TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE
DI PT. WIKA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat KARYA AKHIR
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh
CUT LISNA WATI 035204035
PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK
P R O G R A M D I P L O M A I V
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
I-2
USULAN PERBAIKAN EFEKTIVITAS MESIN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT
EFECTIVENESS SEBAGAI DASAR PENERAPAN
TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE
DI PT. WIKA
KARYA AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh:
CUT LISNA WATI 035204035
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Ir. Kores Sinaga) (Ir. Ukurta Tarigan, MT)
PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK
P R O G R A M D I P L O M A I V
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini dengan
baik.
Karya Akhir ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
Akademis yang harus diselesaikan setiap mahasiswa Jurusan Teknik Industri
(Program Studi Teknik Manajemen Pabrik) Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara. Karya Akhir ini berjudul “Usulan Perbaikan Effektivitas Mesin Dengan
Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. WIKA”.
Dalam menyelesaikan Karya Akhir ini Penulis Menyadari bahwa terdapat
kekurangan-kekurangan, baik dalam penulisan maupun dalam penyusunan
kalimat, untuk itu dengan kerendahan hati Penulis menerima saran dan kritikan
untuk lebih sempurnanya Karya Akhir ini.
Akhir kata, Penulis mengharapkan semoga Karya Akhir ini berguna bagi
pembaca sekalian. Semoga Allah SWT selalu menyertai kita semua. Terima kasih.
Medan, Juli 2009
Penulis
I-iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penulisan Karya Akhir ini Penulis banyak mendapatkan dorongan
dan bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak
yang telah memberikan bantuan antara lain:
1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang
membantu mahasiswanya untuk menyelesaikan studinya.
2. Bapak Ir. Kores Sinaga selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bantuan bimbingan dari awal sampai akhir penelitian dalam
penulisan Karya Akhir ini.
3. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bantuan bimbingan dari awal sampai akhir penelitian dalam
penulisan Karya Akhir ini.
4. Bapak Eko Nurmawan, MW. ST. serta seluruh Tim A,B,C,dan Tim D sebagai
pembimbing lapangan selama melakukan Riset di PT. WIKA
5. Orang Tua tercinta, Ayahanda H.T. Abdullah dan Ibunda Hj. Cut Nuraini yang
telah memberi kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak terhingga baik moril
maupun material serta kakak dan adik penulis yang terus memberikan dan
menjadi sumber motivasi dalam menyelesaikan laporan ini.
6. Muksin Abdullah, yang telah memberikan bantuan berupa dukungan, doa,
nasehat dan materi dalam menyelesaikan Karya Akhir ini.
7. Fiktor, yang telah banyak memberikan bantuan yang tak terhingga.
8. Teman-teman stambuk 2003 yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Karya Akhir ini.
Semoga dengan dibuatnya Karya Akhir ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang memerlukan, akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih dan mohon maaf yang sebesarnya jika ada kesalahan maupun
kekurangan dalam penulisan Karya Akhir ini. Semoga Karya Akhir ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2009
I-v
DAFTAR ISI
BAB
HALAMAN
KATA PENGANTAR ... ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii
DAFTAR ISI ... ... iv
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN……….
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... .I-1
1.2 Pokok Permasalahan………... I-4
1.3. Tujuan Penelitian ... .I-4
1.3.1. Tujuan Umum….………...I-4
1.3.2. Tujuan Khusus………I-4
1.4. Pembatasan Masalah ... .I-5
1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan ... .I-5
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3
2.2.1. Lokasi Perusahaan………II-5
2.2.2. Daerah Pemasaran………II-5
2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan……….II-7
2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan………..II-7
2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab………II-10
2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja………..II-10
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya………..II-14
2.4. Proses Produksi………..II-17
2.4.1. Standar Mutu Produk………..II-17
2.4.2. Bahan yang Digunakan……….. II-18
2.4.2.1. Bahan Baku………II-18
2.4.2.2. Bahan Tambahan………II-20
2.4.2.3 Bahan Penolong.……….II-20
2.4.3. Uraian Proses Produksi………II-21
2.5. Mesin dan Peralatan………...II-31
2.5.1. Mesin Produksi dan Peralatan………..II-31
I-vii
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.5.3. Safety & File Protection………..II-33
2.5.4. Waste Treatment………..II-35
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Efektivitas Mesin ... III-1
3.2. Defenisi Maintenance……….III-2
3.3. Tujuan Maintenance………III-4
3.4. Jenis-jenis Maintenance………..III-5
3.4.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana) ... III-5
3.4.2. Unplanned Maintenance
(Pemeliharaan Tak Terencana) ... III-7
3.4.3. Autonomous Maintenance (Pemeliharan Mandiri) ... III-8
3.5. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance……….III-9
3.6. Total Productive Maintenance (TPM)………..III-11
3.6.1.Pendahuluan………..……….……….III-11
3.6.2. Pengertian Total Productive Maintenance (TPM)………...III-12
3.6.3. Manfaat dari Total Productive Maintenance (TPM) …... III-13
3.7. Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar)....III-14
3.8. OEE (Overall Equipment Efectiveness)………...…III-15
3.9. Perencanan dan Penetapan Total Productive
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.10. Diagram Sebab Akibat (Cause and effect Diagram)…………..III-22
3.12. Mesin Mixer Batching Plant………...………….III-23
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Studi Pendahuluan ... IV-1
4.2. Pemecahan Masalah dan Penelitian……… IV-1
4.2.1. Studi Pustaka ... IV-2
4.2.2.Studi Orientasi ... IV-2
4.3. Pengumpulan Data... IV-2
4.4. Pengolahan Data... IV-3
4.5. Analisa Pemecahan Masalah... IV-4
4.6. Kesimpulan dan Saran...IV-4
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data... V-1
5.2. Pengolahan Data ... V-6
5.2.1. Penentuan Ideal Cyle Time (ICT)……… V-6
5.2.2. Perhitungan Availability………. V-7
5.2.2.1. Loading time………. V-7
5.2.2.2. Down Time……… V-8
I-ix
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.2.2.4. Nilai Availability……….. V-9
5.2.3. Perhitungan Performance Efficiency…………... V-10
5.2.4. Perhitungan Rate of Quality Producty……… V-11
5.2.5. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)…. V-12
5.2.6. Perhitungan OEE Six Big Losses………. V-13
5.2.6.1. Downtime losses………... V-13
5.2.6.2. Speed Loss……….... V-16
5.2.6.3. Defect Loss………V-18
5.2.7. Pengaruh Six Big Losses………..V-20
BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisa Perhitungan Overall Equipment Efectivenes (OEE) ... VI-1
6.2. Analisa Perhitungan OEE Six BigLosses ... VI-1
6.3. Analisa Diagram Sebab Akibat ... VI-3
6.4. Usulan Penyelesaian Masalah ... VI-5
6.4.1. Usuan Penyelesaian Masalah Six Big Losses ... VI-5
6.4.2. Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) ... VI-7
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR TABEL
TABEL
HALAMAN
1.1. Frekuensi Mesin Akibat Perbaikan ……… I-2
2.1. Komposisi Karyawan ...……….. . II-11
2.2. Bagian Shift... II-13
2.3. Bahan Baku Material Alam……….. II-17
2.4. Bahan Baku Material Industri……… II-18
2.5. Bahan Tambahan Additive………. II-18
5.1. Data Waktu Kerusakan (Breakdown) Mesin Batching Plant……… V-2
5.2. Data Waktu Pemeliharaan Mesin Mixer Batching Plant……… V-3
5.3. Data Waktu Setup Mesin Mixer Batching Plant………. V-4
5.4. Data Produksi Mesin Mixer Batching Plant………. V-5
5.5. Data Available Time Bulan November 2008-April 2009………. V-5
5.6. Data Speed Rate Time Bulan November 2008-April 2009……….. V-6
5.7. Ideal Cycle Time di Mesin Mixer Batching Plant……… V-7
5.8. Loading Time Setiap Bulan Mesin Mixer Batching Plani……….. V-8
5.9. Downtime Setiap Bulan Mesin Mixer Batching Plani……… V-8
5.10. Operation Time Setiap Bulan pada Mesin Mixer Batching Plant……….. V-9
5.11. Availability Mesin Mixer Batching Plant Periode
I-xi
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL
HALAMAN
5.12. Performance Efficiency Mesin Mixer Batching Plant Periode
November2008-April 2009……….V-11
5.13. Performance Efficiency Mesin Mixer Batching Plant Periode
November2008-April 2009……… V-12
5.14. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)……….. V-13
5.15. Breakdown Loss pada Mesin Mixer Batching Plant Periode
November2008-April 2009……… V-14
5.16. Setup and Adjustment Losess di Mesin Mixer Batching Plant…………V-16
5.17. Idling and Minor Stoppages di Mesin Mixer Batching Plant…………. V-17
5.18. Reduced Speed Losess di Mesin Mixer Batching Plant……….………. V-18
5.19. Rework Loss di Mesin Mixer Batching Plant……….……… V-19
5.20. Yield/Scrap Loss Mesin Mixer Batching Plant Periode
November2008-April 2009………..…………..……… V-20
5.21. Persentase Faktor Six Big Losses Paper Machine………. V-21
5.22. Pengurutan Persentase Faktor Six Big Losses Mesin Mixer Batching Plant
Periode November2008-April 2009……… V-22
6.1. Persentase Faktor six Big Losses Mesin Mixer Batching Plant
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL
HALAMAN
6.2. Usulan Penyelesaian Masalah Set Up/Adjusment Loss……… VI-6
I-xiii
DAFTAR GAMBAR
TABEL
HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PT. Wika Beton……… II-9
2.2. Proses Produksi Tiang pancang……… II-30
3.1. Overall Equipment Effectiveness and Goals……… III-16
3.2. Diagram sebab Akibat………. III-23
4.1. Blok Diagram Langkah-langkah Penelitian………. IV-5
4.2. Blok Diagram Perhitungan Overall Equipment Effectiveness…………. IV-6
5.1. Histogram Persentase Faktor Six Big Losses paper Machine
Periode November2008-April 2009……… V-21
5.2. Diagram Pareto Persentase Faktor Six Big Losses Mesin Mixer Batching Plant
Periode November2008-April 2009……… V-23
6.1. Histogram Persentase Faktor Six Big Losses
Periode November2008-April 2009………VI-2
6.2. Proses Reduced Speed Losses……….………VI-10
ABSTRAK
PT. WIKA merupakan suatu badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha konstruksi, realiti perdagangan dan industri yang juga tidak terlepas dari masalah yang berkaitan dengan efektifitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh six big losses tersebut. Hal ini dapat terlihat dengan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan karena kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai. Oleh karena itulah diperlukan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin/peralatan untuk dapat menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.
Fungsi mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan mengalami kerusakan sejalan dengan semakin bertambahnya usia mesin dan penurunan kemampuan mesin dan peralatan tersebut, meskipun dengan demikian umur pemakaian dan kegunaan dari mesin tersebut dapat diperpanjang dengan penerapan metode perbaikan secara berkala melalui suatu aktifitas pemeliharaan (maintenance) yang tepat. Total Productive Maintenance (TPM) adalah salah satu metode yang dikembangkan di Jepang yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin/peralatan secara efektif. Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah mesin Mixer Batching Plan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Terhentinya suatu proses di lantai produksi sering kali disebabkan adanya
masalah dalam mesin/peralatan produksi tersebut, misalnya kerusakan mesin yang
tidak terdeteksi selama proses produksi berlangsung, mesin dapat berhenti secara
tiba-tiba, menurunnya kecepatan produksi mesin, lamanya waktu set-up dan
adjustment (penyesuaian). Sehingga mesin menghasilkan produk yang cacat.
Penggunaan mesin dan peralatan produksi yang efektif akan menentukan
mutu produk. Dengan demikian dibutuhkan pemeliharaan terhadap
mesin/peralatan dari kondisi kerusakan (breakdown) dengan suatu sistem
perawatan atau pemeliharaan yang baik dan tepat sehingga dapat mengurangi
kerugian akibat mesin/peralatan. Hal ini akan meningkatkan produktivitas dan
efisiensi mesin/peralatan, sehingga kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan
mesin dapat dihindarkan.
Pemeliharaan dan penanganan mesin/peralatan yang tidak tepat tidak saja
dapat menyebabkan masalah kerusakan mesin/peralatan saja, tetapi juga dapat
berakibat pada timbulnya kerugian-kerugian lain seperti waktu set-up dan
adjustment (penyesuaian) yang lama, menurunnya kecepatan produksi mesin,
mesin menghasilkan produk cacat atau produk yang harus dikerjakan ulang. Hal
produktivitas dan efesiensi mesin/peralatan yang akan mengakibatkan biaya yang
harus dikeluarkan cukup besar.
PT. WIJAYA KARYA BETON PPB SUMUT (WIKA) merupakan sebuah
perusahaan yang memproduksi beton yang juga tidak terlepas dari masalah yang
berkaitan dengan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan. Hal ini dapat terlihat
dengan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan karena kerusakan
tersebut target produksi tidak tercapai. Akibat lain yang ditimbulkan kerusakan
mesin/peralatan yaitu dalam hal kualitas produk yang dihasilkan dimana produk
yang tidak sesuai dengan standar kualitas akan diolah kembali. Oleh karena itulah
diperlukan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam pemeliharaan
mesin/peralatan untuk dapat menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.
Masalah Produktivitas dan Efisiensi mesi/peralatan yang dialami PT.
WIKA BETON disebabkan oleh pendeknya umur komponen mesin/peralatan
sehingga mesin/peralatan memiliki frekuensi pergantian maupun perbaikan
komponen yang tinggi dan juga memiliki peluang untuk mengalami kerusakan hal
ini dapat di lihat pada table 1.1. yang menunjukkan Frekuensi mesin tidak
beroperasi akibat perbaikan.
Tabel 1.1. Frekuensi Mesin Berhenti Akibat Perbaikan Bulan Waktu Tidak Beroperasi Mesin
(Jam)
November 1,91
Desember 6,36
I-3
Tabel 1.1. Frekuensi Mesin Berhenti Akibat Perbaikan Bulan Waktu Tidak Beroperasi Mesin
(Jam)
Febuari 2,87
Maret 6,52
April 3,66
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan langkah-langkah yang tepat
dalam pemeliharaan mesin/peralatan, salah satunya dengan melakukan penerapan
Total Productive Maintenance (TPM). Total productive maintenance (TPM)
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahan manufaktur
secara menyeluruh dengan menggunakan overall equipment effectiveness (OEE)
sebagai alat yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui kinerja
mesin/peralatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian
faktor-faktor yang menentukan kebutuhan penerapan total productive
maintenance dengan kondisi perusahaan dan melihat faktor mana dari kerugian
yang dialami perusahaan tersebut yang dominan mempengaruhi terjadinya
penurunan efektivitas mesin/peralatan. Dengan demikian penulisan ini akan
memberikan usulan perbaikan efektivitas mesin/peralatan pada perusahaan melalui
1.2. Pokok Permasalahan
Setelah melakukan penelitian pendahuluan maka pokok permasalahan
yang diambil adalah pengidentifikasian terhadap faktor-faktor kerugian yang
dominan yang diakibatkan oleh tingginya pergantian dan perbaikan mesin tersebut
dan melakukan analisa terhadap penyebab besarnya kontribusi faktor-faktor
tersebut serta memberikan usulan penyelesaian masalah sebagai langkah awal
untuk menerapkan Total Productive Maintenance pada PT. WIKA BETON,
dengan menggunakan metode (Overall Equipment Effectiveness), untuk melihat
tingkat efektifitas dari penggunaan mesin.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan pelaksanaan penelitian adalah untuk memberikan usulan perbaikan
efektivitas penggunaan mesin/peralatan secara menyeluruh.
1.3.1. Tujuan Umum
1. Melakukan pengukuran efektivitas penggunaan mesin secara menyeluruh
dengan menggunakan data perusahaan
2. Melakukan pengidentifikasian terhadap faktor-faktor dominan dari kerugian
yang diakibatkan oleh kerusakan mesin
1.3.2. Tujuan Khusus
Menindak lanjuti hasil pengukuran efektivitas dan pengidentifikasian
I-5
untuk menganalisa dan melakukan perbaikan secara menyeluruh guna
meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahan di masa yang akan datang.
1.4. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya meneliti satu mesin produksi saja yaitu mesin Mixer
Batching Plant.
2. Tingkat produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan yang di ukur adalah
dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) sesuai
dengan prinsip Total Productive Maintenance untuk mengetahui besarnya
kerugian pada mesin/peralatan yang dikenal dengan six big losses
3. Data yang diambil adalah pada periode November 2008 – April 2009
1.5 Asumsi-asumsi yang Digunakan
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pengukuran yang dilakukan dianggap sebagai langkah awal di mulainya
program perbaikan mesin/peralatan sehingga pengukuran yang bertujuan
menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan produktivitas dan efisiensi
yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
2. Tidak terjadinya perubahan sistem produksi selama penelitian ini
3. Setiap karyawan mengetahui bidang pekerjaannya sesuai dengan metode
kerja.
4. Para karyawan dan pimpinan mempunyai komitmen yang kuat untuk
mendukung peningkatan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan di
perusahaan ini.
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian karya akhir ini,
maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, asumsi yang digunakan dan sistematika
penulisan.
BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Menguraikan gambaran umum perusahaan PT. Rolimex Kimia Nusa
Mas Medan, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses
produksi, mesin dan peralatan, serta organisasi dan manajemen
perusahaan.
BAB III. LANDASAN TEORI
Menyajikan teori-teori yang berhubungan dengan sistem pemeliharaan
mesin/peralatan umumnya dan khususnya Total Productive
I-7
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
Mengemukakan langkah-langkah serta prosedur yang akan dilakukan
dalam melakukan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data,
analisis dan evaluasi, srta kesimpulan dan saran.
BAB V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Mengidentifikasi keseluruhan data penelitian yang berhasil di dapat
selama penelitian, baik data primer maupun data sekunder yang
dikumpulkan serta berisi rancangan untuk melakukan penelitian. Serta
memuat tahapan-tahapan pengolahan data yang dikumpulkan hingga
digunakan untuk memecahkan masalah.
BAB IV. ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Menjelaskan pemecahan masalah dan perencanaan langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah, perhitungan
availability, performance efficiency dan rate of quality product yang
akan digunakan dalam perhitungan overall equipment effectivness
(OEE) untuk mengetahui seberapa besar kerugian efisiensi pada
mesin/peralatan.
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran yang mengemukakan kesimpulan semua
hal yang dilakukan penelitian, terutama akan hal pengolahan data yang
diperoleh pemecahannya serta langkah-langkah yang patut dilakukan
2.1. Sejarah Perusahaan.
PT. WIKA merupakan suatu badan usaha milik Negara (BUMN) yang
bergerak dalam bidang usaha konstruksi, realiti perdagangan dan industri. PT.
WIKA ini pada mulanya didirikan oleh perusahaan Belanda pada tanggal 11
Maret 1960 dengan nama Naamlazo Vennotschap Techniche Handle
Maatschappij En Bounwberijf (VIS EN CO atau disingkat NV EN CO) yang
bergerak dibidang instalasi listrik. Sejak diberlakukannya nasionalisasi terhadap
perusahaan-perusahaan asing yang berada di Indonesia, VIS EN CO berubah
menjadi Perusahaan Negara dengan nama WIJAYA KARYA atau PN. WIKA.
Pada tahun 1967, Perusahaan Negara (PN) WIKA mulai melakuka n
diversifikasi usaha yang diawali dengan usaha perdagangan dan jasa konstruksi.
Usaha perdagangan meliputi perdagangan material dan peralatan industri
konstruksi seperti material dan peralatan listrik, jaringan transmisi dan distribusi,
gardu-gardu induk, alat-alat angkut dan sebagainya. Sedangkan jasa konstruksi
diawali pembangunan gedung sederhana, seperti proyek perumahan rumah susun
perumnas.
Memasuki tahun 70-an PN. WIKA melakukan langkah-langkah
diversifikasi usaha yang lebih kembang lagi dengan memproduksi
komponen-komponen bangunan beton pracetak, metal works dan peralatan listrik. Dari usaha
I-2
Indonesia yang mampu mengerjakan berbagai pekerjaan, konstruksi, dan
bendungan dan saluran irigasi sampai jembatan serta gedung-gedung tinggi pada
saat itu.
Pada tahun 1972, tepatnya tanggal 20 Desember dengan adanya
kebijaksanaan pemerintah tentang swastanisasi, status PN. WIKA berubah status
menjadi perusahaan Perseroan Terbatas (PT) yang sahamnya milik pemerintah.
PT. WIKA memulai usahanya dengan mengembangkan Sistem Beton
Pracetak (Panel) untuk rumah sederhana pada tahun 1978, berikutnya
dikembangkan rancangan rumah susun (flats) pada tahun 1979 yang diserahkan
untuk tujuan mendukung program pemerintah dalam mengorganisasikan
perkampungan miskin khususnya di Jakarta yang untuk pertama kalinya dibangun
di Tanah Abang.
Memasuki dekade 80-an, PT. WIKA telah melangkahkan usahanya lebih
jauh lagi dengan mengembangkan industri beton pracetak. Dengan cepatnya
perkembangan industri kontruksi tahun 1985 PT. WIKA memperkenalkan Sistem
Pracetak untuk Struktur Bangunan Tingkat Tinggi dan untuk pertama kalinya
digunakan dalam konstruksi bangunan Bank Dagang Negara (BDN) di Jakarta.
Industri ini tumbuh dengan pesat dan hingga saat ini PT. WIKA juga dikenal
sebagai produsen tiang listrik dan tiang Pancang Sentrifugal terbesar di Indonesia
dengan pabrik-pabrik yang tersebar di seluruh pelosok nusantara, termasuk di
Negara tetangga Malaysia. Selain itu, PT. WIKA juga memproduksi berbagai
produk beton lainnya, seperti:
a. Bantalan jalan rel
b. Balok-balok jembatan
c. Komponen-komponen Bangunan Gedung
Pada tanggal 11 Maret 1997, divisi produk beton PT. WIJAYA KARYA
menjadi anak perusahaan dengan nama PT. WIJAYA KARYA BETON,
berdasarkan akte notaris IMAS FATIMAH, SH. No. 44 tanggal 11 Maret 1997.
Ruang lingkup dan Bidang usahanya masih sama dengan Divisi PT. Wijaya Karya
produk beton.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Berbagai proyek konstruksi telah dilaksanakan PT. WIKA BETON di
seluruh pelosok Nusantara, mulai dari kota-kota besar sampai ke daerah-daerah.
Gedung-gedung pencakar langit, jembatan layang, jalan kereta api, dermaga,
bendungan, saluran irigasi, pembangkit tenaga listrik, serta berbagai bangunan
industri.
Proyek-proyek ini dikerjakan secara lengkap melalui rancang bangun dan
perekayasaan baik secara sendiri maupun bekerja sama dengan perusahaan lain
dari dalam dan luar negeri. Beberapa proyek pada bidang ini yang dibangun PT.
WIKA BETON meliput i:
a. Proyek Petrokimia, Gresik
b. Bendungan Klambu, Jawa Tengah
c. Sudirman Fly Over, Jakarta
d. Hyatt Regency Hotel, Surabaya
I-4
Dalam bidang Realti dan Properti ini, PT. WIKA BETON telah
menyelesaikan rumah sederhana, menengah, ekskusif, termasuk rumah susun dan
apartemen. Lokasi-lokasi pemukiman tersebar di berbagai tempat di Indonesia,
diantaranya:
a. Perumahan Persada Kemala, Jakarta
b. Service area Persada Golf Garden, Jakarta
c. Persada Kemala Sport, Jakarta
Komoditi-komoditi yang diperdagangkan dalam PT. WIKA BETON
meliputi produk-produk lainnya di luar WIKA. Kegiatan usaha dalam bidang
seperti eksport telah menghasilkan PRIMANIATA untuk eksportir terbaik
nasional tahun 1992 dari Presiden Republik Indonesia pada saat itu.
Industri PT. WIKA BETON dimulai dengan industri produk-produk beton
seperti tiang listrik, tiang pancang, bantalan jalan lorry, dan komponen-komponen
konstruksi lainnya.
Untuk bidang pengecoran logam, yang semula hanya menghasilkan
produk aksesori jaringan kelistrikan, saat ini telah dikembangkan ke arah
pembuatan komponen-komponen otomotif dan produk-produk aluminium
penunjang industri lainnya. Untuk melengkapi rangkaian industri ini, PT. WIKA
BETON memiliki fasilitas pembuatan Mould & Dies yang juga dikembangkan ke
arah industri produk-produk Polimer.
2.2.1. Lokasi Perusahaan
PT. WIKA BETON merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pembuatan beton yang berlokasi di Jl. Medan-Binjai Km 15,5 No. 1 Sei
Semayang Kecamatan Medan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Perusahaan ini
dibangun diatas tanah ± 4,9 Ha setelah mengalami perluasan lahan beberapa kali.
PT. WIKA BETON ini merupakan salah satu industri yang berada di
daerah Binjai. Keberadaannya menyerap banyak tenaga kerja dari masyarakat
sekitarnya sehingga keberadaan perusahaan ini merupakan sebagian dari
pemecahan masalah lapangan kerja.
2.2.2. Daerah Pemasaran
Pemasaran pada PT. WIKA BETON. Segmentasi pasar dari produk PT.
WIKA BETON ini bisa diraih dari pihak pemerintah, misalnya dengan menangani
proyek-proyek pemerintah seperti dermaga, pembuatan jalur jembatan ataupun
bantalan jalur kereta api serta dari pihak swasta yang ingin mendirikan pabrik atau
gudang.
Segmentasi pasar produk yang dihasilkan oleh PT. WIKA BETON dilihat
dari variabel segmentasi pasar adalah berdasarkan segmentasi geografis. Adapun
pasar yang tetap selain pihak swasta adalah:
1. PLN : produk tiang listrik beton
2. Telkom : produk tiang telepon beton
I-6
4. Pemda : pembuatan jembatan dan jalan layang
PT. WIKA BETON memproduksi produk beton dengan sistem make to
order, yaitu produk akan dihasilkan bila ada pesanan dari pelanggan. Pelanggan
PT. WIKA BETON yang paling utama adalah perusahaan-perusahaan yang
bergerak pada bidang konstuksi dan properti. Meskipun pelanggannya sudah
tertentu, namun PT. WIKA BETON tetap terus berusaha untuk mendapatkan
pelanggan baru untuk meningkatkan omzet penjualan produknya.
Daerah pemasaran utama PT. WIKA BETON adalah :
1. Wilayah Penjualan I, yaitu wilayah Sumatera Bagian Utara, yang meliputi
Propinsi NAD, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
2. Wilayah Penjualan II, yaitu wilayah Sumatera Bagian Selatan, yang meliputi
Propinsi Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung.
3. Wilayah Penjualan III yaitu wilayah DKI Jakarta yang juga merupakan kantor
kepala PT. Wijaya Karya.
4. Wilayah Penjualan IV yaitu wilayah Semarang
5. Wilayah Penjualan V yaitu wilayah Surabaya
6. Wilayah Penjualan VI yaitu wilayah Ujung Pandang
2.3.Organisasi dan Manajemen Perusahaan. 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan.
Bagi suatu perusahaan, organisasi dan struktur organisasi merupakan suatu
hal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan
perusahaan. Dengan adanya organisasi dapat dilihat sistem birokrasi yang
menggambarkan bagaimana setiap pekerjaan dilakukan dengan teratur dan penuh
dengan tanggung jawab sehingga rencana-rencana kerja dapat dilaksanakan
dengan baik serta pengawasan akan lebih mudah dilaksanakan.
Struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan satuan-satuan
organisasi, dimana satuan-satuan tersebut mempunyai tanggung jawab tugas dan
wewenang yang tertentu dalam jalinan kesatuan yang lebih utuh.
Struktur organisasi digambarkan pada skema organisasi (Organization
Chart). Skema organisasi ini memberikan gambaran mengenai seluruh kegiatan
serta proses yang terjadi pada suatu organisasi.
Terdapat empat komponen dasar merupakan kerangka dalam memberikan
definisi dari suatu struktur organisasi, yaitu:
1. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas-tugas
serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian pada satu
organisasi.
2. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai hubungan laporan yang
ditetapkan secara resmi dalam suatu organisasi. Tercakup dalam hubungan
pelaporan yang resmi ini banyaknya tingkat hirarki serta besarnya rentang
I-8
3. Struktur organisasi juga menetapkan sistem hubungan dalam organisasi, yang
memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan pengintegrasian
segenap kegiatan organisasi, baik kearah vertical maupun horizontal.
4. Struktur organisasi menetapkan pengelompokan individu menjadi bagian
organisasi, dan pengelompokan bagian-bagian organisasi menjadi suatu
organisasi yang utuh.
Dalam sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda-beda, diperlukan
struktur organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumber daya dengan cara
yang teratur. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang
ada di dalam organisasi dapat diarahkan sehingga dapat mendorong mereka
melaksanakan aktivitas masing-masing dengan baik dengan mendukungnya
sasaran perusahaan.
Pada perusahaan PT.WIKA BETON yang mempunyai tujuan untuk
memperoleh keuntungan maksimum dengan menciptakan suasana dan mutu kerja
yang optimum, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan dan
kegiatan perusahaan.
Struktur organisasi perusahaan ini merupakan kerangka dasar yang
menggambarkan pembagian pelaksanaan kegiatan organisasi di dalam bidang
usaha tersebut, yang meliputi tata cara pembagian tugas dan wewenang, fungsi,
tanggung jawab pekerjaan dan ketentuan mengenai hubungan formal antara
fungsi-fungsi yang terdapat di dalam organ pokok perusahaan.
Berdasarkan struktur organisasi PT.WIKA BETON yang telah ditetapkan
sebagai satuan tugas setelah manajer pabrik adalah para kepala seksi yang terdiri
dari:
1. Seksi Teknik dan Mutu
2. Seksi Perencanaan & Evaluasi Produksi
3. Seksi Administrasi Keuangan dan Personalia
4. Seksi Peralatan
5. Seksi Kepala Unit Produksi
Struktur organisasi pada perancangan unit pembuatan beton pracetakan
PT. WIKA BETON menggunakan struktur organisasi secara matriks. Pada
struktur organisasi ini semua seksi menuju ke unit produksi dimana
[image:33.595.120.480.436.614.2]masing-masing seksi dapat menangani seksi lain.
Gambar struktur organisasi PT WIKA BETON dapat dilihat pada gambar
2.1. berikut ini.
MANAJER PABRIK
SEKSI TEKNIK DAN MUTU
SEKSI PERENCANAAN DAN EVALUASI PRODUK
SEKSI PERALATAN
SEKSI KEUANGAN DAN PERSONALIA
UNIT PRODUKSI
KEPALA UNIT PRODUKSI
KEPALA SHIFT
I-10
2.3.2. Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab
Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing bagian
dalam struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran I.
2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 1. Jumlah Tenaga kerja
PT. WIKA BETON memiliki tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja
produksi dan penunjang produksi. Tenaga kerja produksi adalah karyawan harian
yang ditempatkan pada bagian pengolahan, sedangkan tenaga kerja penunjang
adalah karyawan yang ditempatkan pada bagian kantor.
Jumlah karyawan yang bekerja pada PT. WIKA BETON secara
keseluruhan 122 orang. Jumlah tenaga kerja diuraikan pada tabel 2.1. sebagai
berikut :
Tabel 2.1. Komposisi Karyawan
No Departemen Jumlah Pendidikan
1 Manajer Pabrik 1 Sarjana
2 Seksi Teknik dan Mutu
• Kepala Seksi
• Inspektur K3
• QA Lab. Mutu Beton
• QA Proses dan Kualifikasi
• QA Material Suku Cadang
• Adm. Teknik Mutu
• QA Standarisasi
• QA Produk Jadi
1 2 1 6 1 1 1 1 Sarjana SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat
3 Seksi Perencanaan dan Evaluasi Produksi
• Kepala Seksi
• Adm. Prosuksi
• Evaluasi Produksi
• Stock Yard
• Adm. Gudang
• Operator Weel Loader
• Operator Dum truk
1 2 2 3 4 2 1 Sarjana SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat
4 Seksi Peralatan
• Kepala Seksi
• Staf Seksi Peralatan
• Adm. Peralatan
• Karu Storing
• Anggota Storing
• Work Shop Peralatan
• Operator Boiler
• Operator Forklif
1 1 1 3 5 1 4 1 Sarjana SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat
5 Seksi Keuangan dan Personalia
• Kepala Seksi
• Kasir
• Akuntansi
• Logistik
• Sekretariat
• Adm. Personalia
• Umum • Satpam • Driver 1 1 2 2 1 1 1 7 1 Sarjana Sarjana SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat 6 Seksi Produksi
• Kepala Unit Prosuksi
• Kepala Shift
• KKR
• KKRS
• Adm. Produksi
• Karu
• Anggota Regu Prosuksi
1 1 4 3 1 6 39 Sarjana Sarjana SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat
Total 122
I-12
PT. WIKA BETON terdiri dari 6 departemen yang dibagi lagi atas
beberapa bagian, adapun departemen tersebut :
1. Departemen Teknik
2. Departemen Perencanaan dan Evaluasi Produksi
3. Departemen Keuangan dan Personalia
4. Departemen Quality Assurance (QA)
5. Departemen Peralatan
6. Departemen Produksi
2. Jam Kerja
Agar perusahaan dapat berjalan dengan baik dalam melaksanakan tugas
guna mencapai tujuan, diperlukan pengaturan waktu kerja yang baik. Jam kerja di
PT. WIKA BETON diatur sebagai berikut Supaya perusahaan berjalan lancar
dalam melakukan tugas untuk mencapai tujuannya, maka jam kerja diatur (bagian
operasional) menjadi tiga shift, yaitu:
• Jam Kerja Normal
Jam kerja normal digunakan 8 jam kerja efektif per hari dengan waktu 5
hari kerja (Sabtu libur), perincian jam kerja sebagai berikut :
Jam 08.00-12.00 WIB (Kerja)
Jam 12.00-13.00 WIB (Istirahat)
Jam 13.00-17.00 WIB (Kerja)
• Jam Kerja Shift
Jam kerja produksi terdiri atas 2 shift kerja dengan perincian sebagai
berikut :
1. Shift I :
Jam 08.00-12.00 WIB (Kerja)
Jam 12.00-13.00 WIB (Istirahat)
Jam 13.00-17.00 WIB (Kerja)
2. Shift II :
Jam 17.00-21.00 WIB (Kerja)
Jam 21.00-22.00 WIB (Istirahat)
Jam 22.00-02.00 WIB (Kerja)
[image:37.595.110.518.437.586.2]Bagian Shift kerja produksi dapat diperlihatkan pada tabel 2.2. berikut ini :
Tabel 2.2. Bagian Shift Hari
Shift
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
P I I I I I
M II II II II II
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan
Keterangan :
P = Pagi
M = Malam
I = Shift I
I-14
Karyawan yang bekerja melebihi kerja normal atau kerja shift dihitung
sebagai kerja lembur. Hari Sabtu, Minggu dan hari-hari besar lainnya merupakan
hari libur bagi perusahaan.
2.3.4. Sistem Pengupahan Dan Fasilitas Lainnya 1. Sistem Pengupahan
Gaji adalah pembayaran berupa uang yang diberikan kepada pegawai atas
pekerjaan yang dilaksanakan dan diserahkan setiap bulan pada tanggal yang telah
ditetapkan perusahaan.
Jumlah gaji yang diterima oleh pegawai tergantung dari gaji pokok dan
tunjangan-tunjangan yang diperoleh dan yang ditentukan oleh perusahaan. Upah
adalah pembayaran berupa uang yang diberikan kepada karyawan atas pekerjaan
yang dilaksanakan. Upah untuk karyawan tetap maupun harian, besarnya
didasarkan pada gaji pokok atau tarif upah per hari yang sesuai dengan ketentuan
upah minimum yang telah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja.
Staff dan karyawan perusahaan digaji menurut gaji sesuai dengan jenjang
organ yang telah diatur secara terperinci. Pada struktur yang sebanding dengan
besaranya gaji yakni:
1. Tingkat eksekutif (Manager PPB)
2. Tingkat staff dan ahli manager PPB
3. Pegawai/karyawan tetap perusahaan
4. Pegawai/karyawan waktu tertentu
Sistem pengupahan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) untuk
daerah Sumatera Utara, yaitu:
Upah serendah-rendahnya Rp. 150.000
Upah setinggi-setingginya Rp. 2.200.000, (untuk tahap manager)
2. Fasilitas Lainnya
Untuk mendorong staff dan karyawan agar tetap bekerja lebih giat dalam
meningkatkan prestasinya, perusahaan memberikan insentif dan fasilitas berupa
materi maupun non materi, yakni :
1. Pemberian Cuti
Pemberian cuti tahunan, cuti sakit kepada staff dan karyawan tetap serta cuti
khusus dan cuti insidentil untuk staff dari pusat
2. Perawatan kesehatan
Diberikan perawatan Rumah Sakit untuk 1 orang istri dan 3 orang anak
3. Fasilitas Kerja
Perusahaan memberikan pakaian kerja, sarung tangan, kaca mata las, helm,
dan alat pengaman kepada regu produksi
4. Jaminan sosial
Seluruh staff dan karyawan yang bekerja di PBB Sumatera Utara
I-16
5. Dana Pensiun
Kepada seluruh staff dan karyawan diberikan dana pensiun (BPLK) dan
asuransi untuk batas usia 55 tahun ke atas
6. Premi Produksi
Setiap karyawan mendapat premi jika mampu bekerja baik sehingga produk
yang dihasilkan melebihi target yang telah ditetapkan untuk shift produksi
7. Memberikan tunjangan
Memberikan tunjangan berupa THR atau Tahun Baru sebesar 1 bulan upah
8. Sarana / fasilitas
Staff dan karyawan mendapat fasilitas mess/penginapan, mushalla, serta
lapangan tennis
9. Makanan dan ekstra puding
Seluruh staff dan karyawan mendapat jatah 1 kali makan dan minum
secukupnya setiap hari, serta ekstra puding bubur kacang hijau dan susu setiap
hari Senin dan Kamis.
10.Koperasi Karyawan
Perusahaan juga memikili koperasi yang dikelola oleh para karyawan di
bawah pengawasan perusahaan.
2.4. Proses Produksi
2.4.1. Standar Mutu Produk
Produk bermutu dan memiliki pelayanan yang baik merupakan usaha
perusahaan didalam menjual produknya pada konsumen. Keberhasilan perusahaan
sangat tergantung dari seberapa jauh perusahaan dapat mengerahui, mengerti dan
memahami permintaan pelanggan tersebut pengawasan mutu dilakukan terhadap
proses produksi yang ditujukan untuk menjaga konsistensi dari mutu produk
dengan melakukan pemeriksaan yang selektif terhadap mutu bahan baku yang
diterima.
Dalam hal mutu tiang pancang dan tiang listrik telah menentukan
spesifikasi teknis. Kriteria yang digunakan untuk memberi batasan pada mutu
adalah untuk pasir, koral/split, semen, PC wire, besi beton, besi plat sambung, dan
zat additive (Kaomighty, Rheobuild 900 I Degusa, Sicament NN, Glenium,
Viscocrate). Masing-masing karakteristik tersebut erat kaitannya dengan barang
yang akan dihasilkan. Oleh sebab itu spesifikasi mutu produk sangat menentukan
aspek pasar bagi produk itu sendiri.
Standar mutu bahan dapat diperlihatkan pada table 2.3, table 2.4, dan tabel
[image:41.595.200.426.626.680.2]2.5, berikut ini :
Tabel 2.3. Bahan Baku Material Alam
No Parameter Standard
I-18
Tabel 2.4. Bahan Baku Material Industri
No Parameter Standard
1 Semen SNI
2 PC Wire SNI
3 Kawat spiral SNI
4 Besi beton SNI
5 Besi Plat sambung SNI
6 Cat SNI
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan
Tabel 2.5. Bahan Tambahan Additive
No Parameter Standard
1 Kaomighty SNI
2 Rheobuild 900 i Degusa SNI
3 Sicament NN SNI
4 Glenium SNI
5 Viscocrate SNI
Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan
2.4.2. Bahan Yang Digunakan 2.4.2.1. Bahan Baku.
Bahan baku adalah bahan utama dalam proses produksi dimana sifat dan
bentuknya akan mengalami perubahan. Adapun yang menjadi bahan baku utama
dalam produksi beton pada PT. WIKA BETON adalah :
1. Semen
Digunakan semen portlan tipe I (SII-0013-1977) yaitu semen Andalas dan
semen Padang.
2. Pasir (agrigat halus)
Pasir ini diperoleh dari sungai. Perusahaan memesan pasir sesuai dengan
peraturan beton bertulang Indonesia, yaitu:
[image:42.595.127.452.280.466.2]a. Pasir untuk beton adalah merupakan pasir alam sebagai hasil desintegrasi
alami batu-batuan.
b. Pasir harus terdiri dari batu-batuan tajam dan keras. Butiran-butiran ini
harus bersifat melekat, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca seperti : terik matahari dan hujan.
c. Pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organisme yang terlalu
banyak.
d. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %, karena apabila lebih dapat
menurunkan mutu beton yang mengakibatkan: sampel/pecah, retak,
berongga.
3. Batu Kerikil (agrigat kasar)
Batu kerikil yang digunakan adalah:
a. Batu koral (alami)
b. Batu split (hasil pecahan)
4. Prestressed Concrete Wire (PC Wire) dengan diameter 7 mm, diimpor dari
Korea Selatan dengan daya tekan 200 Bar
5. Kawat baja spiral dengan diameter 4 mm, untuk pembuatan spiral dan cincin
kerangka
6. Kawat beton, untuk mengikat besi baja satu sama lain dalam proses
pembuatan kerangka
7. Katoda (BC Draad) digunakan dalam proses pengelasan untuk membentuk
cincin dari kawat spiral.
I-20
2.4.2.2. Bahan Tambahan.
Yang dimaksud bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada
proses pengolahan untuk melengkapi dan memperbaiki mutu dari produk yang
dihasilkan oleh proses produksi. Yang termasuk bahan tambahan adalah :
1. Cat Pylox
Digunakan untuk pembuatan merk, nomor, kode tipe tiang.
2.4.2.3. Bahan Penolong.
Yang dimaksud dengan bahan penolong adalah bahan yang digunakan
langsung atau tidak langsung pada produk jadi dalam suatu proses yang
diperlukan dalam memperlancar penyelesaian suatu produk. Adapun yang
termasuk bahan penolong pada produk beton yaitu :
1. Air tanah, berfungsi untuk membantu pengadukan pada saat pencampuran
adukan beton, berfungsi pada saat proses spinning untuk membersihkan sisa
adukan beton pada pinggir cetakan, serta digunakan pada proses penguapan
dimana air akan diubah menjadi uap panas.
2. Minyak Ressiner, adalah sejenis minyak pelican yang dioleskan pada bagian
dalam dari mal yang berguna agar bahan-bahan campuran tidak lengket pada
mal dan dapat menghasilkan permukaan tiang yang halus.
3. Minyak gemuk, digunakan sebagai bahan pelincan baut mal.
4. Oli, digunakan pada mesin-mesin produksi agar mesin dapat bergerak dengan
lancar.
5. Admixture, satu bahan kimia berbentuk cairan yang ditambahkan pada
campuran beton yang berguna untuk mempercepat proses pengeringan dan
memperkuat ikatan antara masing-masing unsur campuran beton.
2.4.3 Uraian Proses
Proses produksi adalah metode atau teknik untuk membuat suatu barang
atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga kerja, mesin,
bahan baku, bahan penolong dan dana yang ada. Dalam memproduksi beton, PT.
WIKA BETON membagi lantai produksi menjadi dua departemen yang terdiri
dari Departemen Persiapan Tulangan dan Departemen Pembuatan Beton. Pada
Departemen Pembuatan Beton, PT. WIKA BETON membagi Proses produksi
dilakukan dalam 5 jalur yaitu :
A. Jalur I dan II melakukan produksi dengan system sentrifugal yang
menghasilkan produk berupa :
- Tiang Pancang
- Tiang Listrik
B. Jalur III menghasilkan produk berupa bantalan jalan rel
C. Jalur IV dan V melakukan produksi dengan system pracetak yang
menghasilkan produk berupa :
- Balok Jembatan
- Sheet File
I-22
Proses pembuatan produk pada PT. WIKA BETON terdiri dari beberapa
tahap yaitu :
1. Proses Persiapan Tulangan (Reinforcement Preparation),
Adapun material yang akan dirakit dicetakan terlebih dahulu dipersiapkan
di Workshop tulangan dengan proses sebagai berikut :
a. Pengujian PC Wire
Sebelum digunakan setiap PC Wire yang dipasok suplayer ke perusahaan
terlebih dahulu diuji di laboratorium independent.
b. Pemotongan PC Wire (cutting)
Besi baja dari tempat penumpukan dibawa ke daerah pemotongan besi dengan
menggunakan mesin potong (cutting machine) sesuai dengan kebutuhan
panjang tiang yang akan dibentuk.
c. Pembentukan Heading
Heading PC Wire ini dibuat untuk menahan PC Wire pada saat penarikan
tulangan nantinya dengan plat sambung. PC Wire dimasukkan ke lubang
pengarah mesin hingga menyentuh hammer. Mesin dioperasikan dengan
menekan/menginjak pedal/handle dari mesin heading. Untuk tiang pancang
yang menggunakan 2 plat sambung yang akan di stressing simultant
dimasukkan beserta tulangan spiral sebelum ujung PC Wire yang lain di
heading.
d. Pembentukan Spiral
Spiral digunakan sebagai tulangan yang dibentuk spiral. Spiral ini dililitkan
yang dikehendaki telah selesai dibentuk atau dengan kata lain hingga jumlah
lilitan yang diperlukan sesuai dengan Standard Spesifikasi Produksi (SSP).
e. Pembuatan Cincin
Pembentukan cincin diawali dengan pembentukan spiral. Spiral ini kemudian
dipotong sesuai dengan ukuran yang selanjutnya dilas dengan menggunakan
las listrik untuk membentuk ring. Bahan untuk cincin ini adalah untuk
menahan PC Wire agar tidak melendut pada saat merangkai tulangan dengan
spiral.
f. Pembuatan plat sambung
Plat sambung yang telah dipasang keranjang dan secara manual plat sambung
dipasang pada kepala PC wire, diameter dari plat sambung itu sendiri
disesuaikan dengan diameter produk yang akan dibuat.
2. Persiapan Cetakan Beton
Cetakan di atas trolly dibawa ke bagian tulangan dan diangkut dengan
hoist ke trostel tulangan. Sebelum melanjut ke proses berikutnya, terlebih dahulu
cetakan dibersihkan dari kotoran/sisa adukan beton yang masih melekat dengan
kape dan kuas pembersih, lalu pada permukaan cetakan atau mal dioleskan
dengan minyak cetakan secara tipis dan merata. Minyak cetak terbuat dari minyak
kelapa sawit ditambahkan solar yang fungsinya agar campuran beton nantinya
tidak lengket dan menghasilkan permukaan beton yang halus.
3. Pembuatan Adukan Beton (Concrete Mixing)
Bahan yang digunakan untuk campuran beton ini adalah pasir, koral,
I-24
diteliti sebelum digunakan. Semua bahan tersebut dicampur dengan komposisi
yang telah ditentukan sesuai dengan standart mutu, dan jenis produk.
Pencampuran beton dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk (mesin
molen), sehingga diperoleh adonan yang merata. Untuk menjaga konsistensi mutu
beton, setelah pengadukan selesai secara random dilakukan pengambilan sampel
untuk diuji di laboratorium beton
4. Pembuatan Benda Uji Beton
Pengujian mutu beton merupakan aktivitas yang penting dalam
pelaksanaan produksi agar produk yang dihasilkan tetap berada dalam standar
yang telah ditetapkan.
5. Perakitan Tulangan (Reinforcemant Assambly)
Cetakan dan ujung plate di bersihkan dari kotoran/sisa adukan beton.
Pasang ujung plate atas dan bawah pada cetakan bawah kemudian kencangkan
baut dorong. Minyak cetakan dioleskan secara tipis dan merata pada cetakan.
Letakkan spiral pada cetakan bawah. Cincin/ring lalu diikatkan pada baja dengan
menggunakan kawat pengikat, dimana ring disusun lebih rapat pada ujung tiang.
Kegunaan ini adalah untuk menahan beban instalasi dan untuk membentuk
rangkaian agar tidak bergelombang. Gulungan spiral yang masih terikat diujung
mal direntangkan, disusun sedemikian rupa dan kemudian diikatkan pada besi
baja dengan kawat pengikat. Bila rangkaian telah rampung, maka diangkut ke
daerah pemasukan rangkaian ke dalam mal (table of reinforcement).
Perakitan tulangan ke dalam cetakan ini dilakukan sesuai dengan tipe
beton. Cetakan yang telah siap untuk dicor dengan adukan beton dipindahkan
kebagian pengecoran diatas trolly dengan menggunakan hoist.
6. Pengecoran Adukan Beton (Concrete Filling)
Rangkaian yang berasal dari daerah penumpukan sementara atau yang
langsung dari daerah perangkaian dimaksukkan ke dalam mal yang sudah bersih
di daerah table of reinforcement. Kedua ujung rangkaian diikatkan pada ujung mal
(atas dan bawah) dengan menggunakan penutup. Bila proses ini selesai, rangkaian
dalam mal diangkut ke daerah pengecoran dan siap untuk dicor. Selnjutnya dalam
mal diangkut kedaearah pengecoran dan siap untuk dicor. Selanjutnya latakkan
cetakan diatas trolly cor. Pasang tebeng cor pada kanan dan kiri cetakan bawah.
Masukkan adukan ke dalam hopper, kemudian tuangkan ke dalam cetakan.
Penuangan dimulai ± 1 meter dari ujung, bergerak maju ke arah ujung yang lain.
Distribusikan adukkan secara merata disepanjang cetakan ke jok pada bagian
ujung. Yang penting diperhatikan adalah bahwa pada bagian mal harus sedikit
dikurangi, karena nantinya pada saat pemutaran, sisa bahan akan bergeser kearah
pangkal mal. Tempatkan cetakan ke lokasi penutupan.
7. Penutupan Cetakan dan Penarikan Kawat Pra-Tekan (Mould Closing dan
Prestressing).
Setelah adonan beton merata, lalu dipasang karet spon dibagian kanan dan
kiri cetakan sambil dirapikan. Penutup cetakan dan bersamaan dengan itu penutup
atas dibawa dengan craine hoist. Setelah penutup atas cetakan tepat menutupi
I-26
seluruh baut telah dikencangkan maka dilakukan stressing akhir dengan
mengendurkan baut dorong pada end plate.
8. Pemutaran Cetakan (Mould Spinning)
Pada bagian pemutaran (spinning) telah tersedia roda atau roll pemutar
yang akan memutar cetakan.Setelah cetakan diletakkan diatas roll pemutar maka
mesin spinning akan menggerakkan roll. Pemutaran cetakan pada mesin putar
(spinning machine) ini bertujuan untuk memadatkan adonan beton di dalam
cetakan dengan memanfaatkan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh mesin
putar. Proses pemadatan dengan gaya sentrifugal ini menjadikan beton lebih padat
sehingga memiliki daya tahan terhadap korosi tinggi dan dilakukan secara
bertahap untuk mencegah timbulnya rongga pada beton.
Setelah tahapan spinning selesai maka cetakan diangkat dan dibawa
kebak perawatan uap dengan menggunakan craine hoist. Sebelumnya limbah
dibuang dari dalam cetakan dengan memiringkan posisi cetakan sehingga limbah
dapat keluar dan dialirkan ke bak limbah.
9. Perawatan Uap (Steam Curing)
Setelah proses pemadatan, maka proses selanjutnya adalah pengeringan
dengan menguapkan uap panas 700C–1000C yang bertujuan untuk memperpendek
waktu pengerasan beton. Proses ini dilakukan selama 3-6 jam. Temperatur
penguapan juga tidak boleh melebihi dari 1000C, karena dapat mempengaruhi
permukaan beton. Setelah penguapan dilakukan, kemudian dilakukan pendinginan
selama 30-60 menit secara manual.
10. Pembukaan Cetakan (Mould Stripping).
Setelah proses perawatan dengan uap, angkat cetakan dari trestle, dan
letakkan pada trolly buka. Lepaskan baut. Lakukan pemotongan besi pra-tegang
dengan alat potong las (blander) satu persatu secara menyilang. Potong besi pra
tegang pada ujung yang lain dengan menggunakan blander potong. Kendorkan
baut dengan menggunakan impact tool. Lepaskan klem dan letakkan di atas
cetakan atas. Angkat cetakan atas, cetakan digantung, bersihkan dengan minyak
secara tipis dan merata. Buka ujung plate pada kedua ujungnya dan lakukan
penandaan sesuai dengan instruksi. Dan saat bersamaan pula produk diinspeksi
mutunya dan dibuat label pada produk jadi yaitu dengan cat semprot kompresor
diberikan merek WIKA tanggal produksi nomor produk dan kode tipe produk.
Contohnya sebagai berikut :
a. Label produk tiang pancang
WIKA Artinya
35 COB15.9.W Diameter tiang pancang = 35 cm
Tipe tiang/klas = CO
Model tiang = bottom (B)
Panjang tiang = 15 m
Jenis tulangan = PC Wire 9 mm
13-01-2009 tanggal produksi = 13 january 2009
8213383 Kode wilayah pabrik = 8
Nomor jalur = 2
I-28
b. Label produk tiang listrik
WIKA Artinya
7-100-124 Panjang tiang listrik = 7 m
Beban Design = 100
Diameter atas tiang = 124 mm
13-01-2009 Tanggal produksi = 13 january 2009
8213397 Kode wilayah pabrik = 8
Nomor jalur = 2
Nomor urut produksi = 13397
Merek cat yang digunakan yaitu Nippon Paint. Cetakan diangkat dengan
craine hoist dengan cara dimiringkan untuk mengeluarkan produk jadi ke atas
trolly, kemudian dibawa ke stock yard dengan menggunakan trolly.
11. Perawatan Air dan Finishing (Finishing and Water Curing).
Dalam penanganan produk jadi yang dilakukan adalah proses penumpukan
dan perawatan produk di stock yard. Sebelumnya produk diservice dan diolesi
minyak solar pada plat sambung serta pengecekan akhir pada lubang tembus dan
permukaan tiang. Produk jadi yang memenuhi standart ditumpuk di stock yard
(gudang terbuka) dengan cara susunan memanjang simetris dan melebar, dimana
diantara batangan produk yang ditumpuk tersebut dibatasi dengan kasu atau kayu
balok dan di bagian pinggir diberi penahan segitiga agar susunan produk tidak
jatuh. Penahan segitiga terbuat dari coran semen yang dicetak segi tiga dengan
ukuran 11 x 7 x 7 cm dengan lebar 8 cm. Selanjutnya selama 3 hari dilakukan
perawatan air dan hasil cetakan siap untuk didistribusikan.
Untuk lebih jelasnya proses produksi untuk jenis tiang pancang bulat dapat
dilihat pada gambar 2.2
Pembuatan Benda Uji
Penulangan Di Cetakan
Pengecoran Adukan Beton
Penutupan Cetakan
Pemutaran Cetakan
PerawatanUap Pembuatan Adukan Beton
Persiapan Cetakan Persiapan Tulngan
Pembukaan Cetakan
Perawatan Air dan Penyelesaian Akhir Stressing 1 PC Wire
Pengadukan Beton
Stressing 11 PC Wire
I-30
2.5.Mesin Dan Peralatan
2.5.1. Mesin Produksi dan Peralatan
Adapun spesifikasi mesin produksi yang ada di PT. WIKA BETON dapat
dilihat pada Lampiran 2.
2.5.2. Utilitas
Utilitas adalah segala sesuatu yang digunakan agar proses yang terjadi
dapat berjalan dengan efektif dan ekonomis guna mendapatkan hasil yang
optimal. Sarana utilitas digunakan untuk meningkatkan mutu memelihara
peralatan, menjaga keseimbangan dalam proses pengolahan disamping
penggunaan pokoknya sebagai penggerak peralatan.
Untuk kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan unit pendukung
seperti dibawah ini :
1. Genset
Fungsi : Pembangkit Listrik/penghasil tenaga listrik pada pabrik dengan
menggunakan bahan bakar minyak solar
2. Boiler
Fungsi : Penghasil uap untuk didistribusikan ke bak steam curing guna
mempersingkat waktu pengerasan produk.
3. WTC (Water cooling tower)
Fungsi : Penampung air yang berasal dari sumur untuk kebutuhan produksi
dan pabrik.
Fungsi : Menghasilkan udara bertekanan yang melalui screw compressor
5. Transportasi (Sarana Pengangkut)
Fungsi : Untuk memenuhi kebutuhan material alam dan material
industri,maka perusahaan menggunakan :
a. Satu unit forklift
Fungsi : Memindahkan bahan-bahan yang mempunyai volume besar dan
berat seperti buttem tiang pancang, drum additive dan besi untuk produk
bantalan rel kereta api serta membawanya dekat lantai produksi.
b. Satu unit drum truck
Fungsi : Memindahkan material alam seperti pasir, split dari tempat
penumpukan material dan memindahkan limbah pabrik ke sentral
penumpukan.
c. Tiga unit wheel loader
Fungsi : Memindahkan material alam seperti pasir, split keatas drum truck
dan memindahkan limbah keatas drum truck.
d. Dua unit mobil pick up
Fungsi : Memindahkan buttem tiang pancang dan menarik grobak yang
berisi tulangan dari work shop tulangan kedekat lantai produksi.
6. Work shop cetakan
Fungsi : Untuk merawat dan memperbaiki cetakan sehingga menghasilkan
cetakan yang bermutu.
I-32
. Bak stem curing
Fungsi : Untuk proses penguapan dan mempercepat pembukaan produk
yang dihasilkan.
2.5.3. Safety & Fire Protection
Safety merupakan usaha untuk mengadakan perlindungan terhadap seluruh
peralatan, supaya jangan terjadi kecelakaan tenaga kerja, selamat, dan sehat
sewaktu melaksanakan pekerjaan agar seluruh peralatan harus dilengkapi dengan
alat keselamatan kerja sehingga dapat dioperasikan dengan baik dan aman tanpa
mengalami ngangguan terhadap operator. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk
perlindungan PT. WIKA BETON telah menetapkan prosedur adalah sebagai
berikut :
1. Panel control : Hubungan listrik (baik antar fasa atau fasa netral atau fasa
nol) dapat mengakibatkan ledakan dan sebagainya. Jika terjadi ledakan
gunakan APAR (CO2 / AF 11).
2. Putaran spinning dapat menyebabakan gangguan telinga. Pastikan
menggunakan ear plug saat melakukan proses spinning.
3. Jenis zat additive dapat mengakibatkan nyeri dan bercak luka pada kulit.
Gunakan sarung tangan untuk setiap proses operasi.
4. Pada karyawan kantor yang memakai fasilitas komputer dapat
mempengaruhi daya kerja otot mata. Setiap 2 jam alihkan pandangan dari
monitor. Pandangan keluar dengan focus sejauh mungkin untuk rileksasi
mata selama beberapa menit.
• Teknik penggunaan racun api
1. Pastikan jenis racun api yang anda pakai (CO2, AF11/Halon, Powder).
2. Pastikan racun api masih ada isi dan baik (Lihat code tekanan).
3. Bawa racun api ke tempat lokasi.
4. Buka/tarik pin racun api.
5. Arahkan nozzle (horizontal) tepat diatas api.
6. Tekan pemicu racun api dengan kuat.
7. Setelah selesai tempatkan kembali racun api pada posisi semula.
• Teknik penggunaan hydrant
1. Buka dan tarik pipa hydrant ketempat lokasi api
2. Pastikan penggerakkan pipi bebas (tidak terlipat).
3. Arahkan nozzle ke titik api, pegang nozzle dengan kuat.
4. Setelah siap, berikan kode untuk membuka valve hydrant.
5. Fokuskan pada satu demi satu titik api (jangan menyebar).
6. Setelah selesai tutup valve hydrant dan pastikan air tidak ada tersisa
pada pipa.
I-34
2.5.4. Waste Treatment
Perusahaan pembuatan beton pracetakan ini tidak menghasilkan limbah
yang berbahaya bagi lingkungan sekitarnya, namun limbah dapat dipergunakan
kembali oleh masyarakat sekitar untuk membuat paping block.
Limbah yang dihasilkan oleh produksi pada PT. WIKA BETON berupa
cairan yang mengandung serbuk halus semen. Penanganan lingkungan hidup ini
difokuskan kepada penanganan limbah. Perusahaan menyadari akan pentingnya
keselamatan lingkungan hidup disekitar pabrik. Limbah yang ada pada PT. WIKA
BETON adalah merupakan limbah cair yang berasal dari bagian pengecoran.
Dalam hal pengolahan limbah pabrik, perusahaan telah menyediakan dua
buah sumur limbah, dimana air keras coran disimpan didalam sumur ini. Setelah
mengeras dibuang kebelakang pabrik. Adapun jenis limbah yang dihasilkan
berupa air pencucian split, tumpahan sisa-sisa hasil produk, limbah padat akibat
pencampuran pasir, screen dan sisa additive pada saluran air. Dan limbah berupa
bekaspotongan PC Wire, dan karet busa ditumpuk pada bak penumpukan.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Efektivitas Mesin
Fungsi mesin-mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi
akan mengalami penurunan efektivitas sejalan dengan semakin bertambahnya usia
mesin dan penurunan kemampuan mesin dan peralatan tersebut. Oleh karena itu,
untuk menunjang kelancaran proses produksi dan meningkatkan efektivitas mesin,
perlu adanya pemeliharaan yang dilakukan secara continous dan
berkesinambungan. Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupaka salah satu
metode yang dikembangkan di Jepang yang dapat digunakan untuk menghitung
tingkat efektivitas dari penggunaan mesin/peralatan sebagai usaha untuk
mengeleminasi kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh tidak efektifnya
penggunaan mesin/peralatan.
Mesin merupakan pengubah energi yang beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip logis, rasional, dan bahkan benar-benar matematis. Untuk mendukung
aktivitas produksi secara lebih berhasil dan berdaya guna, maka keberadaan suatu
organisasi perawatan mesin cukup mempunyai arti tersendiri. Pada dasarnya apa
yang diharap dari keberadaan perawatan mesin tidak lain adalah untuk
meningkatkan efektivitas mesin serta porsi keuntungan bagi pemilik perusahaan.
Hal ini bisa dimungkinkan, karena dengan perawatan mesin maka dapat ditekan
ongkos produksi di samping dapat pula ditingkatkan kapasitas produksi suatu
I-36
Perbaikan efektivitas mesin merupakan suatu sistem pemeliharaan
peralatan secara menyeluruh yang melibatkan partisipasi karyawan dan
departemen melalui penerapan berbagai metode pemeliharaan dengan
mempertimbangkan aspek ekonomi, efektivitas dan efisiensi biaya pemeliharaan.
Efektivitas (tepat saran) merupakan upaya untuk mencapai tujuan dengan waktu
yang cepat dan tepat yaitu upaya yang dilakukan dengan perbaikan yang
diorganisir dan dilaksanakan berdasarkan orientasi kemasa depan, dengan
pengendalian dan dokumentasi mengacu pada rencana yang telah disusun
sebelumnya. Sedangkan efisiensi (tepat guna) merupakan upaya yang dilakukan
untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan segala aspek, atau faktor-faktor
yang ditimbulkan dan melakukan penyelesaian masalah.
3.2. Defenisi Maintenance
Pada industri manufaktur mesin-mesin dan peralatan yang telah tersedia
dan siap pakai dibutuhkan setiap saat proses produksi akan dimulai. Fungsi
mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi tersebut akan mengalami
kerusakan sejalan dengan semakin menurunnya kemampuan mesin/peralatan
tersebut, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan
perbaikan secara berkala melalui suatu aktivitas pemeliharaan yang tepat.
Menurunnya kemampuan mesin/peralatan ada dua jenis, yakni :
1. Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan secara alami
akibat terjadi pemburukan/keausan pada fisik mesin/peralatan selama waktu
pemakaian walaupun penggunaannya secara benar.
2. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan akibat
kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat
pemburukan/keausan mesin/peralatan karena mengakibatkan tindakan dan
perlakuan yang tidak seharusnya dilakukan terhadap mesin/peralatan.
Kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan dapat terjadi karena banyak
sebab dan terjadi pada waktu yang berbeda sepanjang umur mesin/