekonomi sebagai

pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaanya yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya rumah tangga yang terbatas di antara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan

masing-masing (Damsar,2011:9).

Status sosial ekonomi merupakan suatu kedudukan yang diatur oleh seseorang pada posisi

tertentu dalam struktur sosial masyarakat, yang disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status. Untuk melihat apakah seseorang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi, sedang , atau rendah didasarkan pada banyak tidaknya bentuk

penghargaan masyarakat kepadanya. Semakin tinggi tingkat status sosial ekonomi seseorang maka semakin banyak bentuk penghargaan masyarakat yang diterimanya dan sebaliknya semakin

(3)

Adapun beberapa kedudukan tersebut yaitu :

1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima pendapatan

lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain.

2. Golongan masyarakat yang berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan cukup untuk memenuhi

kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.

3. Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan

pokok, juga sebagian dari pendapatan itu dapat ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan yang lain.

Kehidupan sosial ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang menyangkut

interaksinya dan perilaku ekonomi masyarakat tersebut. Kehidupan sosial ekonomi juga berarti membahas tentang kebutuhan dan bagaimana seseorang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut, dan pemanfaatan hasil ekonomi yang diperoleh. Jadi kehidupan sosial ekonomi yang dimaksud

adalah cara-cara atau strategi yang diterapkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang diperoleh, dan juga berbicara mengenai

keadaan hidup sehari-hari (Agnesta, 2017: 22).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi

mengkaji masyarakat yang di dalamnya terdapat proses dan pola interaksi sosial, dalam hubungannya dengan ekonomi.Sehingga dengan kata lain sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam

(4)

seperti, pendidikan, umur dan jenis kelamin sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, tempat tinggal (Damsar,2011:9).

2.1.2 Indikator Sosial Ekonomi

Keluarga dan kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi ( Koentjaraningrat, dalam Duha, 2015:6). Berdasarkan hal tersebut dapat mengklasifikasikan keadaan sosial ekonominya yang dapat dijabarkan sesuai dengan indikator

sebagai berikut : 1. Indikator Sosial :

a. Interaksi sosial

Pada dasarnya setiap individu adalah makhluk sosial yang senantiasa hidup dalam lingkup masyarakat yang di dalamnya saling mengadakan hubungan timbal balik antar

individu satu dengan lainnya. Salah satu ciri bahwa kehidupan sosial itu ada yaitu adanya interaksi (Fatnar, 2014: 2 ). Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan

kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Adanya interaksi sosial merupakan naluri manusia sejak lahir untuk

bersosialisasi dan bergaul dengan sesama dimana dalam interaksi itu individu ada kontak dan hubungan yang merupakan sentuhan fisik yang biasanya disertai dengan adanya suatu komunikasi baik secara langsung (tatap muka), dan secara tidak langsung

(Gultom, 2011: 6).

Bentuk-bentuk interaksi sosial itu dapat digolongkan sebagai berikut :

(5)

Orang cenderung menyukai pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama dengan demikian pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan cepat dan rapi sesuai dengan

tujuan yang diharapkan. b. Persaingan

Interaksi sosial tidak hanya berupa hubungan yang harmonis, interaksi sosial dapat

berupa persaingan yang tidak menutup kemungkinan terjadinya suatu konflik. c. Pertentangan ( konflik). (Gillin dan Gillin , dalam Gultom, 2011:7 )

Interaksi individu yang satu dengan yang lainnya akan saling mengetahui sifat masing-masing karena mereka akan saling menunjukkan keaslian mereka dalam suatu kerjasama,

persaingan dan konflik. Jenis-jenis interaksi sosial dapat dibedakan menjadi : a. Interaksi individu dengan individu

Interaksi ini melibatkan satu orang dengan orang lainnya yang ada di sekitarnya. Contohnya, seorang kakak mengajari adeknya belajar matematika, seorang dokter dengan pasiennya. Begitu pula dalam penelitian akan melihat bagaimana interaksi

pengemis penggendong anak dengan anggota keluarga. Misalnya, interaksi yang terjalin antar pengemis penggendong anak dengan anggota keluarga lancar atau tidak.

b. Interaksi individu dengan kelompok

Interaksi ini melibatkan seseorang yang bertemu atau melakukan suatu kegiatan dengan beberapa orang atau kelompok yang baru saja ditemuinya. Contohnya,

presiden dengan rakyatnya, guru dengan siswanya, komandan dengan anggotanya. Pada penelitian ini akan melihat interaksi pengemis penggendong anak dengan

(6)

2. Indikator Ekonomi : a. Pendapatan

Badan Pusat Statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut :

a. Pendapatan berupa uang ialah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya

reguler dan biasanya diterima sebagai balasan atau kontrak prestasi, sumbernya berasal dari :

i. Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan

dan kerja lembur.

ii. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri,

komisi, penjualan dari kerajinan rumah.

iii. Hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.

b. Pendapatan yang berupa barang adalah pembayaran upah dan gaji yang berbentuk beras, pengobatan, transportasi dan perumahan. Berkaitan dengan hal tersebut

mendefinisikan pendapatan sebagai seluruh penerimaan baik berupa uang ataupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri.

Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik membedakan pendapatan penduduk

dalam 4 golongan, yaitu :

a. Golongan pendapatan sangat tinggi : jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp 3.500.000 s/d Rp

3.500.000 per bulan.

b. Golongan pendapatan tinggi : jika pendapatan rata-rata antara Rp 2.500.000s/d Rp 3.500.000

(7)

c. Golongan pendapatan sedang : jika pendapatan rata-rata antara Rp 1.500.000 s/d Rp 2.500.000 per bulan .

d. Golongan pendapatan rendah: Jika pendapatan rata-rata kurang dari Rp.1.500.000,00 per bulan(Wijaksana ,dalam Dimas 2015: 15 ).

Berdasarkan kategori tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat

berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang memiliki pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga.

b. Pengeluaran a) Rumah

Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina rasa

kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga, dan menyimpan barang berharga. Rumah juga dikatakan sebagai lambung sosial. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana

pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya ( Undang-undang Republik Indonesia No. 1Tahun 2011 Bab 1 Pasal 1).

Rumah dikatakan sehat apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara yang di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan kebisingan, (2) memenuhi kebutuhan kejiwaan, (3)

melindungi penghuninya dari berbagai penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah, dan saluran pembuangan air limbah dan memenuhi

(8)

bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas ( American Public Health Association dalam Revor, 2015 : 8 ).

b) Kesehatan

Menurut World Health Organization (WHO), ada tiga komponen penting yang

merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu :

1. Sehat Jasmani.

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa

sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

2. Sehat Mental.

Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah

kuno ―Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat (Men Sana In Corpore Sano). Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak ada tanda-tanda

konflik kejiwaan, dapat bergaul dengan baik, dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung atau marah, dapat mengontrol diri, tidak mudah emosi, dapat

menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana. 3. Sehat Spiritual.

Spiritual merupakan komponen tambahan dan memiliki arti penting dalam

(9)

musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

Ketiga komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai ―positive health

karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.

c) Pangan dan Sandang

Pangan ialah sumber makanan bagi manusia dan merupakan kebutuhan pokok

manusia. Pola konsumsi dari suatu keluarga dapat digunakan sebagai suatu bahan evaluasi taraf hidup. Sedang sandang adalah pakaian manusia. Pakaian menjadi kebutuhan primer, dan meskipun manusia dapat hidup tanpa pakaian, tetapi dikarenakan

manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal yang penting dalam kesehariannya dilihat dari kemampuan manusia membeli

pakaian. d) Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang paling penting dan mendasar dalam upaya untuk

meningkatkan pengetahuan penduduk, karena pembangunan sekarang ini sangat diperlukan partisipasi dari penduduk yang terdidik dan terampil agar dapat berpartisipasi

penuh dalam pembangunan ( Barowi, 2010 : 65). Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Pendidikan di defenisikan sebagai usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

(10)

yang diperlukan dirinya dan masyarakat ( Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2013).

Menurut Ki Hajar Dewantara yang tidak lain merupakan “ bapak pendidikan nasional” mengemukakan pengertian dari pendidikan ialah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan

kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sabagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi: 1. Jalur Formal

a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk yang lebih sederajat. b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan

menengah jurusan, seperti: SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat.

c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,

institut, dan universitas.

2. Jalur Nonformal

(11)

2.2 Pengemis

2.2.1 Pengertian Pengemis

Pengemis menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980 Tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan

penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Orang yang mengemis disebut pengemis

merupakan pekerjaan yang meminta belas kasihan dari orang lain dan sangat tergantung pada orang lain (Galang , dalam Hairani ,2004:76 )

Pengemis dipersepsikan sebagai orang yang merusak pemandangan dan ketertiban umum

seperti : kotor, tidak dapat dipercaya, tidak teratur, malas, apatis, bahkan disebut sebagai sampah masyarakat. Pandangan semacam ini mengisyaratkan bahwa pengemis, dianggap sulit

memberikan sumbangsih yang berarti terhadap pembangunan kota karena mengganggu keharmonisan, keberlanjutan, penampilan, dan konstruksi masyarakat kota. Pengemis seringkali dianggap sebagai “sampah masyarakat”, karena baik pemerintah maupun masyarakat merasa

terganggu oleh kehadiran mereka yang lalu lalang di perempatan lalu lintas, di pinggir jalan, di sekitar gedung perkantoran, pertokoan, dan banyak tempat-tempat lain yang seringkali di jadikan

tempat beroperasi. Pengemis didalam menjalani kegiatannya selalu mengharap belas kasihan orang lain. Mereka mampu melakukan apa saja untuk menarik simpati dari masyarakat agar mau memberikan belas kasihan berupa uang ataupun hal lainnya. Pengemis sendiri tidak jarang kita

(12)

2. 3 Pengemis Penggendong Anak

2.3.1 Pengertian Pengemis Penggendong Anak

Pengemis penggendong anak jarang dibahas bersamaan. Pengertian pengemis dan penggendong anak dalam hal ini peneliti bahas secara terpisah. Pengertian pengemis seperti yang

dibahas sebelumnya merupakan orang yang meminta-minta dan memelas belas kasihan orang lain. Sedangkan penggendong/dengan anak merupakan seseorang yang menggendong/membawa

anak. Jadi pengemis penggendong anak yang dimaksud ialah orang yang meminta-minta dan memelas belas kasihan orang lain dengan cara menggendong/membawa anak. Pengemis ini menggunakan berbagai cara dalam beraksi sehingga terkadang masyarakat umum merasa

terganggu. Pengemis ini tidak menghiraukan itu semua untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Kegiatan mengemis ini dijadikan sebagai lahan untuk mendapat belas kasihan untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka.Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan juga bahwa kaum perempuan berumur lebih dari 40 tahun sepertinya memberikan peluang yang lebih besar untuk memperoleh ”belas kasihan” dari penduduk kota. Kondisi tersebut sangat wajar jika dikaji

lebih lanjut dimana mereka akan mendapat beberapa keuntungan, di antaranya adalah sebagai berikut: (i) calon pemberi uang akan iba melihat seorang ibu dengan anak kecil yang digendong

(13)

2.3.2 Sebab-sebab Munculnya Pengemis Penggendong Anak

Adapun beberapa sebab-sebab munculnya pengemis penggendong anak sama halnya

sebab-sebab munculnya pengemis secara umum, yaitu : 1. Faktor Internal

Faktor internal dan keluarga yang dimaksudkan adalah suatu keadaan di dalam diri

individu dan keluarga pengemis penggendong/dengan anak yang mendorong mereka untuk melakukan kegiatan mengemis, yaitu :

a. Malas.

Sikap ini biasanya dikarenakan orang tersebut tidak ingin memiliki kehidupan yang lebih baik, cara berfikirnya pun relative jangka pendek, selalu memikirkan hari ini

dan tidak memikirkan hari esok. Hal ini bisa jadi awalnya hanya mencoba karena mungkin selalu di tolak atau tidak diterima dalam upaya mencari kerja sehingga

mencoba mengemis agar tetap mendapatkan penghasilan. Namun, melihat bahwa mengemis adalah pekerjaan paling murah dan tidak memerlukan modal fiskal akan tetapi menghasilkan yang besar maka seseorang ini akan nyaman dengan pekerjaan

dan malas untuk memikirkan pekerjaan yang lainnya.

b. Rendahnya tingkat pendidikan ,tidak berpendidikannya menyebabkan

mereka tidak memperoleh pengetahuan atau pemahaman tentang budi pekerti, agama dan ilmu pengetahuan lainnya yang mampu menggugah hati mereka untuk tidak melakukan kegiatan sebagai pengemis.

c. Tidak memiliki keterampilan khusus.

Maraknya urbanisasi yang dilakukan masyarakat desa yang ingin “mengadu nasib”

(14)

dan lapangan kerja yang lebih variatif ketimbang di desa. Akan tetapi, urbanisasi ini ternyata dilakukan dengan sembrono dan tidak memikirkan tujuan yang pasti dengan

bekal yang pasti pula. Banyak orang yang melakukan urbanisasi, namun tidak di barengi dengan keterampilan khusus yang menjadi “senjata” untuk bersaing di kota. Sehingga dengan kurangnya keterampilan mereka malah tidak memperoleh

pekerjaan dan kebutuhan dikota yang tinggi memaksa mereka melakukan apapun termasuk meminta-minta belas kasih orang lain.

d. Kesulitan ekonomi/ kemiskinan

Kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana terdapat masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik maupun psikisnya. mereka tidak mampu mencapai

kehidupan yang layak.Kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standard kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup.

Adapun standard kebutuhan minimum yang dimaksud pada umumnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok pangan. Cara ini ditempuh karena kebutuhan pokok pangan inilah yang mengakibatkan sekaligus merupakan sumber dari manusia untuk

memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas hidup dengan sehat(Castel, dalam Siagian, 2012:11 ).Ada dua aspek untuk lebih

memahami masalah kemiskinan, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah

dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan

(15)

sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan

yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (Siagian, 2012:2-3).

e. Umur, umur yang semakin rentan membuat seseorang sulit untuk melakukan

pekerjaan yang lebih berat. Mereka merasa kesulitan untuk mencari pekerjaan, karena fisiknya yang tidak memungkinkan untuk bekerja yang lebih menguras

tenaga. Hal ini lah yang menyebakan mereka mempunyai keterbatasan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Oleh karena itu, untuk tetap bertahan hidup menjadi seorang pengemis merupakan alternatif terakhir bagi mereka.

f. Sikap dan Mental

Faktor lain yang menjadi penyebab adanya pengemis adalah faktor sikap dan mental

mereka yang tidak lagi mengenal rasa malu. Mayoritas dari pengemis memiliki mental yang tipis, sehingga mereka mau melakukan pekerjaan seperti itu tanpa menghiraukan harga diri mereka. Nampaknya menjadi pengemis sudah menjadi

budaya yang melekat dalam diri mereka.Budaya malu dan harga diri mereka sudah tidak dipertahankan lagi. Hal ini harga diri bukanlah sesuatu yang berharga bagi

mereka.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Maslow. Maslow mengatakan bahwa tingkat kebutuhan individu yang harus dipenuhi guna

ketenangan dalam hidupnya adalah kebutuhan harga diri (self esteem needs). Seseorang akan merasakan ketenangan dalam hidupnya apabila harga diri mereka

(16)

bahwa menjadi seorang gelandangan dan pengemis ini tidak memiliki ketenangan hidup karena harga diri mereka telah hilang karena keterpaksannya untuk memenuhi

kebutuhaan hidup (Agnesta,2017:22 ). Keadaan terpaksa seseorang bisa melakukan hal apapun meskipun harga diri yang menjadi taruhannya. Mereka tidak yakin sanggup bekerja atau yakin sanggup tapi malas, karena alasan ekonomis.

Mengetahui pendapatan mengemis lebih besar dari seorang penjaja kue atau babu cuci, si miskin mental memilih menggadaikan martabat dengan cara mengemis.

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan, menjadi pengemis dapat disebabkan oleh faktor

lingkungan yang mendukungnya. Misalnya, ibu-ibu rumah tangga di lingkungan tempat tinggalnya bekerja sebagai pengemis.

b. Lemahnya penanganan masalah pengemis. Walaupun pemerintah di Kota

Medan telah berupaya secara maksimal di dalam menangani pengemis, namun hasilnya belum maksimal. Kondisi ini terlihat dari adanya pengemis yang telah

ditangkap dan dipulangkan akan selalu balik kembali untuk melakukan kegiatannya. Malahan selain ditangkap, pengemis juga dibina, tetapi ternyata setelah dipulangkan mereka balik kembali. Oleh karena itu, terlihat bahwa

(17)

2.4 Kesejahteraan Sosial

Menurut defenisinya, kesejahteraan sosial dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan, kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan atau pelayanan,dan kesejahteraan sosial sebagai ilmu. Kesejahteraan sosial termasuk sebagai suatu proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat

maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial (Suharto,dalam Duha, 2015: 21).

Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan

sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini ditujukan kepada: perseorangan, keluarga, kelompok, dan/ atau masyarakat. Sedangkan yang menjadi prioritas adalah mereka yang memiliki

kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial: kemiskinan, ketelantaran kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial, dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi (Undang-undang Nomor

11 Tahun 2009).

Pemerintah memberikan pelayanan sosial yang disebut penyelenggaraan kesejahteraan sosial yakni upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah,

pemerintah daerah, masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan

(18)

2.5 Kerangka Pemikiran

Kehidupan masyarakat yang sejahtera merupakan kondisi yang ideal dan menjadi

dambaan setiap warga masyarakat. Sejahtera adalah keadaan keluarga yang hidup makmur, dalam kelompok teratur, berdasarkan sistem nilai, bebas dari penyakit, tidak ada gangguan, dan menyenangkan. Jika keadaan ini tidak dapat tercapai maka akan memunculkan masalah sosial.

Masalah sosial dapat semakin berkembang bila tidak ada penanganan dalam masalah tersebut, seperti munculnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. Salah satu Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial ialah pengemis. Kegiatan mengemis mengalami perkembangan yang cukup pesat, seiring dengan berkembangnya kreativitas dan ketatnya persaingan antar pengemis. seperti pengemis yang buta digendong oleh temannya, pengemis ngesot dan pengemis penggendong

anak.

Pengemis penggendong anak yang dimaksud ialah orang yang meminta-minta dan

memelas belas kasihan orang lain dengan cara menggendong/membawa anak. Pengemis ini menggunakan berbagai cara dalam beraksi sehingga terkadang masyarakat umum merasa terganggu. Pengemis ini tidak menghiraukan itu semua untuk mendapatkan belas kasihan dari

orang lain. Kegiatan mengemis ini dijadikan sebagai lahan untuk mendapat belas kasihan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam

kelompok masyarakat. Indikator sosial ekonomi yang akan diteliti terbagi atas 2 yaitu indikator sosial dan indikator ekonomi. Indikator sosial yang akan diteliti ialah interaksi pengemis dengan

(19)

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat dalam skema yang menggambarkan sebuah Bagan Alur Pikiran yaitu sebagai berikut :

Bagan Alur Pikir

.

Masalah Sosial

Pengemis Penggendong Anak di kota Medan

Sosial :

1. Interaksi Sosial a. Interaksi dengan

keluarga b. Interaksi dengan

sesama pengemis c. Interaksi dengan

tetangga

Ekonomi :

1. Pendapatan

2. Pengeluaran :

a. Rumah

b. Kesehatan

c. Pangan / Konsumsi

d. Sandang

e. Pendidikan Penyandang Masalah Kesejahteraan

(20)

2.6 Defenisi Konsep

Defenisi konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna dan

konsep dalam suatu penelitian. Secara sederhana defenisi dalam hal ini diartikan sebagai “batasan arti”. Seorang peneliti harus membatasi makna konsep yang akan diteliti, dengan kata lain peneliti berupaya mengiring para pembaca hasil penelitin untuk memaknai konsep sesuai dengan yang

diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti (Siagian 2011:138).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti membatasi konsep menjadi :

1. Sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh, pendapatan , rumah, pangan dan sandang, kesehatan, pendidikan dan interaksi sosial.

2. Pengemis penggendong anak yang dimaksud ialah ibu-ibu yang meminta-minta dan memelas belas kasihan orang lain dengan cara menggendong atau membawa anak.

2.7 Defenisi Operasional

Defenisi operasional sering disebut sebagai proses operasionalisasi konsep, yang berarti konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep sudah bersifat dinamis, maka

kan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam

konsep tersebut terangkat dan terbuka ( Siagian, 2011 : 141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional mengenai Tinjauan Kehidupan Sosial Ekonomi Pengemis Penggendong Anak di kota Medan dapat diukur melalui indikator yang akan

(21)

1. Interaksi sosial

a. Interaksi pengemis dengan anggota keluarga

b. Interaksi pengemis dengan sesama pengemis c. Interaksi pengemis dengan tetangga.

2. Pendidikan

a. Tingkat pendidikan pengemis b. Tingkat pendidikan anak

Indikator ekonomi :

1. Pendapatan

a. Jumlah pendapatan

2. Pengeluaran 1) Rumah

a. Tersedianya sistem pengadaan air

b. Adanya sistem pembuangan c. Adanya ventilasi

d. Luas rumah e. Bangunan rumah 2) Kesehatan

a. Kemampuan untuk membeli obat-obatan b. Kemampuan berobat ke rumah sakit

c. Kemampuan berobat ke puskesmas 3) Pangan/ konsumsi

(22)

b. Unsur gizi pembangunan sel-sel jaringan yaitu protein, mineral, vitamin, dan air.

4) Sandang

a. Jenis pakaian yang dipakai

b. Berapa kali dalam setahun membeli pakaian

2.8 Ruang Lingkup Pengemis

Adapun yang menjadi ruang lingkup pengemis dalam penelitian ini mencakup penelitian ini

akan melihat kondisi sosial ekonomi dari pengemis penggendong anak yang ditetapkan dalam penelitian ini. Kondisi sosial yang dimaksud adalah :

a. Pendidikan

b. Interaksi dengan sesama anggota keluarga. c. Interaksi dengan sesama pengemis

d. Interaksi dengan masyarakat

Kondisi ekonomi yang dimaksud adalah :

a. Pendapatan

b. Pengeluaran 1. Rumah

2. Kesehatan 3. Pangan

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BANTUL TENTANG PEMBENTUKAN TIM INTENSIFIKASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TINGKAT KECAMATAN DAN DESA SE KABUPATEN

Walaupun penyelenggaraan Pemberian Bantuan Hukum sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum lebih ditujukan

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

The SMAP Camera System International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-1/W2, 20134. UAV-g2013, 4 – 6 September 2013,

Rincian Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kode

In the Nunspeet experiment more professional ground markers were used with a yellow/black International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and

Oleh karena itu curahkan dan limpahkanlah kasih sayang dan ridho-mu kepada para pahlawan dan pejuang bangsa kami, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal, Kiranya

Standard DEM generation algorithms suffer from typical errors obtained by GPS/INS devices, especially in the position mea- surements associated to each acquired image.. In this work