• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Ulayat Tanah Sianggunon, Dusun Sianggunon Desa Sipagabu Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir Tahun 1940- 2000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hak Ulayat Tanah Sianggunon, Dusun Sianggunon Desa Sipagabu Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir Tahun 1940- 2000"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEPENDUDUKAN DAN WILAYAH PENELITIAN

2.1 Keadaan Geografis

Dusun Sianggunon ini merupakan perkampungan yang terletak di Desa Sipagabu,

Kecamatan Nassau, Kabupaten Toba Samosir. Provinsi Sumatera Utara.

Kondisi fisik Dusun Sianggunon ini sendiri secara geografis berada tepat di wilayah Timur Kota Balige, sebagai Ibukota Kabupaten dan Parsoburan sebagai ibu kota

tetangga kecamatan. Struktur tanah di wilayah Dusun Sianggunon ini sendiri dapat dikategorikan ke jenis tanah yang mempunyai kondisi tanah landai, berbukit, dan juga

datar, dengan ketinggian tanah ±100-400 M dari permukaan laut. Wilayah Dusun Sianggunon ini sendiri memiliki luas wilayah ±700 Hektare dengan batas wilayah sebagai

berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan : Aliran Sungai Aek Simorot, Desa

Sipagabu, Kecamatan Nassau

• Sebelah Selatan berbatasan dengan : Tortikka, Tor Sihalukkum, Tor Sialogo

• Sebelah Timur berbatasan dengan : Sipogu, Sidauk-dauk, Desa Sipagabu,

Kecamatan Nassau

(2)

Wilayah Dusun Sianggunon ini sendiri adalah merupkan tanah warisan secara turun-temurun, yang sebagian besar wilayah tersebut masih dapat dikategorikan sebagai

lahan tidur, artinya lahan tersebut belum diolah, dan sebagian lahannya merupakan lahan pertanian atau perkebunan tanaman pangan.

Wilayah Dusun Sianggunon ini memiliki potensi yang dapat dikatakan cukup

tinggi untuk dijadikan sebagai lahan pertanian dan perkebunan yang dapat mengangkat nilai-nilai pendapatan dan kesejahteraan penduduk setempat, maupun pemerintah

daerahnya. Dusun Sianggunon ini juga merupakan daerah yang sangat subur, dengan luas wilayah sebagaimana disebut sebelumnya ±700 Hektar.

2.2 Keadaan Demografis

Warga penduduk Dusun Sianggunon ini berjumlah 168 jiwa, dengan jenis kelamin Laki-laki sebanyak 78 orang, jenis kelamin perempuan sebanyak 90 orang.

Untuk lebih jelasnya komposisi warga penduduk Dusun Sianggunon dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, agama, suku/etnis, mata pencaharian dan juga pendidikan.

(3)

Klasifikasi penduduk Dusun Sianggunon berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 1

Jumlah Penduduk Dusun Sianggunon Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: KADES Sipagabu 1998

Tabel di atas menunjukkan jumlah penduduk Dusun Sianggunon

berdasarkan jenis kelamin penduduk. Secara keseluruhan penduduk Dusun Sianggunon yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 78 jiwa, dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 90 jiwa, dengan klasifikasi penduduk

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 58 jiwa di Dusun Sianggunon Dolok dan sebanyak 71 jiwa berjenis kelamin perempuan. Sementara untuk Dusun

Sianggunon Toruan penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 jiwa.

(4)

Klasifikasi penduduk Dusun Sianggunon berdasarkan Agama, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

TABEL 2

JUMLAH PENDUDUK DUSUN SIANGGUNON BERDASARKAN

AGAMA

NO DUSUN

AGAMA

ISLAM PROTESTAN KATOLIK HINDU BUDHA

1

Sianggun Dolok

- 129 - - -

2

Sianggunon Toruan

2 33 4 - -

JUMLAH 2 162 4 - -

Sumber: Kades Sipagabu 1998

Tabel di atas menunjukkan 162 orang penduduk Dusun Sianggunon beragama Kristen Protestan , 4 orang beragama Kristen Katolik dan penduduk yang menganut

agama Islam sebanyak 2 orang. Tabel di atas menunujukkan bahwa di Dusun Sianggunon agama yang lebih dominan adalah agam Kristen Protestan. Meskipun demikian, penganut-penganut agama lainnya dapat hidup berdampingan satu sama lain dan toleransi

beragama juga cukup baik sehingga tidak pernah terjadi persilisihan antar umat beragama.

(5)

Klasifikasi penduduk Dusun Sianggunon berdasarkan etnis/suku dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 3

Jumlah Penduduk Dusun Sianggunon Berdasarkan Suku/Etnis

NO DUSUN

Tabel di atas mennujukkan penduduk Dusun Sianggunon didominasi oleh Suku Batak, dengan jumlah 166 jiwa, dan hanya terdapat 2 jiwa untuk Suku Jawa.

2.3 Sistem Kependudukan

2.3.1 Mata Pencaharian

Pada dasarnya pertanian di luar pulau Jawa masih dapat dikategorikan dalam pertanian berladang.4

4

Karl J. Pelzer, Pioneer Settlement in the Asiatic Tropics, International Secretariat Institute of Pacific Relations, New York, 1945, hal: 43

Untuk kegiatan perladangan ini umumnya adalah

(6)

menuai hail pertanian. Alat-alat pertanian yang digunakan dalam mengolah lahan tersebut masih menggunakan alat-alat yang sederhana seperti, parang, tugal, dan semua pekerjaan

tersebut dilakukan dengan tenaga manusia.

Sama halnya dengan wilayah tanah Ulayat Dusun Sianggunon ini sendiri, lahannya hampir secara keseluruhan digunakan sebagai lahan pertanian di bidang

perkebunan, di samping penggunaan lahan sebagai tempat pemukiman. Wilayah Ulayat yang sudah dibersihkan oleh penduduk, nantinya akan ditanami kembali dengan

tanaman-tanaman yang diamggap berdaya guna. Tanaman yang di tanam diladang-ladang di wilayah Tanah Ulayat ini sendiri terdiri dari tanaman-tanaman seperti karet, kelapa sawit, kopi, kemenyan dan beberapa petani sekitar juga menanam nilam di wilayah Ulayat

masing-masing penduduk. Namun selain memanfaatkan wilayah Ulayat mereka di bidang pertanian, dalam hal ini perkebunan, warga juga memanfaatkan sebagian lahan mereka

yang mereka gunakan sebagai tempat tinggal, untuk dijadikan sebagai lahan peternakan. Lahan yang mereka gunakan untuk peternakan tersebut adalah sisa lahan dari pembangunan tempat tinggal mereka, tepatnya di belakang rumah tempat tinggal mereka.

Adapun hewan ternak yang mereka pelihara adalah unggas, berupa; ayam, bebek, entok, dan juga angsa. Sementara untuk ternak pedaging yang dipelihara penduduk sekitar

adalah babi, dan juga lembu atau kerbau.

Pemanfaatan lahan pertanian di bidang perladangan seperti ini sendiri tidak dapat dipungkiri bahwa dapat menguntungkan tenaga kerja dari sistem perladangan yang ada.

(7)

di sektor persawahan. Pembagian masa kesibukan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

• Agustus – September = Waktu untuk memotong pohon

belukar

• Oktober – Nopember = Waktu untuk membakar belukar

• November (akhir) – Desember = Waktu untuk bertanam

Dalam hal ini menanam sampai menuai hasil diperlukan penjagaan secara terus

menerus, hingga diperlukan pembuatan gubug sementara. Waktu-waktu ini adalah:

• November – Desember

• Maret – April – Mei

Dipandang dari sudut pemenuhan kebutuhan, maka sistem pertanian dengan berladang

ini sendiri merupakan taraf perekonomian untuk memenuhi kebutuhan sendiri (self-sufficency). Pada masa ini lah di wilayah Ulayat Dusun Sianggunon ditanam tanaman perdagangan seperti kopi, kemenyan, dan karet. Dan mulailah daerah Dusun Sianggunon

tidak tertutup lagi, karena telah terkenaoleh pasang surutnya harga pasaran dunia dari hasil tersebut. Keadaan ini sudah tentu dapat memajukan perekonomian masyarakat

sekitar, akan tetapi terbukanya suatu masyarakat yang semula tertutup kini menerima pula pengaruh suasana kehidupan perekonomian lain. Hal ini sangat penting artinya, bila kita ingat bahwa kemajuan perekonomian suatu masyarakat menurut Werner Sombart5

Wirtschaftgesinnung (Semangat Ekonomis)

,

ditentukan oleh 3 faktor yaitu:

Organisation (Organisasi Sosial)

5

(8)

Technic (Teknik)

Perkembangan ini tidak hanya mempengaruhi soal ekonomi, akan tetapi lebih jauh

dari hal tersebut yaitu adanya perubahan mental yang sangat penting untuk kemajuan peradaban serta kebudayaan (termasuk didalamnya lapangan pekerjaan).6

Kehidupan masyarakat yang ada di wilayah Dusun Sianggunon ini sendiri dapat

dikatakan masih berpatokan pada sistem kerja gotong royong. Dikatakan demikian dikarenakan mata pencaharian warga sekitar terpusat pada sektor pertanian yang dalam

hal ini adalah perladangan, membutuhkan tenaga kerja yang banyak dalam mengolah lahan pertanian, dimulai dari masa pembersihan lahan, pengolahan lahan, penanaman, perawatan tanaman, sampai pada masa menuai ataupun memanen. Dikarenakan hal ini lah

sistem kerja gotong royong sangat diperlukan di wilayah Dusun Sianggunon, selain juga karena minimnya sarana prasarana yang ada dan warga mengolah lahan pertanian mereka

secara manual. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa masyarakat sekitar dalam pengolahan dan pemanfaatan lahan pertanian mereka masih cenderung menggunakan

Pada umumnya hasil dari perladangan penduduk yang tinggal di wilayah tanah Ulayat Dusun Sianggunon ini di jual ke pasar, namun sebagian hasil ladang ada yang di

jual langsung kepada pemasok yang terkadang turun langsung ke wilayah dimana mereka membuka areal perladangan. Penduduk sekitar di Dusun Sianggunon ini sendiri hampir keseluruhan bermata pencaharian sebagai petani, hanya ada beberapa yang berprofesi di

luar petani, seperti pedagang dan tenaga pengajar honorer.

2.3.2. Kehidupan Sosial Masyarakat

6

(9)

alat pertanian yang sederhana. Ini lah juga yang mengharuskan warga untuk saling bergotong royong.

Sistem gotong royong ini sendiri dinamakan Marsiadap Ari oleh warga sekitar, yang memliki pengertian bahwa apabila seorang petani membantu petani lain bekerja di lahan pertaniannya, maka wajib hukumnya petani yang dibantu tersebut untuk membantu

juga petani yang membantu dia. Meskipun bekerja di lahan orang lain, namun petani yang membantu bekerja di lahan petni lain tersebut tidak diberi upah dalam bentuk uang,

namun hanya dapat dibayar dengan bekerja kembali di ladang petani yang membantunya.

Secara tidak langsung sistem gotong royong seperti ini dapat memberi peningkatan sosial bagi masyarakat sekitar. Peningkatan ini dapat dilihat dari kegiatan

gotong royong yang dilakukan masyarakat sekitar, yang sebelumnya hanya melakukan kegiatan gotong royong di bidang pertanian, kini meningkat ke kegiatan gotong royong yang menguntungkan masyarakat secara keseluruhan. Gotong royong ini pada umumnya,

dilakukan dalam pembukaan jalan desa menuju tempat-tempat penting, seperti melakukan gotong royong membuka jalan dari desa ke pusat pasar, ke tempat ibadah, mata air

(sungai), ataupun ke ladang masing-masing warga. Ini lah yang mengharuskan setiap warga harus saling menjalin hubungan kekerabatan dan kekeluargaan satu sama lain, agar

Gambar

TABEL 1
Tabel di atas menunjukkan 162 orang penduduk Dusun Sianggunon beragama
TABEL 3 Jumlah Penduduk Dusun Sianggunon Berdasarkan Suku/Etnis

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan kajian ini adalah untuk mengkaji pola interaksi sosial dalam kalangan murid pelbagai etnik iaitu Melayu, Cina dan India dari Sekolah Rendah Kebangsaan, Sekolah

Namun dampak negatifnya adalah ketika beberapa mahasiswa yang berpikir negatif dan menganggap perbuatan dosen tersebut merupakan suatu tindakan abnormal akan

Hasil asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny ”A” selama kehamilan trimester III dengan keluhan sering kencing tidak ditemukan adanya komplikasi saat kehamilan, pada

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra. © Anggi Dwi Putranto 2011

3.8 Hasil Rekap Kuesioner pada bagian Suplai dan Distribusi PT Pertamina (Persero) UPms II Palembang

Di atas pintu utama terdapat ukiran bunga teratai ( lotus ) diberi warna emas dan warna merah di bagian tengahnya yang menandakan sebuah tempat suci, yaitu tempat ibadah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakterisitk morfologi Sungai Putih sebelum erupsi Merapi tahun 2010, debit aman maksimum yang dapat ditampung Sungai

14 Penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan penegakan hukum yang dilaksanakan Polres dalam menanggulangi tindak pidana illegal loging di Wilayah Hutan