• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Konsumsi dan Preferensi Konsumen Bawang Merah Segar di Kota Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tingkat Konsumsi dan Preferensi Konsumen Bawang Merah Segar di Kota Medan Chapter III V"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan dengan dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Medan Deli dan Kecamatan Medan Marelan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pertimbangan yang dilakukan peniliti dikarenakan daerah tersebut memiliki Jumlah populasi Rumah tangga paling banyak dibandingkan dengan 19 (sembilan belas) kecamatan lainnya yang ada di Kota Medan.

Tabel 7. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Rata-rata Anggota RT diperinci menurut Kecamatan di Kota Medan.

No Kecamatan Banyaknya Rata-rata

Anggota RT Penduduk Rumah Tangga

(2)

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah dengan metode nonprobabilitas. Metode ini dipilih karena adanya hambatan dalam pemakaian desain probabilitas, dikhawatirkan bila pengambilan sampel secara probabilitas (random) hasilnya tidak objektif, karena kajian ini bersifat khusus sehingga penggunaan metode nonprobabilitas akan lebih tepat.

Metode nonprobabilitas yang digunakan yakni metode Accidental Sampling, yaitu menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapapun yang dipandang peneliti cocok sebagai sumber data (Supriana, 2016). Adapun responden pada penelitian ini adalah konsumen akhir yang memutuskan membeli bawang merah segar, dan mayoritas adalah wanita yang berstatus ibu rumah tangga. Responden dijumpai dalam kondisi sedang berbelanja membeli bawang merah segar di pasar tradisional juga warung sayur mayur di daerah penelitian dan dijumpai secara kebetulan berdasarkan bahwa responden dianggap cocok sebagai sumber data.

Berdasarkan Tabel 7, jumlah rumah tangga di Kota Medan sebanyak 493.366 RT. Untuk menentukan besarnya sampel, maka peneliti menggunakan menggunakan metode Slovin.

n =

dimana:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

(3)

Dari rumus Slovin tersebut,dengan populasi penduduk kota medan sebesar 502.735 Rumah Tangga, dan tingkat kesalahan 10%, maka didapatkan ukuran sampel yaitu:

n =

n =

= 99,98 dibulatkan menjadi 100 RT

Sehingga populasi pada penelitian ini adalah 100 rumah tangga. Selain menggunakan metode Slovin, menurut Orme (2010) formula penentuan jumlah sampel untuk kajian preferensi di peroleh dengan rumus:

Jumlah sampel Minimum = (Level –Atribut+1) x 5

Pada penelitian menggunakan empat atribut dan dua belas level sehingga didapatkan jumlah sampel sebagai berikut:

Jumlah sampel = (Level- Atribut +1) x 5 = (12- 4+1) x 5

= 45

Jumlah sampel dengan menggunakan rumus Orme sebesar 45 orang.Tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dari rentang 45 orang sampai 100 orang, peneliti mengambil jumlah sampel terbesar yaitu 100 orang, hal ini berdasarkan dari jumlah sampel yang diambil berbasis dari tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui preferensi konsumen. Semakin besar jumlah sampel yang digunakan hasil preferensi konsumen yang di dapat akan semakin baik.

(4)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui teknik wawancara menggunakan kuisioner tersrtuktur kepada seluruh responden rumah tangga konsumen bawang merah segardi daerah penelitian.

Data sekunder didapatkan dari berbagai studi pustaka, literatur yang mendukung penelitian, serta data yang diterbitkan oleh BKP Kota Medan dan BPS Propinsi Sumatera Utara dan Dinas Pertanian Pemprovsu.

Kuesioner pertama dilakukan untuk mengidentifikasi atribut dan level yang diinginkan oleh responden yang kelak akan dijadikan berbagai kombinasi dari atribut dan level yang telah didapatkan dari kuesioner pertama, lalu dari berbagai kombinasi yang tercipta akan ditawarkan kembali kepada konsumen dengan penyebaran kuesioner tahap 2, agar diketahui tingkat atribut yang paling diinginkan konsumen. Kusioner tahap 2 merupakan hasil stimuli dari beberapa level atribut yang dinilai dengan skala likert (1=sangat tidak suka, sampai 5=sangat suka). Hasil kombinasi atribut dan level tersebut disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Atribut dan Level Atribut Pada Bawang Merah

No. Atribut Level Atribut Uraian

1 Ukuran 1 Kecil

4 Kelembaban/kekeringan 1 Buruk

2 Sedang

(5)

Berdasarkan Tabel 8, maka didapatkan kombinasi sebanyak 3x3x3x3 = 81 kombinasi. Hal ini cenderung kurang praktis dan konsumen akan kesulitan memberikan peringkat dari ke-81 kombinasi atribut dan level bawang merah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka bentuk desain yang digunakan bukan full factor design tetapi fractional fractorial design. Maka dengan desain ini akan didapat sebagian dari seluruh kombinasi produk dipilih yang benar-benar berpengaruh terhadap efek utama dan desain ini dikenal dengan nama orthogonal

array.Terbentuknya kombinasi atribut yang memenuhi sifat orthogonal

merupakan tahap awal yang sangat penting.

3.4. Metode Analisa Data

Untuk mengetahui tingkat konsumsi bawang merah di daerah penelitian, digunakan analisis deskriptif dengan cara mentabulasi data primer konsumsi konsumen bawang merah segar dari 100 rumah tangga di daerah penelitian. Kemudian membandingkannya dengan data sekunder konsumsi rata-rata bawang merah pada tingkat nasional, tingkat propinsi Sumatera Utara dan Kota Medan. Sehingga akan diketahui tingkat konsumsi rata-.rata bawang merah segar per gram/kapita/hari, masuk ke dalam kategori tingkat konsumsi rendah, sedang ataupun tinggi.

(6)

pemasaran, juga dapat digunakan untuk merancang harga,memprediksi penjualan dan untuk mengetahui karakteristik pasar.

Utilitas merupakan dasar konseptual untuk mengukut nilai dalam analisis konjoin yang merupakan penilaian preferensi subjektif yang unik bagi tiap individu. Produk dengan nilai utilitas lebih tinggi memiliki preferensi lebih tinggi dan memiliki kesempatan dipilih lebih tinggi (Surjandari, 2009).

Menurut Surjandari (2009), analisis konjoin termasuk dalam multivariate

dependence method dengan model matematis dari analisis konjoin adalah sebagai

berikut:

Y= X1 + X2 +X3 + ...+ Xn

dimana :

Variabel independent (X1, X2, X3,....<Xn) adalah faktor maupun level dari masing-masing faktor. Variabel independence berupa data non-metrik, sedangkan variabel dependent (Y) adalah preferensi keseluruhan dari responden terhadap level dari masing-masing faktor dari suatu produk. Variabel dependent ini juga mencakup penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan faktor terhadap atribut-atribut suatu produk.

(7)

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

3.5.1. Definisi

1. Bawang merah segar adalah jenis tanaman hortikultura berbentuk umbi, yang dikonsumsi seluruh rumah tangga sebagai salah satu bumbu dapur penyedap rasa dalam masakan, yang berasal baik dari lokal maupun impor. 2. Tingkat konsumsi yaitu volume bawang merah segar yang di konsumsi

konsumen dalam satuan per waktu (gram/hari).

3. Konsumen dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mengkonsumsi bawang merah segar.

4. Karakteristik Konsumen adalah variabel data responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat konsumsi dan tingkat pendapatan. 5. Usia adalah umur responden pada saat di wawancarai (tahun)

6. Pendapatan adalah seluruh jumlah pendapatan dalam rumah tangga responden dalam satuan rupiah per bulan.

7. Preferensi adalah kesukaan, pilihan sangat suka (SS),suka (S), biasa (B) tidak suka (TS) atau sangat tidak suka (STS) oleh seseorang terhadap kombinasi atribut bawang merah.

8. Konsumsi adalah proses pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh. 9. Keputusan konsumen membeli bawang merah adalah tindakan lanjutan dari preferensi konsumen apabila memilih sangat suka terhadap kombinasi atribut bawang merah.

(8)

kategori produk, yang melekat pada produk atau menjadi bagian dari produk itu sendiri.

11. Harga adalah nilai (uang) yang dikeluarkan untuk ditukarkan dengan produk bawang merah segar.

12. Harga bawang merah segar < Rp.35000/kg adalah termasuk kategori harga murah yang ditawarkan bagi konsumen bawang merah segar per kilogram. 13. Harga bawang merah segar berkisar antara Rp.35000/kg-Rp.40000/kg

adalah termasuk kategori harga terjangkau yang ditawarkan bagi konsumen bawang merah segar per kilogram.

14. Harga bawang merah segar >Rp.40000/kg adalah termasuk kategori harga mahal yang ditawarkan bagi konsumen bawang merah segar per kilogram. 15. Aroma tidak tajam adalah aroma yang timbul dari produk bawang merah

segar yang tidak mampu memberikan intensitas pengaruh melalui indera penciuman dan kurang memiliki karakter tersendiri dibandingkan bawang merah yang lain.

16. Aroma agak tajam adalah aroma yang timbul dari produk bawang merah segar yang kurang mampu memberikan intensitas pengaruh melalui indera penciuman dan kurang memiliki karakter tersendiri dibandingkan bawang merah yang lain.

17. Aroma tajam adalah aroma yang timbul dari produk bawang merah segar yang mampu memberikan intensitas pengaruh melalui indera penciuman dan memiliki karakter tersendiri dibandingkan bawang merah yang lain. 18. Ukuran bawang merah merah kecil adalah ukuran bawang merah segar

(9)

19. Ukuran bawang merah merah sedang adalah ukuran bawang merah segar dengan diameter ukuran umbi 1,7 - 2,5 cm.

20. Ukuran bawang merah merah besar adalah ukuran bawang merah segar diameter ukuran umbi >2,5 cm.

21. Kelembaban/Kekeringan buruk yaitu bawang merah segar dalam kondisi sangat lembab/tidak kering dan sampah kulit ikutannya banyak.

22. Kelembaban/Kekeringan sedang yaitu bawang merah segar dalam kondisi sangat lembab/agak kering dan sampah kulit ikutannya sedikit.

23. Kelembaban/Kekeringan baik yaitu bawang merah segar dalam kondisi tidak lembab/ kering dan tidak ada sampah kulit ikutannya.

6.5.2. Batasan Operasional

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Deskripsi Umum Kota Medan

Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang disebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan di Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang disebelah utara, selatan, barat dan timur.Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

4.1.1. Letak Geografis Kota Medan

Kota Medan terletak antara 3º.27’ - 3º.47’ lintang utara dan 98º.35’ - 98º.44’ bujur timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km².

(11)

Tabel 9. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan

(Sumber : Medan dalamangka, 2015)

4.1.2 Keadaan Penduduk kota Medan

(12)

Tabel 10. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Medan Tuntungan 41,855 42,920 84,775

Sumber : BPS Kota Medan 2015

(13)

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden

4.2.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang responden, diperoleh data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, seperti yang tersaji dalam Gambar 4 berikut :

Sumber : Data Primer diolah, 2016

Gambar 4. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Gambar 4 dapat di lihat persentase data responden berdasarkan jenis kelamin, terdiri dari 78 orang berjenis kelamin wanita dan 22 orang berjenis kelamin Pria.

4.2.2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang responden, diperoleh data karakteristik responden berdasarkan usia, seperti yang tersaji pada Gambar 5 berikut :

Sumber : Data Primer diolah, 2016

(14)

Pada Gambar 5 dapat dilihat persentase data responden berdasarkan tingkat usia, dari 100 orang responden terdiri atas 12 orang berusia 21-30 tahun, 46 orang berusia antara 31-40 tahun, 30 orang berusia antara 41-50 tahun, dan 12 orang berusia 51-60 tahun.

4.2.3. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Berdasarkan jumlah anggota keluarga, maka persentase jumlah anggota keluarga dapat terlihat pada gambar 6 yang di sajikan berikut:

Sumber : Data Primer diolah, 2016

Gambar 6. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat persentase data responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga, dari 100 orang responden bahwa 67% responden memiliki anggota keluarga lebih dari 3 orang. Responden yang memiliki anggota keluarga sebanyak 3 orang berjumlah 21 %, sisanya sebanyak 12 % responden memiliki anggota keluarga sebanyak 2 orang.

4.2.4. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan

(15)

Sumber : Data Primer diolah, 2016

Gambar 7. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan

Berdasarkan Gambar 7 dapat di lihat persentase data responden berdasarkan Jenis Pekerjaan, dari 100 orang responden bahwa 20 orang responden bekerja sebagai PNS, 30 orang responden bekerja pada instansi BUMN, 40 orang responden bekerja pada instansi swasta, 5 orang responden bekerja sebagai wira usaha dan sisanya 5 orang responden dengan jenis pekerjaan lainnya.

4.2.5. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang responden, diperoleh data karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan, seperti yang tersaji pada gambar 8 berikut :

Sumber : Data Primer diolah, 2016

Gambar 8. Karakteristik Responden berdasarkan Pendapatan

(16)

juta/ bulan, 21 orang responden berpendapatan berkisar Rp.5 juta-Rp.10 juta/ bulan, selanjutnya 9 orang responden memiliki pendapatan >Rp.10 juta/bulan.

4.2.6. Karekteristik Responden berdasarkan Tingkat Konsumsi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang responden, diperoleh data karakteristik responden berdasarkan tingkat konsumsi, seperti yang tersaji dalam Gambar 9 berikut :

Sumber : Data Primer diolah,2016

Gambar 9. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Konsumsi

(17)

4.3. Hasil Analisis dan Pembahasan

4.3.1. Uji Korelasi atribut dengan Preferensi Konsumen Secara Umum

Hasil analisis data untuk uji korelasi atribut dengan preferensi konsumen secara umum disajikan pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11. Uji Korelasi Atribut dengan Preferensi konsumen

Sumber: Data PrimerDiolah,2016

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa hubungan antara kombinasi atribut dengan preferensi konsumen dapat dilihat pada nilai Pearson'sRyang menunjukan nilai 0,985 atau nilai preferensi konsumen yang berpengaruh adalah 98,5 %. Hal tersebut menunjukan adanya tingkat korelasi yang sangat kuat dengan didukung nilai sig 0,000 yang menunjukkan nilai signifikansi kuat dan tidak melebihi berdasarkan taraf kepercayaan yang digunakan yakni 0,05.

Pada penelitian ini alat yang digunakan dalam bentuk skor skala likert dan bukan menggunakan rangking sehingga nilai Kendall Tau tidak diperhitungkan.

4.3.2. Uji Ketepatan Prediksi Konsumen

Pada uji ketepatan prediksi ini,akan dilakukan pengukuran output korelasi secaraPearson maupun Kendall. Pada pengukuran tersebut akan diketahui seberapa kuat hubungan antara estimates dan actualnya atau seberapa tinggi predictive accuracy nya. Dari hasil korelasi yang didapat dari penggunaan aplikasi SPSS versi 16 didapatkan value korelasi baik Person’s R maupun Kendall’sTau menghasilkan angka yang tinggi yaitu 0.985 dan 0.915.

Kriteria Value Sig.

Pearson's R 0.985 .000

(18)

Dari tabel juga terlihat bahwa pada uji signifikansi nilai Pearson’R 0.000 Sig< α (0,05), maka korelasi keempat atribut tersebut mempunyai signifikansi `yang cukup kuat sehingga dianggap mampu menggambarkan preferensi konsumen bawang merah di Kota Medan.

Pada penelitian ini menggunakan skala likert yang dianggap sebagai skala interval, penilaian dalam bentuk data rating, sehingga penelitian ini termasuk kasus metrik, maka korelasi yang lebih sesuai adalah korelasi

Person’s R (Sujandari, 2009). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang

kuat antara estimates dan actual atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses konjoin.

4.3.3. Uji Validitas

(19)

Tabel 12. Uji Validitas

Correlations Total score

P1 Pearson Correlation 0.374**

Sig. (2-tailed) 0.000

N 100

P2 Pearson Correlation 0.537**

Sig. (2-tailed) 0.000

N 100

P3 Pearson Correlation 0.322**

Sig. (2-tailed) 0.001

N 100

P4 Pearson Correlation 0.225*

Sig. (2-tailed) 0.024

N 100

P5 Pearson Correlation 0.684**

Sig. (2-tailed) 0.000

N 100

P6 Pearson Correlation 0.474**

Sig. (2-tailed) 0.000

N 100

P7 Pearson Correlation 0.323**

Sig. (2-tailed) 0.000

N 100

P8 Pearson Correlation 0.261**

Sig. (2-tailed) 0.009

N 100

P9 Pearson Correlation 0.195**

Sig. (2-tailed) 0.002

N 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

(20)

4.3.4. Uji Reliabilitas.

Uji Reliabilitas adalah Uji sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Uji reabilitas ini dilakukan juga untuk menguji kehandalan alat ukur dan hasil yang diperoleh terhindar dari kesalahan pengukuran. Dalam pengujian ini dilakukan dengan penghitungan nilai alpha cronbach yaitu suatu metode yang dikembangkan oleh Cronbacch (1979). Penghitungan alpha cronbach dengan menggunakan SPSS versi 16.

Tabel 13. Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items

,199 ,275 9

Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha (0,199) > RTabel. Nilai RTabel adalah 0,196 sehingga artinya semua variabel dalam penelitian ini dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah reliable.

4.3.5 Kombinasi atribut dan Level Atribut Desain Orthogonal

(21)

Tabel 14. Kombinasi atribut dan Level Atribut Desain Orthogonal

No.

Kombinasi Atribut dan Level Atribut

UKURAN AROMA HARGA (Rp/Kg) KELEMBABAN /

KEKERINGAN

1 Besar Agak Tajam > 40000 Buruk

2 Besar Tajam < 35000 Sedang

3 Sedang Tidak Tajam > 40000 Sedang

4 Sedang Tajam 35000-40000 Buruk

5 Sedang Agak Tajam < 35000 Baik

6 Kecil Tajam > 40000 Baik

7 Kecil Tdak Tajam < 35000 Buruk

8 Besar Tidak Tajam 35000-40000 Baik

9 Kecil Agak Tajam 35000-40000 Sedang

Berdasarkan pembentukan stimuli, kombinasi atribut yang didapat berjumlah 81 (delapan puluh satu) kombinasi, dengan adanya desain orthogonal ini jumlah kombinasi atribut dapat disederhanakan menjadi 9 (sembilan) kombinasi, agar memudahkan bagi konsumen untuk memberikan gambaran preferensinya terhadap bawang merah segar.

(22)

Tabel 15. Nilai Kegunaan setiap Level Atribut (Konsumen Secara Umum)

Atribut Level Atribut Nilai Kegunaan Std. Error

Atribut 1 (Ukuran) Kecil -0,397 .

(Sumber:Output SPSS, 2016)

Dari Tabel 15 diketahui bahwa secara umum, atribut yang paling disukai adalah atribut kelembaban dan kekeringan dengan level atribut baik (0,507) dan atribut yang paling tidak disukai konsumen adalah masih pada atribut kelembaban / kekeringan dengan level atribut buruk (-0,877).

Berdasarkan nilai kegunaan, secara umum konsumen menyukai bawang merah segar dengan kelembaban/kekeringan baik (0,507) yaitu bawang merah segar yang tidak lembab/ kering dan tidak ada sampah kulit ikutannya, dari pada bawang merah segar dengan kelembaban/kekeringan sedang (0,370) yaitu bawang merah segar dengan kondisi sedikit lembab/agak kering dan sampah kulit ikutannya sedikit.

(23)

Untuk aroma bawang merah segar diketahui bahwa konsumen lebih menyukai bawang merah segar dengan aroma yang tajam (0,460) diikuti dengan aroma yang agak tajam (0,177) serta aroma yang sangat tidak disukai konsumen adalah `bawang merah segar beraroma tidak tajam (-0,637).

Informasi dan pengetahuan terhadap harga yang diperoleh konsumen sangat baik,hal ini dapat dilihat pada atribut harga, dimana secara umum sebagian besar konsumen sangat menyukai bawang merah segar dengan level atribut harga berkisar Rp. 35000/kg-Rp.40000/kg, dan harga berkisar < Rp.35000/kg, serta konsumen tidak menyukai bawang merah dengan level atribut harga > Rp.40000/kg.

Selanjutnya untuk atribut ukuran umbi bawang merah secara umum konsumen sangat menyukai ukuran umbi yang besar dan sangat tidak menyukai ukuran umbi bawang merah dengan ukuranumbi yang kecil hal ini dapat dilihat dari nilai kegunaanya yaitu -0,397.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai kegunaan tertinggi, maka kombinasi yang paling disukai oleh konsumen adalah kombinasi nomor dua yaitu dengan nilai maksimum Utility sebesar 4,573.

(24)

4.4. Preferensi Konsumen terhadap Kombinasi Atribut dan Level Atribut

Berdasarkan NilaiMaximum Utility Rule

Nilai pada Maximum Utility Rule digunakan untuk melihat kombinasi dan level atribut paling disukai oleh konsumen bawang merah. Nilai ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data menggunakan SPSS 16 berdasarkan Maximum Utility Rule.

Tabel 16. Kombinasi paling disukai Responden (Maximum Utility Rule)

No Ukuran Aroma Harga (Rp/Kg) Kelembaban / kekeringan

Total Constant Utilities

2 0,417 0,460 0,273 0,370 1,520 3,053 4,573

Pada Tabel 16 dapat di ketahui Nilai Maximum Utility Rule. Nilai Maximum

Utility Rule menggambarkan pilihan paling disukai oleh responden dari 9

(sembilan) kombinasi yang ditawarkan pada saat penelitian. Nilai utility tertinggi menggambarkan kombinasi yang paling disukai responden dan nilai utility terendah menggambarkan kombinasi yang paling tidak disukai responden terhadap atribut bawang merah segar.

Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh (Gudono, 2015) yang menyatakan bahwa Maximum Utility Rule disebut juga sebagai first choise rule

(25)

maksimum), temuan ini akan tepat digunakan jika pembelian yang dilakukan oleh konsumen tergolong “high involment purchase” artinya konsumen serius mempertimbangkan berbagai atribut dengan sub atribut produk yang akan dibeli.

Berdasarkan Tabel 16, kombinasi atribut paling disukai pilihan responden adalah kombinasi nomor dua yaitu bawang merah segar dengan komposisi level atribut ukuran umbi besar, beraroma tajam, harganya < Rp. 35.000,- /kg dengan kelembaban/kekeringan sedang. Kombinasi yang paling tidak disukai adalah kombinasi nomor tiga yaitu bawang merah segar dengan komposisi level atribut ukuran umbi sedang, aromanya tidak tajam, harga berkisar > Rp.40000,- /kg dengan kelembaban/kekeringan sedang.

Hal ini juga sesuai dengan rumus utilitas analisis konjoin, preferensi keseluruhan konsumen terhadap bawang merah segar di Kota Medan yaitu sebesar penjumlahan:

Y = X1 + X2 + X3 + X4 + constant

Total Utility = 0,417+ 0,460+ 0,273+ 0,370+ 0,3053

Total Utility = 4,573

Dimana

Y : total utility

X1 : nilai utility atribut ukuran X2 : nilai utility atribut aroma X3 : nilai utility atribut harga

X4 : nilai utility atribut kelembaban/kekeringan Constant: nilai constant dalam analisis

(26)

memberikan utilitas tertinggi bagi konsumen terhadap bawang merah segar di Kota Medan.

Hasil temuan ini secara teori mungkin masih memunculkan pertanyaan, mengapa hasil kombinasi yang menjadi preferensi responden pada atribut kelembaban/kekeringan yang muncul adalah kategori level atribut sedang bukan kategori level atribut baik.

Realita yang ditemukan di daerah penelitian bahwa ditingkat konsumen bawang merah segar pilihan responden masih dominan terhadap level atribut harga yang murah. Sehingga level atribut harga yang murah masih menjadi tolak ukur yang dianggap penting bagi para calon konsumen untuk memutuskan membeli dan mengkonsumsi bawang merah segar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingakat pendapatan konsumen yang tinggi belum tentu mempunyai korelasi terhadap pilihan atribut harga dengan kategori level atribut harga mahal untuk membeli dan mengkonsumsi bawang merah segar.

Dari nilai total utility untuk kombinasi nomor dua sebesar 1,520 dapat diketahui nilai rata rata jumlah konsumen yang menyukai model komposisi kombinasi tersebut yaitu sebesar 28% (28 responden) yang menyukai komposisi kombinasi nomor dua.

(27)

produksi dan kualitas bawang merahnya, yang mempunyai aroma tajam, tingkat kelembaban /kekeringan baik dan harganya cukup bersaing dan tidak kalah dengan kualitas dari bawang merah lokal lainnya seperti varietas Bima asal Brebes, Jawa Tengah..

Untuk metode penelitian data kualitatif preferensi konsumen, penggunaan analisis konjoin akan lebih tepat karena analisis konjoin akan mengakomodir lebih detail setiap keinginan konsumen terhadap suatu produk dan jasa. Analisis konjoin juga mampu untuk menganalisis penciptaan nilai bagi konsumen, membantu dalam keputusan memilih harga yang dianggap optimal dan membangun kebijakan strategi dalam pemasaran.

4.5. Operasionalisasi Batasan Level Atribut

(28)

Tabel 17. Operasionalisasi Batasan Level Atribut

No. Atribut level Atribut Uraian

1 Ukuran Kecil bawang merah segar dengan diameter ukuran umbi 1,3 – 1,7 cm.

Sedang bawang merah segar dengan diameter ukuran umbi 1,7- 2,5

cm.

Besar bawang merah segar dengan diameter ukuran umbi > 2,5 cm.

2 Aroma Tidak Tajam

aroma yang timbul dari produk bawang merah segar yang tidak mampu memberikan intensitas pengaruh melalui indera penciuman dan kurang memiliki karakter tersendiri dibandingkan bawang merah yang lain.

Agak Tajam

aroma yang timbul dari produk bawang merah segar yang kurang mampu memberikan intensitas pengaruh melalui indera penciuman dan kurang memiliki karakter tersendiri dibandingkan bawang merah yang lain

Tajam

aroma yang timbul dari produk bawang merah segar yang mampu memberikan intensitas pengaruh melalui indera penciuman dan memiliki karakter tersendiri dibandingkan bawang merah yang lain.

3 Harga(Rp/Kg) >40000

Harga bawang merah segar >Rp.40000/kg adalah termasuk kategori harga mahal yang ditawarkan bagi konsumen bawang merah segar per kilogram.

35000-40000

Harga bawang merah segar berkisar antara Rp.35000/kg-Rp.40000/kg adalah termasuk kategori harga terjangkau yang ditawarkan bagi konsumen bawang merah segar per kilogram.

<35000

Harga bawang merah segar < Rp.35000/kg adalah termasuk kategori harga murah yang ditawarkan bagi konsumen bawang merah segar per kilogram bagi konsumen bawang merah segar per kilogram.

4 Kelembaban /

kekeringan Buruk

Kualitas buruk yaitu bawang merah segar dalam kondisi sangat lembab/tidak kering dan sampah kulit ikutannya banyak.

Sedang

Kualitas sedang yaitu bawang merah segar dalam kondisi sedikit lembab/agak kering dan sampah kulit ikutannya sedikit.

Baik Kualitas baik yaitu bawang merah segar dalam kondisi tidak

lembab/ kering dan tidak ada sampah kulit ikutannya.

4.6. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Bawang Merah

(29)

Tabel 18. Tingkat Kepentingan (Importance values)

Importance Values

atribut1 20.043

atribut 2 24.462

atribut 3 22.882

atribut 4 32.613

Average Impotance score

(Sumber:Data diolah SPSS, 2016)

Gambar 10. Tingkat Kepentingan Atribut Menurut Konsumen Secara Umum

Berdasarkan Tabel 18 dan Gambar 10 dapat dilihat bahwa tingkat kepentingan atribut tertinggi yang menjadi perhatian konsumen dalam membeli bawang merah adalah tingkat kelembaban/kekeringan bawang merah (32.613%), dikuti oleh aroma bawang merah (24.462%) dan harga bawang merah (22.882%) serta atribut ukuran umbi bawang merah (20.043%).

(30)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh preferensi konsumen terhadap bawang merah dengan nilai kegunaan (utility estimate) yang bernilai positif terbesar menunjukkan atribut yang paling penting yaitu pada atribut kelembaban/kekeringan dengan level atribut baik (0,507), diikuti atribut aroma (0,460), ukuran (0,417) serta harga (0,303). Artinya konsumen lebih mengutamakan atribut kelembaban dan kekeringan bawang merah dibandingkan atribut lainnya. Pada penelitian terdahulu oleh Adiyoga dan Nurmalalinda tentang ‘Analisis Konjoin Preferensi Konsumen terhadap Atribut Produk Kentang, Bawang Merah dan Cabai Merah’ juga memberikan hasil bahwa nilai kegunaan atribut pada bawang merah yang disukai oleh konsumen paling tinggi adalah atribut ukuran dari umbi bawang merah yaitu umbi yang berukuran besar (diameter 2,5 cm), kemudian untuk faktor warna kulit responden cenderung meenyukai warna kulit bawang merah yang merah keunguan tua. Sedangkan faktor aroma responden cenderung menyukai bawang merah dengan aroma tidak menyengat.

(31)

setiap individu mempunyai pola sikap tersendiri sehingga diperlukan adaptasi yang rumit dalam banyak hal.

4.7. Konsumsi Bawang Merah Rata Rata Responden pergram/kapita/hari

Tingkat konsumsi bawang merah di daerah penelitian ditentukan oleh jumlah konsumsi bawang merah pada saat penelitian dilakukan yaitu pada tahun 2016. Jumlah konsumsi bawang merah dapat diketahui dari pertanyaan - pertanyaan yang terdapat pada kuisioner. Kemudian hasil yang didapat dibandingkan dengan tiga indikator yaitu :

Tingkat Konsumsi : kg/kapita

Dari hasil penelitian terhadap 100 rumah tangga responden, rata-rata konsumsi rumah tangga sebesar 46,7 gram/RT/hari dibagi dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga, maka diperoleh rata- rata konsumsi bawang merah sebesar 11,67 gram/kap/hari. Bila dibandingkan dengan ketiga indikator diatas maka tingkat konsumsi konsumen bawang merah segar per gram/kapita/hari di daerah penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi nasional (7 gram/kap/hari), tingkat konsumsi Provinsi Sumatera Utara (7 gram/kap/hari) dan tingkat konsumsi kota Medan (8,337 gram/kap/hari).

(32)

konsumsi bawang merah segar lokal masih tinggi. Adanya AFTA (ASEAN

Free Trade Area) dan pasar bebas seharusnya tidak berpengaruh besar

terhadap harga bawang merah segar di dalam negeri, karena permintaan (konsumsi) dan preferensi konsumen terhadap bawang merah segar lokal masih tinggi. Dengan demikian komoditi bawang merah sebagai salah satu bahan pangan strategis dapat memicu terjadinya inflasi, akibat tingginya harga bawang merah dalam negeri, permintaan yang cenderung meningkat namun tidak didukung dengan pasokan bawang merah lokal yang optimal.

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Rata-rata konsumsi bawang merah segar sebesar 11,67 gram/kap/hari.hal ini menunjukkan bahwa konsumsi bawang merah segar di daerah penelitian masih relatif lebih tinggi bila dibandingkandengan tingkat konsumsi rata-rata nasional (7 gram/kap/hari), tingkat konsumsi propinsi Sumatera Utara (7 gram/kap/hari), dan tingkat konsumsi Kota Medan (8,33 gram/kap/hari). 2. Preferensi Konsumen pada saat membeli dan mengkonsumsi bawang merah

segar yaitu yang memiliki komposisi kombinasi level atribut dengan ukuran umbi besar, aroma tajam, harga murah dan kondisi kelembaban/kekeringannya kategori sedang.

3. Model Kombinasi yang disukai konsumen bawang merah segar secara umum adalah kombinasi nomor dua yaitu bawang merah segar dengan komposisi kombinasi level atribut ukuran umbi besar, beraroma tajam,

harga berkisar <Rp.35000/kg dan mempunyai tingkat kelembaban/kekeringannya kategori sedang (sedikit lembab/agak kering dan

(34)

5. 2. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan adapun saran yang perlu untuk diperhatikan adalah :

1. Kepada para pedagang bawang merah, ataupun produsen serta pihak-pihak yang terkait dalam usaha pengembangan dan pemasaran bawang merah sebaiknya perlu memperhatikan atribut bawang merah yang diinginkan konsumen yaitu bawang merah dengan kualitas yang baik, artinya dalam kondisi tidak lembab /kering dan tidak ada sampah kulit ikutannya. Dengan begitu bawang merah akan tahan lebih lama untuk di simpan dalam jangka waktu yang panjang.

2. Kepada pemerintah diharapkan dapat mengatur musim tanam bawang merah dengan baik, sehingga di saat musim penghujan (off season), ketersediaan bawang merah dalam negeri cukup untuk memenuhi konsumsi lokal. Melalui upaya mendorong peningkatan produksi. Karena loyalitas dan preferensi konsumen terhadap bawang merah segar lokal masih tinggi, sehingga mempunyai daya saing yang cukup tinggi.

Gambar

Tabel 7. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Rata-rata Anggota RT diperinci menurut Kecamatan di Kota Medan
Tabel 8. Atribut dan Level Atribut Pada Bawang Merah
Tabel 9. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan
Tabel 10. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan dan Jenis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh penggunaan lumpur sawit fermentasi dengan Lentinus edodes dalam ransum terhadap performa puyuh petelur.. Fakultas Peternakan Universitas

Tanpa pengawasan dan juga pemberian snaksi tegas dari Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai, maka

Model jigsaw memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah, dapat dikatakan bahwa kelompok eksperimen yang menggunakan model jigsaw lebih

Segalapuja dan puji bagi ALLAH SWT atas semua nikmat dan karunia- Nya yang tak terhingga yang di peruntukan bagi semua hamba-Nya. Shalawat dan salam juga bagi,

Selain itu, al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, dengan penyebutan kata nafs yang begitu banyak sebenarnya telah memberikan konsep jiwa kepada manusia.. Meskipun hal tersebut

Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh penulis dari sekolah-sekolah yang menjadi subyek penelitian adalah data hasil belajar, penulis menggunakan metode

Strategi tersebut adalah meningkatkan penetrasi pasar dengan memanfaatkan dukungan pemerintah, meningkatkan kualitas produk dengan menambah kemampuan dan ketrampilan

Jumlah penduduk yang tinggi tersebut menjadikan sektor perdagangan masuk kedalam leading cluster di Kecamatan Samarinda Ulu, sedangkan yang termasuk dalam potential cluster