• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi di PT. Sinar Sosro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi di PT. Sinar Sosro"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 1

Daftar spesifikasi mesin produksi di PT. Sinar Sosro

Bagian Water Treatment

a. Sand Filter

Tinggi Tangki : 180 cm Diameter Tangki : 81 cm Kapsitas Tangki : 3000 liter Isi Media : Pasir kuarsa

Kegunaan : Untuk menyaring material berat dari air sumur

Cara kerja : Air dialirkan melalui tangki melalui lubang pemasukan yang terdapat di dinding bagian atas tangki yang berisi pasir. Di bagian dasar dalam tabung terdapat tabung besi anti karat berlubang banyak. Material kasar yang lolos dari pengendapan di sumur reservoir akan tertahan di lapisan pasir yang mempunyai kerapatan tinggi.

b. Carbon Filter

(3)

Kegunaan : Untuk menyaring material halus, bau, warna alami dari air sumur agar menjadi bening dan tidak berbau.

Cara kerja : Cara kerja carbon filter ini sama dengan sand filter, yang membedakan adalah zat penyaring yang digunakan yaitu serbuk arang karbon (hidrodorco) yang fungsinya untuk menahan karbon aktif supaya tidak dibawa air.

c. Softener

Tinggi Tangki : 180 cm Diameter Tangki : 81 cm Kapasitas Tangki : 2000 liter Isi Media : Amberlite Resin Volume Resin : 1500 liter

Kegunaan : Untuk menghilangkan kesadahan air

Cara kerja : Cara kerja carbon filter ini sama dengan sand filter dan

carbon filter, yang membedakan adalah zat penyaring yang

digunakan yaitu : serbuk resin penukar ion d. Buffer Tank

(4)

Bagian Kitchen Tea

1. Sugar tank

Kapasitas : 1500 liter

Kegunaan : Untuk membuat sirup gula

Cara kerja : Gula dan air dimasukkan melalui pengumpan dan dipompa masuk ke dalam tangki. Koil panas yang melingkar di sekeliling tangki akan mendidihkan larutan air gula hingga homogen. Panas koil diperoleh dari uap yang berasal dari boiler.

2. Extract Tea Tank

Kapasitas : 6000 liter

Kegunaan : Untuk menyeduh daun teh menjadi extract

Cara kerja : Daun teh yang dimasukkan melalui feeding berupa pintu yang terdapat di dinding tangki. Pintu ditutup dan dikunci dengan pengunci ulir. Setelah daun teh dimasukkan kemudian kran pemasukan air panas dibuka yang mengalirkan air mendidih berasal dari plate heat exchanger. 3. Mix Tank

Kapasitas : 6000 liter

(5)

Cara kerja : Extract Tea dan sirup yang telah disaring akan dialirkan ke

Mix Tank untuk dicampur. Pertama sekali dimasukkan sirup

yang kemudian disusul extract Tea dan diukur kemanisannya. Koil yang terdapat di sekeliling Mix Tank akan mempertahankan suhu teh cair manis tetap dalam kondisi panas.

4. Plate Heat Exchange (PHE)

Merk : Alva Laval

Type : M6-MFM

Kegunaan : Menghasilkan air panas untuk bahan baku penyeduhan daun teh.

Cara kerja : Di dalam mesin terdapat plate yang disusun selang-seling, di dalam plate terdapat saluran uap panas untuk mengalirkan uap dari boiler. Air segar yang telah melalui penyaringan di water treatment akan mengalir melaului sela-sela plate. Ketika mengalir air akan menyerap panas

plate hingga air mendidih.

5. Cosmos Filter

Merk : Seitz

(6)

Bagian Bottling Line

1. Decrater

Merk : KHS-Jerman

Type : Innopack PP A1 – 1400 Kapasitas : 750 krat/jam

Kegunaan : Untuk mengeluarkan botol kosong dari krat.

Cara kerja : Krat yang diletakkan ke roller dan didorong menuju mesin. Krat akan mengenai tuas yang berfungsi sebagai

switch yang akan menghidupkan decrater untuk bergerak

mengambil botol kosong dari krat. 2. Bottle Washer

Merk : Seinz Penta

Type : VB Vontana Jerman

Kapasitas : 22.500 krat/jam

Kegunaan : Untuk proses pencucian botol sebelum pengisian TCM

Cara kerja : Mesin pencuci botol beroperasi secara bertahap. Tenaga penggerak yang digerakkan oleh motor elektronik di transfer ke roda-roda gerigi melalui sebuah alat pengatur (regulating drive) dan reduction gear. 3. Filler

Merk : Strok

Type : TCMO 080128

Kapasitas : 22.500 krat/jam

(7)

Cara kerja : Botol yang berada di mulut mesin akan diputar oleh pendorong sampai kedudukannya. Selanjutnya dudukan yang bekerja otomatis akan menaikkan botol ke katup pengisian menggunakan tekanan spring/per ulir. Bersamaan dengan berjalan melingkarnya botol dengan teh cair manis selama waktu yang telah ditentukan. Setelah diisi botol akan diturunkan kembali, setelah turun botol akan didorong ke

chain conveyor untuk dibawa ke mesin crowner.

4. Crowner

Merk : Goudsmit

Type : TCMO 080128

Kapasitas : 22.500 krat/jam

Kegunaan : Untuk menutup botol dengan crown cork.

Cara kerja : Crown cork dimasukkan ke bagian atas mesin. Crown cork itu akan secara otomatis tersusun di relnya yang dapat memegang satu crown cork setiap waktunya. Botol yang otomatis akan terpasang ke botol.

5. Ink Jet Printer

Merk : Marconi data sistem ink

Type : Excel/ 170i/ AF

Kapasitas : 22.500 krat/jam

(8)

Cara kerja : Botol yang dibawa oleh chain conveyor akan diletakkan dengan mesin pencetak dengan sinar infra merah tepat di bagian sisi botol. Jika sensor menerima pantulan sinar yang mengenai sisi botol maka secara otomatis akan menyemprotkan tinta sesuai dengan format yang telah ditentukan di layar mini monitor printer yang berisi tanggal kadaluarsa, jam dan menit produksi.

6. Crater

Merk : KHS-Jerman

Type : Innopack PP E1-1400

Kapasitas : 22.500 krat/jam

Kegunaan : Untuk mengisi Teh Botol Sosro ke dalam krat

Cara kerja : Botol dibawa menuju mesin menggunakan chain

conveyor. Di mulut mesin terdapat penggerak yang lain

mengatur botol hingga tersusun persegi panjang berukuran 4x6 botol. Sensor kemudian akan menggerakkan lengan

crater untuk mengambil botol. Udara akan dipompa ke

slave hingga slave akan menyempit dan menjepit botol.

(9)

Lampiran 2

Daftar spesifikasi peralatan produksi di PT. Sinar Sosro

1. Forklift

Merk : Komatsu

Kapasitas : 3.5 ton

Fungsi` : Membawa dan menyusun peti isi yang disusun di atas pallet dari produksi ke gudang barang jadi dan dari gudang barang jadi ke truk dan membawa karung-karung gula dan teh.

2. Chain Conveyor

Jenis : Metal Plate Lebar : 20 cm Tinggi : 125 cm

Fungsi : Membawa botol melewati seluruh unit mesin pada

bottling line.

3. Reservoir

Kapasitas : 120 cm3

(10)

Lampiran 3

Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab

1. General Manager, merupakan pimpinan tertinggi perusahaan. Bertanggung jawab kepada Direktur Operasi. Tugasnya sebagai berikut:

a. Menentukan garis kebijakan umum dari program kerja perusahaan. b. Bertanggung jawab ke dalam dan ke luar perusahaan.

c. Mengarahkan dan meneliti kegiatan perusahaan.

d. Menerapkan, menyebarkan kebijakan serta mengawasi pelaksanaannya. e. Menyebarkan dan menerapkan kebijaksanaan serta mengawasi

pelaksanaannya.

f. Melaksanakan kontrak kerja dengan pihak luar.

g. Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang didelegasikan kepada manager dan menjalin hubungan kerja yang baik.

h. Bersama manager lain membuat rencana produksi per triwulan.

2. Manager Produksi dan Maintenance (PM), bertanggung jawab kepada General Manager. Tugasnya sebagai berikut:

a. Merencanakan dan mengatur jadwal produksi produk agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan persediaan.

b. Mengadakan pengendalian produksi agar produk sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang ditentukan.

(11)

d. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan. e. Mengatur kegiatan perawatan mesin.

f. Membuat rencana produksi sesuai dengan permintaan pemasaran.

3. Manager Personalia dan Umum, bertanggung jawab kepada General Manager dan atas segala hal yang berhubungan dengan kegiatan yang bersifat umum baik yang berhubungan ke luar maupun ke dalam perusahaan. Tugasnya sebagai berikut:

a. Membantu direktur dalam hal kegiatan administrasi.

b. Mengawasi penggunaan data, barang dan peralatan pada masing-masing departemen.

c. Merekrut dan melatih pegawai baru yang dibutuhkan perusahaan.

d. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas dari kepala-kepala bagian.

e. Mengerjakan administrasi kepegawaian.

4. Kepala Bagian Pembelian, bertanggung jawab kepada Manager Produksi dan PM. Tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pembelian. b. Mengawasi kegiatan administrasi pembelian.

c. Melakukan pembelian barang yang diminta oleh departemen lain.

(12)

a. Membuat laporan keuangan kepada atasan secara berkala tentang penggunaan uang.

b. Mengendalikan budget pendapatan dari belanja perusahaan sesuai dengan hasil yang diharapkan.

c. Bertanggung jawab atas penentuan biaya perusahaan seperti biaya administrasi.

6. Kepala Divisi/Supervisor

Untuk produk Teh Botol Sosro terdapat 3 orang supervisor yang bergantian menurut shift, bertanggung jawab kepada Manager Produksi dan

Maintenance. Tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Memimpin dan mengendalikan kegiatan di bidang produksi.

b. Menyiapkan laporan yang dibutuhkan Manager Produksi mengenai data produksi, jumlah batch produksi, pemakaian bahan dan lain-lain.

c. Bertanggung jawab penuh atas masalah yang timbul di kemudian hari atas produk yang dihasilkan.

d. Menyusun jadwal dan rotasi kerja bagi karyawan produksi yang dipimpinnya.

7. Kepala Gudang, bertanggung jawab kepada Supervisor. Tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinir dan mengawasi pengelolaan persediaan bahan baku. b. Membuat laporan penerimaan, persediaan dan pengeluaran bahan. c. Mengontrol persediaan bahan.

(13)

8. Manager Quality Control, bertanggung jawab kepada General Manager. Tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinir dan mengawasi pengendalian mutu produk.

b. Memberi saran-saran kepada kepala bagian produksi mengenai mutu produk dan keadaan mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi.

9. Kasir, bertanggung jawab kepada Supervisor Accounting dan Finance. Tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Membayar gaji karyawan perusahaan setiap hari, baik waktu berjalan produksi maupun tidak.

b. Membantu atasan dalam hal penerimaan maupun pembayaran perusahaan yang berhubungan dengan keuangan.

c. Mencatat dan melaporkan uang masuk dan keluar kepada atasannya. 10.Keamanan, bertanggung jawab kepada Supervisor Personalia dan Umum.

Tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Menjaga keamanan perusahaan setiap hari, baik waktu berjalan produksi maupun tidak.

b. Mengawasi dan mencatat tamu yang berkunjung ke perusahaan.

11.Analis, bertanggung jawab kepada manajer QC. Tugasnya adalah sebagai berikut:

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ansori, Nachnul., Sistem Perawatan Terpadu (Integrated Maintenance System), Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013.

Gaspertz., Vincent, Manajement Productivitas Total Gramedia, Jakarta, 1998 Heizer, Render, Manajemen Operasi, Penerbit Selembah Empat, Yogyakarta,

2013.

Leflar, James A., Practical TPM, Succesful Equipment at Agileent Technologies, Productivity Press, Portland, Oregon, 2001 p.18

Tecnologies, Productivity Press, Portland, Oregon, 2001

Nakajima, S., Introduction to Total Productive Maintenance, Cambridge, MA, Productivity Press, Inc., 1988

Shirose, kunio, TPM Team Guide, Productivity Press, Inc., Portland, Oregon, 1995

Sofjan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1999.

Sukaria, S. Metode Penelitian, Edisi 3; USU Press, 2013.

(25)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance 3.1.1. Pengertian Maintenance

Suatu industri manufaktur mesin-mesin dan peralatan yang telah tersedia dan siap pakai dibutuhkan setiap saat proses produksi akan dimulai. Fungsi mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi tersebut akan mengalami kerusakan sejalan dengan semakin menurunnya kemampuan mesin/peralatan tersebut, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan secara berkala melalui suatu aktivitas pemeliharaan yang tepat. Menurunnya kemampuan mesin/peralatan The Japan Institute of Plan

Maintenance ada dua jenis, yakni1

Kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan dapat terjadi karena banyak sebab dan terjadi pada waktu yang berbeda sepanjang umur mesin/peralatan

:

1. Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan secara alami akibat terjadi pemburukan/keausan pada fisik mesin/peralatan selama waktu pemakaian walaupun penggunaannya secara benar.

2. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan akibat kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat pemburukan/keausan mesin/peralatan karena mengakibatkan tindakan dan perlakuan yang tidak seharusnya dilakukan terhadap mesin/peralatan.

1

(26)

tersebut digunakan. Oleh karena itulah dalam usaha mencegah dan berusaha untuk menghilangkan kerusakan yang mungkin timbul ketika proses produksi berjalan, dibutuhkan cara dan metode untuk mengantisipasinya dengan melakukan kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan. Pemeliharaan adalah semua tindakan teknis dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap baik dan dapat melakukan segala fungsinya dengan baik, efisien, dan ekonomis sesuai dengan tingkat keamanan yang tinggi. Sedangkan menurut Assauri2

Pada dasarnya hasil yang diharapkan dari kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan (equipment maintenance) mencakup dua hal sebagai berikut

, menyatakan pemeliharaan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.

3

2

Assauri, Sofyan., Manajemen Produksi, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1980 p. 88

3

Leflar, James A., Practical TPM, Succesful Equipment at Agilent Technologies, Productivity Press, Portland, Oregon, 2001 p.18

: 1. Condition maintenance yaitu mempertahankan kondisi mesin/peralatan agar

berfungsi dengan baik sehingga komponen-komponen yang terdapat dalam mesin juga berfungsi sesuai dengan umur ekonomisnya.

(27)

3.1.2. Tujuan Maintenance

Maintenance dilakukan pada mesin/peralatan sebuah perusahaan dengan

maksud agar tujuan komersil perusahaan tersebut tercapai, dan juga kegiatan

maintenance yang dilakukan adalah untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan

seperti terjadinya kerusakan yang terlalu cepat dimana kerusakan tersebut bisa saja berasal dari keausan dan ketuaan akibat pengoperasian yang salah. Karena

maintenance adalah kegiatan pendukung bagi tujuan komersial, maka seperti

kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan berbiaya rendah. Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin/peralatan produksi dapat digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama mesin/peralatan tersebut dipergunakan atau sebelum jangka waktu yang telah direncanakan tercapai. Beberap tujuan maintenance yang utama diantaranya:

a. Menjaga agar setiap mesin/peralatan dalam sistem produksi berada dalam kondisi baik dan dalam keadaan berfungsi dengan baik.

b. Untuk memperpanjang umur manfaat dari mesin/peralatan.

c. Memaksimumkan ketersediaan semua mesin/peralatan yang dipasang untuk produksi (mengurangi downtime).

d. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi.

e. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktunya.

(28)

3.2. Jenis-jenis Maintenance

Kegiatan maintenance (pemeliharaan) yang dilakukan dalam suatu perusahaan pabrik dapat dibedakan atas dua macam yaitu planned maintenance (pemeliharaan terencana) dan unplanned maintenance (pemeliharaaan tak terencana).

3.2.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)

Planned maintenance (pemeliharaan terencana) adalah pemeliharaan yang

diorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan pengawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui informasi dari catatan riwayat mesin/peralatan.

Konsep planned maintenance ditujukan untuk dapat mengatasi masalah yang dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan maintenance. Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan perbaikan, dan lain-lain.

Keuntungan dilakukannya Planned Maintenance antara lain :

(29)

c. Meningkatkan efisiensi mesin/peralatan serta penjadwalan tenaga kerja yang lebih efektif.

d. Mengurangi jumlah mesin untuk stand by dan jumlah persediaan suku cadang.

e. Distribusi pekerjaan antara tenaga kerja secara seimbang f. Mengurangi jam lembur

g. Dapat menstandarkan prosedur kerja, biaya dan waktu menyelesaikan pekerjaan.

h. Dapat meningkatkan produksi dan penghematan biaya.

Kerugian dilaksanakan planned maintenance antara lain adalah : a. Biaya awal untuk pembentukan Preventive maintenance yang tinggi.

b. Dengan planned maintenance mesin/peralatan akan lebih sering

diperiksa/ditangani dan jika salah penanganan justru dapat menimbulkan kerugian.

c. Pemakaian suku cadang ternyata lebih baik, karena komponen yang kondisinya menurun tidak ditunggu sampai betul-betul rusak.

Pemeliharaan terencana (planned maintenance) terdiri dari tiga bentuk pelaksanaan, yaitu :

a. Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)

Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan) adalah

(30)

terjadinya kerusakan secara dini, sehingga dapat bertindak untuk mengadakan perbaikan sebelum mesin/peralatan mengalami breakdowns.

Gambaran yang diperoleh dari pengertian di atas adalah bahwa kegiatan pemeliharaan pencegahan yang paling penting adalah pemeriksaan (inspection), yang meliputi pemeriksaan terhadap semua mesin/peralatan produksi yang sesuai dengan rencana dan pembuatan laporan-laporan dari hasil pemeriksaan.

Dengan demikian semua fasilitas produksi yang dikenai preventive

maintenance akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam

kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat. Sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suatu rencana dan jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi yang lebih tepat.

Secara umum tujuan dari preventive maintenance adalah :

1. Meminimumkan downtime serta meningkatkan kehandalan mesin/peralatan dan agar menjaga mesin/peralatan dapat berfungsi tanpa gangguan.

2. Meningkatkan efisiensi dan umur ekonomis mesin/peralatan. Menurut The Japan Institute of Plant Maintenance4

4

The Japan Institute of Plan Maintenance, TPM for Every Operator, Shopflor Series. Productivity Pres, Inc., Porland, Oregon, 1996.p.5

, tujuan dari preventive

maintenance adalah untuk menjaga supaya mesin-mesin produksi yang digunakan

(31)

1. Pemeliharaan harian untuk mencegah terjadinya pemburukan (deterioration) mesin meliputi kegiatan membersihkan (cleaning), memeriksa (checking, pelumasan (lubricating) dan pengencangan baut/mur mesin (tightening).

2. Pemeliharaan berkala (periodic inspection) untuk mencari gejala memburuknya kondisi mesin yang mungkin terjadi.

3. Melaksanakan perbaikan (restorations) jika terdapat kerusakan pada mesin ataupun melakukan perbaikan untuk mencegah kerusakan yang mungkin timbul sebelum terjadi.

Kegiatan preventive maintenance sangat penting bagi mesin/peralatan produksi yang bersipat kritis (critical unit). Sebuah mesin/peralatan produksi termasuk dalam critical unit apabila :

1. Kerusakan mesin/peralatan akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan dan akan dapat menyebabkan kemacetan proses produksi.

2. Kerusakan mesin/peralatan akan membahayakan keselamatan atau kesehatan para pekerja.

3. Modal yang ditanamkan pada mesin/peralatan tersebut atau harga dari mesin/peralatan tersebut mahal.

Ciri-ciri preventive maintenance antara lain : 1. Maintenance dilakukan ini terencana dan terjadwal.

2. Mesin/peralatan yang akan dirawat telah teridentifikasi dan telah diuraikan menjadi komponen-komponennya (tertulis dalam daftar).

(32)

4. Sebagian besar kegiatan maintenance dilakukan pada komponen mesin pada keadaan mesin masih bekerja, dan sebagian pada keadaan masih berhenti.

Dalam prakteknya, preventive maintenance yang dilakukan dibedakan atau dua bagian, yaitu :

1. Routine Maintenance (Pemeliharaan Rutin)

Routine Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang

dilakukan secara rutin, setiap hari yang dapat berupa penyetelan (setting), pelumasan mesin selama beberapa menit sebelum digunakan setiap hari. 2. Periodic Maintenance (Pemeliharaan Periodik)

Periodic Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang

dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya seminggu sekali, sebulan sekali, setahun sekali, dengan memakai lamanya jam kerja mesin atau fasilitas produksi tersebut sebagai jadwal pelaksanaannya, misalnya setiap seratus jam kerja mesin, dan seterusnya.

Periodic Maintenance ini dapat berupa pemeriksaan sistem kerja komponen

mesin/peralatan, atau dapat berupa penyetelan dan pemeriksaan katup-katup pemasukan/pengeluaran minyak.

b. Corrective Maintenance (Pemeliharaan Perbaikan)

Corrective maintenance (pemeliharaan perbaikan) adalah suatu kegiatan

maintenance yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan

(33)

maintenance menuntut para operator yang mengoperasikan mesin/peralatan untuk

melaksanakan dua hal yang mencakup5

1. Mencatat hasil yang diperoleh dari inspeksi harian mencakup semua kerusakan-kerusakan yang timbul secara detil dan terperinci.

:

2. Secara aktif ikut berperan untuk memberikan ide-ide yang membangun bertujuan pencegahan terjadinya kerusakan mesin/peralatan dan mengantisipasi kondisi yang memungkinkan akan mengakibatkan kerusakan mesin/peralatan.

c. Predictive Maintenance (Pemeliharaan Perbaikan)

Predictive maintenance adalah tingkatan-tingkatan mainetenance yang

dilakukan pada tanggal yang telah ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan evaluasi data operasi yang diambil pada interval-interval waktu tertentu. Data rekaman yang untuk melakukan predictive maintenace itu dapat berupa data getaran, temperatur, vibrasi, flow rate dan lain-lainnya. Perencanaan predictive

maintenance dapat dilakukan berdasarkan laporan oleh operator lapangan yang

diajukan melalui work order ke departemen maintenance untuk dilakukan tindakan yang tepat sehingga tidak akan merugikan perusahaan.

3.2.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana)

Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown/emergency

maintenance. Breakdown/emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah

tindakan maintenance yang tidak akan dilakukan pada mesin/peralatan yang

5

(34)

masih dapat beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini, diharapkan penerapan pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur pakai dari mesin/peralatan, dan dapat memperkecil frekuensi kerusakan.

3.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance

Maintenance adalah untuk dapat memelihara reliabilitas sistem

pengoperasian pada tingkat yang dapat diterima dan tetap memaksimumkan laba dan meminimumkan biaya. Maintenance yang cenderung untuk memperbaiki reliabilitas sistem, termasuk pada kategori kebijaksanaan pokok yang dapat diperinci sebagai berikut :

1. Kebijaksanaan yang cenderung untuk mengurangi frekuensi kerusakan peralatan produksi.

2. Kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk kegiatan pemeliharaan dilaksanakan dengan mempertimbangkan dua hal yaitu penggantian mesin/peralatan dan pelaksanaan reperasi serta didukung oleh keahlian dan keterampilan teknikal.

Penggantian peralatan tersebut harus berdasarkan pada : a. Perhitungan terhadap semua faktor biaya.

b. Analisa nilai ekonomis mesin/peralatan lama dan mesin/peralatan baru. c. Cadangan mesin/peralatan yang harus segera dimanfaatkan.

(35)

1. Inspeksi (Inspection)

Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala (routine schedule check) terhadap mesin/peralatan sesuai dengan rencana yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai fasilitas mesin/peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.

2. Kegiatan Teknik (Engineering)

Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti, serta melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan komponen atau peralatan, juga berusaha untuk mencegah timbulnya seminimal mungkin terjadinya kerusakan

3. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu memperbaiki mesin/peralatan produksi.

4. Kegiatan Administrasi

Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan schedulling, yaitu rencana kapan suatu mesin/peralatan tersebut harus diperiksa, diservis dan diperbaiki.

5. Pemeliharaan Bangunan

(36)

Pelaksanaan kegiatan maintenance dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :

1. Sentralisasi

a. Mudah berkomunikasi antar bagian bidang keahlian yang beragam. b. Kemungkinan untuk memiliki peralatan canggih yang cukup besar. c. Tingkat keahlian yang dimiliki unit akan lebih tinggi.

d. Fasilitas training dapat diadakan. 1. Desentralisasi

a. Mengurangi waktu perjalanan dari dan ke lokasi perawatan.

b. Mengetahui dan menguasai peralatan dengan lebih mendalam. Perhatian terhadap alat lebih besar sehingga perawatan lebih teliti.

3.4. Total Productive Maintenance (TPM)

3.4.1. Pendahuluan

Manajemen pemeliharaan mesin/peralatan modern dimulai dengan apa yang disebut preventive maintenance yang kemudian berkembang menjadi

productive maintenance. Kedua metode pemeliharaan ini umumnya disingkat

dengan PM dan pertama kali diterapkan oleh industri-industri manufaktur di Amerika Serikat dan pusat segala kegiatannya ditempatkan pada satu departemen yang disebut dengan maintenance department.

Preventive maintenance mulai dikenal pada tahun 1950-an, yang

(37)

maintenance. Total productive maintenance (TPM) mulai dikembangkan pada

tahun 1970-an pada perusahaan Nippondenso Co. di negara Jepang yang merupakan pengembangan konsep maintenance yang diterapkan pada perusahaan industri manufaktur Amerika Serikat yang disebut preventive maintenance. Mempertahankan kondisi mesin/peralatan yang mendukung pelaksanaan proses produksi merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan pemeliharaan unit produksi. Tujuan dari pemeliharaan produktif (productive

maintenance) adalah untuk mencapai apa yang disebut dengan profitable PM

seperti yang terlihat pada Gambar 3.16

Dan untuk bisa mencapai apa yang disebut profitable PM (productive

maintenance) kita harus melaksanakan tindakan-tindakan maintenance yang

mencakup kegiatan-kegiatan sebgai berikut

. Dimana kita tidak hanya berusaha mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan dan cacat yang mungkin terjadi pada mesin/peralatan produksi, tetapi juga melaksanakan semua tindakan maintenance tersebut secara efisien dan ekonomis.

7

1. Preventive Maintenance (mencegah timbulnya kerusakan).

:

2. Corrective Maintenance (melaksanakan pengembangan dan modifikasi pada

mesin/peralatan untuk mencegah kerusakan dan membuat langkah-langkah pelaksanaan perbaikan yang lebih mudah).

3. Maintenance Prevention (merancang dan menciptakan alat yang hanya

membutuhkann sedikit pemeliharaan).

4. Breakdown Maintenance (melaksanakan perbaikan jika terjadi kerusakan).

6

Shirose, Kunio., TPM Team Guide. Productivity Press., Portland, Oregon, 1995.p.4

7

(38)

TPM merupakan pengembangan ide dari productive maintenance atau

profitable PM. TPM berkembang dari kegiatan sistem maintenance tradisional

yang melibatkan semua departemen dan semua orang untuk ikut berpartisipasi dan mengemban tanggung jawab dalam manajemen mesin/peralatan. Aspek yang membedakan TPM dengan PM adalah pemeliharaan mandiri (autonomous

maintenance) ini dilaksanakan oleh operator pada bagian produksi untuk

membantu mereka dapat menangani dan merawat mesin/peralatan mereka sendiri

Gambar 3.1. Diagram Profiable PM

Pada sistem maintenance Amerika (American-style PM), departemen

maintenance adalah bagian yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan PM hal

ini mencerminkan ciri konsep pembagian divisi tenaga kerja yang diatur oleh serikat buruh Amerika. Sedangkan pada Japanese-syle PM, atau juga dikenal sebagai TPM malah sebaliknya tidak tergantung pada departemen maintenance saja tetapi mengandalkan partisipasi dari semua orang pada semua level yang lebih umum disebut pemeliharaan mandiri atau autonomous maintenance by

(39)

3.4.2. Pengertian Total Productive Maintenance (TPM)

TPM adalah hubungan kerjasama yang erat antara perawatan dan organisasi produksi secara menyeluruh yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk, mengurangi waste, mengurangi biaya produksi, meningkatkan kemampuan peralatan dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada perusahaan manufaktur.

Secara menyeluruh definisi dari total productive maintenance menurut Nakajima mencakup lima elemen berikut8

1. TPM bertujuan untuk menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM) untuk memperpanjang umur penggunaan mesin/peralatan.

:

2. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektivitas mesin/peralatan secara keseluruhan (overall effectiveness).

3. TPM dapat diterapkan pada berbagai departemen (seperti engineering, bagian produksi, bagian maintenance).

4. TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkatan manajemen tertinggi hingga para karyawan/operator lantai pabrik.

5. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan PM melalui manajemen motivasi : autonomous small group activities.

Kunio Shirose9

a. Mengeliminasi kerusakan mesin/peralatan, cacat produk dan kerugian lainnya yang diakibatkan oleh mesin.

, dalam buku TPM Team Guide mendefinisikan TPM sebagai aktifitas yang bertujuan untuk :

8

Nakajima, S., Introduction to Total Productive Maintenance, Cambrige, MA, Productivity Press, Inc 1988.p.10

9

(40)

b. Meningkatkan efektivitas mesin/peralatan. c. Meningkatkan laba bagi perusahaan dan d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

Penerapan TPM di perusahaan adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi perusahaan dengan didasarkan atas perbaikan sifat kerja karyawan dan kondisi mesin untuk kemudian mencapai :

a. Tanpa kecelakaan (Zero Accident) b. Tanpa cacat (Zero Depect)

c. Tanpa kerusakan (Zero Failure)

Subjek utama yang menjadi ide dasar dari kegiatan TPM adalah manusia dan mesin. Dalam hal ini diusahakan untuk dapat merubah pola pikir manusia terhadap konsep pemeliharaan yang selama ini biasa dipakai. Pola pikir “saya menggunakan peralatan dan orang lain yang memperbaiki” harus diubah menjadi “saya merawat peralatan saya sendiri.” Untuk itu para karyawan dituntut untuk dapat belajar menggunakan dan merawat mesin/peralatan dengan baik dan dengan demikian perlu dipersiapkan suatu sistem pelatihan (training) yang baik10

Penerapan TPM di perusahaan manufaktur yang utama juga adalah untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan sebagai usaha untuk mengeliminasi kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh tidak efektifnya penggunaan mesin/peralatan yang digunakan untuk mencapai zero losses. Desakan dalam usaha menghilangkan kerugian-kerugian ini merupakan faktor kunci dalam memaksimalkan Overall Equipment Effectiveness (OEE). Untuk

.

10

(41)

mencapai OEE yang tinggi, TPM diterapkan untuk mengeliminasi apa yang disebut “enam kerugian besar (six big losses)” yaitu enam faktor yang menyebabkan rendahnya efisiensi mesin/peralatan, yang termasuk dalam six big

losses adalah equipment Failure, Set-up and Adjustment Losses, Idling and Minor

Stoppage Losses, Reduced Speed Losses, Process Defect Losses, dan Reduced

Yield Losse.11

Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) pada prakteknya berupa pelaksanaan delapan kegiatan utama (pilar) TPM. Delapan pilar TPM bukan merupakan tahapan kegiatan yang harus dilakukan secara berurutan, namun lebih merupakan kegiatan-kegiatan yang berdiri sendiri. Kedelapan pilar TPM tersebut adalah

3.5. Delapan Pilar Total Productive Maintenance (TPM)

12

1. Pemeliharaan Mandiri (Autonomous maintenance) :

2. Peningkatan Pembagian (Partial Improvement) 3. Pemeliharaan Terencana (Planned Maintenance) 4. Pelatihan (Training)

5. Manajemen Mesin dan Produk Baru (Initial Control and Maintenance

Prevention)

6. Pemeliharaan mutu

7. TPM di Lingkungan Kantor (TPM in Office)

11

Nakajima, S., Introduction to Total Productive Maintenance, Cambrige, MA, Productivity Press, Inc 1988.p.14

12

(42)

8. Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (Safety, health and

Environment)

Inti atau elemen dasar dari sistem Total Productive Maintenance (TPM) sebenarnya adalah kegiatan Pemeliharaan Mandiri (Autonomous maintenance) dan kegiatan Peningkatan Pembagian (Partial Improvement). Pemeliharaan Mandiri dimaksudkan untuk mencegah kerusakan dan mempertahankan kondisi sistem agar tetap berjalan dengan baik seperti semula, sedangkan Peningkatan Perbagian dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kemampuan sistem secara keseluruhan.

3.6. Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri)

Autonomous maintenance atau pemeliharaan mandiri merupakan suatu

kegiatan untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh operator untuk memelihara mesin/peralatan yang mereka tangani sendiri13

1. SEIRI (clearing up) : Menyingkirkan benda-benda yang tidak diperlukan .

Prinsip-prinsip yang terdapat pada lima S, merupakan prinsip yang mendasari kegiatan autonomous maintenance, yaitu :

2. SEITON (organazing) : Menempatkan benda-benda yang diperlukan dengan rapi.

3. SEISO (cleaning) : Membersihkan peralatan dan tempat kerja.

13

(43)

4. SEIKATSU (standarizing) : Membuat standar kebersihan, pelumasan dan inspeksi.

5. SHITSUKE (training and discipline) : Meningkatkan skill dan moral.

Adapun beberapa kegiatan mandiri yang dilaksanakan oleh operator mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Inspeksi harian 2. Pelumasan

3. Penggantian Spare-part 4. Perbaikan kerusakan ringan

5. Mengetahui kondisi yang tidak normal (abnormality) pada mesin/peralatan 6. Pemeriksaan mesin/peralatan secara teliti

Pada sistem maintenance tradisional, bagian produksi mengoperasikan mesin/peralatan dengan asumsi bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan mesin/peralatan adalah merupakan tanggung jawab departemen maintenance. Akan tetapi metode ini tidak akan berhasil menghilangkan kerusakan dan cacat yang terjadi pada mesin/peralatan. TPM secara bertahap akan mengeliminasi kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan dengan memberikan pelatihan (training) bagi operator mesin/peralatan sebagai tokoh sentral yang akan melaksanakan preventive maintenance dengan melakukan pemeliharaan mandiri setiap hari.

Autonomous maintenance diimplementasikan melalui 7 langkah yang akan

(44)

pengembangan kegiatan tujuh langkah penerapan autonomous maintenance yang harus dilakukan oleh operator .Tujuh langkah kegiatan yang terdapat dalam

autonomous maintenance adalah14

1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect) :

2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan (draw up cleaning and

lubricating standards).

3. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau (eliminate

problem and inaccessible area).

4. Melakukan pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspection) 5. Melaksanakan pemeliharaan mandiri (conduct autonomous inspections) 6. Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidiness)

7. Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenance).

3.7. Manfaat dari Total Productive Maintenance (TPM)

Manfaat dari penerapan TPM secara sistematik dalam rencana kerja jangka panjang pada perusahaan pada khususnya menyangkut faktor-faktor berikut:

1. Peningkatan produktivitas dengan menggunakan prinsip-prinsip TPM akan meminimalkan kerugian-kerugian pada perusahaan.

2. Meningkatkan kualitas dengan TPM, meminimalkan kerusakan pada mesin/peralatan dan downtime mesin dengan metode yang terfokus.

3. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati, karena produksi yang tanpa gangguan akan lebih mudah untuk dilaksanakan.

14

(45)

4. Biaya produksi rendah karena rugi-rugi dan pekerjaan yang tidak memberi nilai tambah dapat dikurangi.

5. Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja lebih baik.

6. Meningkatkan motivasi tenaga kerja, karena hak dan tanggung jawab didelegasikan pada tiap orang.

Tabel 3.1. Tujuh Langkah Pengembangan Kegiatan Autonomous

Maintenance

No Tindakan Kegiatan

1 Membersihkan dan memeriksa Membersihkan mesin/peralatan untuk menghilangkan debu dan kotoran pada permukaan mesin/peralatan; pelumasan dan pengencangan bagian yang longgar; memeriksa dan memperbaiki kerusakan yang ditemukan

2 Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau

Mencegah kerusakan yang mungkin ditimbulkan oleh debu dan kotoran yang terdapat pada permukaan mesin/peralatan; menemukan cara yang tepat untuk membersihkan bagian yang sukar dijangkau; berusaha mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan dan melumasi mesin/peralatan

3 Membuat standar pembersihan dan pelumasan

(46)

Tabel 3.1. Tujuh Langkah Pengembangan Kegiatan Autonomous

Maintenance (Lanjutan)

No Tindakan Kegiatan

4 Melaksanakan pemeriksaan menyeluruh

Mengikuti instruksi yang terdapat pada petunjuk pemeriksaan mesin/peralatan; memperbaiki kerusakan minor jika ditemukan.

5 Melaksanaan pemeriksaan mandiri

Menggunakan checksheet pemeriksaan dan tetap berusaha mengembangkan kegiatan yang akan dilakukan pada pemeriksaan mandir

6 Pengorganisasian dan kerapian

Menetapkan standar kategori pengawasan yang dilakukan individu di lingkungan kerjanya masing-masing; melaksanakan sistem pengendalian maintenance yang terperinci

• Standar inspeksi untuk pembersihan dan pelumasan

• Penetapan standar pembersihan dan pelumasan di area kerja

• Penetapan standar untuk pencatatan data

Penetapan standar maintenance untuk

part dan peralatan

7 Pemeliharaan mandiri secara penuh

Pengembangan kebijakan dan tujuan perusahaan untuk tahap lebih lanjut; meningkatkan kegiatan pengembangan secara teratur.

(47)

3.8. Perencanaan dan Penetapan Total Productive Maintenance (TPM) Petunjuk dan prosedur penetapan TPM secara rinci untuk memaksimalkan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan itu sendiri. Tiap perusahaan harus merancang dan mengembangkan rencana kegiatan maintenance sendiri, karena kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, tergantung pada jenis perusahaan, metode produksi yang diterapkan, serta kondisi dan jenis mesin/peralatan yang digunakan.

Menurut Nakajima15

a. Mengeliminasi six big losses untuk meningkatkan efektivitas mesin/peralatan dengan cara menganalisa menggunakan Diagram Sebab-Akibat

, terdapat beberapa kondisi dasara yang harus dipenuhi dalam pengembangan prinsip-prinsip TPM. Secara umum, untuk dapat berhasil dalam penetapan TPM ada 5 tahapan kegiatan pengembangan TPM yaitu:

16

b. Program kegiatan pemeliharaan mandiri (autonomous maintenance). .

c. Membuat jadwal program maintenance bagi departemen maintenance. d. Meningkatkan skill operator mesin/peralatan pada personal maintenance. e. Merancang kegiatan manajemen mesin/peralatan.

Lima kegiatan tersebut diatas merupakan kegiatan dasar dalam penetapan TPM dalam perusahaan industri. Kegiatan pengembangan tersebut merupakan tuntutan kegiatan minimal yang harus dilaksanakan dalam pengembangan TPM.

15

Nakajima, S., Introduction to Total Productive Maintenance, Cambrige, MA, Productivity Press, Inc 1988.p.49

16

(48)

3.9. Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan ukuran menyeluruh

yang mengidentifikasikan tingkat produktivitas mesin/peralatan dan kinerja secara teori. Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitasnya ataupun efisiensi mesin/peralatan dan juga dapat menunjukkan area bottleneck yang terdapat pada lintasan poduksi. OEE juga merupakan alat ukur untuk mengevaluasi dan memperbaiki cara yang tepat untuk menjamin peningkatan produktivitas penggunaan mesin/peralatan.

Formula matematis dari overall equipment effectiveness (OEE) dirumuskan sebagai berikut :

OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality product x 100%

Kondisi operasi mesin/peralatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan jika hanya didasari oleh perhitungan satu faktor saja, misalnya performance

efficiency saja. Dari enam pada six big losses baru minor stoppages saja yang

dihitung pada performance efficiency mesin/peralatan. Keenam faktor dala six big

losses harus diikutkan dalam perhitungan OEE, kemudian kondisi aktual dari

mesin/peralatan dapat dilihat secara akurat, keenam faktor dalam six big losses harus dilakukan dalam perhitungan OEE.

3.10. Availability

Availability merupakan rasio operation time terdapat waktu loading

(49)

1. Operation time

2. Loading time

3. Downtime

Nilai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut : Availability = ��������� ����

������� ���� × 100%

Loading time adalah waktu yang tersedia (available time) perhari atau

perbulan dikurangi denagn waktu downtime mesin yang direncanakan (planned

downtime).

Loading time = Total Available Time - planned downtime

Planned downtime adalah jumlah waktu downtime yang telah

direncanakan dalam rencana produksi termasuk di dalamnya waktu downtime mesin untuk pemeliharaan (schedule maintenance) atau kegiatan manajemen lainnya.

Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu

downtime mesin (non- operation time), dengan kata lain operation time adalah

waktu operasi yang tersedia (available time) setelah waktu-waktu downtime mesin dikeluarkan dari total available time yang direncanakan. Downtime mesin adalah waktu proses yang seharusnya digunakan mesin akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin/peralatan (equipment failures) mengakibatkan tidak ada

output yang dihasilkan . Downtime meliputi mesin berhenti beroperasi akibat

kerusakan mesin/peralatan, penggantian cetakan (dies), pelaksanaan prosedur

(50)

3.11. Performance Efficiency

Performance efficiency merupakan hasil perkalian dari operating speed

rate dan net operating rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan

dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk melakukan proses produksi (operation time).

Operating speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal

mesin berdasarkan kapasitas mesin sebenarnya (theoretical/ideal cycle time) dengan kecepatan aktual mesin (actual cycle time). Persamaan matematisnya ditunjukan sebagai berikut :

������������������= ����� ����� ���� ������ ����� ����

���������������� = ������������������������������

Net operation rate merupakan perbandingan antara jumlah produk yang

diproses (processes amount) dikali actual cycle time dengan operation time. Net

operation time berguna untuk menghitung rugi-rugi yang diakibatkan oleh minor

stoppages dan menurunnya kecepatan produksi. Tiga faktor penting yang

dibutuhkan untuk menghitung performance efficiency : 1. Ideal cycle ( waktu siklus ideal/waktu standar)

2. Processed amount (jumlah produk yang diproses)

3. Operation time (waktu operasi mesin).

Perfomance efficiency dapat dihitung sebagai berikut :

Perfomance Efficiency = net operating x operating speed time

=������� ������ ������ ����� ����

��������� ���� ×

���������� ����

(51)

Perfomance Efficiency = ������� ������ × ���������� ����

��������� ���� × 100%

3.12. Rate of Quality Product

Rate of quality product adalah rasio jumlah produk terhadap jumlah total

produk yang diproses. Jadi rate of quality product adalah hasil perhitungan dengan menggunakan dua faktor :

1. Processed amount (jumlah produk yang diproses)

2. Defect amount (jumlah produk yang cacat)

Rate of quality product = ������� ������ –���������� ����

��������� ������ × 100%

TPM mereduksi rugi-rugi mesin/peralatan (equipment) dengan cara meningkatkan availability, performance, efficiency, dan Rate of quality product. Sejalan dengan meningkatnya ketiga faktor yang terdapat dalam OEE maka kapabilitas perusahaan juga meningkat. Untuk dapat menerapkan TPM dalam usaha meningkatkan produktivitas perusahaan dan mencapai efisiensi mesin/peralatan yang optimal, dibutuhkan dua faktor yang sangat menentukan keberhasilan penerapannya. Pertama, kita harus menjaga supaya data pengoperasian mesin/peralatan dicatat secara akurat sehingga pelaksanaan perencanaan dan pengawasan yang tepat terhadap mesin/peralatan dapat disiapkan ; yang kedua adalah kita harus merancang alat ukur yang tepat untuk mengukur kondisi pengoperasian mesin/peralatan.

(52)

- Availability 90 % - Performance 95 % - Rate of quality product ≥ 99 %

Sehingga nilai OEE ideal yang diharapkan adalah : 0,90 x 0,95 x 0,99 x100 ≥ 85 %

3.13. Analisis Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar)

Kegiatan dan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam TPM tidak hanya berfokus pada pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin/peralatan dan meminimalkan downtime mesin/peralatan. Akan tetapi banyak faktor yang dapat menyebabkan kerugian akibat rendahnya efisiensi mesin/peralatan saja. Rendahnya produktivitas mesin/peralatan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan sering diakibatkan oleh penggunaan mesin/peralatan yang tidak efektif dan efisien terdapat dalam enam faktor yang disebut enam kerugian besar (six big

losses). Menurut Gaspertz17

17

Gasperzt, Vincent., Manajemen Produktivitas Total, Gramedia. Jakarta, 1998.p.14

(53)

output semata akan dapat menyesatkan (misleading), karena pengukuran ini tidak

memperhatikan karakateristik utama dari proses yaitu : kapasitas, efisiensi dan efektivitas.

Menggunakan mesin/peralatan seefisien mungkin artinya adalah memaksimalkan fungsi dari kinerja mesin/peralatan produksi dengan tepat guna dan berdaya guna. Untuk dapat meningkatkan produktivitas dan mesin/peralatan yang digunakan maka perlu dilakukan analisis produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan pada six big losses. Adapun enam kerugian besar (six big losses) tersebut adalah sebagai berikut :

1. Downtime

a. Equipment Failure (breakdowns)

b. Set-up and adjustment

2. Speed losses :

a. Idling and minor stoppages

b. Reduced speed

3. Defect

a. Process defect

b. Reduced yield losses

3.13.1.Equipment failure/ Breakdown (Kerugian karena Kerusakan Peralatan)

(54)

perusahaan akibat berkurangnya volume produksi atau kerugian material akibat produk cacat yang dihasilkan18

Kerugian karena set-up dan adjustment adalah semua waktu set-up termasuk waktu penyesuaian (adjustment) dan juga waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan mengganti suatu jenis produk ke jenis produk berikutnya untuk produksi selanjutnya. Dengan kata lain total yang dibutuhkan mesin tidak berproduksi guna mengganti cetakan (dies) bagi jenis produk berikutnya sampai dihasilkan produk yang sesuai untuk proses selanjutnya

. Kerusakan yang terjadi berulang-ulang (sporadic) seperti ban berjalan yang macet atau roda gigi yang aus relatif mudah untuk diketahui dan tindakan perbaikan dan pencegahan biasanya lebih muda dan jelas. Di sisi lain kerusakan-kerusakan kronis yang kecil dan tidak kasat mata biasanya sering terabaikan dan sepertinya tidak dapat dicegah, misalnya tombol setting yang tidak berfungsi dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kualitas atau mesin yang berhenti sesaat.

Breakdowns Loss = ����� ��������� ����

������� ���� × 100 %

3.13.2.Setup and Adjustment Losses (Kerugian karena Pemasangan dan Penyetelan)

19

18

Shirose, Kunio., TPM Team Guide. Productivity Press., Porrtland, Oregon, 1995.p.30 19

Ibid.p.31

.

Sekarang ini metode untuk mengurangi lamanya waktu set-up telah banyak diterapkan pada industri manufaktur modern. Hampir semua metode setup

(55)

Setup/Adjustment Loss = ���������� ��� ���������� ����

������� ���� × 100%

3.13.3. Idling and Minor Stoppages Losses (Kerugian karena Beroperasi Tanpa Beban Maupun karena Berhenti Sesaat)

Kerugian karena beroperasi tanpa beban maupun karena berhenti sesaat muncul jika faktor eksternal mengakibatkan suatu mesin/peralatan berhenti berulang-ulang atau mesin/peralatan beroperasi tanpa menghasilkan produk. Sebagai contoh, mesin beroperasi akan tetapi bahan yang akan diproses tersangkut di conveyor belt dan tidak dapat mencapai mesin/peralatan, atau sensor yang tidak berfungsi yang mengakibatkan mesin/peralatan kadang-kadang atau tiba-tiba berhenti. Jika kondisi ini terjadi biasanya mesin akan berfungsi kembali jika material yang akan diproses dipindahkan ataupun me-reset kembali mesin/peralatan. Umumnya operator tidak terlalu memperhatikan atau malah mengabaikan kondisi ini karena biasanya mudah ditanggulangi, tetapi minor

stoppages tetap akan menurun efektivitas dan efisiensi mesin/peralatan dan harus

dihilangkan secara mutlak.

. Idling dan Minor Stoppages = ������������� ����

������� ���� × 100%

3.13.4.Reduced Speed Losses (Kerugian karena Penurunan Kecepatan Operasi)

(56)

Menurunnya kecepatan produksi antara lain disebabkan oleh20

a. Kecepatan mesin yang dirancang tidak dapat dicapai karena berubahnya jenis produk atau material yang tidak sesuai dengan mesin/peralatan yang digunakan.

:

b. Kecepatan produksi mesin/peralatan menurun akibat operator tidak mengetahui beberapa kecepatan normal mesin/peralatan sesungguhnya. c. Kecepatan produksi segaja dikurangi untuk mencegah timbulnya masalah

pada mesin/peralatan dan kualitas produk yang dihasilkan jika produksi pada kecepatan produksi yang lebih tinggi.

Masalah-masalah yang timbul seperti yang di atas muncul karena sering terabaikan padahal sebenarnya hal-hal tersebutlah yang akan berkembang dan memberikan kontribusi yang besar pada six big losses yang akan menurunkan efektivitas dan efisiensi mesin/peralatan.

Reduced speed = ������ ���� ������ ���� −����� ���������� ����

������� ���� × 100%

= ������ ���������� ���� − (����� ����� ���� x ����� ���������� ������� )

������� ���� × 100%

3.13.5.Process Defect Losses (Kerugian karena Produk Cacat Maupun Pengerjaan Ulang)

Produk cacat yang dihasilkan akan mengakibatkan kerugian material, mengurangi jumlah produksi, limbah produksi meningkat dan biaya untuk pengerjaan ulang. Kerugian akibat pengerjaan ulang termasuk biaya tenaga kerja dan yang waktu yang dibutuhkan untuk mengolah dan mengerjakan kembali

20

(57)

ataupun memperbaiki cacat21

Reduced yieled losses adalah kerugian waktu dan material yang timbul

selama waktu yang dibutuhkan oleh mesin/peralatan untuk menghasilkann produk baru dengan kualitas produk yang telah diharapkan. Kerugian yang timbul tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan operasi yang tidak stabil, tidak tepatnya penanganan dan pemasangan mesin/pealatan atau cetakan (dies) ataupun operator tidak mengerti dengan kegiatan proses produksi yang dilakukan. Beberapa hal yang berhubungan dengan kerugian yang mungkin timbul pada tahap awal produksi dapat diterima karena tidak dapat dihindarkan, akan tetapi tetap dibutuhkan tindakan untuk meminimalkan agar mesin/peralatan yang digunakan dapat beroperasi pada kondisi ideal yang diharapkan. Sebelum kita mengetahui seberapa besar pengaruh keenam kerugian besar tersebut pada mesin/peralatan yang digunakan, kerugian-kerugian yang mengakibatkan rendahnya produktivitas mesin/peralatan tidak akan dapat kita kurangi atau dihilangkan. Akan tetapi jika kita telah dapat mengukur seberapa besar masing masing six big losses yang terjadi pada mesin/peralatan maka tindakan dan . Walaupun waktu yang dibutuhkan untuk memperbaik cacat produk hanya sedikit akan tetapi kondisi seperti ini bisa menimbulkan masalah yang semakin besar.

Rework loss = ���������� ���� x ������

������� ���� × 100%

3.13.6.Reduced Yield Losses (Kerugian pada Awal Waktu Produksi Hingga Mencapai Kondisi Produksi yang Stabil)

21

(58)

langkah-langkah untuk menguranginya akan dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang terdapat pada TPM.

Yield/scrap loss = ���������� ���� x �����

������� ���� × 100%

3.14. Perencanaan dan Penerapan Total Produvtive Maintenance (TPM) Petunjuk dan prosedur pelaksanaan TPM secara rinci untuk memaksimalkan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan itu sendiri. Tiap perusahaan harus merancang dan mengembangkan rencana kegiatan maintenance sendiri, karena kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, tergantung pada jenis perusahaan, metode produksi yang diterapkan, serta kondisi dan jenis mesin/peralatan yang digunakan.

Menurut Nakajima, terdapat beberapa beberapa kondisi dasar yang harus dipenuhi dalam pengembangan prinsip-prinsip TPM untuk diterapkan dalam perusahaan. Secara umum, untuk berhasil dalam penerapan TPM ada 5 tahap kegiatan pengembangan TM yang harus dilaksanakan, yaitu:

1. Mengeliminasi six big losses untuk meningkatkan efektivitas mesin/peralatan dengan cara menganalisa menggunakan Diagram Sebab- Akibat.

(59)

Lima kegiatan tersebut diatas mrupakan kegiatan dasar dalam penerapan TPM dalam perusahaan industri. Kegiatan pengembangan tersebut merupakan tuntunan kegiatan minimal yang harus dilaksanakan dalam pengembangan TPM.

3.15. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effects Diagram)

Diagram ini dikenal dengan istilah “diagram tulang ikan” (fish bone

diagram) diperkenalkan pertama kalinya oleh Prof. Kaoru Ishikawa (Tokyo

University) tahun 1943. Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor–faktor yang berpegaruh secara signifikan didalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Dalam hal ini metode sumbang saran (brainstorming

method) akan cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab

terjadinya penyimpangan kerja secara detail.

Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil kerja, maka orang selalu akan mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan, yaitu

1. Manusia (Man)

2. Metode kerja (Work Method)

3. Mesin atau peralatan kerja lainnya (Machine/Equipment) 4. Bahan baku (raw material)

5. Lingkungan kerja (work environment)

(60)

Gambar 3.2. Penggambaran Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)

3.16. Efisiensi Produksi

Efisiensi berbeda dengan efektivitas. Evaluasi efektivitas terfokus pada pengukuran/penilaian hasil akhir, sedangkan efisiensi terfokus pada penggunaan sumber daya dan proses yang digunakan untuk memperoleh hasil akhir tersebut. Efektivitas adalah melakukan sesuatu hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan sesuatu hal dengan benar (effectiveness is doing right,

efficiency is doing things right,1954,1974).

Ada beberapa konsep yang berbeda tentang efisiensi yaitu: 1. Techinical Efficiency

(61)

memiliki efisiensi teknis dibawah 100%, maka efisiensi teknis dari perusahaan tersebut dinilai berdasarkan persentase terhadap efisiensi perusahaan yang memilki efisiensi terbaik. Efisiensi teknis juga disebut sebagai efisiensi relatif.

2. Allocative Efficiency

Merupakan ukuran efisiensi yang menunjukkan apakah input yang digunakan (diantara beberapa pilihan input dengan harga tertentu) untuk menghasilkan output dalam tingkat tertentu adalah input yang dapat meminimalkan biaya produksi, dengan asumsi bahwa perusahaan tersebut adalah efisien secara teknis.

3. Cost Efficiency

Merupakan kombinasi antara techinical efficiency dan allocative

efficiency. Sebuah perusahaan dikatakan memiliki efisiensi biaya jika perusahaan

(62)
(63)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Sinar Sosro terletak di Jl. Tanjung Morawa – Medan Km. 14,5 Sumatera Utara. Perusahaan ini bergerak di bidang minuman teh dalam botol. Penelitian dimulai pada bulan 21 Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014.

4.2. Jenis Penelitian

Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat objek tertentu, yang bermaksud hanya sebatas membuat deskripsi yang tepat, apa adanya tentang fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek. (Sukaria, 2011:23)..

4.3. Objek Penelitian Mesin Bottle Washer.

4.4. Variabel Yang Diamati

(64)

1. Waktu breakdown mesin

Waktu kerusakan (breakdowns) atau kegagalan proses pada mesin/pealatan yang terjadi tiba-tiba.

2. Waktu setup

Waktu setup adalah waktu persiapan mesin sebelum melaksanakan proses produksi

3. Planned downtime

Planned Downtime adalah waktu yang sudah direncanakan dalam rencana

produksi untuk melakukan perawatan. 4. Waktu produksi

Waktu produksi adalah waktu untuk melakukan proses input menjadi output.

4.5. Kerangka Berpikir.

Menurut Sukaria (2013:94), kerangka teoritis adalah suatu model konseptual yang menunjukkan hubungan logis antara faktor/variabel yang telah diidentifikasi penting untuk menganalisis masalah penelitian.

Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan ukuran menyeluruh yang mengidentifikasikan tingkat produktivitas mesin/peralatan dan kinerja. Penggunaan faktor-faktor dalam OEE yaitu waktu pemeliharaan mesin, waktu kerusakan mesin, waktu setup dan data produksi yang akan mempengaruhi keefektifitas mesin/peralatan serta akan berpengaruh terhadap six big losses. Dalam peningkatan efisiensi produksi dilakukan upaya perbaikan dari penyebab

(65)

Pradhitya, 2010, efisiensi adalah ukuran output actual (yang sebenarnya dihasilkan) dengan kapasitas efektif , salah satu faktor kapasitas efektif adalah dari cara pemeliharaan.

Gambar 4.1. Kerangka Berpikir

4.6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kertas lembar pengamatan, dan alat tulis.

4.7. Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam tugas akhir ini diperoleh dari data primer dan data sekunder, yaitu:

Waktu Setup Mesin Data Produksi Mesin

Pengaruh Six Big Losses pada OEE: 1. Downtime Losses

a. Equipment failure b. Set-up and adjustment 2. Speed Losess

a. Idling and minor stoppage b. Reduced speed

3. Defect Losess

(66)

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan mencari/menggali secara langsung dari sumbernya oleh peneliti bersangkutan, (Sukaria, 2011). Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan jalan mengamati secara langsung pabrik dan meminta keterangan serta mewawancarai karyawan yang terlibat langsung secara operasional. Data yang diperoleh antara lain mengenai uraian proses produksi dan cara kerja mesin.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak langsung diamati oleh peneliti.. a. Data waktu Breakdowntime mesin Bottle Washer.

b. Planned Downtime (waktu downtime yang direncanakan) untuk mesin Bottle Washer yaitu data waktu kegiatan pemeliharaan/pemeriksaan mesin.

c. Data waktu setup mesin Bottle Washer. d. Data waktu produksi mesin Bottle Washer. 3. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Teknik Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap

objek penelitian yaitu dengan melaksanakan pengamatan tentang prosedur perawatan yang umum dipakai di perusahaan serta metode perawatan dan perbaikan atau solusi dari kerusakan mesin/peralatan terpilih.

b. Teknik Wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan pakar teknisi

(67)

4.8. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Tahapan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Penentuan Availability

2. Perhitungan Performance Efficeincy 3. Perhitungan Rate of Quality Product

4. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness 5. Perhitungan OEE Six Big Losses

6. Pendefinisian permasalahan yang sebenarnya dilakukan dengan menggunakan Diagram Sebab Akibat.

4.9. Analisis Pemecahan Masalah

Menganalisis hasil pengolahan data untuk mengetahui seberapa besar perubahan tingkat efektivitas penggunaan mesin/peralatan produksi dan untuk memperoleh penyelesaian dari masalah yang ada antara lain:

1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness 2. Analisis Perhitungan OEE Six Big Losses

3. Analisis Diagram Sebab Akibat 4. Evaluasi/Usulan Pemecahan Masalah

4.10. Kesimpulan dan Saran

(68)

Blok Diagram Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian

Pemecahan Masalah dan Tujuan Pemecahan Masalah

Studi Pustaka Studi Orientasi

Pengumpulan Data:

1. Data Primer (Observasi Langsung) - Proses Produksi

- Struktur Organisasi - Jumlah Tenaga Kerja - Jam Kerja

- Mesin dan Peralatan

2. Data Sekunder (Dokumen Perusahaan) - Data Waktu Kerusakan Mesin - Data Waktu Pemeliharaan Mesin - Data Waktu setup Mesin - Data Produksi Mesin

Pengolahan Data Penerapan pengukuran tingkat efektivitas dan efisiensi dengan

metode OEE

Analisa Pemecahan Masalah: 1. Analisa OEE

2. Analisa OEE Six Big Losses 3. Analisa Diagram Sebab Akibat 4. Analisa Penyebab OEE Rendah 5. Usulan Penyelesaian Masalah

(69)

Gambar 4.3. Blok Diagram Perhitungan Overall Equipment Effectiveness

Data:

- Waktu Breakdown

- Planned Downtime

- Waktu Setup

- Data Produksi Mesin

Rate Quality Product = Process Amount x Defect Amount Process Amount

Overall Equipment Effectiveness = Availability x Performance Efficiency x Rate Quality Product

Pengaruh Six Big Losess pada OEE: 4. Downtime Losess

5. Speed Losess

6. Defect Losess Availability = Loading Time - Downtime

Loading Time

Performance Efficiency = Process Amount x Idle Cycle Time Operation Time

Mulai

(70)

Gambar

Gambar 3.1. Diagram Profiable PM
Tabel 3.1. Tujuh Langkah Pengembangan Kegiatan Autonomous Maintenance
Gambar 3.2. Penggambaran Diagram Sebab Akibat
Gambar 4.1. Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka fasilitas maupun peralatan pabrik dapat digunakan untuk produksi sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama

preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan) adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga

Fungsi mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan mengalami kerusakan sejalan dengan semakin bertambahnya usia mesin dan penurunan kemampuan mesin dan

Apabila terdapat masalah dalam mesin atau peralatan produksi misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba, menurunkan kecepatan produksi mesin, mesin menghasilkan produk

Downtime adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk melakukan proses produksi akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin (equipment failures) mengakibatkan mesin

Predictive maintenance dilakukan untuk mencegah suatu komponen mesin mengalami kerusakan, dengan menggunakan hasil penghitugan MTBF dan MTTR dapat diketahui selang

Dengan adanya kegiatan maintenance ini maka fasilitas/ peralatan pabrik dapat dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana, dan tidak mengalami kerusakan selama

Predictive maintenance dilakukan untuk mencegah suatu komponen mesin mengalami kerusakan, dengan menggunakan hasil penghitugan MTBF dan MTTR dapat diketahui selang