• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landex dalam Upacara Adat Ngampeken Tulantulan Analisis Struktur, Fungsi dan Makna pada Masyarakat Karo di Desa Tiga Juhar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Landex dalam Upacara Adat Ngampeken Tulantulan Analisis Struktur, Fungsi dan Makna pada Masyarakat Karo di Desa Tiga Juhar"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO DI DESA TIGA JUHAR

2.1 Masyarakat Karo di Desa Tiga Juhar

Sebelum kemerdekaan republik Indonesia, wilayah Kabupaten Deli Serdang memiliki dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Medan dan Kesultanan Serdang yang berpusat di Perbaungan. Pada masa itu wilayah administrasi dan geografi Kabupaten Deli Serdang sangat luas. Meliputi wilayah Medan, Binjai hingga Tebing Tinggi dengan luas wilayah 6.400 km2dan terdiri dari 33 Kecamatan (Tarigan, 2008:2). Pada tahun 1980-an terjadi perubahan wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang.

(2)
(3)

Foto 2.1 menunjukan letak geografis Kabupaten Deli Serdang berdasarkan kecamatan. Kabupaten Deli Serdang terletak diantara 2o57”-3o16” LU dan antara 98o33”-99o27” BT merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang dikawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 km2 dari luas provinsi Sumatera Utara dengan batasan wilayah, sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

Pada hakekatnya berdirinya Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kerajaan Kesultanan Deli yang berpusat di Medan. Deli en Serdangadalah nama dari Kabupaten ini pada masa kepemimpinan Belanda. Tanggal 14 November 1956 Kabupaten Deli serdang ditetapkan menjadi daerah otonom oleh pemerintah. Pada tanggal 1 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang saat ini memiliki 22 Kecamatan, yang terdiri dari Kecamatan Bangun Purba, Batang Kuis, Beringin, Biru-Biru, Deli Tua, Galang, Gunung Meriah, Hamparan Perak, Kutalimbaru, Labuhan Deli, Lubuk Pakam,

Namo Rambe, Pagar Merbau, Pancur Batu, Pantai Labu, Patumbak, Percut Sei

(4)

Foto 2.2 Kantor Camat STM. Hulu (Dok. Nadra Akabar Manalu. 2017)

(5)

Foto 2.3. Suasana di Desa Tiga Juhar (Dok. Nadra Akbar Manalu, 2017).

(6)

pemikiran yang maju sehingga sumber daya manusia di desa dapat berkembang, nantinya diharapkan akan berpengaruh pada peningkatan ekonomi masyaraka dan kemajuan desa itu sendiri baik dalam bidang infrastruktur, wisata, ekonomi dan sebagainya.

Desa Tiga Juhar memiliki objek wisata yang menarik di daerahnya. Hal yang menarik dari objek wisata di desa ini ialah selain objek wisatanya yang indah, desa ini memiliki daya tarik tersendiri yang dapat dilihat dari objek wisata berbasis kearifan lokal, seperti adat istiadat atau kebudayaan masyarakat setempat. Objek wisata di desa ini yang dekenal oleh masyarakat luas diantaranya:

1. Objek wisata Danau Linting

2. Objek wisata Jembatan Gantung yang memiliki panjang 165 m dengan kedalaman 135 m

3. Objek wisata air terjun tarunggang 4. Objek wisata air terjun gren enyon 5. Objek wisata gua rumah liang

(7)

Foto 2.4. Objek wisata danau linting di desa Tiga Juhar, kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang.

(Dok. Nadra Akbar Manalu, 2017)

2.2 Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Tiga Juhar

(8)

masyarakat Karo sebahagian besar bekerja di perusahaan perkebunan, sebagai pedagang, industri, sebagai pegawai negeri sipil, diperternakan dan jasa angkutan.

Hubungan yang baik antara manusia dan alam merupakan tanggung jawab masyarakat Karo untuk melestarikannya. Misalnya dengan melaksanakan pesta syukuran, seperti pesta bunga dan buah serta pesta mejuah-juah yang dilaksanakan setiap tahun. Pada dasarnya masyarakat Karo mengenal sikap gotong royong dalam hal bercocok tanam di desa Tiga Juhar yang dalam bahasa Karo disebut raron. Dalam hal ini sekelompok orang yang bertetangga atau berkerabat secara bersama-sama mengerjakan tanah pertaniannya dengan bergiliran. Dalam kaitan iniraronmerupakan suatu pranata yang keanggotaannya sukarela dan lamanya berdiri tergantung pada persetujuan anggotanya.

(9)

2.3 Mitologi

Pembahasan ini tentang asal mula berdirinya desa Tiga Juhar dan arti dari kata Tiga Juhar itu sendiri. Menurut narasumber pada awalnya penduduk yang pertama kali datang di desa Tiga Juhar adalah marga Barus dan merupakan seorang pejuang melawan penjajah pada masa lampau. Marga Barus tinggal dan menetap di desa ini, hingga saat ini masyarakat di desa Tiga Juhar menganggap bahwa margaBaruslah sebagai pendiri desa Tiga Juhar.

Setelah marga Barus baru datang marga dari suku Karo yang lain yaitu marga Karo-karo, marga Ginting, marga Sembiring, marga Perangin-angin dan margaTarigan, setelah itu masyarakat berkembang dan ditambah oleh masyarakat pendatang seperti Jawa, Minang, Batak Toba, Batak Mandailing, Aceh, dan suku Pak-pak. Kedatangan suku pendatang lain tidak menjadikan desa tersebut kehilangan identitasnya, hingga saat ini penduduk di desa Tiga Juhar masih mayoritas adalah suku Karo.

(10)

2.4 Agama dan Kepercayaan

Dalam kehidupan seorang manusia, agama penting artinya sebagai landasan dan sistem kontrol dalam menjalanin kehidupan sehari-hari bagaimana berprilaku, bersikap, serta dapat menjadikan diri untuk bisa mengajarkan perbuatan yang baik kepada orang lain. Sebelum masuknya agama-agama samawiyah, masyarakat Karo mempunyai sistem religinya sendiri, yang disebut perbegu. Masyarakat Karo percaya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini baik yang dapat dilihat maupun yang tak dapat dilihat adalah ciptaan oleh Dibata, yang disebut Dibata Kaci-kaciberjenis kelami perempuan.

Dibata Kaci-kaci ini mempunyai wilayah kekuasaan yaitu: dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah. Setiap wilayah kekuasaan diperintah oleh seorang Dibata sebagai wakil dari Dibata kaci-kaci. Ketiga Dibata ini merupakan satu kekuasaan yang disebut Sitelu. Berdasarkan tempatnya memerintah orang Karo percaya kepada Dibata Datas, Dibata Tengah, dan Dibat Teruh. Dibata Datas disebut juga Dibata Batara, yang memiliki kekuasaan dunia atas (angkasa). Dibata Tengah disebut juga Tuhan Padukah Ni Aji, Dibata inilah yang menguasai dan memerintah di bagian dunia. Dibata Teruh disebut juga Tuhan Banua Koling. Dibata inilah yang memerintah di bumi bagian bawah (Tarigan, 1990:83).

(11)

ini disebabkan karena banyak mendapat tekanan-tekanan pahit dari pemerintah Belanda bersama penyiar-penyiar agama yang dibawa oleh bangsa Eropa. Bangsa Eropa menyebutperbegusebagai agama menyembah setan (Tarigan, 2003:267).

Suku Karo percaya bahwa setiap orang mempunyai tendi roh. Jika seorang meninggal dunia, maka tendi akan berubah menjadi begu. Begu dipercaya masyarakat Karo sering mengganggu manusia yang masih hidup dan sekaligus dipercaya dapat menjadi manusia. Artinya ada begu yang ditakuti ada begu yang dihormati. Berikut dijelaskan beberapa jeni begu yang terdapat pada masyarakat Karo:

1. Begu yang sangat penting adalah begu jabu atau rumah tangga, yang disebut dibata jabu atau dewa rumah tangga. Begu ini merupakan jenis arwah dari kerabat terdekat yang meninggal secara tiba-tiba (si mate sada wari) atau seseorang yang meninggal dalam suatu hari tertentu., baik

karena kecelakaan ataupun bunuh diri, tetapi tidak karena sakit tertentu. Setelah acara ritus perumah begu, begu ini menjadi arwah rumah tangga atau begu jabu, yang melindungi keluarga mereka dari bentuk kekuatan dan pengaruh jahat.“Begu jabu ngkelini jabuna”artinya roh rumah (begu jabu) menyelamatkan keluarganya. Arwah atau dewa ini dikatakan menghuni rumah tangga dan sajian khusus disampaikan kepada mereka. 2. Begu yang dikenal masyarakat Karo adalah begu batara guru, yakni

(12)

3. Begu yang dikenal sebagai bicara guru disebut jugabegu perkakun jabu adalaharwahseorang anak yang meninggal sebelum tumbuh gigi.

4. Begu simate sada wari yaitu begu yang berasal dari orang-orang yang meninggal secara mendadak dalam suatu hari.

5. Begu tungkepwanita yang meninggal dan belum pernah menikah selama hidupnya, begu ini termasuk begu jabu yang harus dihormati agar tidak mengganggu keluarga yang masih hidup.

6. Begu kayat-kayaten orang yang meninggal disebabkan penyakit, sedangkan orangnya belum begitu tua. Begu ini dianggap sebagai begu biasa.

7. Begu mentasorang lain yang merupakanbegumelintas saja.

8. Begu menggep yaitu sejenis begu yang sangat menakutkan dan selalu mengintip orang untuk mencederainya di bawah kolong atau di bawah tangga rumah atau kepondok yang dipercayai untuk menerkam mangsanya.

9. Begu sidangbela atau begu dari wanita yang meninggal pada saat melahirkan. Begu ini sangat marah, benci dan kejam sekali terhadap wanita hamil dan anak-anak kecil. Sebagai penangkal dan penolak maka dipercayai anak-anak dan para wanita hamil diberikan kalung umbi jerangau.

(13)

11.Begu ganjang adalahbegu yang sangat ganas dan senang mencekik leher mangsanya.Beguini tinggi, setinggi pohon enau atau pohontualang. 12.Begu sirudang gara yaitu begu yang biasa disuruh-suruh, misalnya

menjaga ladang, kolam ikan, jemuran dan lain-lain. Bila ada pencuri, bisa tiba-tiba meninggal ataustroke.Tarigan dalam Ginting (2015:110-113). Dalam upacara adat ngampeken tulan-tulan di desa Tiga Juhar dahulunya masih percaya begu akan hadir dalam upacara adat ngampeken tulan-tulan. Di antara dua belas begu tersebut, begu jabu, begi simate sadawari dan begu kayat-kayaten. Tiga begu tersebut yang hadir dan dipanggil dalam upacara ini. Saat ini kepercayaan dari perbugu sudah hilang dalam kehidupan masyarakat Karo. Seiring perjalanan waktu masyarakat Karo mempercayai agama dan memeluk agama dari keyakinan mereka masing-masing. Kini masyarakat Karo sebagian besar telah beragama Protestan, Katolik, Islam dan Hindu. Agama merupakan suatu bentuk kepercayaan yang dianut dan diyakini kebenarannya oleh masing-masing pemeluk agama. Hal tersebut dapat dilihat dari perbuatan manusia. Setiap perbuatan pasti memiliki aturan dan konsekuensi sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh ajaran agama yang dianut.

(14)

lagi masyarakatnya memeluk agama Islam. Jika di presentasikan masyarakat yang memeluk agama Nasrani berkisar 60 % sedangkan masyarakat yang memeluk agama Islam berkisar 40%. Di desa Tiga Juhar kerukunan dan nilai toleransinya sangat terjaga. Salah satu contohnya dapat dilihat dari tempat ibadah masyarakat yang saling berdampingan.

Masyarakat selalu mengadakan kegiatan keagamaan dan beribadah dengan keyakinan mereka masing-masing. Dipastikan di desa Tiga Juhar tidak terdapat agama lain ataupun masyarakat Karo yang masih mempercayai agama pamena hampir seluruh masyarakat sudah memeluk dan meyakini agama mereka masing-masing. Agama masuk di Desa Tiga Juhar pada tahun 1960, pada saat itu agama yang masuk dan melakukan penyebaran pertamakali adalah agama Nasrani Protestan (GBKP) dan saat itu mayoritas masyarakat di desa Tiga Juhar memeluk agama tersebut.

(15)

Geraja (Protestan), menurut masyarakat setempat hal ini sebagai simbol kerukunan beragama yang ditonjolkan di desa tersebut.

Foto 2.5. Rumah Ibadah di Desa Tiga Juhar. (Dok. Nadra Akabar Manalu, 2017)

Pelaksanaan upacara adat ngampeken tulan-tulan saat ini mayoritas yang tetap melaksanakan upacara ini adalah masyarakat yang menganut kepercayaan Nasrani. Karena bagi mereka upacara ini sudah tidak ada lagi berkaitan dengan hal-hal mistik atau pemujaan setan. Upacara ini sudah menjadi upacara adat, tidak ada unsur mistik ataupun religi. Bagi umat islam sendiri upacara ini tidak dilakukan sama sekali, karena bagi umat islam menggali kuburan orang yang sudah dikuburkan di yakini akan menyiksa orang yang sudah meninggal tersebut.

2.5. Upacara Adat

(16)

Maha Esa atau kebiasaan yang tersusun dengan urutan-urutan (Donder, 2007:280).

Berkaitan hal tersebut, upacara pada masyarakat Karo awalnya dari kepercayaan agamaPamena atau Perbegu (memuja arwah atau setan), kemudian masuklah pengaruh Hindu pada orang Karo, peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1200-an (Tarigan, 2008:34). Kepercayaan Pemena adalah agama yang pertama dilahirkan Tuhan kedunia dari sekian jumlah agama lainnya dijagat raya (Tarigan, 2011:24). Salah satu upacara pada masa kepercayaan Pemena yaitu upacara ‘perkualuh’ merupakan upacara penghanyutan abu jenazah. Selanjutnya upacara-upacara yang ada di zaman Hindu berhubungan dengan arwah atau tendih, seperti dalam upacara‘persilihi’danErpangir ku Lau.Perselihiadalah upacara substitusi dimana gana-gana atau patung-patung dijadikan pengganti dari dukun atau guru yang dinyatakan akan mengalami bahaya maut, sedangkanerpangir ku lau adalah upacara yang diyakini dapat memulihkan rezki dengan berlangir ke sungai. Semua kepercayaan Hindu sangat dipengaruhi oleh kepercayaan tendi (arwah) atau masih besarnya pola pemikiran masyarakat yang masih meyakini kepercayaanPemenaatauPerbegu.

(17)

penghormatan. Hal ini berkaitan dengan sistem kekerabatan masyarakat Karo. Saat ini upacara adat erat hubungannya denga sistem kekerabatan. Dengan kata lain segala sesuatu yang melibatkan sisitem kekerabatan atau sangkep nggeluhdi dalamnya dikatakan sebagai upacara adat.

2.6 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Karo yang dahulunya terisolir dipedalaman dataran tinggi Karo saat ini disebut dengan wilayah Kabupaten Karo. Memiliki sebuah komunitas terbentuk dari sebuah budaya yang menjadi patron bagi mereka dalam berhubungan dengan sang Pencipta, alam dan khususnya hubungan antara sesama manusia. Pola hubungan tersebut disebut dengan budaya. Menurut Singarimbun dalam Tarigan (2008:15) Aspek budaya merupakan identitas masyarakat Karo, terdapat empat identitas tersebut yaitumerga, bahasa, kesenian dan adat Istiadat.

(18)

campuran atau kawin antar etnik. Dilihat sepintas pada masyarakat Karo orang beranggapan bahwa dalam menarik garis keturunan secara patrilinier, akan tetapi kalau diteliti lebih mendalam lagi barulah dimengerti letak kekhasan masyarakat Karo dalam menarik garis keturunanya. Mereka bukan patrilineal melainkan parental (bilateral) yang menarik garis keturunan melalui ayah dan ibu sekaligus (Bangun, 1989:18). Namun demikian dalam pelaksanaan sehari-hari bere-bere tidak pernah dicantumkan sebagai identitas diri. Bere-bere akan ditanya dalam kegiatan ertutur, untuk mengetahui hubungan kekeluargaan seseorang, walaupun masyarakat Karo mempunyai sistem parental akan tetapi yang paling penting adalahmergadanberu.

Kelahiran dan kematian merupakan suatu hal yang mempengaruhi kekeluargaan dalam silsilah merga. Hal ini terbukti bahwa merga dan beru tetap dicanyumkan setelah seseorang meninggal dunia. Kebiasaan ini merupakan hal yang lazim pada masyarakat Karo. Oleh sebab itu setiap orang Karo yang mencantumkan merga dan berunya maka telah menunjukan pembuktian bahwa mereka adalah orang Karo.

(19)

Setinggi apapun pangkat Dia, atau serendah apapun Dia, maka aturan dan tutur marga tetap dijunjung olah masyarakat Karo. Bagi masyarakat Karo sistem kekerabatan dan adat istiadat sangat berkaitan disebabkan sebagaian dari adat istiadat secara tidak langsung dipengaruhi oleh sistem kekerabatan.

Masyarakat Karo mempunyai sistem kekerabatan, hal ini terjadi karena masyarakat ingin mempertahankan sistem kehidupan keluarga untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan nilai-nilai yang dimilikinya, terutama yang berkaitan dengan jati diri. Pada masyarakat Karo sistem kemasyarakatan dikenal dengan sistem kekerabatan dan bila diamati atau diperhatikan secara cermat, akan diketahui bahwa sistem kekerabatan pada suku Karo mengandung cakupan yang cukup luas dan mendalam.

(20)

Sangkep nggeluhadalah suatu sistem kekeluargaan yang secara garis besar terdiri darisenina,anak beru, dankalimbubu.Sangkep nggeluhberfungsi menjadi wadah musyawarah sekaligus menjadi perangkat dalam kelompok keluarga tertentu yang bertindak sebagai sukut atau tuan rumah. Sangkep nggeluh masyarakat Karo diikat oleh hubungan kekerabatan yang disebut dengan orat tutur atau perkade- kadean. Sangkep nggeluh tersebut membahas suatu rencana kerja menyangkut kegiatan dalam suatu kelompok keluarga, apa yang dihasilkan sebagai putusan musyawarah itulah dilaksanakan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab oleh pihakanak beru dansukut.

Sangkep nggeluh dapat dikecilkan menjadi tegun tutur siwaluh. Tutur siwaluh kemudian dapat dikecilkan kembali menjaditegun rakut siteludari pihak atau kelompok keluarga terdekat yang terdiri dari: (1) puang kalimbubu, (2) kalimbubu, (3) sembuyak, (4) senina, (5) senina sipemeren, (6) senina sipengalon/sendalanen, (7)anak beru,(8)anak beru menteri.Dalam pelaksanaan upacara adat, tutur siwaluh masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok yang lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang dilaksanakan, yaitu sebagai berikut :

1. Puang kalimbubuadalah pihakkalimbubudarikalimbubuyaitu suatu yang bentuk perluasan kalimbubu atau seseorang baik dari pihak ibu ataupun ayah.

(21)

2.1Kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua yaitu kelompok pemberi istri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi istri asal dari keluarga tersebut. misalnya A ber-Merga Sembiring bere-bere Tarigan , maka Tarigan adalah kalimbubu si A. Jika mempunyai anak, maka merga Tarigan adalah kalimbubu bena-bena/kalimbubu tua adalah kalimbubu dari anak A. Jadi, kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tuaadalahkalimbubudari ayah kandung. 2.2Kalimbubu simada dareh yaitu berasal dari ibu kandung seseorang.

kalimbubu simada dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang. dalam hal ini disebut kalimbubu simada dareh karena dianggap bahwa darah merekalah yang terdapat dalam diri keponakannya.

3. Sembuyak secara harfiahse artinya “satu” dan mbuyak artinya “kandung” jadi artinya dalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun, dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan submerga juga, dalam bahasa Karo disebut sindauh sipedeher(yang jauh menjadi dekat).

(22)

5. Senina sipemerenyaitu orang-orang yang ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai istri yang bersaudara. Jadi, seseorang menjadi ersenina (bersaudara) karena hubungan perkawinan di samping istri mereka bersaudara.

6. Senina sipengalon/sendalanen yaitu saudara karena anaknya diambil menjadi istri dari anak mertua yang sama. Misalnya, anak-anak perempuan A, B, C diambil menjadi istri dari anak X, makan anak A, B, C jadi kalimbubuX dan anak-anaknya.

7. Anak beru,berarti pihak yang mengambil istri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu dan secara tidak langsung melalui perantara orang lain, seperti anak beru menteri dan anak beru singikuri. Anak beruini terdiri dari dua jenis:

(23)

7.2 Anak beru cekoh boka tutup yaitu anak beru yang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubu. Anak beru cekoh baka tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya, si A seorang laki-laki mempunyai saudara perempuan si B, maka anak si B adalah anak beru cekoh baka tutup dari si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga bere-bere mama.

7.3Anak beru minteri yaitu anak beru(nya) anak beru. Asal kata minteri adalah dari kata pinteri yang berarti meluruskan. Anak beru minteri mempunyai pengertian yang luas, yakni sebagai petunjuk, mengawasi, dan membantu tugas kalimbubunya pada suatu kewajiban dalam upacara adat. Dalam hal ini ada pula yang disebut anak beru singukuri yang bertanggung jawab penuh atas jalannya upacara adat karena hubungan yang relatif jauh sehingga mereka ditempatkan dalam membantukalimbubunyasebagaianak beru minteri(Ginting, 2015:99-101).

(24)

Tabel 2.1

Pengklasifikasian Sangkep nggeluhTutur siwaluhRakut sitelu

No Sangkep Nggeluh Tutur Siwaluh Rakut Sitelu

1 Sembuyak Sembuyak

9 Puang ni puang Puang ni puang

10 Anak beru Anak beru

11 Anak beru Menteri Anak beru menteri Anak beru 12 Anak beru pengapit Anak beru pengapit

Lembaga sosial yang tedapat dalam masyarakat Karo terdiri atas tiga kelompok yang secara garis terdiri dari sukut, anak beru dan kalimbubu. Dalam rakut sitelu yang terdiri dari Sukut merupakan sebutan bagi orang yang punyai hajatan, atau yang sedang melaksanakan pesta. Kalimbubu ialah pihak keluarga perempuan yang dinikahi. Dalam adat Karo kedudukan kalimbubu sangat dihormati, dapat disebut dengan istilah “Dibata idah” artinya Tuhan yang dapat dilihat.Anak beruialah pihak keluarga laki-laki yang kawin atau mengambil anak perempuan satu keluarga.

2.7 Kesenian 2.7.1 Musik

(25)

masyarakat untuk mengekspresikan dirinya sebagai manusia yang memiliki perasaan indah, senang, gembira ataupun sedih. Begitu juga dalam kehidupan masyarakat Karo. Kesenia menjadi suatau media komunikasi untuk menyampaikan sebuah perasaan melalui kesenian. Salah satu media untuk mengekspresikannya kesenian tersebut adalah melalui seni musik yang diwujudkan dalam bentuk instrument, musik vocal, atau gabungan antara keduanya. Masyarakat Karo sendiri membagi musikatas dua bagian yaitu :

1. Seni Suara :Perkolong-kolong

2. Alat Musik Karo :Serunai, gendang, kulcapi, kelobat, surdam.

2.7.2 Seni suara

seni suara merupakan isi penyampaian dari sebuah isi lagu dalam suatu pesta gendang. Seni suara dapat terbagi kedalam 5 bagian, yaitu :

1. Bernyanyi gembira (nyanyianperkolong-kolong)

2. Nyanyiantebasyang berisikanmagicolehguru pertebas-tebas 3. Nyanyian yang bersifat percintaan (guro-guro aron)

4. Nyanyian sedih atau tangis pada upacara meninggal

5. Nyanyian berupa cerita seperti turin-turin sibayak barus jahe, turin-turin sitera jile-jiledan lain-lain.

2.7.3 Alat musik

(26)

pukul), gong (alat pukul), belobat (alat tiup), suerdam (alat tiup), suling (alat tiup), keteng-keteng (alat pukul), kulcapi (alat petik), merbab (alat gesek). Gendangdalam musik Karo memiliki arti di setiap masing-masingnya :

1. Gendanguntuk menunjukan musik tertentu : Gendang Karo dan Gendang Melayu

2. Gendang untuk Instrument : Gendang singindungi dan Gendang singanaki

3. Gendanguntuk jenis musik komposisi : Gendang simalungun rayat danGendang peselukken 4. Gendanguntuk ensambel musik : Gendang lima sendalanen dan

Gendang telu sendalanen 5. Gendang untuk upacara : Gendang cawir metua dan

Gendang guro-guro aron

2.7.4 Seni tari

(27)

Gerakan-gerakan yang dilahirkan dalam bentuk irama yang berhubungan dengan musik dan memilki nilai estetika. Oleh sebab itu hampir semua gerak mengikuti irama musik, bagaimana musiknya tentu begitu juga ayunan (gerakan) tariannya. Misalnya tari lima serangkai merupakan lima rangkaian tarian yang iramanya mulai dari lambat sekali hingga secepat-cepatnya. Dalam hal ini para penari harus dapat menjiwai gerakan-gerakan yang betul-betul indah yang dapat memukau para penonton (Tarigan, 2012:12). Tari tradisional pada masyarakat Karo dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Tari yang berhubungan dengan adat. Tari adat biasanya dilakukan pada upacara adat, dimana pihak-pihak yang menari adalah golongan keluarga dekat antara lain,anak beru, kalimbubu,dansukut.

2. Tari yang berhubungan dengan religi. Tari religus adalah tari guru, mulih-mulih,taritungkat,taripeselukken,dan taritembut-tembut. 3. Tari muda-mudi, pada tarian muda-mudi norma ritual dan religi tidak

begitu mengikat. Hanya usaha untuk menunjukan kelincahan dan keindahan menari. Tari ini lebih menekankan fungsi hiburannya. Oleh karna itu sering dilakukan bersama-sama dengan perkolong-kolong sambil menari membentuk pasangan.

2.7.4.1 Tari adat masyarakat Karo

(28)

warisan merga. Tari yang dalam bahasa Karo disebut dengan landek merupakan tari tradisional yang menggambarkan identitas suku Karo. Tari ini diciptakan dan ditarikan berdasarkan dengan adat istiadat, norma adat yang berkaitan dengan aturanmergaatau sangkep nggeluh. Tari adat merupakan tarian yang melibatkan sangkep nggeluhdi dalamnya. Acara menari menurut adat yaitu seperti :

1. Acara menari bersama,Sukut 2. Acara menari bersama,Senina

3. Acara menari bersama,Senina SipemerendanSenina Siparibanen 4. Acara menari bersama,Anak berudanBeru Menteri

5. Acara menari bersama,Kalimbubu

6. Acara menari bersama,Puang Kalimbubu 7. Acara menari bersama, untuk Kepala Kampung 8. Acara menari bersama, untukSerayaan

Pelaksanaan menari juga terdapat perubahan-perubahan atau setelah menari bersama, setelah seninan sipemeren dan senina siperibanan menari bersama dilanjutkan dengan kalimbubu dan puang kalimbubu setelah itu dilanjutkan dengan menari bersama anak beru dan anak beru menteri (singalor lau). Perubahan ini terjadi sesuai dengan aturan yang telah disepakati oleh sisitem

kekerabatan. Selanjutnya menari bersama dilaksanakan masyarakat Karo pada : 1. Pesta perkawinan (erkata gendang)

(29)

2.7.4.2 Pesta kematian

Masyarakat Karo memiliki salah satu upacara adat yaitu upacara kematian yang merupakan kehidupan sesungguhnya, mereka percaya bahwa didalam kehidupan ada kematian dan di dalam kematian ada kehidupan. Kematian berasal dari kata “mati” atau “maut” yang artinya tidak ada, gersang, tandus, kosong, berhenti, padam, buruk, kehilangan akal dan hati nurani serta lepasnya arwah dari jasad. Di pihak lain pengertian mati yang sering dijumpai sehari-hari adalah (1) kemusnahan dan kehilangan total roh-roh dari jasad; (2) terputusnya antara roh dan badan, dan (3) terhentinya budi daya manusia secara total Yusuf (dalam Ginting 2015:32).

Pesta kematian bagi masyarakat Karo merupakan pesta yang memiliki nilai tertinggi kedudukannya dari pesta adat yang lainnya. Pelaksanaan pesta kematian ini dikenal dengan sebutan upacara adat ngampeken tulan-tulan,yang melibatkan sangkep ngeluh atau sistem kekerabatan. Ungkapan rasa sedih dan tangisan dituangkan oleh sangkep nggeluh melalui gerakan landek yang diiringi gendang dan perkolong-kolong. Upacara atau pesta kematian diyakini harus dilaksanakan karna dianggap kematian seperti halnya dengan kehidupan, merupakan wujud dari keseimbangan alam sebagaimana adanya siang-malam dan begitu juga lahir-mati, semua makhluk yang berstatus hidup dimuka bumi maka tidak ada satupun yang terhindar dari kematian.

(30)

tengkorak dari kuburan ke geriten(bangunan/kuburan batu) yang dilaksakan oleh sangkep nggeluh. Dalam upacara adat ngampeken tulan-tulan adakalanya pemindahan tulang-tulang tidak hanya satu tengkorak saja yang dipindahkan, tetapi bisa lebih dari satu, tergantung kesepakatan darisukutdansangkep nggeluh, namun masing-masing harus memiliki pertalian persodaraan yang dekat.

2.7.5 Seni rupa

Suku Karo memiliki identitas budaya begitu juga yang dihasilkan dari seni rupa. Seni rupa adalah bentuk kesenian yang dapat dinikmati melalui penglihatan (visual). Masyarakat Karo menghasilkan karya-karyanya yang berasal dari ungkapan ekspresi jiwa yang mereka ciptakan dengan tetap mempertahankan cirikhas dari etnik Karo. Seni rupa yang dihasilkan dari seniman Karo ada berbagai jenis karya yaitu : seni tenun (mbayu), seni ukir dan seni bangunan (mbangun).

Karya seni rupa berbentuk seni bangunan merupakan karya yang menarik untuk diapresiasi. Begitu banyak hasil seni bangunan pada suku Karo. Diantaranya :

1.Rumah adat : Bangunnan ini sering disebut dengan si waluh jabu

(31)

digunakan masyarakat Karo untuk tempat upacara adat baik itu perkawinan atau kematian. 3.Batang : Bangunan yang digunakan masyarakat Karo

untuk menyimpan padi hasil pertaniannya. 4.Linge-linge : Bangunan ini terbuat dari kayu dan bambu yang

dikelilingi daun mudaenauyang gunanya untuk kuburan bagi para leluhur.

5.Kalimbaban : Bangunan ini hampir sama fungsinya dengan linge-linge, hanya saja bangunan kalimbaban

lebih besar.

6.Sapo gunung : Bangunan ini adalah bangunan kecil yang beratap ijuk sebagai tempat mayat yang dibawa dari rumah duka ke kuburan.

7.Lipo : Bangunan kecil yang beratapkan ijuk sebagai kandang ayam dan burung peliharaan.

8.Geriten : Bangunan tradisi ini dahulunya beratap ijuk berbentuk segi empat yang mempunyai empat tiang dengan ukuran ± 4 x 4.

(32)
(33)

Foto 2.6. Bangunangeritenpada masa kepercayaanperbegu. (Dok.www.bangunangeriten.com 2017)

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang

Skripsi yang berjudul Makna Simbol Kebudayaan Minangkabau Dalam Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka : Tinjauan Semiotika dibuat penulis.. sebagai tujuan

Any public offering of securities to be made in the United States will be made by means of an offering circular that may be obtained from the Company and will contain detailed

“The launching of the new communication format is intended to enhance public and customer awareness of the variety of Indosat’s products and services as well as the benefits

Hal ini sesuai dengan kutipan yang ada di Kompas edisi Januari 2000, memperkirakan resiko kerugian akibat penggunaan tanaman transgenik yang disitir dari Asiaweek sebagai

Sebaiknya UMKM Gilingan Padi Mekar Sari dapat menggunakan informasi akuntansi diferensial dalam memudahkan pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak pesanan khusus,

main-rpain, pak tani yang sedang mengayunkan cangkultrYa, pak sopir yang secang mengemudikan mobi1, pemain d.rama yang sedang berlakon, penari yang sedang kenunjukan