• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Aplikasi Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Aplikasi Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI APLIKASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE

UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN

METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DI

PT. ROLIMEX KIMIA NUSA MAS MEDAN

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat KARYA AKHIR

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh

AHMAD MUPIANDA 035204005

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

P R O G R A M D I P L O M A I V

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini dengan baik. Karya Akhir ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan Akademis yang harus diselesaikan setiap mahasiswa Jurusan Teknik Industri Program Studi Teknik Manajemen Pabrik Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Karya Akhir ini berjudul “Studi Aplikasi Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas”.

Dalam menyelesaikan Karya Akhir ini Penulis Menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan, baik dalam penulisan maupun dalam penyusunan kalimat, untuk itu dengan kerendahan hati Penulis menerima saran dan kritikan untuk lebih sempurnanya Karya Akhir ini.

Akhir kata, Penulis mengharapkan semoga Karya Akhir ini berguna bagi

pembaca sekalian. Semoga Allah SWT selalu menyertai kita semua. Terima kasih.

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Karya Akhir ini Penulis banyak mendapatkan dorongan dan bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan antara lain:

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT sebagai Ketua Departemen Teknik Industri yang selalu membantu anak didiknya untuk menyelesaikan studinya tepat waktu.

2. Bapak Ir. Poerwanto, Msc selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan bimbingan dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Karya Akhir ini.

3. Ibu Ir. Nurhayati Sembiring, MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bantuan bimbingan dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Karya Akhir ini.

4. Bapak Edi, Bapak Auri dan karyawan pad bagian produksi sebagai pembimbing lapangan selama melakukan Riset di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

(4)

6. Sahabatku Rusdi, Ahmad Afandi, Cebol, izal Yangki, anak-anak warkop Madnur, dan rekan-rekan mahasiswa Program Studi Teknik Manajemen Pabrik stambuk’03 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Akhir ini.

Semoga dengan dibuatnya Karya Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesarnya jika ada kesalahan maupun kekurangan dalam penulisan Karya Akhir ini. Semoga Karya Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2008

(5)

ABSTRAK

PT. Rolimex Kimia Nusa Mas merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi pupuk CIRP (Crismes Island Rock Phosphate) yang juga tidak terlepas dari masalah yang berkaitan dengan efektifitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh six big losses tersebut. Hal ini dapat terlihat dengan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan karena kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai. Oleh karena itulah diperlukan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin/peralatan untuk dapat menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.

Fungsi mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan mengalami kerusakan sejalan dengan semakin bertambahnya usia mesin dan penurunan kemampuan mesin dan peralatan tersebut, meskipun dengan demikian umur pemakaian dan kegunaan dari mesin tersebut dapat diperpanjang dengan penerapan metode perbaikan secara berkala melalui suatu aktifitas pemeliharaan (maintenance) yang tepat. Total Productive Maintenance (TPM) adalah salah satu metode yang dikembangkan di Jepang yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin/peralatan secara efektif. Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah mesin Hammer Mill 2

Tahapan pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produksi pada perusahaan ini adalah dengan melakukan pengukuran efektifitas mesin Hammer Mill 2 dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectifitas (OEE) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran OEE six big losses dan dari faktor six big losses tersebut dicari faktor terbesar yang mengakibatkan rendahnya efisiensi. Data yang digunakan adalah data tiga bulan terakhir, yaitu mulai bulan Maret 2008-Mei 2008. Hasil perhitungan menunjukan bahwa terjadi fluktuasi nilai OEE tiap bulannya. Nilai OEE terendah terjadi pada April 2008, yaitu sebesar 62,97% dan OEE terbesar terjadi pada bulan Maret 2008 sebesar 71,72%.

(6)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

KATA PENGANTAR ... ....i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ...ii

DAFTAR ISI ... ..iv

DAFTAR TABEL ... ..ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... . I-1

1.2. Rumusan Permasalahan ... . I-3

1.3. Tujuan Pemecahan Masalah ... . I-3

1.4. Pembatasan Masalah ... . I-4

1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan ... . I-4

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1

2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan ... II-2

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3

2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-3

2.3.4.Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya... II-5

2.4. Proses Produksi... II-7

2.4.1. Standart Mutu Produk ... II-7

2.4.2. Bahan Yang Digunakan ... .II-8

2.4.2.1. Bahan Baku ...II-8

2.4.2.2. Bahan Tambahan...II-8

2.4.3. Uraian Proses Produksi ... .II-10

2.5. Mesin dan Peralatan ... II-14

2.5.1. Mesin Produksi ... .II-14

2.5.2. Utilitas ... .II-14

2.5.3. Safety and Fire Protection ... .II-17 2.5.4. Waste Tretment ... .II-19

III

LANDASAN TEORI

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

3.1.1. Pengertian Maintenance... III-1 3.1.2. Tujuan Maintenance ... III-3 3.2. Jenis-jenis Maintenance ... III-4 3.2.1. PlannedMaintenance ... III-4 3.2.2. Unplanned Maintenance ... III-6 3.2.3. Autonomous Maintenance ... III-6 3.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance ... III-8 3.4. Total Productive Maintenance ... III-9 3.4.1.Pendahuluan ... III-9

3.4.2. Pengertian Total Produktive Maintenance ... III-10

3.4.3. Manfaat dari Total Produktive Maintenance ... III-12

3.5. Analisa Produktivitas Six Big Losses ... III-13 3.6. OEE (Overall Equipment Effectiveness)... III-14

3.7. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)... III-19

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Objek Penelitian ... IV-1

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.2. Pengolahan Data ... V-8

5.2.1. Perhitungan Rata-rata ... V-8

5.2.2. Menghitung Standar Deviasi dari Data Pengamatan ... V-9

5.2.3. Standar Deviasi dari Distribusi Harga Rata-rata ... V-10

5.2.4. Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah ... V-10

5.2.5. Uji Kecukupan Data ... V-11

5.2.6. Perhitungan Waktu Normal... V-12

5.2.7. Perhitungan Waktu Standar ... V-12

5.2.8. Perhitungan Availability ... V-13

5.2.9. Perhitungan Performance Efficiency ... V-14 5.2.10. Perhitungan Rate of Quality Product ... V-15

5.2.11. Perhitungan Overal Equipment Effectiveness (OEE) .. V-16

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

VI

ANALISA PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Perhitungan OEE ... VI-1

6.2. Analisis Perhitungan OEE Six Big Losses ... VI-1 6.3. Analisis Diagram Sebab Akibat ... VI-2

6.4. Usulan Pemecahan Masalah ... VI-5

6.4.1. Usulan Penyelesaian Masalah Six Big Losses... VI-5

6.4.2. Penerapan Total Productive Maintenance ... VI-7

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Perawatan Mesin pada Bulan Maret ... I-2

2.1. Jumlah Tenaga Kerja di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas ... II-4

5.1. Data Waktu Kerusakan (Breakdown) Mesin Hammer Mill 2 ... V-2

5.2. Data Waktu Pemeliharaan Mesin Hammer Mill 2 ... V-3

5.3. Data Waktu Setup Mesin Hammer Mill 2 ... V-4 5.4. Data Produksi Mesin Hammer Mill 2 ... V-5

5.5. Data Waktu Siklus Operasi pada Mesin Hammer Mill 2 ... V-5

5.6. Rating factor Mesin Hammer Mill 2 dengan Metode Westinghouse... V-7

5.7. Pengelompokan Siklus Operasi pada Mesin Hammer Mill 2 ... V-9

5.8. Availability Mesin Hammer Mill 2 ... V-14 5.9. Performance Efficiency Mesin Hammer Mill 2 ... V-15 5.10. Rate of Quality Product Mesin Hammer Mill 2... V-16 5.11. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes ... V-17 5.12. Breakdown Loss Mesin Hammer Mill 2 ... V-18

5.13. Setup and Adjustment losses mesin Hammer Mill 2 ... V-19

5.14. Idling and Minor Stoppages Mesin Hammer Mill 2 ... V-20

(12)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

5.17. Yield/Scrap Loss Mesin Hammer Mill 2 ... V-23

6.1. Persentase Faktor Six Big Losses Mesin Hammer Mill 2 ... VI-2

6.2. Usulan Penyelesaian Masalah Reduced Speed Loss ... VI-6

(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Block Diagram Proses Pengantongan Pupuk ... II-14

2.2. Sturuktur organisasi PT. Rolimex Kimia Nusa Mas Medan ... II-21

3.1. Overall Equipment Effectiveness and Goals ... III-15 3.2. Diagram Sebab Akibat ... III-20

4.1. Tahapan Proses Pemecahan Masalah ... IV-3

4.2. Block Diagram Perhitungan OEE ... IV-4 5.1. Peta Kontrol Mesin Hammer Mill 2 ... V-11

6.1. Pareto Diagram Six Big Losses Mesin Hammer Mill 2 ... VI-2

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ……….L-1

2. Mesin dan Peralatan………..L-5

(15)

ABSTRAK

PT. Rolimex Kimia Nusa Mas merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi pupuk CIRP (Crismes Island Rock Phosphate) yang juga tidak terlepas dari masalah yang berkaitan dengan efektifitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh six big losses tersebut. Hal ini dapat terlihat dengan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan karena kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai. Oleh karena itulah diperlukan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin/peralatan untuk dapat menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.

Fungsi mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan mengalami kerusakan sejalan dengan semakin bertambahnya usia mesin dan penurunan kemampuan mesin dan peralatan tersebut, meskipun dengan demikian umur pemakaian dan kegunaan dari mesin tersebut dapat diperpanjang dengan penerapan metode perbaikan secara berkala melalui suatu aktifitas pemeliharaan (maintenance) yang tepat. Total Productive Maintenance (TPM) adalah salah satu metode yang dikembangkan di Jepang yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin/peralatan secara efektif. Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah mesin Hammer Mill 2

Tahapan pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produksi pada perusahaan ini adalah dengan melakukan pengukuran efektifitas mesin Hammer Mill 2 dengan menggunakan metode

Overall Equipment Effectifitas (OEE) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran OEE six big losses dan dari faktor six big losses tersebut dicari faktor terbesar yang mengakibatkan rendahnya efisiensi. Data yang digunakan adalah data tiga bulan terakhir, yaitu mulai bulan Maret 2008-Mei 2008. Hasil perhitungan menunjukan bahwa terjadi fluktuasi nilai OEE tiap bulannya. Nilai OEE terendah terjadi pada April 2008, yaitu sebesar 62,97% dan OEE terbesar terjadi pada bulan Maret 2008 sebesar 71,72%.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Berhentinya suatu proses di lantai produksi sering kali disebabkan adanya

masalah dalam mesin/peralatan produksi tersebut, misalnya kerusakan pada

mesin, menurunnya kecepatan produksi mesin, lamanya waktu set-up dan

adjusment. Sehingga mesin menghasilkan produk yang cacat.

Hal ini tentunya merugikan pihak perusahaan karena dapat menurunkan

tingkat produktivitas dan efesiensi mesin/peralatan yang akan mengakibatkan

biaya yang harus dikeluarkan cukup besar. Oleh karena itu untuk menjaga kondisi

mesin tersebut agar tidak mengalami kerusakan, ataupun untuk mengurangi waktu

kerusakan sehingga proses produksi tidak terlalu lama berhenti, maka dibutuhkan

sistem perawatan dan pemeliharaan mesin/peralatan yang baik dan tepat. Hal ini

akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan, sehingga kerugian

yang diakibatkan oleh kerusakan mesin dapat dihindarkan.

PT. Rolimex Kimia Nusa Mas merupakan sebuah perusahaan yang

memproduksi pupuk CIRP (Crismes Island Rock Phosphate), juga tidak terlepas

dari masalah yang berkaitan dengan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan.

Setelah bertahun-tahun berproduksi sudah selayaknya PT Rolimex Kimia Nusa

(17)

Masalah produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan yang dialami PT. Rolimex Kimia Nusa Mas disebabkan oleh pendeknya umur komponen

mesin/peralatan sehingga mesin/peralatan memiliki frekuensi pergantian maupun

perbaikan komponen yang tinggi dan juga memiliki peluang untuk mengalami

kerusakan. Sebagai contoh, berikut ini adalah data perawatan komponen pada

bulan Maret 2008.

Tabel 1.1. Perawatan mesin pada bulan Maret 2008

No Jenis Perawatan

Mesin HM 1 (jam)

Mesin HM 2 (jam)

Mesin Mixer (jam)

1 Pengelasan mata pisau Hammer mill 3 4

2 Pengelasan screen 2,5 5,4

3 Penggantian plat untuk screen 3,5 3,5

4 Perawatan kompresor pada mesin

Mixer 4

Total 9 12,9 4

Sumber: PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa mesin Hammer mill 2

membutuhkan perawatan lebih lama. Sehingga dalam penelitian ini yang diamati

adalah mesin hammer mill 2. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan

langkah-langkah yang tepat dalam pemeliharaan mesin/peralatan, salah satunya

dengan melakukan penerapan TotalProductive Maintenance (TPM).

Berikut ini adalah gambar Bar Chart dari data perawatan mesin di bulan

(18)

1.2. Rumusan Permasalahan

Rumusan permasalahan dalam metode ini adalah perlu dilakukan

pengidentifikasian terhadap faktor-faktor kerugian yang dominan yang

diakibatkan oleh tingginya pergantian dan perbaikan mesin tersebut dan

melakukan analisa terhadap penyebab besarnya kontribusi faktor-faktor tersebut

serta memberikan usulan penyelesaian masalah sebagai langkah awal untuk

menerapkan Total Productive Maintenance pada PT. Rolimex Kimia Nusa mas.

1.3. Tujuan Pemecahan Masalah

Tujuan pemecahan masalah adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki efektivitas penggunaan mesin secara menyeluruh dengan

menggunakan data dari perusahaan

2. Dapat mengidentifikasikan faktor-faktor dominan dari kerugian yang

diakibatkan oleh tingginya frekuensi pergantian dan perbaikan komponen

mesin/peralatan.

3. Menindaklanjuti hasil pengukuran efektivitas dan pengidentifikasian faktor

dominan tersebut sehingga dapat membantu manajemen perusahaan untuk

menganalisa dan melakukan perbaikan secara menyeluruh guna

meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan di masa yang akan

(19)

1.4. Pembatasan Masalah

Faktor yang akan selalu menjadi penghalang dan tidak dapat dihindarkan

dalam melakukan penelitian adalah adanya faktor waktu, dana dan keterbatasan

fasilitas. Untuk itulah dilakukan pembatasan masalah agar hasil yang diperoleh

tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya meneliti satu mesin produksi saja yaitu mesin hammer

mill 2

2. Tingkat produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan yang di ukur adalah

dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)

sesuai dengan prinsip Total Productive Maintenance untuk mengetahui

besarnya kerugian pada mesin/peralatan yang dikenal dengan six big losses

3. Data yang diambil adalah pada bulan Maret- Mei 2008

1.5 Asumsi-asumsi yang Digunakan

1. Pengukuran yang dilakukan dianggap sebagai langkah awal di mulainya

program perbaikan mesin/peralatan sehingga pengukuran yang bertujuan

menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan produktivitas dan

efisiensi yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

2. Tidak terjadiya perubahan sistem produksi selama penelitian ini

berlangsung.

3. Setiap karyawan mengetahui bidang pekerjaannya sesuai dengan metode

(20)

4. Para karyawan dan pimpinan mempunyai komitmen yang kuat untuk

mendukung peningkatan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan di

perusahaan ini.

1.6. Sistematika Penulisan Karya Akhir

Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian karya akhir ini,

maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, asumsi yang digunakan dan sistematika

penulisan.

BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menguraikan gambaran umum perusahaan PT. Rolimex Kimia Nusa

Mas Medan, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses

produksi, mesin dan peralatan, serta organisasi dan manajemen

perusahaan.

BAB III. LANDASAN TEORI

Menyajikan teori-teori yang berhubungan dengan sistem pemeliharaan

mesin/peralatan umumnya dan khususnya Total Productive

(21)

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan langkah-langkah serta prosedur yang akan dilakukan

dalam melakukan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data,

analisis dan evaluasi, srta kesimpulan dan saran.

BAB V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengidentifikasi keseluruhan data penelitian yang berhasil di dapat

selama penelitian, baik data primer maupun data sekunder yang

dikumpulkan serta berisi rancangan untuk melakukan penelitian. Serta

memuat tahapan-tahapan pengolahan data yang dikumpulkan hingga

digunakan untuk memecahkan masalah.

BAB IV. ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Menjelaskan pemecahan masalah dan perencanaan langkah-langkah

yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah, perhitungan

availability, performance efficiency dan rate of quality product yang

akan digunakan dalam perhitungan overall equipment effectivness

(OEE) untuk mengetahui seberapa besar kerugian efisiensi pada

mesin/peralatan.

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran yang mengemukakan kesimpulan semua

hal yang dilakukan penelitian, terutama akan hal pengolahan data yang

diperoleh pemecahannya serta langkah-langkah yang patut dilakukan

(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Rolimex Kimia Nusa Mas yang berada di Sumatera Utara adalah

suatu perusahaan yang bergerak dibidang usaha pengolahan pupuk Phosphate

alam yang beralamatkan jalan Pertahanan No.11 Km. 1,5 Patumbak, Perusahaan

ini didirikan karena semakin meningkatnya kebutuhan akan pupuk terhadap

perkebunan swasta maupun BUMN serta tanaman-tanaman keras lainnya.

PT. Rolimex Corporation didirikan pada tanggal 9 Maret 1994 sesuai

dengan surat keputusan menteri perindustrian nomor: 032/DJIK/IZ/IV/94 tentang

izin tetap usaha industri menteri perindustrian, Kemudian pada tanggal 31 Juli

2000 PT. Rolimex Corporation bergabung dengan PT. Citratama Dian Mas, dan

PT. Sinarindo Kimia Nusa, yang kemudian berubah nama menjadi PT. Rolimex

Kimia Nusa Mas yang di pimpin oleh bapak Andreas Irawan Oey sebagai

Direktur utama yang berkedudukan di kantor pusat Jakarta.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Rolimex Kimia Nusa Mas merupakan perusahaan yang bergerak

dalam bidang pengolahan pupuk Phosphate alam yang di kenal dengan nama

(23)

2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan.

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan.

Struktur organisasi dan manajemen perusahaan merupakan landasan

beroperasinya perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa

adanya struktur organisasi dan manajemen, maka semua aktivitas, baik proses

produksi maupun administrasi tidak akan berjalan dengan lancar. Struktur

organisasi merupakan sistem yang mengatur masalah penetapan dan pembagian

pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang

dibebankan serta menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi sehingga

diperoleh suatu bentuk kerja sama yang efektif unuk mencapai tujuan yang

diharapkan oleh perusahaan.

Kata organizing berasal dari kata organisum/ organ, yang artinya adalah

suatu struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa

sehingga sama lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan

adanya hubungan secara keseluruhan. Organisasi biasa diartikan sebagai adanya

sekelompok orang yang mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Struktur organisasi dapat didefenisikan sebagai mekanisme-mekanisme

formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan pola

hubungan diantara bagian-bagian atau posisi-posisi, yang menunjukkan

kedudukan, tugas dan wewenang, serta tanggung jawab yang berbeda-beda dalam

suatu organisasi. Pembentukan struktur organisasi dapat dengan melakukan

pembagian maupun kombinasi sehingga terbentuk departemen atau unit.

(24)

Pimpinan tertinggi PT. Rolimex Kimia Nusa Mas cabang Medan adalah

Branch Manager. Struktur Organisasi perusahaan PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

berbentuk struktur organisasi garis dan staf dimana pembagian tugas

dilakukan dalam bidang atau area pekerjaan yang ada.

2.3.2. Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab

Wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing bagian sesuai

dengan struktur organisasi perusahaan, dapat dilihat pada lampiran 1.

2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

1. Jumlah Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor utama dalam produksi yang disebut

dengan man power yang sangat mendukung keberhasilan dari suatu perusahaan

atau pabrik. Tenaga kerja ini direkrut oleh PT Raolimex Kimia Nusa Mas.

Tenaga kerja ditempatkan sesuai dengan keahlian dan kemampuan dari

masing-masing karyawan tersebut.

Jumlah tenaga kerja yang terdapat pada PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

(25)

Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Kerja di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

No Jabatan Jumlah (Orang)

1 Branch Manager 1

2 Staf 12

3 Karyawan 39

4 Pekerja borongan 40

Jumlah 92

Sumber: PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

2. Jam Kerja

Ketentuan jam kerja di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas, diatur menurut

aturan Shift. Jumlah jam kerja adalah 84 jam 1 minggu, dimana hari kerja

dalam 1 minggu adalah 6 hari kecuali hari libur dan hari besar.

Jadwal kerja dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Non Shift, ini berlaku untuk karayawan bagian umum dan

administrasi.

Dimana jam kerja :

Senin-Jumat, Pukul 07.30 – 15.30 (istirahat pukul 12.00 – 13.00).

Sabtu Pukul 07.30 – 15.30.

2. Shift, ini berlaku untuk bagian produksi, Ini dibagi dalam 2 Shift,

yakni :

- Shift I : Pukul 07.30 – 15.30.

(26)

Shift dihitung tiap 7 jam kerja normal, 1 jam istirahat. Pengaturan

pembagian kelompok dan giliran shift akan ditetapkan oleh kepala bagian

masing-masing. Pertukaran shift diadakan 2 minggu 1 kali.

Untuk istirahat diatur secara bergiliran oleh mandor dari masing-masing

shift. Apabila keadaan mendesak dan memerlukan jam kerja yang melebihi

jam kerja normal maka perusahaan mengadakan waktu kerja lembur. Ini

dilakukan bila terjadi order yang belum dipenuhi dan belum memenuhi target

produksi. Untuk itu perusahaan akan memberikan upah lembur kepada

karyawan yang bekerja lembur.

2.3.4. Sistem Pengupahan Dan Fasilitas Lainnya

1. Sistem Pengupahan

PT. Rolimex Kimia Nusa Mas memberikan kompensasi dan jaminan

sosial kepada semua pekerja berdasarkan status karyawan dalam perusahaan

yaitu :

a. Karyawan tetap, merupakan tenaga kerja yang diangkat menjadi

karyawan tetap melalui prosedur pengangkatan dan menerima gaji

bulanan.

b. Pekerja borongan, merupakan tenaga kerja yang dipekerjakan dan

dibayar secara harian tanpa melalui prosedur pengangkatan sebagai

(27)

2. Fasilitas Lainnya

Fasilitas yang diberikan perusahaan PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

Adalah :

a. Imbalan resmi (gaji) dan kompensasi tambahan yang diperoleh setiap

karyawan.

b. Upah lembur, yaitu upah yang diberikan apabila karyawan bekerja

melebihi jam kerja perusahaan yang telah ditentukan.

c. Insentif produksi, yaitu bonus kepada karyawan bila memenuhi target

produksi yang ditetapkan perusahaan.

d. Tunjangan jabatan, merupakan pelengkap gaji pokok mengingat

adanya pekerjaan yang memegang tanggung jawab serta tuntutan

khusus. Tunjangan ini biasanya diberikan untuk jabatan tingkat

Manajer dan kepala bagian.

e. Tunjangan hari raya.

f. Uang transport, hanya diberikan bagi karyawan tetap sebagai

tambahan untuk melancarkan produktivitas karyawan. Besarnya uang

transport disesuaikan dengan kedudukan karyawan dalam perusahaan.

Selain fasilitas diatas, perusahaan juga melakukan usaha-usaha untuk

meningkatkan kesejahteraan karyawannya seperti :

1. Diikutsertakan dalam keanggotaan Astek.

2. Jaminan hari tua atau uang pensiun.

3. Jaminan kecelakaan kerja, Jaminan ini dilakuka n dengan

(28)

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Standar Mutu Produk

PT. ROLIMEX KIMIA NUSA MAS mempunyai standarisasi dalam

menghasilkan produk. Pengawasan mutu dilakukan terhadap proses produksi

yang ditujukan untuk menjaga kosistensi dari mutu produk. Produk bermutu dan

pelayanan merupakan usaha perusahaan dalam menjual produknya pada

konsumen. Keberhasilan perusahaan sangat bergantung dari seberapa jauh

perusahaan dapat mengetahui, mengerti dan memahami permintaan pelanggan

tersebut. Dalam hal mutu pupuk yang baik telah ditetapkan ketentuan-ketentuan

standard bagi spesifikasi pupuk yaitu:

Kandungan hara P2O5 : 32 %

Berat bersih : 50 kg

Bentuk / warna : Padat Tepung / coklat muda.

Aturan Pakai : Di tabur kesekeliling lingkaran sesuai

dengan dosis yang ditentukan.

No Pendaftaran : P944/Deprant/IX/2004

Produksi : sesuai tanggal

Jaminan Mutu : 0040707 A

Masa edar : 2 tahun

No. SNI : 02/3776/9195

(29)

2.4.2. Bahan Yang Digunakan

2.4.2.1. Bahan Baku.

Bahan baku adalah bahan yang ikut dalam proses produksi dan bagian

(mungkin terbesar) dalam produk. Bahan baku yang digunakan ada dua jenis

yaitu : CIRP (Phosphate alam) yang langsung diimpor dari Australia dan CIRP

yang langsung di impor dari Mesir. Phophate alam Austarlia dengan Phosphate

alam Mesir tidak saling berkaitan satu sama lain artinya apabila hanya satu

Phosphate saja yang ada maka proses produksi tetap dapat di laksanakan tetapi yang menjadi kendala adalah apabila konsumen mengorder CIRP campuran maka

pihak pabrik tidak dapat memenuhi order. Perbedaan kualitas antara dua bahan

baku ini tidak terlalu signifikan hanya terletak pada warna. CIRP Australia

memiliki warna coklat muda sedangkan CIRP Mesir memiliki warna coklat lebih

tua. Bahan baku ini dipesan dari Mesir dan Australia karena kedua Negara ini

yang memiliki Phosphate alam yang berkualitas untuk jenis tanaman keras dan

masih cukup untuk beberapa abad kedepan, Harga Phosphate alam Australia

dengan Phosphate alam Mesir sama yaitu Rp.2000/kg dan biasanya PT. Rolimex

Kimia Nusa Mas melakukan order setiap satu bulan dengan kapasitas 6000 ton.

2.4.2.2. Bahan Tambahan.

Bahan tambahan adalah bahan yang ikut dalam proses produksi, tetapi

bukan bagian dalam produksi misalnya katalisator. Adapun bahan tambahan yang

(30)

1. Karung Luar (Outer bag).

- Bahan Baku : Poly Propylena

- Density : 10 x 10 tape/inchi

- Panjang : 99 cm (Min)

- Lebar : 59 cm (Min)

- Lebar Lipatan Bawah : 2,5 mm (min)

- Jarak Jahitan dari Bawah : 1 cm

- Panjang ekor Benang : 2,5 s/d 4 cm

- Jarak Rajutan : 3 s/d stitch/inchi

2. Karung Dalam (Inner Bag)

- Panjang : 118 cm

- Lebar : 62 cm

- Lebar Seal : 2 mm

- Jarak Seal dari tepi Bawah : 1 cm

3. Benang

- Bahan : PP Multi Filamet

- Type : Zucros

- Dinier : 1250

- Number of Filament : 148

(31)

2.4.3 Uraian Proses

PT. Rolimex Kimia Nusa Mas bergerak dalam bidang pengantongan

pupuk Phospate alam. Pengolahan yang dilakukan di PT. Rolimex Kimia Nusa

Mas hanya untuk jenis pupuk CIRP (Chrismas Island Rock Phospate).

Dilihat dari sistem kerja (pengoperasian), proses produksinya dapat

dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Pembongkaran pupuk phospate (Unloading)

Di sini dilakukan proses pembongkaran pupuk phospate, dimana pupuk

CIRP berasal dari pusat produksi Australia dan Mesir yang dibongkar dari kapal

yang bersandar di pelabuhan Belawan.

Pada umumnya pembongkaran dilakukan oleh kontraktor yang ditunjuk

oleh PT. Rolimex Kimia Nusa Mas. Pembongkaran pupuk butiran dilakukan

dengan menggunakan alat tertentu yaitu greab yang di gerakkan dengan

elektromotor. Perlengkapan yang digunakan antara lain yaitu:

1. Greab

2. Electromotor.

Pupuk butiran yang berada di palka kapal yang diangkat seara bergantian

dengan mengggunakan greab yang kemudian langsung diarahkan pada bak truk

dengan bantuan electromotor sebagai alat pengankut pupuk phospate menuju

pabrik.

Pupuk yang telah di muat ke dalam truk diangkat kegudang penumpukan,

sebelum dilakukan penumpukan ke gudang, truk dan muatannya di timbang

(32)

oleh program komputer. Demikian seterusnya sehingga selesainya pembongkaran

dilaksanakan. Banyak kesulitan yang timbul pada saat pembongkaran pupuk

butiran dengan truk, yaitu areal penumpukan diperlukan luas, karena pupuk tidak

dapat di tumpuk tinggi, untuk menghindari kotoran dan penghematan tempat

maka pupuk curah di dorong dengan menggunakan wheel loader.

Pembongkaran pupuk dengan truk, untuk kapal yang berkapasitas 12.000

ton, dapat dibongkar kurang lebih selama 5-6 hari.

2. Pencampuran Pupuk

Bahan baku untuk pupuk jenis CIRP yang di keluarkan PT. Rolimex

Kimia Nusa Mas ada dua jenis pupuk yaitu: CIRP Australia dan CIRP Mesir.

Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin mixer. Proses

pencampuran ini diawali dengan persiapan mesin secara otomatis siap untuk

digunakan dan biasanya melakukan setup selama 15 sampai 20 menit. Pupuk jenis

CIRP Australia di masukkan terlebih dahulu kedalam hopper menggunakan wheel

loader kemudian pupuk tersebut di bawa screw menuju bucked elevator ke bin pencampuran 1 selang tiga menit pupuk jenis CIRP mesir dimasukan kedalam

hopper menggunakan wheel loader kemudian pupuk tersebut dibawa screw

menuju bucket elevator ke bin pencampuran 2. secara bergantian tombol bin

pencampuran dibuka, sehingga pupuk masuk ke mesin mixer. Setelah selesai

pupuk akan jatuh ke bin over , kemudian pupuk dibawa ke bin penampungan atas

(33)

3. Proses Penggilingan

Proses penggilingan butiran pupuk CIRP dilakukan dengan menggunakan

mesin Hammer Mill.

Pupuk butiran yang telah dicampur secara perlahan akan turun menuju

hopper HM1 (Hammer Mill 1) melalui pipa yang berdiameter 20 cm yang berada

pada bin penampungan atas pada mesin mixer. Setelah hopper HM1 (Hammer

Mill 1) penuh, pupuk butiran pada hopper akan diangkat menggunakan bucked elevator menuju mesin HM1 untuk dilakukan penggilingan pada mesin Hummer

Mill. Dalam waktu beberapa menit butiran pupuk akan tergiling halus sehingga

dapat melewati saringan (screen) dengan ukuran 60 mesh. Kemudian pupuk

dibawah oleh screw ke bin penampungan 1 untuk dilakukan proses pengantongan.

Setelah hopper HM1(Hammer Mill 1) penuh pipa tersebut akan diarahkan ke

hopper HM2 (Hammer Mill 2) yang proses produksinya sama dengan HM1(Hammer Mill 1).

4. Pengantongan Pupuk

Untuk proses pengantongan pupuk CIRP di lakukan dengan menggunakan

mesin pengantongan, pada proses pengantongan diperlukan beberapa peralatan

sebagai berikut:

- Timbangan (Weigth scale)

- Karung

- Mesin Jahit

(34)

Pengantongan pupuk dilakukan setelah proses penghalusan. Pupuk yang

berada pada bin yang berfungsi sebagai pengaturan buka tutup yang dilakukan

secara manual, sehingga pupuk akan turun secara perlahan dengan mengatur tuas

secara manual oleh operator.

Alat penampung ini disebut Weigth scale, karena alat ini dilengkapi

dengan timbangan. Pupuk akan ditampung dengan karung yang telah di siapkan

diatasnya, pada saat bersamaan penimbangan pupuk dalam karung dilakukan

untuk menentukan berat isi karung yang diinginkan.

Pupuk yang telah dikantongi di bawa ke mesin jahit untuk dijahit, dan

kemudian dibawa secara manual untuk penumpukan keatas palet. Penyusunan

pupuk diatas palet dilakukan dengan cara manual dan tiap-tiap palet disusun 30

karung. Kecepatan pengantongan sekitar 10-12 karung per menit.

5. Penumpukan

Penumpukan pupuk yang telah selesai dikantongi dan disusun diatas palet,

diangkut dengan forklift ke tempat penumpukan (bag storage). Penumpukan ini

dikerjakan oleh buruh yang bekerja secara borongan dilaksanakan oleh kontraktor

(pemborong) yang ditunjuk pihak PT. Rolimex Kimia Nusa Mas, yang

(35)

Pembongkaran

Penumpukan Pengantongan

[image:35.596.272.387.112.256.2]

Penggilingan Pencampuran

Gambar 2.2. Blok Diagram proses produksi pengantongan pupuk

2.5. Mesin Dan Peralatan

2.5.1. Mesin Produksi dan Peralatan

Berdasarkan proses produksi pupuk CIRP pada PT. Rolimex Kimia Nusa

Mas, mesin yang dipergunakan dapat dilihat pada lampiran 2.

2.5.2. Utilitas

Untuk mendukung proses produksi, dibutuhkan unit-unit pendukung.

Adapun unit-unit pendukung tersebut sebagai berikut :

1. Sumber Listrik.

Energi PT. Rolimex Kimia Nusa Mas bersumber dari Perusahaan

Listirk Negara (PLN) dan generator. Sumber Listrik dari PLN digunakan

dalam kegiatan proses produksi, seperti menjalankan mesin mixer,

menyediakan arus listrik pada mesin-mesin produksi dan fasilitas produksi

lainnya.

Selain itu listrik PLN digunakan juga sebagai sumber penerangan

(36)

a. Area kerja.

b. Kantor-kantor.

c. Perumahan staff karyawan yang terletak dekat lokasi pabrik.

Tenaga generator digunakan untuk menjalankan mesin Mixer, Hammer

Mill, dan mesin Las.

2. Air.

Pemakaian air untuk proses pengolahan di Pabrik tidak ada. Sehingga

pendirian pabrik juga tidak dipengaruhi sumber dan potensi air di areal pabrik.

Adapun penggunaan air pada pabrik adalah untuk :

a. Sebagai bahan tambahan dan pencuci peralatan di Bengkel.

b. Sebagai bahan pendingin, pencuci dan perawatan instalansi

peralatan dan mesin-mesin setiap melakukan maintenance.

Selain untuk keperluan pabrik, air juga digunakan untuk kebutuhan

air karyawan perusahaan terutama pada kamar mandi. Sumber air di

PT. Rolimex Kimia Nusa Mas bersumber dari sumur bor dan PDAM.

3. Auto Workshop (Bengkel)

Peralatan bengkel dalam kelancaran proses produksi sangat penting

menyangkut tingkat produktifitas produksi maupun karyawan serta

meminimumkan biaya- biaya yang seharusnya dapat diperkecil dalam upaya

melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan. Adapun peralatan yang tersedia

(37)

b. Mesin Las Blender yang digunakan untuk memotong plat dan besi

dalam ukuran tebal.

c. Grinda potong

d. Ragum yaitu penjepit benda kerja berupa logam atau besi.

e. Elektroda

f. Jangka sorong

g. Meteran

h. Martil

i. Kunci pas dan ring

j. Peralatan kunci pendukung lainnya.

Bengkel merupakan bengkel khusus yang disediakan oleh perusahaan

dalam rangka pemeliharaan, perawatan dan perbaikan alat-alat transportasi

yang sangat dibutuhkan dalam kelancaran proses produksi. Adapun alat-alat

transportasi yang banyak digunakan adalah :

- Dump Truck.

- Forklift.

- Wheel Loader.

Agar proses produksi berjalan lancar maka perlu adanya

pemeliharaan dan perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi pada

mesin, peralatan dan fasilitas produksi atau kantor. Untuk itu maka

perusahaan dilengkapi beberapa bengkel dengan tujuan perawatan korektif

(38)

4. Laboratorium

Laboratorium di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas langsung ditangani oleh

bagian Quality Control Department di BLPP Medan, yang mempunyai

peranan sangat penting dalam menunjang mutu produk yang dihasilkan oleh

pabrik. Dengan adanya Laboratorium, maka dapat diadakan analisa yang

teliti terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mutu produk.

Hasil analisa di informasikan ke bagian produksi sehingga dapat

diketahui apakah mutu produk yang dihasilkan makin buruk atau makin

baik. Dengan adanya informasi yang diterima maka bagian produksi dapat

mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan agar mutu produk tetap baik

sehingga kerugian-kerugian yang terjadi dapat dihindarkan.

5. Limbah

PT. Rolimex Kimia Nusa Mas memiliki Limbah dari hasil proses

produksi yang berbentuk abu yang dapat menggangu pernafasan para pekerja.

2.5.3. Safety & Fire Protection

PT. Rolimex Kimia Nusa Mas merupakan sebuah perusahaan yang

amat memperhatikan keselamatan kerja. Keselamatan kerja merupakan sarana

utama untuk mencegah kecelakaan, cacat dan kematian yang diakibatkan

oleh kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan

(39)

Terdapat beberapa prinsip dalam perencanaan keselamatan dan

efisiensi produksi yaitu :

1. Menciptakan keadaan yang aman untuk berjalan di lantai produksi,

tangga-tangga, tempat dan daerah kerja, lorong-lorong dan

sebagainya.

2. Sediakan lantai yang cukup bagi mesin dan peralatan.

3. Upayakan pencapaian seaman mungkin ke setiap tempat yang

menjadi tujuan tenaga kerja.

4. Fasilitas transportasi yang harus di sertai perlengkapan keselamatan.

5. Mengisolasi daerah-daerah yang berbahaya.

6. Tersedianya alat-alat pemadam kebakaran yang memadai pada

berbagai tempat yang rawan kebakaran.

Cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan

menggunakan peralatan pelindung diri pada jenis pekerjaan di lapangan.

Alat-alat pelindung diri meliputi :

1. Kaca mata biasa dan kaca mata khusus bagi pekerja yang ada di

Engineering Department, Khususnya bagian pengelasan.

2. Pelindung telinga khusus digunakan bagi pekerja yang mendapatkan

kebisingan dari mesin-mesin dan peralatan produksi.

3. Sepatu pengaman berupa sepatu bots untuk melindungi pekerja dari

kecelakaan yang disebabkan oleh benda berat, paku atau benda tajam,

(40)

4. Sarung tangan khusus untuk melindungi tangan si pekerja dari tusukan,

sayatan, terkena benda panas, bahan kimia, aliran listirk dan sebagainya.

Ini banyak digunakan di bagian Pengelasan.

5. Pelindung pernafasan berupa masker khusus untuk melindungi pekerja

dari terhirupnya zat-zat kimia di bagian produksi.

Khusus untuk Fire Protection, perusahaan menyediakan alat

pemadam pada tempat-tempat yang rawan kebakaran. Untuk pengamanan

arus listrik maka saklar-saklar harus ditempatkan pada posisi yang mudah

dijangkau dan tertutup, sekring harus pada panel tertutup, kabel listrik harus

dipasang yang bagus agar tidak terjadi korslet antar kabel dan putuskan

listrik bila terjadi hal-hal yang membahayakan keselamatan pekerja.

2.5.4. Waste Treatment

PT. Rolimex Kimia Nusa Mas hanya memiliki satu jenis limbah yaitu jenis

limbah padat berupa debu yang berukuran sangat kecil, dimana debu ini sangat

menggangu bagi kesehatan pekerja yang berada di sekitar pabrik, oleh karena itu

dari pihak pabrik mewajibkan pemakaian masker kepada setiap pekerja ataupun

orang lain yang masuk kedalam wilayah pabrik. Namun walaupun demikian debu

ini tidak begitu mengganggu terhadap lingkungan di luar pabrik, hal ini

disebabkan proses produksi berada di dalam areal gedung pabrik. Gangguan debu

(41)

kepada seluruh pekerja guna memudahkan para pekerja untuk selalu

(42)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance

3.1.1. Pengertian Maintenance

Suatu industri manufaktur mesin-mesin dan peralatan yang telah tersedia

dan siap pakai dibutuhkan setiap saat proses produksi akan dimulai. Fungsi

mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi tersebut akan mengalami

kerusakan sejalan dengan semakin menurunnya kemampuan mesin/peralatan

tersebut, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan

perbaikan secara berkala melalui suatu aktivitas pemeliharaan yang tepat.

Menurunnya kemampuan mesin/peralatan ada dua jenis, yakni :

1. Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan secara alami akibat terjadi pemburukan/keausan pada fisik mesin/peralatan selama waktu

pemakaian walaupun penggunaannya secara benar.

2. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan akibat

kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat

pemburukan/keausan mesin/peralatan karena mengakibatkan tindakan dan

perlakuan yang tidak seharusnya dilakukan terhadap mesin/peralatan.

Kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan dapat terjadi karena banyak

(43)

dibutuhkan cara dan metode untuk mengantisipasinya dengan melakukan kegiatan

pemeliharaan mesin/peralatan.

Pemeliharaan adalah semua tindakan teknis dan administratif yang

dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap baik dan dapat

melakukan segala fungsinya dengan baik, efisien, dan ekonomis sesuai dengan

tingkat keamanan yang tinggi. Sedangkan menurut Assauri1

Pada dasarnya hasil yang diharapkan dari kegiatan pemeliharaan

mesin/peralatan (equipment maintenance) mencakup dua hal sebagai berikut

, menyatakan

pemeliharaan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan

dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar

terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang

direncanakan.

2

1. Condition maintenance yaitu mempertahankan kondisi mesin/peralatan agar berfungsi dengan baik sehingga komponen-komponen yang terdapat dalam

mesin juga berfungsi sesuai dengan umur ekonomisnya.

:

2. Replacement maintenance yaitu melakukan tindakan perbaikan dan penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang

telah direncanakan sebelum kerusakan terjadi.

1 Assauri, Sofyan., Manajemen Produksi, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1980 p. 88

(44)

3.1.2. Tujuan Maintenance

Maintenance dilakukan pada mesin/peralatan dengan maksud agar tujuan

komersil perusahaan dapat tercapai dan juga kegiatan maintenance yang

dilakukan adalah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya

kerusakan yang terlalu cepat dimana kerusakan tersebut bisa saja dikarenakan

keausan akibat pengoperasian yang salah. Karena maintenance adalah kegiatan

pendukung bagi kegiatan komersil, maka seperti kegiatan lainnya, maintenance

harus efektif, efisien dan berbiaya rendah. Dengan adanya kegiatan maintenance

ini, maka mesin/peralatan produksi dapat digunakan sesuai dengan rencana dan

tidak mengalami kerusakan selama jangka waktu tertentu yang telah direncanakan

tercapai.

Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain :

1. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin/peralatan

2. Menjaga agar setiap mesin/peralatan dalam kondisi baik dan dalam keadaan

dapat berfungsi dengan baik

3. Dapat menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk

produksi

4. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan

dalam keadaan darurat setiap waktunya

5. Memaksimumkan ketersediaan semua mesin/peralatan sistem produksi

(45)

3.2. Jenis-jenis Maintenance

3.2.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)

Planned maintenance (pemeliharaan terencana) adalah pemeliharaan yang diorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan

pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena

itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan

pengawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui

informasi dari catatan riwayat mesin/peralatan.

Konsep planned maintenance ditujukan untuk dapat mengatasi masalah

yang dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan maintenance. Komunikasi

dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk

mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance

antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan

perbaikan, dan lain-lain.

Pemeliharaan terencana (planned maintenance) terdiri dari tiga bentuk

pelaksanaan, yaitu :

a. Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)

Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan) adalah

tindakan-tindakan maintenance yang dilakukan ketika dan selama mesin/peralatan sedang

beroperasi dengan baik, sebelum mesin/peralatan tersebut rusak yang bertujuan

untuk menjaga agar mesin/peralatan tidak rusak dan mendeteksi gejala akan

terjadinya kerusakan secara dini, sehingga dapat bertindak untuk mengadakan

(46)

Gambaran yang diperoleh dari pengertian di atas adalah bahwa kegiatan

pemeliharaan pencegahan yang paling penting adalah pemeriksaan (inspection),

yang meliputi pemeriksaan terhadap semua mesin/peralatan produksi yang sesuai

dengan rencana dan pembuatan laporan-laporan dari hasil pemeriksaan.

Dengan demikian semua fasilitas produksi yang dikenai preventive

maintenance akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses

produksi pada setiap saat. Sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suatu

rencana dan jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana

produksi yang lebih tepat.

b. Corrective Maintenance (Pemeliharaan Perbaikan)

Corrective maintenance (pemeliharaan perbaikan) adalah suatu kegiatan

maintenance yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan

pada mesin/peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Corrective

maintenance menuntut para operator yang mengoperasikan mesin/peralatan untuk melaksanakan dua hal yang mencakup:

1. Mencatat hasil yang diperoleh dari inspeksi harian mencakup semua

kerusakan-kerusakan yang timbul secara detil dan terperinci.

2. Secara aktif ikut berperan untuk memberikan ide-ide yang membangun

bertujuan pencegahan terjadinya kerusakan mesin/peralatan dan

(47)

c. Predictive Maintenance (Pemeliharaan Perbaikan)

Predictive maintenance adalah tingkatan-tingkatan mainetenance yang dilakukan pada tanggal yang telah ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa

dan evaluasi data operasi yang diambil pada interval-interval waktu tertentu. Data

rekaman yang untuk melakukan predictive maintenace itu dapat berupa data

getaran, temperatur, vibrasi, flow rate dan lain-lainnya. Perencanaan predictive

maintenance dapat dilakukan berdasarkan laporan oleh operator lapangan yang

diajukan melalui work order ke departemen maintenance untuk dilakukan

tindakan yang tepat sehingga tidak akan merugikan perusahaan.

3.2.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana)

Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown/emergency maintenance. Breakdown/emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah

tindakan maintenance yang tidak akan dilakukan pada mesin/peralatan yang

masih dapat beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat

berfungsi lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini,

diharapkan penerapan pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur

pakai dari mesin/peralatan, dan dapat memperkecil frekuensi kerusakan.

3.2.3. Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri)

(48)

dilaksanakan oleh operator untuk memelihara mesin/peralatan yang mereka

tangani sendiri. Prinsip-prinsip yang terdapat pada 5 S, merupakan prinsip yang

mendasari kegiatan autonomous maintenance, yaitu :

1. Seiri (clearing up) ; Memilah benda-benda yang tidak diperlukan

2. Seiton (organizing) ; Menempatkan benda-benda yang diperlukan dengan rapi

3. Seiso (cleaning) ; Membersihkan peralatan dan tempat kerja

4. Seikatsu (standarizing) ; Membuat standar kebersihan, pelumasan dan

inspeksi

5. Shitsuke (training and discipline) ; Meningkatkan skill dan moral

Autonomous maintenance diimplementasikan melalui 7 langkah yang akan membangun keahlian yang dibutuhkan operator agar mereka mengetahui tindakan

apa yang seharusnya dilakukan.

Tujuh langkah kegiatan yang terdapat dalam autonomous maintenance adalah :

1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect)

2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan (draw up cleaning and

lubricating standards)

3. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau (eliminate

problem and inaccesible area)

4. Melaksanakan pemeliharaan mandiri (conduct autonomous maintenance)

5. Melaksanakan pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspections)

(49)

3.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance

Maintenance adalah untuk dapat memelihara reliabilitas sistem pengoperasian pada tingkat yang dapat diterima dan tetap memaksimumkan laba

dan meminimumkan biaya. Maintenance yang cenderung untuk memperbaiki

reliabilitas sistem, termasuk pada kategori kebijaksanaan pokok yang dapat

diperinci sebagai berikut :

1. Kebijaksanaan yang cenderung untuk mengurangi frekuensi kerusakan

peralatan produksi

2. Kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk kegiatan pemeliharaan dilaksanakan

dengan mempertimbangkan dua hal yaitu penggantian mesin/peralatan dan

pelaksanaan reperasi serta didukung oleh keahlian dan keterampilan teknikal.

Penggantian peralatan tersebut harus berdasarkan pada :

a. Perhitungan terhadap semua faktor biaya.

b. Analisa nilai ekonomis mesin/peralatan lama dan mesin/peralatan baru.

c. Cadangan mesin/peralatan yang harus segera dimanfaatkan.

Seluruh kegiatan maintenance dapat digolongkan ke dalam salah satu dari

lima tugas pokok berikut, yaitu :

1. Inspeksi (Inspection)

Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara

berkala (routine schedule check) terhadap mesin/peralatan sesuai dengan rencana

yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai fasilitas

(50)

2. Kegiatan Teknik (Engineering)

Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru

dibeli, dan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti,

serta melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan

komponen atau peralatan, juga berusaha untuk mencegah timbulnya seminimal

mungkin terjadinya kerusakan

3. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya,

yaitu memperbaiki mesin/peralatan produksi.

4. Kegiatan Administrasi

Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan

kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan schedulling, yaitu rencana

kapan suatu mesin/peralatan tersebut harus diperiksa, diservis dan diperbaiki.

5. Pemeliharaan Bangunan

Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan yang tidak termasuk

dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenance.

3.4. Total Productive Maintenance (TPM)

3.4.1. Pendahuluan

(51)

dengan PM dan pertama kali diterapkan oleh industri-industri manufaktur di

Amerika Serikat dan pusat segala kegiatannya ditempatkan pada satu departemen

yang disebut dengan maintenance department.

Preventive maintenance mulai dikenal pada tahun 1950-an, yang kemudian berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi yang ada dan

kemudian pada tahun 1960-an muncul apa yang disebut dengan productive

maintenance. Total productive maintenance (TPM) mulai dikembangkan pada tahun 1970-an pada perusahaan Nippondenso Co. di negara Jepang yang

merupakan pengembangan konsep maintenance yang diterapkan pada perusahaan

industri manufaktur Amerika Serikat yang disebut preventive maintenance.

Mempertahankan kondisi mesin/peralatan yang mendukung pelaksanaan proses

produksi merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan pemeliharaan

unit produksi. Tujuan dari pemeliharaan produktif (productive maintenance)

adalah untuk mencapai apa yang disebut dengan profitable PM3.

3.4.2. Pengertian Total Productive Maintenance (TPM)

TPM adalah hubungan kerjasama yang erat antara perawatan dan

organisasi produksi secara menyeluruh yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas produk, mengurangi waste, mengurangi biaya produksi, meningkatkan

kemampuan peralatan dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada

(52)

perusahaan manufaktur. Secara menyeluruh definisi dari total productive maintenance menurut Nakajima mencakup lima elemen berikut4

1. TPM bertujuan untuk menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM)

untuk memperpanjang umur penggunaan mesin/peralatan. :

2. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektivitas mesin/peralatan secara

keseluruhan (overall effectiveness)

3. TPM dapat diterapkan pada berbagai departemen (seperti engineering, bagian

produksi, bagian maintenance)

4. TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkatan manajemen tertinggi

hingga para karyawan/operator lantai pabrik.

5. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan PM

melalui manajemen motivasi : autonomous small group activities.

Kunio Shirose5

a. Mengeliminasi kerusakan mesin/peralatan, cacat produk dan kerugian lainnya

yang diakibatkan oleh mesin.

, dalam buku TPM Team Guide mendefinisikan TPM

sebagai aktifitas yang bertujuan untuk :

b. Meningkatkan efektivitas mesin/peralatan

c. Meningkatkan laba bagi perusahaan dan

d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

Subjek utama yang menjadi ide dasar dari kegiatan TPM adalah manusia

(53)

menggunakan peralatan dan orang lain yang memperbaiki” harus diubah menjadi

“saya merawat peralatan saya sendiri.” Untuk itu para karyawan dituntut untuk

dapat belajar menggunakan dan merawat mesin/peralatan dengan baik dan dengan

demikian perlu dipersiapkan suatu sistem pelatihan (training) yang baik.

3.4.3. Manfaat dari Total Productive Maintenance(TPM)

Manfaat dari penerapan TPM secara sistematik dalam rencana kerja jangka

panjang pada perusahaan pada khususnya menyangkut faktor-faktor berikut6

1. Peningkatan produktivitas dengan menggunakan prinsip-prinsip TPM akan

meminimalkan kerugian-kerugian pada perusahaan.

:

2. Meningkatkan kualitas dengan TPM, meminimalkan kerusakan pada

mesin/peralatan dan downtime mesin dengan metode yang terfokus.

3. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati, karena produksi yang tanpa

gangguan akan lebih mudah untuk dilaksanakan.

4. Biaya produksi rendah karena rugi-rugi dan pekerjaan yang tidak memberi

nilai tambah dapat dikurangi.

5. Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja lebih baik.

6. Meningkatkan motivasi tenaga kerja, karena hak dan tanggung jawab

didelegasikan pada tiap orang.

(54)

3.5. Analisis Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar)

Kegiatan dan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam TPM tidak hanya

berfokus pada pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin/peralatan dan

meminimalkan downtime mesin/peralatan. Akan tetapi banyak faktor yang dapat

menyebabkan kerugian akibat rendahnya efisiensi mesin/peralatan saja.

Rendahnya produktivitas mesin/peralatan yang menimbulkan kerugian bagi

perusahaan sering diakibatkan oleh penggunaan mesin/peralatan yang tidak efektif

dan efisien terdapat dalam enam faktor yang disebut enam kerugian besar (six big

losses). Menurut Gaspertz7

Menggunakan mesin/peralatan seefisien mungkin artinya adalah

memaksimalkan fungsi dari kinerja mesin/peralatan produksi dengan tepat guna , efisiensi adalah ukuran yang menunjukka n bagaimana

sebaiknya sumber-sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk

menghasilkan output. Efisiensi merupakan karakteristik proses yang mengukur

performansi aktual dari sumber daya relatif terhadap standar yang ditetapkan.

Sedangkan efektivitas merupakan karakteristik lain dari proses yang mengukur

derajat pencapaian output dari sistem produksi. Efektivitas diukur dari rasio

output actual terhadap output yang direncanakan. Dalam era persaingan bebas

saat ini pengukuran sistem produksi yang hanya mengacu pada kuantitas output

semata akan dapat menyesatkan (misleading), karena pengukuran ini tidak

memperhatikan karakateristik utama dari proses yaitu : kapasitas, efisiensi dan

(55)

yang digunakan maka perlu dilakukan analisis produktivitas dan efisiensi

mesin/peralatan pada six big losses. Adapun enam kerugian besar (six big losses)

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Downtime

a. Equipment Failure (breakdowns) b. Set-up and adjustment

2. Speed losses :

a. Idling and minor stoppages b. Reduced speed

3. Defect

a. Process defect b. Reduced yield losses

.

3.6. OEE (Overall Equipment Effectiveness)

Overall equipment effectiveness (OEE) merupakan produk dari six big losses pada mesin/peralatan. Keenam faktor dalam six big losses seperti telah dijelaskan di atas, dapat dikelompokkan menjadi tiga komponen utama dalam

OEE untuk dapat digunakan dalam mengukur kinerja mesin/peralatan yakni,

(56)

6 Reduced yield

5 Defect in process

4 Reduced speed

3 Iddling and minor

stoppages 2 Setup and adjusment

1 Equipment failure

SIX BIG LOSESS EQUIPMENT

Loading Time

Operating Time Downtime Losess

Net Operating Time

CALCULATION OF OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS

Speed Losess Defect Losess Valuable Operating Time (e.g.)

Availability =loading time - downtime loading time X 100

Availability = 460 mins - 60 mins.

460 mins X 100 = 87%

(e.g.) Performance

efficiency

theoretical cycle time x processed amount

operating time X 100 =

Performance efficiency

0,5 mins./unit x 400 units

400 mins. X 100 = 50% =

(e.g.) Rate of quality

products

processed amount - defect amount

processed amount X 100 =

Rate of quality products

400 units - 8 units

400 units X 100 = 98% =

= Availability × Performance Efficiency × Rate of Quality Products Overall Equipment

Effectiveness

Gambar 3.1. Overall Equipment Effectiveness and Goals

Overall equipment effectiveness (OEE) merupakan ukuran menyeluruh yang mengindikasikan tingkat produktivitas mesin/peralatan dan kinerjanya secara

teori. Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui area mana yang perlu

untuk ditingkatkan produktivitas ataupun efisiensi mesin/peralatan dan juga dapat

menunjukkan area bottleneck yang terdapat pada lintasan produksi. OEE juga

merupakan alat ukur untuk mengevaluasi dan memberikan cara yang tepat untuk

menjamin peningkatan produktivitas penggunaan mesin/peralatan.

Formula matematis dari overall equipment effectiveness (OEE)

dirumuskan sebagai berikut :

[image:56.596.114.507.112.367.2]
(57)

Kondisi operasi mesin/peralatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan

jika hanya didasarkan pada perhitungan satu faktor saja, misalnya performance

efficiency saja. Enam faktor pada six big losses baru minor stoppages saja yang

dihitung pada performance efficiency mesin/peralatan. Rugi-rugi lainnya belum

dihitung. Keenam faktor dalam six big losses harus diikutkan dalam perhitungan

OEE, kemudian kondisi aktual dari mesin/peralatan dapat dilihat secara akurat.

1. Availability

Availability merupakan rasio operation time terhadap waktu loading

timenya. Sehingga untuk dapat menghitung availability mesin dibutuhkan

nilai-nilai dari :

1. Operation time

2. Loading time

3. Downtime

Nilai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% 100 x time loading

time operation ty

Availabili =

% 100 time

loading

down time

time ty

Availabili = loading x

Loading time adalah waktu yang tersedia (availability time) perhari atau

perbulan dikurangi dengan waktu downtime mesin yang direncanakan (planned

downtime).

(58)

Planned downtime adalah jumlah waktu downtime yang telah

direncanakan dalam rencana produksi termasuk didalamnya waktu downtime

mesin untuk pemeliharaan (scheduled maintenance) atau kegiatan manajemen

lainnya.

Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu

downtime mesin (non-operation time), dengan kata lain operation time adalah

waktu operasi yang tersedia (available time) setelah waktu-waktu downtime mesin

dikeluarkan dari total available time yang direncanakan. Downtime mesin adalah

waktu proses yang seharusnya digunakan mesin akan tetapi karena adanya

gangguan pada mesin/peralatan (equipment failures) mengakibatkan tidak ada

output yang dihasilkan. Downtime mesin berhenti beroperasi akibat kerusakan

mesin/peralatan, penggantian cetakan (dies), pelaksanaan prosedur set-up dan

adjusment dan lain sebagainya. 2. Performance Effieciency

Performance Effieciency merupakan hasil perkalian dari operating speed

rate dan net operating speed, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan

dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk

melakukan proses produksi (operation time)

Operating speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal

mesin sebenarnya (theoretichal/ideal cycle time) dengan kecepatan aktual mesin

(59)

time operation time processing actual rate operation Net =

Net operating time merupakan perbandingan antara jumlah produk yang

diproses (processed amount) dikalikan dengan actual cycle time dengan operation

time. Net operating time berguna untuk menghitung rugi-rugi yang diakibatkan

oleh minor stoppages dan menurunnya kecepatan produksi (reduced speed).

Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk menghitung Performance efficiency :

1. Ideal cycle time (waktu siklus ideal/waktu standar) 2. Processed amount (jumlah produk yang diproses) 3. Operation time (waktu operasi mesin)

Performancy effieciency dapat dihitung sebagai berikut :

time cycle actual time cycle ideal x time operating time cycle actual x amount processed rate speed operating x operating net efficiency e Performanc = = 100% x time operation time cycle ideal amount x processed efficiency= e Performanc

3. Rate of Quality Products

Rate of quality products adalah rasio jumlah produk yang baik terhadap

jumlah total produk yang diproses. Jadi Rate of quality products adalah hasil

perhitungan dengan menggunakan dua faktor berikut :

(60)

2. Defect amount (jumlah produk yang cacat)

Rate of quality products dapat dihitung sebagai berikut :

100% x amount

processed

amount defect

-amount processed

products quality

Gambar

Tabel 1.1. Perawatan mesin pada bulan Maret 2008
Gambar 2.2. Blok Diagram proses produksi pengantongan pupuk
Gambar 3.1. Overall Equipment Effectiveness and Goals
Gambar 3.2. Diagram Sebab Akibat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun berdeda yang terjadi saat dilapangan, terkhusus pada mesin yang menjadi objek penelitian dimana mesin tidak boleh mengalami istirahat/berhenti dengan

dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu mesin atau sistem produksi supaya dapat beroperasi secara maksimal (Ginting, 2009). PT.Hartono Istana Teknologi

Salah satu mesin yang digunakan adalah mesin Bottle Washer, dimana mesin Bottle Washer ini sering mengalami kerusakan (breakdowns) yang tinggi dibandingkan mesin lainnya

Cacat produk gula yang disebabkan kerusakan proses putaran, yaitu dari stasiun sentrifugal bagian mesin puteran high grade fugal. Nilai tersebut menunjukkan bahwa OEE mesin

menggunakan metode OEE ini ada terdapat enam penyebab kerugian yang disebut dengan Six Big Losses yaitu diantaranya : kerusakan peralatan, persiapan peralatan, gangguan

Tahap pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produksi pada perusahaan ini adalah dengan melakukan pengukuran efektivitas mesin laminating I dengan menggunakan metode

Setiap mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan mengalami kerusakan sejalan dengan semakin menurunnya kemampuan mesin dan peralatan..

Six big losses dihitung untuk mengetahui overall equipment effectiveness (OEE) dari suatu peralatan agar dapat diambil langkah-langkah untuk perbaikan mesin tersebuta.