• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Total Productive Maintenance untuk Peningkatan Efisiensi Produksi dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Pada Turbin Uap Type C5DS II - Gvs di PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk Begerpang POM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Total Productive Maintenance untuk Peningkatan Efisiensi Produksi dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Pada Turbin Uap Type C5DS II - Gvs di PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk Begerpang POM"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

L

A

M

P

I

R

A

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA

Corder, Antony. 1996. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta : Erlangga.

Cox, Sue and Tait, Robin, 1998, Safety Reliability and Risk Management: an

integrated approach Second edition, Oxford : Biddles Ltd, Guildford and King‟s Lynn

Joy, Henry. 2009. Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan

Efesiensi Produksi Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Effectiveness Di PT Perkebunan Nusantara III Gunung Para (Skripsi

Sarjana). Medan : Fakultas Teknik Sumatera Utara.

Keith, R. M. 1957. Maintenance Engineering Handbook-Seventh Edition. United

State of Amerika : The McGraw-Hill Companies, Inc.

Ljungberg, O. 1998. Measurement of overall equipment effectiveness as a basis

for TPM activities. International Journal of Operations & Production

Management.

Nakajima, S. 1988. Introduction to Total Productive Maintenance. Cambridge:

MA,Productive Press, Inc.

Springer. 2003. Handbook of reliability engineering. New Jersey USA : Sunrise

Setting Ltd, Torquay, Devon, UK

S.,Nehete, E., Narhede, and K., Mahajan. Total Productive Maintenance: A

Critical Review.

http://www.mpoweruk.com/steam_turbines.htm, 02 Maret 2016.

(10)

http://www.plant-maintenance.com/articles/RCMvTPM.shtml, 06 Maret 2016

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu penelitian 3.1.1. Tempat penelitian

Tempat penulis melakukan penelitian adalah di PT. PP LONDON

SUMATERA INDONESIA, Tbk BEGERPANG POM.

3.1.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari 18 January 2015 – 22 January 2015

3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan menurut tingkat eksplanasi yaitu tingkat penjelasan,

penelitian bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta

hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Berdasarkan ini

penelitian yang digunakan adalah penelitian komparatif.

Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat

membandingkan. Penelitian dilakukan untuk sampel lebih dari satu, atau dalam

waktu yang berbeda.

3.3. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah mesin Turbin Uap yang berada diarea pabrik

kelapa sawit tersebut.

(12)

Spesifikasi Turbin Uap tersebut adalah :

Type : C5DSII- GVS

Kapasitas : 1800 KW

Tekanan : 31 Bar

Putaran : 1500 rpm

Negara pembuat : Jerman

3.4. Instrumen Penelitian

Didalam penelitian dibutuhkan alat-alat yang mendukung serta digunakan

yaitu:

a. Alat tulis yang digunakan untuk mencatat keterangan yang diperoleh dalam

melakukan penelitian.

b. Penerapan Total Productive Maintenance dengan metode Overall Equipment

Effectiveness

3.5 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. PP LONDON SUMATERA INDONESIA,

Tbk BEGERPANG POM dengan menentukan objek yang akan diteliti. Untuk

memecahkan masalah dalam tugas, digunakan pendekatan-pendekatan dengan

metode Total Productive Maintenance yang dimulai dengan :

1. Menentukan masalah

Dalam menentukan permasalahan dilakukan analisa dengan cara stratifikasi

data yang ada dari beberapa segi.

2. Studi literatur

Peneliti melakukan studi literatur dari berbagai buku yang sesuai dengan

permasalahan yang diamati di perusahaan.

3. Peninjauan lapangan (Survey)

Peneliti melakukan tinjauan ke perusahaan tempat melakukan penelitian serta

mengamati sesuai dengan tujuan yang telah dibuat.

4. Pengumpulan data

(13)

a. Pengamatan langsung, melakukan pengamatan langsung ke pabrik, terutama

di Turbin Uap pabrik tersebut.

b. Wawancara, mewawancarai berbagai pihak yang berhubungan dan

berwenang dalam hal perawatan mesin.

c. Merangkum data tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

5. Pengolahan data

Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan metode Overall Equipment

Effectiveness.

6. Analisa dan pemecahan masalah

Hasil dari pengolahan data yang berupa perhitungan akan dianalisa, dilakukan

pemecahan masalah, lalu diberikan rekomendasi perbaikan.

7. Langkah terakhir menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

(14)

Gambar 3.1. Tahapan proses pemecahan masalah Pengolahan Data dengan Penerapan pengukuran

tingkat efektivitas dan efisiensi dengan metode OEE 1. Data Primer (Observasi Langsung)

- Proses produksi - Jam kerja - Mesin dan peralatan 2. Data Sekunder (Dokumen

Perusahaan) - Data waktu kerusakan mesin - Data waktu pemeliharaan mesin

- Data waktu setup mesin - Data produksi mesin

Analisa pemecahan masalah 1. Analisa OEE 2. Analisa OEE Six Big Losses 3. Analisa diagram Sebab Akibat

(15)

3.6. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode overall

equipment effectiveness langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :

1. Perhitungan Availability

Availability, adalah rasio waktu operation time terhadap loading time-nya.

2. Perhitungan Performance Efficiency

Performance effeciency adalah rasio kuantitas produk yang dihasilkan

dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk

melakukan proses produksi (operation time).

3. Perhitungan Rate of Quality Product

Rate of Quality Product adalah rasio produk yang baik (good products)

yang sesuai dengan spesifikasi kualitas produk yang telah ditentukan terhadap

jumlah produk yang diproses.

4. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE)

Setelah nilai availability, performance efficiency dan rate of quality

product pada mesin Turbin Uap diperoleh maka dilakukan perhitungan nilai

overall equipment effectiveness (OEE) untuk mengetahui besarnya efektivitas

penggunaan mesin.

5. Perhitungan OEE Six Big Losses

a. Perhitungan Downtime Losses

- Perhitungan Equipment Failures (Breakdowns)

Kegagalan mesin melakukan proses (equipment failure) atau kerusakan

(breakdown) yang tiba-tiba dan tidak diharapkan terjadi adalah penyebab kerugian

yang terlihat jelas, karena kerusakan tersebut akan mengakibatkan mesin tidak

menghasilkan output.

- Perhitungan Setup dan Adjustment

Kerusakan pada mesin maupun pemeliharaan mesin secara keseluruhan

akan mengakibatkan mesin tersebut harus dihentikan terlebih dahulu. Sebelum

mesin difungsikan kembali akan dilakukan penyesuaian terhadap fungsi mesin

(16)

b. Perhitungan Speed Loss

Speed loss terjadi pada saat mesin tidak beroperasi sesuai dengan

kecepatan produksi maksimum yang sesuai dengan kecepatan mesin yang

dirancang. Faktor yang mempengaruhi speed losses ini adalah idling and minor

stoppages dan reduced speed.

- Perhitungan Idling dan Minor Stoppages

Idling dan minor stoppages terjadi jika mesin berhenti secara

berulang-ulang atau mesin beroperasi tanpa menghasilkan produk. Jika idling dan minor

stoppages sering terjadi maka dapat mengurangi efektivitas mesin.

- Perhitungan Reduced Speed

Reduced speed adalah selisih antara waktu kecepatan produksi aktual

dengan kecepatan produksi mesin yang ideal.

c. Perhitungan Defect Loss

Defect loss artinya adalah mesin tidak menghasilkan produk yang sesuai

dengan spesifikasi dan standar kualitas produk yang telah ditentukan dan scrap

sisa hasil proses selama produksi berjalan. Faktor yang dikategorikan ke dalam

defect loss adalah rework loss dan yield/scrap loss.

- Perhitungan Rework Loss

Rework Loss adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasi kualitas yang

telah ditentukan walaupun masih dapat diperbaiki ataupun dikerjakan ulang.

- Perhitungan Yield/Scrap Loss

Yield/scrap loss adalah kerugian yang timbul selama proses produksi belum

mencapai keadaan produksi yang stabil pada saat proses produksi mulai dilakukan

sampai tercapainya keadaan proses yang stabil, sehingga produk yang dihasilkan

pada awal proses sampai keadaan proses stabil dicapai tidak memenuhi spesifikasi

(17)

Gambar 3.2 Diagram alir perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

� � � ��

� � �

Overall Equipment Effectiveness = Availability x Performance Efficiency x Rate Of Quality Product

Perhitungan Six big losses pada OEE

- Down time losses

- Speed Losses

- Defect Losses MULAI

DATA :

- LOADING TIME - DOWN TIME - PROCESSED AMOUNT - OPERATION TIME - DEFECT AMOUNT

� � � � � � �� �� ��

(18)

BAB IV

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

4.1 Pengumpulan Data

Turbin uap yang terdapat di PT. PP London Sumatera Indonesia tbk

Begerpang POM ini merupakan mesin yang di buat sebagai objek penelitian.

Karena mesin ini merupakan mesin pembangkit pada pabrik tersebut dimana

setiap proses pengerjaan untuk menghasilkan Crude Palm Oill (CPO) harus

menggunakan Turbin uap tersebut, maka ketika terjadi kerusakan pada mesin ini

akan mengakibatkan terhentinya proses produksi dan diarea ini ini juga sering

dilakukan penggantian komponen mesin dan peralatan.

Tujuan dari penerapan TPM adalah meminimumkan six big losses yang

terdapat pada mesin Turbin Uap, sehingga dapat diperoleh efektivitas penggunaan

mesin pada area tersebut secara maksimal. Maka terlebih dahulu dilakukan

pengukuran untuk dapat mengetahui tingkat efektivitas mesin/peralatan yang

digunakan saat ini dengan menggunakan indikator OEE (overall equipment

effectivenes). Dengan peningkatan OEE akan menghasilkan peningkatan efisiensi

dan produktivitas pada mesin Turbin Uap.

Untuk pengukuran efektivitas dengan menggunakan OEE pada mesin ini

dibutuhkan data yang bersumber dari laporan produksi.

Data yang digunakan adalah dalam periode Januari 2015 – Desember 2015, yaitu:

1. Data waktu downtime mesin Turbin Uap

2. Planned downtime untuk mesin Turbin Uap

3. Data waktu setup mesin Turbin Uap

4. Data waktu produksi mesin Turbin Uap

5. Data yang lain yang mendukung dalam pemecahan masalah.

4.1.1. Data waktu downtime

Waktu down time adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk

(19)

gangguan pada mesin mengakibatkan mesin tidak dapat melaksanakan proses

produksi sebagaimana mestinya

Kerusakan (breakdowns) atau kegagalan proses pada mesin/pealatan yang

terjadi tiba-tiba. Downtime merupakan kerugian yang dapat terlihat dengan jelas

karena terjadi kerusakan mengakibatkan tidak adanya output yang dihasilkan

disebabkan mesin tidak berproduksi. Data waktu downtime dapat dilihat pada

tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data waktu kerusakan mesin Turbin Uap

Periode Total waktu breakdown (Jam)

Januari 0

Februari 0

Maret 0

April 0

Mei 3

Juni 0

Juli 0

Agustus 8

September 0

Oktober 0

November 0

Desember 0

Sumber : PT. PP London Sumatera Indonesia ,tbk Begerpang POM

4.1.2 Planned Downtime

Planned Downtime merupakan waktu yang sudah dijadwalkan dalam

rencana produksi, termasuk pemeliharaan terjadwal dan kegiatan manajemen yang

lain seperti pertemuan. Pemeliharaan terjadwal dilakukan oleh pihak perusahaan

(20)

Pemeliharaan ini dilakukan secara rutin dan sesuai jadwal yang dibuat oleh

departemen maintenance. Data waktu pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data waktu pemeliharaan mesin Turbin Uap

Periode Total waktu pemeliharaan (Jam)

Januari 0

Februari 0

Maret 0

April 0

Mei 102,45

Juni 46

Juli 0

Agustus 281,6

September 0

Oktober 0

November 0

Desember 0

Sumber : PT. PP London Sumatera Indonesia ,tbk Begerpang POM

4.1.3. Data Waktu Setup mesin Turbin Uap

Waktu setup adalah waktu dimana mesin Turbin Uap melakukan

penyesuaian hingga menghasilkan energi/beban. Waktu yang dibutuhkan untuk

melaksanakan setup mesin Turbin Uap mulai dari waktu berhenti sampai proses

untuk untuk produksi berikutnya adalah 20 menit. Data ini merupakan data

dimana mesin melakukan start up serta penyesuaian-penyesuaian sebelum mesin

dapat menghasilkan produk, adapun data waktu setup Turbin Uap dapat dilihat

(21)

Tabel 4.3 Data waktu Set Up mesin Turbin Uap

Periode Total waktu set up (Jam)

Sumber : PT. PP London Sumatera Indonesia ,tbk Begerpang POM

4.1.4. Data Waktu Produksi

Data produksi (KWh) Turbin Uap di PT PP London Sumatera Indonesia,

tbk Begerpang POM pada periode Januari 2015 – Desember 2015 adalah :

a. Total available time adalah total waktu Turbin Uap yang tersedia untuk

melakukan proses proses produksi dalam satuan jam.

b. Total product processed adalah energi berat total produk yang diproses oleh

Turbin Uap.

c. Total good product adalah energi berat total produk yang baik sesuai dengan

spesifikasi produk yang telah ditentukan.

d. Total actual hours adalah total waktu aktual proses operasi pada turbin uap.

e. Total reject energy adalah jumlah berat total produk yang ditolak karena cacat

pada produk sehingga tidak sesuai dengan spesifikasi kualitas produk.

f. Total scrap jumlah energi yang digunakan Turbin Uap untuk melakukan siklus

(22)

Tabel 4.4. Data Produksi Turbin (KWh) Uap periode Januari 2015 – Desember

Sumber : PT. PP London Sumatera Indonesia ,tbk Begerpang POM

Dari tabel 4.4 diatas dapat kita lihat bahwa produksi arus yang tertinggi

adalah pada bulan September yaitu sebesar 568,7 KWh. Sementara produksi

terendah terdapat pada bulan Agustus yaitu hanya 143,6 KWh. Hal ini disebabkan

banyaknya waktu kerusakan dan waktu pemeliharaan yang dilakukan selama

bulan Agustus tersebut. Sehingga mesin turbin uap tersebut sering tidak

beroperasi pada jam – jam kerja yang seharusnya beroperasi.

Hal tersebut juga sangat dipengaruri oleh metode penanganan kerusakan

yang belum signifikan. Dimana metode penanganan kerusakan yang dilakukan

oleh perusahaan tersebut adalah dengan melakukan negosiasi dengan kontraktor

yang bernaung dalam bagian penanganan kerusakan mesin tersebut. Nah, hal ini

akan memakan waktu yang cukup lama dimana kontraktor harus memeriksa

(23)

yang dikeluarkan. Hal ini akan menyebabkan penanganan terhadap kerusakan

mesin tersebut menjadi lama dan menyebabkan kerugian bagi perusahaan secara

operasional. Bilamana perusahaan mempunyai teknisi tersendiri tanpa harus

mengandalkan kontraktor, maka dipastikan efisiensi dan kefektifan dari mesin

tersebut akan semakin meningkat.

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Perhitungan Avalability

Availability, adalah rasio waktu operation time terhadap loading time-nya.

Untuk menghitung nilai availability digunakan rumusan sebagai berikut :

Loading time adalah waktu yang tersedia per hari atau per bulan dikurangi

dengan downtime mesin yang direncanakan. Perhitungan loading time ini dapat

dituliskan dalam formula matematika, sebgai berikut :

Loading time = Total Available Time – Planned Downtime

Operation time adalah total waktu proses yang efektif. Dalam hal ini

operation time adalah hasil pengurangan loading time dengan downtime mesin.

Formula matematikanya adalah :

Operation Time = Loading Time – Downtime

Downtime = Breakdown + Set Up

Nilai Availability untuk mesin Turbin Uap pada bulan Januari 2015 adalah

sebagai berikut :

Loading Time = 600 – 0 = 600

Downtime = 0 + 4 = 4

Operation Time = 600 – 4 = 596

Dengan perhitungan yang sama untuk menghitung availability sampai

(24)

Tabel 4.5 Availability mesin Turbin Uap pada periode Januari 2015 – Desember

Sumber : Hasil Pengolahan data

Gambar 4.1. Diagram perbandingan Availability mesin Turbin Uap

(25)

Pada tabel 4.5 diatas, nilai availability tertinggi ditunjukkan pada bulan

September yaitu dengan nilai 99,96 %, sementara nilai terendah ditunjukkan pada bulan Agustus yaitu 94,49 %. Nilai – nilai tersebut sangat dipengaruhi oleh waktu yang tersedia dalam 24 jam setiap bulannya dengan waktu yang seharusnya

digunakan untuk beroperasi oleh mesin tersebut. Sementara pada gambar 4.1.

menjelaskan tentang perolehan nilai persentase selama tahun 2015 menunjukkan

nilai yang melampaui standar yang ditetapkan oleh JIPM yaitu 90 %.

4.2.2. Perhitungan Performance Efficiency

Performance effeciency adalah rasio kuantitas produk yang dihasilkan

dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk

melakukan proses produksi (operation time). Untuk menghitung nilai

performance effeciency digunakan rumusan sebagai berikut :

Performance efficiency (PE) = net operating x operating cycle time

=

Ideal cycle time adalah siklus waktu proses yang diharapkan dapat dicapai

dalam keadaan optimal atau tidak mengalami hambatan. Ideal cycle time pada

Turbin Uap merupakan siklus waktu proses yang dapat dicapai mesin dalam

proses produksi dalam keadaan optimal atau mesin tidak mengalami hambatan

dalam berproduksi. Waktu optimal mesin Turbin Uap di Begerpang POM dalam

menghasilkan daya dalam 1 jam adalah dengan daya 1,03 KW. Sehingga Ideal

Cycle Time mesin Turbin Uap tersebut adalah : 1 jam / 1,03 KW = 0,97 jam/KWh

Nilai Performance Efficiency mesin Turbin Uap pada periode januari 2015

adalah sebagai berikut :

Dengan perhitungan yang sama untuk menghitung Performance Efficiency

(26)

Tabel 4.6. Performance Efficiency periode Januari 2015 – Desember 2015

Sumber : Hasil pengolahan data

Gambar 4.2. Diagram perbandingan Performance Efficiency mesin Turbin Uap

(27)

Persentase Performance Efficiency seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.6

diatas, nilai tertinggi terdapat pada bulan September yaitu 99,98 % yang bahkan

mendekati sempurna dan terendah terdapat pada bulan Februari yaitu 53,32 %.

Penyebabnya adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk proses produksi

tidak seimbang dengan nilai hasil produksi dari mesin tersebut. Pada gambar 4.2.

dapat kita lihat bahwa perolehan nilai Performance Efficiency turbin uap

tergolong kurang bagus, karena hanya pada bulan septembember yang melewati

standar yang sudah ditetapkan oleh JIPM yaitu 95 %.

4.2.3. Perhitungan Rate Of Quality Product (RQP)

Rate of quality product adalah rasio produk yang baik (good products)

yang sesuai dengan spesifikasi kualitas produk yang telah ditentukan terhadap

jumlah produk yang diproses. Perhitungan rate of quality product menggunakan

data produksi pada tabel 4.4. . Dalam perhitungan ratio rate of quality product ini,

process amount adalah total product processed sedangkan defect amount adalah

total broke product, dengan rumusan sebagai berikut :

Rate of quality product untuk bulan January 2015 adalah :

Dengan perhitungan yang sama untuk menghitung rate of quality product

mesin Turbin Uap periode januari 2015 – desember 2015.

Tabel 4.7 Perhitungan Rate of quality product periode January 2015 – Desember

(28)

Tabel 4.7. (Lanjutan)

Sumber : Hasil Pengolahan data

Gambar 4.3. Diagram perbandingan Rate of Quality Product mesin Turbin Uap

Begerpang POM periode 2015 dengan standar JIPM

Tabel 4.7 diatas menjelaskan bahwa rasio kualitas terbaik itu terdapat pada

bulan September yaitu dengan nilai 99,14 % dan terendah terdapat pada bulan

agustus yaitu dengan persentase 96,80 %. Tinggi rendahnya persentase tersebut

disebabkan oleh nilai Total Produksi (KWh) dan Total Scrap yang terjadi pada

mesin tersebut dan pada periode itu. Gambar 4.3. menjelaskan bahwa perolehan

Rate of Quality Product selama tahun 2015 menunjukkan ketidakstabilan yang

(29)

4.2.4. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Setelah nilai availability, performance efficiency dan rate of quality

product pada mesin Turbin Uap diperoleh maka dilakukan perhitungan nilai

overall equipment effectivenes (OEE) untuk mengetahui besarnya efektivitas

penggunaan mesin Turbin Uap pada Begerpang POM.

Perhitungan OEE adalah perkalian nilai-nilai availability, performance

efficiency dan rate of quality product yang sudah diperoleh.

OEE (%) = AV (%) x PE (%) x RQP (%)

OEE Turbin Uap pada periode Januari 2015 adalah :

OEE = 99,97% x 56,38% x 98,20% = 54,99%

Dengan perhitungan yang sama, kita bisa hitung pada bulan berikutnya.

Tabel 4.8 Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) mesin Turbin Uap

periode January 2015 – Desember 2015

Sumber : Hasil Pengolahan data

(30)

Dari Tabel 4.8 diatas tentang nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) mesin Turbin Uap periode January 2015 – Desember 2015 dapat kita lihat bahwa perolehan OEE tertinggi terdapat pada bulan September yaitu sebesar 99,07 %.

Dan perolehan terendah terdapat pada bulan Agustus denga nilai 49,86 %. Hal ini

sangat dipengaruhi oleh nilai dari ketiga faktor tersebut yaitu Availability,

Performance Efficiency, dan Rate of Quality Product. Dimana dalam perhitungan

ketiga faktor tersebut termasuk didalamnya waktu yang tersedia selama bulan ke

bulan yaitu jumlah hari kerja dikalikan dengan jumlah total waktu selama satu

hari yaitu 24 jam, waktu kerusakan, waktu pemeliharaan, total waktu operasi, total

waktu operasi yang seharusnya ataupun total waktu yang ideal, total waktu

penstabilan selama mesin melakukan pemanasan, total jumlah energy yang

dihasilkan oleh mesin Turbin Uap tersebut, dan juga total energy yang terbuang.

Dalam hal ini, pengerjaan ulang energy tidak ada karena produk yang dihasilkan

adalah berupa arus listrik. Jadi semua terpakai.

4.2.5. Perhitungan Six Big Losses

Perhitungan Six Big loses atau enam besar faktor kerusakan yang

diantaranya : Downtime Losess (Equipment failure dan setup and adjustment),

speed losess (idling and minor stoppages loss dan reduce speed), defect losses

(rework loss dan yield/scraf loss) yang akan dijelaskan di bawah ini :

4.2.5.1. Downtime Losess

Downtime losess adalah kerugian waktu yang seharusnya digunakan untuk

melakukan proses produksi akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin

(equipment failures) mengakibatkan mesin tidak dapat melaksanakan proses

produksi sebagaimana semestinya. Dalam perhitungan Overal equipment

effectiveness (OEE), Equipment Failures dan waktu Setup dan Adjustment

(31)

a. Equipment Failure/Breakdowns (EF)

Equipment failure ataupun breakdown adalah kegagalan mesin melakukan

proses produksi ataupun kerusakan yang terjadi secara tiba-tiba serta yang tidak

diharapkan terjadi sehingga menyebabkan kerugian yang terlihat jelas, yaitu tidak

menghasilkan output.

Untuk mencari besarnya persentase efektivitas mesin yang hilang akibat

dari faktor breakdown loss dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Dengan rumus diatas dapat dihitung breakdown Turbin Uap yang terjadi

pada bulan January 2015.

= 0

Dengan perhitungan yang sama maka didapat :

Tabel 4.9. Breakdown Loss periode Januari 2015 – Desember 2015

(32)

Tabel 4.9. (Lanjutan)

Oktober 0 691,36 0

November 0 572,16 0

Desember 0 642,6 0

Sumber : Hasil Pengolahan data

b. Setup and Adjustment loss (SA)

Karena adanya pemeliharaan serta kerusakan-kerusakan yang terjadi

maupun trip mesin Turbin Uap sehingga mesin harus diberhentikan dahulu. Saat

mesin dioperasikan kembali, mesin akan melakukan penyesuaian-penyesuaian

terhadap fungsi mesin tersebut dan proses tersebut disebut Setup and Adjustment

mesin. Di dalam perhitungan setup and Adjustment mempergunakan data waktu

setup mesin yang dibagikan dengan waktu loading time dari mesin Turbin Uap.

Untuk mengetahui besar persentase setup and Adjustment loss dari mesin

Turbin Uap oleh waktu setup mesin Turbin Uap tersebut dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Dari rumus diatas maka Set up and Adjustment Loss untuk bulan January

2015 dapat kita hitung, yaitu :

(33)

Tabel 4.10 (Lanjutan)

April 5,88 666,12 0,88

Mei 5,5 417,05 1,32

Juni 5 549 0,91

Juli 5,46 618,54 0,88

Agustus 6,9 255,5 2,70

September 0,23 551,77 0,04

Oktober 4,64 691,36 0,67

November 3,84 572,16 0,67

Desember 5,4 642,6 0,84

Sumber : Hasil Pengolahan data

4.2.5.2. Speed Loss

Adapun speed loss terjadi oleh karena mesin tidak beropersi sesuai dengan

kecepatan maksimum yang telah ditentukan saat perancanagan mesin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi speed loss adalah Idling and Minor

Stoppages dan Reduce Speed.

a. Idling and Minor Stoppages loss (IMS)

Idling and Minor Stoppages terjadi jika mesin Turbin Uap berhenti secara

berulang- ulang atau mesin tidak menghasilkan produk, Kemungkinan besar

Idling and Minor Stoppages yang terjadi pada Mesin Turbin Uap tidak

sepenuhnya terekam. Saat Idling and Minor Stoppages sering terjadi maka akan

dapat mengurangi efektivitas mesin.

Untuk dapat mengetahui besarnya faktor efektivitas yang hilang akibat

dari

terjadinya Idling and Minor Stoppages digunakan rumus sebagai berikut :

Dari rumus diatas maka Idling and Minor Stoppages loss (IMS) untuk

(34)

Non Productive Time = Operation Time – Total Actual Hours

= 599 - 312

= 287 Jam

Tabel 4.11. Hasil Idling and Minor Stoppages Loss untuk periode Januari 2015

Desember 2015

Reduce Speed adalah selisih antar waktu kecepatan produksi aktual dengan

kecepatan produksi mesin yang ideal. Untuk mengetahui besarnya persentase

(35)

Dari rumus diatas maka hasil Reduce speed dapat kita hitung untuk bulan

Januari 2015

yang sesuai dengan spesifikasi dan standar kualitas produk yang telah ditetapkan

dan scrap yaitu kerugian yang timbul selama proses produksi belum mencapai

keadaan produksi yang stabil pada saat proses produksi mulai dilakukan sampai

terjadinya keadaan proses yang stabil. Faktor yang tergolongkan kedalam Defect

(36)

a. Rework Loss (RL)

Rework loss adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasi standar

kualitas

yang telah ditentukan walaupun masih dapat diperbaiki ataupun dikerjakan ulang.

Untuk mengetahui persentase faktor rework loss yang mempengaruhi

efektivitas penggunaan mesin. Digunakan rumus sebagai berikut :

Maka Rework Losses Turbin Uap untuk bulan januari 2015 dapat kita

hitung, sebagai berikut :

Dari contoh perhitungan tersebut maka kita dapat menghitung Rework Losses

pada periode bulan berikutnya :

Tabel 4.13 Hasil Rework Losses untuk periode Januari 2015 – Desember 2015

(37)

b. Yield/Scrap Loss

Yield/scrap loss merupakan kerugian yang timbul selama proses produksi

belum mencapai keadaan produksi yang stabil pada saat proses produksi mulai

dilakukan sampai tercapainya keadaan proses yang stabil, sehingga produk pada

awal proses sampai keadaan proses stabil dicapai tidak memenuhi spesifikasi

kualitas yang diharapkan. Untuk mengetahui persentase faktor yield/scrap loss

yang mempengaruhi efektivitas penggunaan mesin digunakan rumus sebagai

berikut:

Maka dapat dihitung yield / scrap losses Turbin Uap yang terjadi pada

bulan Januari 2015 adalah sebagai berikut :

Dengan perhitungan yang sama, maka Yield/scrap losses mesin Turbin

Uap periode Januari 2015 – Desember 2016.

(38)

Sumber : Pengolahan Data

4.3. Analisa Perhitungan Data

4.3.1 Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Analisa perhitungan OEE dilakukan untuk melihat tingkat keefektifan

penggunaan mesin turbin uap pada periode Januari 2015 – Desember 2015.

Pengukuran OEE Turbin Uap ini berdasarkan factor waktu, kecepatan serta

kualitas pada saat pengoperasian mesin Turbin Uap.

Adapun persentase yang dicapai dapat dilihat dari tabel 4.15. dan diagram

(39)

Gambar 4.4. Grafik Perbandingan OEE Turbin Uap Begerpang POM tahun 2015

dengan Standar JIPM (Japan Institute Of Plant Maintenance)

Dari grafik pada gambar 4.4. diatas dapat kita lihat bahwa pencapaian

OEE Turbin uap selama periode Januari 2015 – Desember 2015 masih banyak

dibawah standar JIPM (Japan Institute Of Plant Maintenance). Pencapaian

tertinggi terdapat pada bulan September dimana OEEnya mencapai 99,07 %

mendekati sempurna, sementara pencapaian terendah yaitu pada bulan Agustus

yaitu hanya 49,86 %. Penyebab dari tinggi rendahnya nilai tersebut adalah oleh

karena banyaknya jumlah waktu kerusakan, waktu pemeliharaan, serta jumlah

produk yang dihasilkan mesin tidak seimbang dengan waktu proses produksi yang

berjalan.

4.3.2 Analisis perhitungan OEE Six Big Losses

Dengan melakukan analisis perhitungan OEE Six Big Losses maka kita

dapat melihat lebih jelas yang mempegaruhi efektivitas Turbin Uap, maka akan

dilakukan perhitungan Time Losses pada masing-masing faktor di dalam Six Big

Losses tersebut seperti yang terlihat pada hasil perhitungan di tabel 4.16.

(40)

Tabel 4.16. Persentase Faktor Six Big Losses Turbin Uap periode Januari 2015 –

5. Setup and Adjustment

Losses 55,13 1,92 100

6. Rework Losses 0 0 100

Total 2866,9455 100

Sumber : Pengolahan data

Dari tabel 4.16 diatas dijelaskan bahwa persentase faktor terbesar dari

Losses disebabkan oleh Idling and Minor Stoppages Losses yaitu sebesar 83,6 %

dengan total kehilangan waktu sebesar 2396,82 jam. Hal ini menerangkan bahwa

mesin sering berhenti secara berulang ulang ataupun mesin beroperasi tapi tidak

menghasilkan produk.

4.4 Analisa diagram sebab akibat (Fish Bone)

Untuk mendapatkan penanganan masalah secepat mungkin, maka perlu

dilakukannya analisa sebab akibat terhadap faktor – faktor yang mengakibatkan

masalah - masalah tersebut. Diagram sebab akibat ini sering juga disebut sebagai

diagram tulang ikan (Fish bone).

Analisa ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung dilapangan,

wawancara dengan operator, dan juga wawancara dengan shift engineer di pabrik

tersebut. Hasil wawancara tersebut, merupakan salah satu kemungkinan penyebab

(41)

Mesin

Dalam wawancara yang didapat maka diambil parameter – parameter yang mempengaruhi terjadinya kerugian/Losses tersebut, yaitu : mesin, manusia,

metode, lingkungan.

Gambar 4.5. Diagram Sebab Akibat (Fish bone) penyebab losses pada mesin Turbin Uap Begerpang POM

Dari diagram sebab akibat diatas menerangkan bahwa penyebab mesin

mengalami kerugian atau losses oleh karena 4 kategori yaitu manusia, mesin,

metode dan lingkungan. Hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh :

1. Manusia

Setiap pekerjaan yang dilakukan sangat membutuhkan pengawasan, baik

memantau seberapa besar kemampuan karyawan dan etos kerja saat bekerja

dengan tujuan mengatur serta mengkoordinir berlangsungnya proses dengan baik.

Dari hasil pengamataan yang dilakukan, operator kurang teliti dalam

merawat dan membersihkan mesin dan area sekitarnya. Dimana masih ada terlihat

kotoran seperti oli tumpah di bagian bawah mesin dan juga debu menempel. Hal

ini disebabkan karena operator kurang fokus dalam melakukan pekerjaannya bisa

saja karena kelelahan. Faktor ini disebabkan adanya pekerjaan sampingan

karyawan di luar jam kerjanya karena gaji dan tunjangan untuk karyawan seperti

operator misalnya masih sedikit atau kurang untuk membiayai kehidupan

(42)

Sementara faktor yang lain adalah jika terjadi suatu kerusakan, tidak ada

teknisi dari pabrik tersebut yang mampu menanganinya. Maka mereka harus

mengadakan kontrak dengan kontraktor dari luar perusahaan tersebut. Hal ini

menyebabkan lamanya penanganan terhadap kerusakan mesin tersebut, sehingga

menyebabkan banyak losses.

2. Mesin

Bilamana terjadi kerusakan pada mesin ini dan harus mengganti suku

cadang, maka diganti dengan suku cadang yang tidak berdasarkan standar pabrik

pembuat mesin tersebut. Hal ini dikarenakan harga suku cadang tersebut relatif

sangat mahal dan susah didapatkan.

Sementara faktor lain adalah adanya gangguan secara tiba – tiba. Bisa saja

penyebabnya adalah governor pada turbin uap tersebut tidak stabil sehingga

mengakibatkan trip dan hunting yang bisa menyebabkan kelebihan arus yang

dihasilkan ataupun kurang arus. Dikarenakan didalam sebuah pabrik tersebut

merupakan sebuah system yang memiliki keterikatan satu sama lain, maka

kerusakan mesin pada sebuah stasiun juga mengakibatkan pemberhentian mesin

turbin uap ini. Hal ini akan menyebabkan Losses karena harus beralih lagi ke

mesin genset pada pabrik tersebut.

3. Metode

Dari label SOP (Standart Operation Procedure) yang ditempelkan pada

mesin tersebut, peneliti melihat bahwa dalam 10.000 jam waktu operasi mesin

maka oli harus diganti. Sementara dari buku laporan yang dicatat oleh operator

bahkan melebihi waktu dari SOP tersebut. Jika ini terus terjadi maka akan

menyebabkan performa mesin kurang prima dan menyebabkan losses.

4. Lingkungan

Lingkungan di area mesin tersebut sudah cukup bersih, namum masih ada

terdapat kotoran yang menyebabkan kenyamanan dan keindahan sekitar tersebut

menjadi berkurang. Penyebabnya adalah kurangnya disiplin operator dalam

menjaga kebersihan dikarenakan pengawasan dari shift engineer dari pabrik

(43)

4.5 Usulan pemecahan masalah

4.5.1 Usulan penyelesaian masalah Six Big Losses

Tabel 4.17 Usulan penyelesaian masalah Six Big Losses

No. Faktor – Faktor Penyelesaian masalah

1. Manusia

a. Operator kurang teliti

b. Penanganan kerusakan

a. Memberikan sanksi yang tegas,

Memberikan motivasi kerja kepada karyawan

dengan menaikkan gaji dan tunjangan

b. Dibuat pelatihan khusus terhadap teknisi

perusahaan tersebut

b. Melakukan pengecekan sebelum mesin

dijalankan

3. Metode

a. Pemeliharaan tidak tepat

waktu

a. Melakukan pemeliharaan secara tepat waktu

4. Lingkungan

a. Kebersihan kurang terjaga

a. Menanamkan kesadaran kepada operator akan

kebersihan dan memperketat pengawasan dari

shift engineer

4.5.2 Penerapan Total Produktive Maintenance (TPM)

Sebagaimana yang kita ketahui Total Productive Maintenance juga

termasuk dalam kegiatan pemeliharaan mandiri (autonomous maintenance), kunci

keberhasilannya adalah pemeliharaan mandiri tersebut, karena melibatkan seluruh

staf pekerja yang mulai dari operator sampai kepada pemimpin perusahaan.

Dengan kata lain adanya kegiatan autonomous maintenance ini maka seluruh

operator akan terlibat dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan mesin serta

peralatan yang digunakan, dan para pemimpin juga ikut ambil bagian dalam

(44)

Sistem pelaksanaan kegiatan pemeliharan yang diterapkan di PT. PP

London Sumatera Indonesia Begerpang POM adalah pemeliharaan yang terencana

yang dapat dilihat dari Bab IV, memiliki jadwal pemeliharaan. Walaupun

terencana, mesin terkadang mengalami perhentianyang diakibatkan oleh

terjadinya trip yang mungkin terekam maupun tidak terekam.

Hal yang mempengaruhi nilai efektivitas mesin adalah kemampuan

operator dalam mengawasi operasi serta memelihara mesin dengan baik. Untuk itu

perlu adanya pendidikan yang dapat mengubah pola pikir dari operator supaya

tidak hanya menggunakan mesin namun bisa juga memelihara mesin. Agar hal

tersebut dapat tercapai maka diperlukan usaha dan waktu untuk dapat melatih

operator memahami dan memperlakukan autonomous maintenance. Pemeliharaan

mandiri (autonomous maintenance) yang dapat dilakukan operator antara lain :

1. Membersihkan mesin Turbin Uap dari kotoran-kotoran yang melekat, dari

pelumas yang menempel dan dari dari debu kotoran.

2. Memantau kerja mesin, apakah beroperasi dengan baik dengan mencatat

fenomena yang terjadi pada mesin.

3.Memeriksa pelumasan, jika perlu lakukan pergantian dan melakukan

pengencangan terhadap mur yang longgar.

4. Melakukan pemeliharaan mandiri dengan menggunakan check sheet.

5. Tetap melakukan pemeriksaan yang sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pengolahan dan analisa data maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Persentase rata – rata OEE Turbin Uap PT. PP London Sumatera

Indonesia, tbk Begerpang POM tahun 2015 adalah 65,08 %. Nilai ini

masih dibawah standar JIPM yaitu sebesar 85,0 %

2. Faktor Losses terbesar yang adalah Idling/Minor Stoppages Losses dengan persentase 85,44 %. Nilai ini menunjukkan mesin sering berhenti secara

berulang-ulang atau mesin beroperasi tanpa menghasilkan produk dan

mengalami kehilangan waktu sebesar 2449,54 jam,

5.2 Saran

Setelah melakukan pengolahan dan analisa data maka peneliti memberikan

saran kepada PT. PP London Sumatera Indonesia, tbk Begerpang POM, sebagai

berikut :

1. Dengan nilai OEE yang diperoleh mesin turbin uap hanya rata – rata 65,08

% pada periode 2015, sudah seharusnya menerapkan sistem perawatan

mesin dengan Total Productive Maintenance agar produktivitas pun lebih

optimal lagi.

2. Sebaiknya dilakukan perhitungan OEE untuk semua mesin sehingga

efektivitasnya dapat diketahui demi evaluasi kedepannya.

3. Pergantian ataupun perhentian mesin diwaktu yang seharusnya harus

dilakukan, karena pemeliharaan itu sangat penting menjaga supaya

keberlangsungan masa pakai mesin lebih awet.

4. Perusahaan sebaiknya menanamkan kesadaran kepada seluruh karyawan

dalam upaya peningkatan produktivitas hasil yang di dapat sehingga dapat

(46)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Turbin Uap

Turbin adalah sebuah mesin berputar yang mengambil energi dari aliran

fluida. Turbin sederhana memiliki satu bagian yang bergerak, "asembli

rotor-blade". Fluida yang bergerak menjadikan baling-baling berputar dan

menghasilkan energi untuk menggerakkan rotor. Contoh turbin awal adalah kincir

angin dan roda air. Sebuah turbin yang bekerja terbalik disebut kompresor atau

pompa turbo. Turbin Uap, Turbin gas dan Turbin air biasanya memiliki "casing"

sekitar baling yang memfokus dan mengontrol fluida. "Casing" dan

baling-baling mungkin memiliki geometri variabel yang dapat membuat operasi efisien

untuk beberapa kondisi aliran fluida. Energi diperoleh dalam bentuk tenaga

"shaft" berputar.

2.1.1. Penggunaan turbin

Penggunaan paling umum dari turbin adalah pemroduksian tenaga listrik.

Hampir seluruh tenaga listrik diproduksi menggunakan turbin dari jenis tertentu.

Turbin kadangkala merupakan bagian dari mesin yang lebih besar. Sebuah Turbin

Uap, sebagai contoh, dapat menunjuk ke mesin pembakaran dalam yang berisi

sebuah turbin, kompresor, "kombustor", dan alternator.

Turbin dapat memiliki kepadatan tenaga ("power density") yang luar biasa

(berbanding dengan volume dan beratnya). Ini karena kemampuan mereka

beroperasi pada kecepatan yang sangat tinggi.

Turbin Uap termasuk mesin Konversi energi yang mengubah energi

potensial uap menjadi energi kinetis pada nozel dan selanjutnya diubah menjadi

energi mekanis pada sudu-sudu turbin yang dipasang pada poros turbin. Energi

mekanis yang dihasilkan dalam bentuk putaran poros turbin dapat secara langsung

atau dengan bantuan roda gigi reduksi dihubungkan dengan mekanisme yang

digerakkan. Untuk menghasilkan energi listrik, mekanisme yang digerakkan

(47)

Jika dibandingkan dengan penggerak dengan tenaga listrik lain seperti

diesel, turbin memiliki kelebihan antara lain:

- penggunaan panas yang lebih baik

- pengontrolan putaran yang lebih mudah.

- tidak menghasilkan loncatan bunga api listrik.

- tidak terpengaruh lingkungan sekeliling yang panas

- uap bekasnya dapat digunakan kembali atau untuk proses

2.1.2. Komponen-komponen Utama Sistem Turbin Uap

Secara umum komponen-komponen utama dari sebuah turbin uap adalah : • Nosel, sebagai media ekspansi uap yang merubah energi potensial menjadi

energi kinetik.

• Sudu, alat yang menerima gaya dari energi kinetik uap melalui nosel. • Cakram, tempat sudu-sudu dipasang secara radial pada poros.

• Poros, sebagai komponen utama tempat dipasangnya cakram-cakram sepanjang

sumbu.

• Bantalan, bagian yang berfungsi uuntuk menyokong kedua ujung poros dan banyak menerima beban.

• Kopling, sebagai penghubung antara mekanisme turbin uap dengan mekanisme

yang digerakkan.

Untuk melihat komponen-komponen utama pada turbin dapat dilihat pada

gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 bagian – bagian turbin uap

(48)

1. Casing

Adalah sebagai penutup bagian-bagian utama turbin.

2. Rotor

Adalah merupakan kedudukan dari poros rotor.

4. Journal Bearing

Adalah Turbine Part yang berfungsi untuk menahan Gaya Radial atau

Gaya Tegak Lurus Rotor.

5. Thrust Bearing

Adalah Turbine Part yang berfungsi untuk menahan atau untuk menerima

gaya aksial atau gaya sejajar terhadap poros yang merupakan gerakan maju

mundurnya poros rotor.

6. Main Oli Pump

Berfungsi untuk memompakan oli dari tangki untukdisalurkan pada bagian – bagian yang berputar pada turbin . Dimana fungsi dari Lube Oil adalah :

- Sebagai Pelumas pada bagian – bagian yang berputar.

- Sebagai Pendingin ( oil cooler ) yang telah panas dan masuk ke bagian

turbin dan akan menekan / terdorong keluar secara sirkuler

- Sebagai Pelapis ( Oil Film ) pada bagian turbin yang bergerak secara rotasi.

- Sebagai Pembersih ( Oil Cleaner ) dimana oli yang telah kotor sebagai

akibat dari benda-benda yang berputar dari turbin akan terdorong ke luar

secara sirkuler oleh oli yang masuk .

7. Gland Packing

Sebagai Penyekat untuk menahan kebocoran baik kebocoran Uap maupun

kebocoran oli.

8. Labirinth Ring

(49)

9. Impuls Stage

Adalah sudu turbin tingkat pertama yang mempunyai sudu sebanyak 116

buah

10. Stasionary Blade

Adalah sudu-sudu yang berfingsi untuk menerima dan mengarahkan steam

yang masuk.

11. Moving Blade

Adalah sejumlah sudu-sudu yang berfungsi menerima dan merubah Energi

Steam menjadi Energi Kinetik yang akan memutar generator.

12. Control Valve

Adalah merupakan katup yang berfungsi untuk mengatur steam yang

masuk kedalam turbin sesuai dengan jumlah Steam yang diperlukan.

13. Stop Valve

Adalah merupakan katup yang berfungsi untuk menyalurkan atau

menghentikan aliran steam yang menuju turbin.

14. Reducing Gear

Adalah suatu bagian dari turbin yang biasanya dipasang pada turbin-turbin

dengan kapasitas besar dan berfungsi untuk menurunkan putaran poros rotor dari

5500 rpm menjadi 1500 rpm.

Bagian-bagian dari Reducing Gear adalah :

- Gear Casing adalah merupakan penutup gear box dari bagian-bagian

dalam reducing gear.

- Pinion ( high speed gear ) adalah roda gigi dengan type Helical yang

putarannya merupakan putaran dari shaft rotor turbin uap.

- Gear Wheal ( low speed gear ) merupakan roda gigi tipe Helical yang

putarannya akan mengurangi jumlah putaran dari Shaft rotor turbin yaitu

dari 5500 rpm menjadi 1500 rpm.

- Pinion Bearing yaitu bantalan yang berfungsi untuk menahan / menerima

gaya tegak lurus dari pinion gear.

- Pinion Holding Ring yaitu ring berfungsi menahan Pinion Bearing

(50)

- Wheel Bearing yaitu bantalan yang berfungsi menerima atau menahan

gaya radial dari shaft gear wheel.

- Wheel Holding Ring adalah ring penahan dari wheel Bearing terhadap

gaya radial atau tegak lurus shaft gear wheel.

- Wheel Trust Bearing merupakn bantalan yang berfungsi menahan atau

menerima gaya sejajar dari poros gear wheel ( gaya aksial ) yang

merupakan gerak maju mundurnya poros.

2.2. Pemeliharaan (Maintenance)

2.2.1. Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)

Secara alamiah tidak ada barang yang dibuat oleh manusia yang tidak

dapat rusak, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan

perbaikan berkala dengan suatu aktivitas yang dikenal sebagai pemeliharaan.

Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang

dilakukan untuk menjaga suatu barang, atau memperbaikinya sampai mencapai suatu kondisi yang bisa diterima. Tetapi, istilah „pemeliharaan‟ pada kenyataanya menunjuk kepada fungsi pemeliharaan secara keseluruhan yang bisa dibayangkan

,dan sebagai hasilnya, kata tersebut dengan mudah digunakan dalam industri

untuk menunjuk setiap pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja bagian

pemeliharaan. Pemeliharaan juga merupakan suatu fungsi dalam suatu perusahaan

pabrik yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini

karena apabila seseorang mempunyai peralatan atau fasilitas, maka biasanya dia

akan selalu berusaha untuk tetap mempergunakan peralatan atau fasilitas tersebut.

Demikian pula halnya dengan perusahaan pabrik, dimana pimpinan perusahaan

pabrik tersebut akan selalu berusaha agar fasilitas maupun peralatan produksinya

dapat dipergunakan sehingga kegiatan produksinya berjalan lancar. (corder,1992).

Dalam usaha untuk dapat terus menggunakan fasilitas tersebut agar

kualitas produksi dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan

pemeliharaan dan perawatan yang meliputi kegiatan pemeriksaan, pelumasan

(lubrication), dan perbaikan atau reparasi atas kerusakan-kerusakan yang ada,

serta penyesuaian atau penggantian spare part atau komponen yang terdapat pada

(51)

Seluruh kegiatan ini sebenarnya tugas bagian pemeliharaan. Peranan

bagian ini tidak hanya untuk menjaga agar pabrik dapat tetap bekerja dan produk

dapat diprodusir dan diserahkan kepada pelanggan tepat pada waktunya, akan

tetapi untuk menjaga agar pabrik dapat bekerja secara efisien dengan menekan

atau mengurangi kemacetan produksi sekecil mungkin. Jadi, bagian perawatan

mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam kegiatan produksi suatu

perusahaan pabrik yang menyangkut kelancaran atau kemacetan produksi,

kelambatan, dan volume produksi serta efisiensi berproduksi.

Dalam masalah pemeliharaan ini perlu diperhatikan bahwa sering terlihat

dalam suatu perusahaan bahwa kurang diperhatikannya bidang pemeliharan atau

maintenance ini, sehingga terjadilah kegiatan pemeliharaan yang tidak teratur.

Peranan yang penting dari kegiatan baru diperhatikan setelah mesin-mesin

tersebut rusak dan tidak dapat berjalan sama sekali. Hendaknya kegiatan harus

dapat menjamin bahwa selama proses produksi berlangsung, tidak akan terjadi

kemacetan - kemacetan yang disebabkan oleh mesin maupun fasilitas produksi.

Maintenance dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau

menjaga fasilitas maupun peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau

penyesuaian maupun penggantian yang diperlukan agar diperoleh suatu keadaan

operasi produksi yang memuaskan sesuai apa yang telah direncanakan. Jadi,

dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka fasilitas maupun peralatan pabrik

dapat digunakan untuk produksi sesuai dengan rencana dan tidak mengalami

kerusakan selama fasilitas atau peralatan tersebut dipergunakan untuk proses

produksi atau sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai sehingga

dapatlah diharapkan proses produksi berjalan lancar dan terjamin karena

kemungkinan-kemungkinan kemacetan yang disebabkan tidak berjalannya

fasilitas atau perlatan produksi telah dihilangkan atau dikurangi.

2.2.2. Tujuan Pemeliharaaan (Maintenance)

Maintenance merupakan kegiatan pendukung bagi kegiatan komersil,

maka seperti kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan, berbiaya

rendah. Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin/peralatan produksi

dapat digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama

(52)

Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain:

1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan dengan rencana produksi.

2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang di

butuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.

3. Untuk membantu mengurangi pemakain dan penyimpangan yang di luar batas

dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang

ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai investasi tersebut.

4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien

keseluruhannya.

5. Untuk menjamin keselamatan orang yang mengunakan keselamatan tersebut

6. Memaksimumkan ketersediaan semua peralatan sistem produksi (mengurangi

downtime)

7. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin/peralatan.

2.2.3. Jenis- jenis Maintenance

1. Pemeliharaan terencana (planned maintenance )

Planned maintenance adalah yang terorganisir dan dilakukan dengan

pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana

yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu program maintenance yang

akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan pengawasan dan pemeliharaan

secara aktif bagian maintenance melalui informasi dari catatan riwayat

mesin/peralatan.

Konsep planned maintenance di tunjukan untuk dapat mengatasi masalah

yang dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan maintenance. Komunikasi

dapat di perbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk

mengambil keputusan.Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance

antara lain laporan permintaan pemeliharaan,laporan pemeriksaan, laporan

perbaikan, dan lain-lain.

2. Pemeliharaan pencegahan (Preventive maintenance)

Preventive maintenace adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang

di lakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan kerusakan yang tidak terduga

dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi

(53)

demikian semua fasilitas produksi yang di berikan preventive maintenance akan

terjamin kelancaranya dan selalu du usahakan dalam kondisi atau kedaan yang

siap di pergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap

saat.Sehingga dapatlah di mungkinkan pembuatan suatau rencana dan jadwal

pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi yang lebih

tepat.

3. Pemeliharaan perbaikan (corrective maintenance)

Corrective maintenance adalah suatu kegiatan maintenance yang

dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau kelainan pada mesin/peralatan

sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.

4. Pemeliharaan yang telah diprediksi (predictive maintenance)

Predictive maintenance adalah tindakan - tindakan maintenance yang

dilakukan pada tanggal yang di tetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan

evaluasi data operasi yang di ambil untuk melakukan predictive maintenance itu

dapat berupa data getaran,temperature,vibrasi,flow rate, dan lain lainnya.

Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan data dari

operator di lapangan yang di ajukan melalui work order ke department

maintenance untuk di lakukan tindakan tepat sehingga tidak akan merugikan

perusahaan.

5. Pemeliharaan tak terencana (Unplanned maintenance)

Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown/emergency

maintenance. Breakdown/emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah

tindakan maintenance yang dilakukan pada mesin/peralatan yang masih dapat

beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi lagi.

Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini, diharapkan penerapan

pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur dari mesin/peralatan, dan

dapat memperkecil frekuensi kerusakan.

6. Pemeliharaan mandiri (autonomous maintenance)

Autonomous maintenance atau pemeliharaan mandiri merupakan suatu

kegiatan untuk dapat meningkatakan produktivitas dan efesiensi mesin/peralatan

melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh operator untuk memelihara

(54)

Prinsip-prinsip yang terdapat pada 5S, merupakan prinsip yang mendasari

kegiatan autonomous maintenance, yaitu:

1) Seiri (clearing up) : Pembersihan

Memisahkan benda yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan.

Membuang benda-benda yang tidak diperlukan. Hal ini merupakan kegiatan

klasifikasi barang yang terdapat ditempat kerja. Biasanya tempat kerja dimuati

dengan mesin yang tidak terpakai, cetakan, dan peralatan, benda cacat, barang

gagal, barang, barang dalam proses material, persedian dan lain-lain.

2) Seiton (organizing) : Pengelompokan yang rapi

Menyusun dengan rapi dan mengenali benda untuk mempermudah

penggunaanya. Kata seiton berasal dari bahas jepang yang artinya menyusun

berbagai benda dengan cara yang menarik. Maksudnya dalam 5-S ini berarti

mengatur barang-barang sehingga setiap orang dapat menemukannya dengan

mudah dan cepat. Untuk mencapai langkah ini, pelat penunjuk digunakan untuk

menetapkan nama tiap barang dan tempat penyimpanan. Dengan kata lain menata

semua barang yang ada setelah ringkas, dengan pola teratur dan tertib.

3) Seiso (cleaning) : Membersihkan peralatan dan tempat kerja

Menjaga kondisi mesin yang siap pakai dan keadaan bersih. Selalu

membersihkan, menjaga kerapian dan kebersihan. Ini adalah proses pembersihan

dasar dimana disuatu daerah dalam keadaan bersih. Meskipun pembersihan

besar-besaran dilakukan oleh pihak perusahaan beberapa kali dalam setahun. Aktivitas

itu cendrung mengurangi kerusakan mesin yang diakubatkan oleh tumpahan

minyak, abu dan sampah. Untuk itu bersihkan semua mesin, peralatan dan tempat

kerja, mengilangkan noda, dan limbah serta menanggulangi sumber limbah.

4). Seikatsu (standarizing) : Penstandarisasian

Memperluas konsep kebersihan pada diri sendiri terus-menerus

memperaktekkan tiga langkah sebelumnya. Membuat standarisasi pemeliharaan di

tempat kerja seperti membuat standar pelumasan, standar pengecekan ataupun

inspeksi mesin, membuat standar pencapaian, dan lain sebagainya.

(55)

Shitsuke merupakan sifat 5-S yang menitik beratkan pelatihan dan

pendisiplinan dengan pendidikan yang dilakukan sebelum memulai dunia kerja,

pelatihan, pengarahan serta diklat yang umumnya diberlakukan sesuai dengan

standar organisasi ataupun perusahaan.

Autonomous maintenance diimplementasikan melalui 7 langkah yang akan

membangun keahlian yang di butuhkan operator agar mereka mengetahui

tindakan apa yang harus dilakukan.

Tujuh langkah kegiatan yang terdapat dalam autonomous maintenance adalah:

1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect)

2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan

3.Menghilangakan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau (eliminate

problem and anaccesible area)

4. Melaksanakan pemeliharaan mandiri (conduct autonomous maintenance)

5. Melaksanakan pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspection)

6. Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenance)

7. Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidies) Tugas dan

Pelaksanaan kegiatan maintenance

Semua tugas tugas atau kegiatan daripada maintenance dapat di golongkan

ke dalam salah satu dari lima tugas pokok yang berikut:

1.Inspeksi (Inspections)

Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara

berkala (routine scedule check) terhadap mesin/peralatan sesuai denagn rencana

yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai fasilitas

mesin/peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.

2. Kegiatan Teknik (Engineering)

Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru di

beli, dan kegiatan pengembangan komponen komponen atau peralatan yang perlu

di ganti, serta melakukan penelitian penelitian terhadap kemingkinan

pengembangan komponen atau peralatan, juga berusaha mencegah terjadinya

(56)

3.Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya

yaitu dengan memperbaiki seluruh mesin/peralatan produksi, hal yang direkam

saat operasi hingga dapat dilakukannya perawatan.

4.Kegiatan Adminitrasi

Kegiatan adminitrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

pencatatan pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan

kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan sceduling, yaitu rencana kapan

kegiatan suatu mesin/peralatan tersebut harus di periksa, diservice dan di perbaiki.

5.Pemeliharaan bangunan

Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan yang dilakukan

tidak termasuk dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenance.

2.3. Total Productive Maintenance (TPM) 2.3.1. Pendahuluan

Manajemen pemeliharaan mesin/peralatan modern dimulai dengan apa

yang disebut Preventive Maintenance yang kemudian berkembang menjadi

productive maintenance. Kedua metode pemeliharaan ini umumnya disingkat

dengan PM dan pertama kali diterapkan oleh industri-industri manufaktur di

Amerika Serikat dan pusat segala kegiatannya ditempatkan pada satu departemen

yang disebut dengan maintenance department.

Preventive maintenance mulai dikenal pada tahun 1950-an, yang

kemudian berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi yang ada dan

kemudian pada tahun 1960-an muncul apa yang disebut dengan Productive

Maintenance. Total Productive Maintenance (TPM) mulai dikembangkan pada

tahun 1970-an pada perusahaan Nippondenso Co. di negara Jepang yang

merupakan pengembangan konsep maintenance yang diterapkan pada perusahaan

industri manufaktur Amerika Serikat yang disebut preventive maintenance.

Mempertahankan kondisi mesin/peralatan yang mendukung pelaksanaan proses

produksi merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan pemeliharaan

unit produksi. Tujuan dari Productive Maintenance adalah untuk mencapai apa

(57)

2.3.2. Pengertian Total Productive Maintenance (TPM)

Total productive maintenance merupakan ide Nakajima (1988) yang

menekankan pada pendayagunaan dan keterlibatan sumber daya manusia dan

sistem Preventive Maintenance untuk memaksimalkan efektifitas peralatan

dengan melibatkan semua departemen dan fungsional organisasi.

TPM adalah hubungan kerjasama yang erat antara perawatan dan

organisasi produksi secara menyeluruh yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas produk, mengurangi waste, mengurangi biaya produksi, meningkatkan

kemampuan peralatan dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada

perusahaan manufaktur. Secara menyeluruh definisi dari total productive

maintenance menurut Nakajima mencakup lima elemen berikut:

1. TPM bertujuan untuk menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM)

untuk memperpanjang umur penggunaan mesin/peralatan.

2. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektivitas mesin/peralatan secara

keseluruhan (overall effectiveness)

3. TPM dapat diterapkan pada berbagai departemen (seperti engineering, bagian

produksi, bagian maintenance)

4. TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkatan manajemen tertinggi hingga

para karyawan/operator lantai pabrik.

5. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan PM

melalui manajemen motivasi : autonomous small group activities.

Kemudian Ljungberg (1998) menambahkan bahwa OEE juga merupakan

cara efektif menganalisis efisiensi sebuah mesin tunggal atau sebuah system

permesinan terintegrasi .Bagaimanapun suatu perusahaan menginginkan peralatan

produksinya dapat beroperasi 100% tanpa ada downtime, pada kinerja 100% tanpa

ada speed losses, dengan output 100% tanpa ada reject. Dalam kenyataannya, hal

ini sangat sulit tapi bukan tidak mungkin hal ini dapat dicapai. Menghitung OEE

(58)

peralatan produksi maupun proses melalui aktivitas TPM dan hal ini merupakan

tujuan utamanya.

Subjek utama yang menjadi ide dasar dari kegiatan TPM adalah manusia

dan mesin. Dalam hal ini diusahakan untuk dapat merubah pola pikir manusia terhadap konsep pemeliharaan yang selama ini biasa dipakai. Pola pikir “saya menggunakan peralatan dan orang lain yang memperbaiki” harus diubah menjadi “saya merawat peralatan saya sendiri.” Untuk itu para karyawan dituntut untuk dapat belajar menggunakan dan merawat mesin/peralatan dengan baik dan dengan

demikian perlu dipersiapkan suatu sistem pelatihan (training) yang baik.

Dalam TPM ada terdapat pilar – pilar yang mendukung kegiatan ini. Dapat

kita lihat pada gambar 2.2. berikut,

Gambar 2.2. 8 Pilar dalam TPM

Sumber : http://www.indroagunghandoko.com/p/additional-3.html

Pondasi dasar dari TPM adalah 5S (Seiri/Ringkas, Seiton/Rapi, Seiso/

Resik, Seiketsu/Rawat dan Shitsuke/Rajin) seperti yang sudah dijelaskan diatas.

Pilar 1, Improvement to Increase Equipment Effectiveness bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi / performance kerja dari suatu mesin.

Pilar 2, Autonomous Maintenance bertujuan untuk mengikutsertakan para

Gambar

Gambar 3.1 Turbin Uap Sebagai Objek Penelitian di Begerpang POM
Gambar 3.1. Tahapan proses pemecahan masalah
Gambar 3.2 Diagram alir perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Tabel 4.1. Data waktu kerusakan mesin Turbin Uap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk tahun 2012 jumlah kegiatan naik lagi menjadi 155 sub kegiatan/tahun, tapi sudah termasuk kegiatan revitalisasi yang membutuhkan waktu pelaksanaan dan Dari

Oleh kerana itu organisasi masa depan yang akan mampu bersaing harus memiliki visi yang jelas dan terarah, pimpinan harus memiliki kompetensi yang menonjol sesuai

Berikut ini gambaran perubahan logo pada perusahaan perusahaan besar di dunia, serta perusahaan Indonesia yang dipengaruhi oleh tren visual yang hadir pada saat logo

Identifikasi Lembaga/unit bisnis pada sub- sistem distribusi dari 36 responden benih padi non subsidi diketahui ada tiga toko pengecer yaitu Toko Abadi, Toko

SURIATY SITUMORANG. SAMIK IBRAHIM).. Dosen

Sasaran meningkatnya partisipasi PSM dan Karang Taruna dalam penanganan PMKS ini memiliki satu indikator yaitu persentase PSM dan Karang Taruna yang aktif dalam program

tidak boleh transparan). 3) Berdasi hitam dan memakai ikat pinggang warna hitam polos. 4) Sepatu pantofel warna hitam tanpa hak berkaus kaki putih 10cm diatas mata kaki. 5) Memakai

Jika ingin menampilkan kata ”alias”, maka Anda tidak perlu mengetik perintah yang panjang lagi, tetapi cukup ketik ^shell^alias^ dan tekan Enter maka akan menggantikan kata