• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pendidikan Literasi Media Oleh Remotivi (Studi Deskriptif Implementasi Pendidikan Literasi Media Oleh Remotivi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Pendidikan Literasi Media Oleh Remotivi (Studi Deskriptif Implementasi Pendidikan Literasi Media Oleh Remotivi)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Transkrip Wawancara

(2)

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LITERASI MEDIA OLEH REMOTIVI

Pertanyaan umum:

1. Siapa nama anda?

2. Apa jabatan anda di Remotivi?

3. Berapa lama anda bekerja di Remotivi?

4. Apa tugas dan tanggung jawabanda di Remotivi?

Pertanyaan mendalam:

1. Bagaimana mekanisme dan alur kerja Remotivi?

2. Apa saja program literasi media yang dilakukan Remotivi?

3. Bagaimana mekanisme penentuan program literasi media Remotivi?

4. Program apa yang paling diunggulkan oleh Remotivi?

5. Siapa khalayak sasaran Remotivi dan alasan apa yang mendasari memilih

khalayak sasaran tersebut?

6. Apakah masing-masing program memiliki segmentasi khusus?

7. Sejauh manakah khalayak sasaran memahami literasi?

8. Seberapa besar pengaruh literasi media bagi khalayak sasaran?

9. Metode apa yang dilakukan Remotivi dalam upaya literasi media?

10.Model literasi media seperti apa yang diterapkan Remotivi?

11.Apa yang membedakan program literasi media yang dilakukan Remotivi

dengan lembaga lainnya?

12.Apakah Remotivi bekerja sama dengan instansi lain dalam melakukan

literasi media?

13.Bagaimana dukungan instansi atau pihak lain terhadap program literasi

media Remotivi?

14.Apa yang membedakan program literasi media yang dilakukan Remotivi

dengan lembaga lainnya?

15.Apa kelebihan dan kekurangan Remotivi?

(3)

17.Bagaimana evaluasi program-program literasi media yang dilakukan

Remotivi?

18.Apa saja yang sudah dicapai Remotivi sejauh ini melalui

program-program tersebut?

19.Bagaimana keberlanjutan program-program literasi media yang dilakukan

Remotivi?

(4)

Lampiran 2: Wawancara

Hari/ Tanggal : Senin, 27 Maret 2017

Lokasi : Kantin Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Waktu : 14.00-17.00 WIB

Topik : Wawancara

Narasumber : Muhammad Heychael (Direktur Remotivi)

Narasumber bernama Muhamad Heychael, atau yang akrab disapa

Heychael. Saat ini menjabat sebagai Direktur Remotivi periode 2015-2018

menggantikan Roy Thaniago yang sudah menjadi direktur sejak 2010. Sebagai

direktur, Heychael bertanggung jawab mengkoordinir dan mengelola Remotivi.

Selain sebagai direktur, secara fungsional ia juga turut terlibat aktif dalam setiap

perencanaan program, produksi konten, riset, advokasi dan aktivitas Remotivi

lainnya. Saat ini ia juga menjadi staf pengajar di Universitas Multimedia

Nusantara.

1. Peneliti : Bagaimana mekanisme dan alur kerja Remotivi?

Heychael : Aku jelasin struktur dulu. Remotivi ada 3 divisi. Pertama, divisi

sekretariat dan arsip, ini kita nyebutnya supporting system, divisi

program itu ada dua divisi ―advokasi dan kampanye‖dan―riset dan media‖. Divisi advokasi itu yang menghasilkan Rapotivi.Riset dan media itu yang menghasilkan website, channel youtube,risetsosial

media dan sebagainya. Advokasi dan kampanye itu bukan hanya

Rapotivi saja, tetapi juga kita menginisiasi sekarang sekitar 80

akademisi yang tergabung dalam koalisi nasional reformasi

penyiaran (KNRP). Itu tujuannya untuk nge goal-in reformasi

undang-undang penyiaran yang sehat. Soal produksi konten dan

riset, itu menjadi tanggung jawab divisi riset dan media.

Remotivi punya Renstra (Rencana Strategis) selama 3 tahun, itu

(5)

Dari situ diturunkan jadi program tiap-tiap divisi. Misalnya, salah

satu fungsi kita itu adalah melakukan demasifikasi media. Bahwa

selama ini konten di media itu di produksi dan dalam prosesnya itu

selalu ada error. Tiap bulan ada rapat redaksi untuk website dan

rapat mingguan.

Untuk konten video, pertama,desainnya: misalnya ―yang tidak media katakan‖, filosofinya itu kita ingin menampilkan video yang

memberikan pesan tentang apa yang tidak tampak di layar, itu

semangatnya. tiap bulan tim video mengusulkan ide, kemudian di

bahas di rapat bulanan, nanti dikritik dan diberi masukan, kalau

sudah di acc direktur baru kemudian bisa proses. Tapi, sebelum di

bawa ke rapat pleno, dibawa dulu ke rapat redaksi. (rapat redaksi

mingguan, rapat pleno bulanan). Dalam tahap proses nanti ada

penentuan televisi mana yang akan di pantau, literatur, dan hal

yang membantu kita melihat masalah terus terakhir masuk ke tahap

editing.

2. Peneliti : Berapa lama proses produksi satu konten?

Heychael : tiap konten tayang selama dua minggu sekali, jadi prosesnya

selama dua minggu.

3. Peneliti : Siapa khalayak sasaran Remotivi dan alasan apa yang Mendasari memilih khalayak sasaran tersebut?

Heychael : Target kita untuk website itu sebenarnya umum. Kita menyasar

masyarakat dengan tingkat literasi informasi yang sudah baik

namun belum melek media. Orang-orang dengan tingkat

pendidikan menengah ke atas seperti mahasiswa, akademisi dan

lain sebagainya. Kalau untuk yang modelnya sosialisasi Rapotivi

ke kampus-kampus kita segmentasinya mahasiswa.

(6)

Heychael : Awalnya kita ingin menyasar masyarakat yang langsung yang

menjadi ―korban‖ tayangan televisi. Seperti misalnya , ibu-ibu rumah tangga, anak-anak. Kita melakukan itu pada 2014, kita tur

keliling SMA untuk mengedukasi mengenai konsumerisme dan

iklan. Misalnya, kalau ada iklan bisa bikin putih dalam tujuh hari

itu jangan percaya. Jangan tertipu dengan bahasa iklan. Poinnya

itulah.

Lama-lama kita mikir dengan sdm yang cuma enam orang, energi

habis datang ke semua SMA ngurus izin, materi dan sebagainya.

Tidak mungkin, seperti itu terus. Akhirnya kita berpikir untuk

menjadi provider konten saja, kita bikin video,tulisan dengan

harapan nanti akan ada yang meneruskan apa yang kita

sampaikan di website. Nah, pertanyaannya siapa yang potensial

untuk meneruskan? Yang meneruskan nanti adalah mahasiswa.

Dalam penerapannya, konten-konten tersebut akan terjadi dalam

dua tahap, pertama dari kita sebagai produsen kepada mahasiswa

dan tahap kedua harapannya akan diteruskan oleh mahasiswa

kepada khalayak yang lebih luas.

5. Peneliti : Sejauh manakah khalayak sasaran memahami literasi?

Heychael : Saya ambil contoh hasil riset kita beberapa tahun yang lalu

2011, di 10 kampus swasta, yang kita tahu mahasiswa itu cukup

terdidik. Ketika ditanya, tahu nggak frekuensi milik siapa? Lebih

dari 50% itu nggak tahu, dan menyebut itu punya perusahaan.

Dari itu saja, itu indikasi ya bahwa kita ga literate, itu di tingkat

masyarakat yang terdidik. Bagaimana dengan masyarakat yang

tidak. Ketika Remotivi kampanye itu, seringkali menjawab kalau

lo nggak suka lo matiin aja, dan itu bentuk dari ―wah ternyata masyarakat kita nggak literate.‖ Ya, lo bisa matiin, tapi yang lain masih bisa menonton. Orang menonton kemudian kena dampak

dari itu. Itu kan juga akan balik ke lo yang matiin karena

(7)

berita dari blog yang isinya headspeech dan sebagainya, itu juga

problem.

6. Peneliti : Seberapa besar pengaruh literasi media bagi khalayak sasaran?

Heychael : Kita sadar literasi ini sangat penting, ada banyak persoalan di

televisi kita, konglomerasi media, sistem stasiun jaringan yang

tidak jalan-jalan, tayangan dengan konten kekerasan, sexism,

bias informasi dan masih banyak lagi.Kami meyakini, bahwa

urusan televisi bukan sekedar urusan bisnis, namun lebih kepada

faktor yang membentuk karakter masyarakat, karakter bangsa.

Hal ini yang luput dari peran negara sehingga urusan masyarakat

dalam mengonsumsi tayangan televisi, tidak cukup seksi untuk

diperhatikan.

7. Peneliti : Metode apa yang dilakukan Remotivi dalam upaya literasi media?

Heychael : Kita sekarang fokus pada pengetahuan, seperti tulisan-tulisan dan

video yang ada di website. Kita jadi provider konten saja, kita

bikin video,tulisan dengan harapan nanti akan ada yang

meneruskan apa yang kita sampaikan di website Yang sifatnya

literasi secara langsung semuanya diserahkan ke Rapotivi. Kita

datang ke kampus, bawa aplikasi Rapotivi, ajak orang mengadu,

kita teruskan aduan mereka ke KPI. menjelaskan mana media

yang sehat, mana media yang tidak, bagaimana membedakan

media yang professional dengan yang abal-abal. Lalu bagaimana

bila dirugikan oleh sebuah pemberitaan. Bagaimana melakukan

penuntutan, pengaduan dan sebagainya. Kami keliling setiap

tahun dan selalu ada kebutuhan terus menerus. Dulu kita keliling

ke kampus-kampus ngasih pelatihan, kalau untuk pelatihan

sekarang kita sudah tinggalkan.

(8)

melakukan literasi media?

Heychael : Sejak awal kita sudah bekerja sama dengan AMAN (Aliansi

Masyarakat Adat Nusantara). Kita terpicu oleh sebuah tayangan di

televisi namanya Primitive Runaway sekarang berganti Ethnic

Runaway. Itu adalah advokasi pertama remotivi. Waktu itu kita

masih komunitas, kita mengadvokasi supaya tayangan ini tidak

ada lagikarena kita melihatdari judul saja tayangan itu sudah

merendahkan masyarakat adat. Dari situ kita mulai serius dan

melihat ini penting.dulu kita melakukan advokasi secaara

sporadis. Misalnya kita menemukan reportase investigasi

melakukan kesalahan karena menampilkan secara detil kejahatan

dan memungkinkan ditiru oleh orang lain. Kita bikin surat ke KPI,

minta KPI melakukan tindakan dan mempertemukan kita dengan

pihak terkait. Akhirnya setelah berdebat tayangan tersebut di

sanksi KPI. Awalnya Rapotivi kita ajukan ke KPI tapi KPI

menolak dengan banyak alasan. Ada banyak lainnya. kita

kemudian ingin lebih sistemik. Akhirnya kita buat Rapotivi, aduan

yang masuk kita teruskan ke KPI, terus kita menggandeng KNRP

untuk mengawal revisi UU Penyiaran. Kita juga pernah kerjasama

dengan lembaga pemantau media lainnya melalui diskusi dan

konsolidasi advokasi/pernyataan sikap. Seperti dengan

Masyarakat Peduli Media (Yogyakarta) melakukan diskusi publik

dan bedah buku. Kemudian Yayasan Pengembangan Media Anak

(YPMA) melakukan advokasi tayangan anak dan tayangan iklan

rokok. Heychael pun menjelaskan bahwa Remotivi juga tergabung

dengan koalisi yang mengadvokasi UU Penyiaran, yaitu Koalisi

Indepeden Untuk Demokratisasi Penyiaran (KIDP) .

9. Peneliti : Apa target yang ingin dicapai dari program literasi media Remotivi?

Heychael : Kalau target secara umum pertama kita ingin public ―terliterate‖

(9)

tayangan yang sehat. Kalau untuk target program kita punya

dokumen target-target tiap produk, misalnya video minimal 500

sekian views dari tiap view. Selanjutnya evaluasi kualitatif dari

komentar masyarakat. Target Rapotivi tahun ini harus mencapai

5400 aduan. Target relawan 50, kalau tidak mencapai target akan

di evaluasi.

10. Peneliti :Bagaimana evaluasi program-program literasi media yang dilakukan Remotivi?

Heychael : Setiap bulan ada evaluasi bulanan menyeluruh ke semua divisi

Misalnya Konten, evaluasi pertama itu viewers, tercapai tidak

target yangditetapkan. Kita punya dokumen target-target tiap

produk, misalnya video minimal 500 sekian views dari tiap view.

Selanjutnya evaluasi kualitatif dari komentar masyarakat.

Evaluasi itu mencakup hal-hal misalnya, komunikatif tidak

videonya, penting gak isunya, terus fair gak analisisnya. Kita

sering melakukan oto kritik apabila konten kita anggap tidak fair

dalam menganalisis media.

11. Peneliti :Apakah pernah melakukan evaluasi ke masyarakat,misalnya bagaimana tanggapan mereka terhadap program Remotivi?

Heychael : kalau masyarakat agak sulit, karena kita belum pernah melakukan

evaluasi ke masyarakat tentang opini public mereka terhadap

remotivi. Tiap program ada evaluasi. Misalnya advokasi uu

penyiaran. Evaluasinya itu ada berapa media yang meliput isu

penyiaran. Semakin banyak media yang meliput isu pro

kepentingan publik dalam konteks penyiaran, itu berarti

keberhasilan kita semakin tinggi. Tapi apakah hal tersebut

berdampak terhadap DPR? Sejauh ini belum.

12. Peneliti : Apa harapan anda terhadap media dan kondisi literasi media diIndonesia?

(10)

ada banyak orang yang sadar dan lebih peduli terhadap kondisi

media di Indonesia. Selain itu kita juga berharap public lebih

“terliterate”. Dari segi regulasi juga, revisi undang-undang penyiaran juga harus transparan dan berpihak kepada publik.

Sebenarnya kita punya perangkat yang cukup kuat untuk mengatasi

persoalan media. Tapi tinggal pelaksananya berani atau tidak. Kita

juga berharap kedepan lebih mandiri soal dana. kita ingin

melibatkan publik seperti dalam hal donasi. Kita tidak ingin terus

(11)

Lampiran 3: Observasi

Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Maret 2017

Lokasi : Hall Mawaddah, Hotel Grand Darussalam, Medan

Waktu : 09.50-16.30 WIB

Topik : Observasi

Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pada kegiatan Seminar yang

bertajuk“Right Media For Millenial Era” dilaksanakan di hotel Grand

Darussalam, Hall Mawaddah, Medan pada tanggal 25 Maret 2017. Kegiatan

tersebut dalam rangka launching lembaga IMMEDIA. Seminar tersebut dihadiri

oleh perwakilan mahasiswa dari beberapa kampus di kota Medan antara lain;

Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIK-P), Universitas Islam

Negeri Sumatera Utara (UIN SU), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

(UMSU), Universitas Sumatera Utara (USU), dan beberapa komunitas mahasiswa

di Medan diantaranya; Pers Mahasiswa Pijar, Pers Mahasiswa Dinamika UIN SU,

dan lainnya. Kegiatan diskusi tersebut difasilitasi oleh IMMEDIA (Indonesia

Melek Media), sebuah lembaga literasi media yang baru terbentuk di Medan.

Peneliti hadir di lokasi kegiatan pada pukul 09.50 WIB. Seperti acara lain

pada umumnya beberapa panitia penyelenggara sedang mempersiapkan keperluan

untuk acara tersebut. Karena acara tersebut berlangsung di sebuah aula hotel,

petugas hotel ikut membantu mempersiapkan segala kebutuhan acara seperti meja

registrasi, backdrop, kursi untuk peserta dan pembicara, konsumsi, sound system

dan lainnya. Pukul 10.00 WIB, narasumber sudah hadir di tempat kegiatan.

Muhammad Heychael hadir didampingi oleh salah satu staf Remotivi. Berselang

15 menit kemudian registrasi peserta sudah dibuka. Setengah jam kemudian

peserta satu persatu berdatangan dan melakukan registrasi lalu kemudian

diarahkan ke tempat yang telah disediakan.

Acara yang sudah dijadwalkan pukul 10.00 WIB akan dimulai ternyata

(12)

baru dimulai pada pukul 13.00 WIB. Peserta yang hadir berjumlah sekitar 80

orang dari berbagai kampus yang ada di Medan.

Mekanisme pelaksanaan kegiatan tersebut hampir sama seperti kegiatan

seminar lain pada umumnya. Direktur Remotivi, Muhamad Heychael dan Dra.

Mazdalifah, M.si, Ph.D, dosen Ilmu Komunikasi USU sekaligus pembina

IMMEDIA hadir sebagai pembicara utama. Kegiatan tersebut diawali dengan

pembukaan oleh moderator. Bertindak sebagai moderator adalah Farida Hanim, Is

membuka acara kemudian memperkenalkan satu persatu pembicara yang hadir.

Kemudian karena mengingat ‗waktu‘, moderator langsung mempersilakan

pembicara pertama untuk memaparkan materi. Heychael memulai dengan

memperkenalkan diri dan tujuan ia hadir dalam seminar tersebut. Kemudian

dilanjutkan dengan pemaparan tentang profil Remotivi. Setelah mengenalkan

Remotivi kepada peserta, pembicara kemudian melanjutkan dengan paparan

materi.

Heychael dalam sesi pertama memaparkan kondisi yang terjadi di media

massa saat ini. Sebelum memaparkan lebih lanjut, pembicara menampilkan

beberapa video berkaitan dengan konteks bahasan yang sedang dibicarakan

Seperti video dengan judul ―Tentang Engeline dan Kasus Kekerasan Anak‖,yang

membahas bagaimana media menayangkan kasus pembunuhan Engeline dan

―Masih Percaya Media‖ yang membahas bagaimana kinerja pemberitaan televisi pada Pilpres 2014 silam. Ada dua hal yang menjadi fokus Heychael dalam

pemaparannya yaitu program non faktual dan program faktual (berita).

Pertama, Program non faktual yaitu menyangkut konten tayangan televisi

selain berita. Pria berkacamata tersebut menyoroti beberapa hal dalam konten

tayangan televisi diantaranya kekerasan yang terdapat dalam sinetron ―Anak Jalanan‖. Menurut Heychael, tayangan tersebut memuat intensitas kekerasan fisik

yang cukup tinggi. Selain intesitas kekerasan fisik yang tinggi dalam tayangan

sinetron remaja ini, justifikasi kekerasan sebagai solusi dalam menyelesaikan

masalah juga perlu untuk diwaspadai. Dalam tayangan ini, setiap masalah yang

(13)

ancaman, pengeroyokan, tanpa disertai dengan konsekuensi atas tindak kekerasan

tersebut.

―Menurut pantauan kami dalam episode 300-306, terdapat 11 adegan perkelahian fisik yang rata-rata berdurasi 1-3 menit. Di dalamnya, terdapat 1 adegan pemukulan dengan benda tumpul yang dipertontonkan secara eksplisit. Adegan ini terdapat dalam episode 300-301, yang tayang pada 1 April 2016, di menit 44 hingga menit 49 serta menit ke 101.Dalam adegan tersebut, ditampilkan perkelahian antar geng yang berujung pada adegan dipukulnya kepala salah satu anggota geng dengan tongkat‖, Papar Heychael.

Tayangan ini dianggap gagal menunjukkan bahwa ada solusi yang lebih

baik dalam memecahkan masalah ketimbang kekerasan, dan bahwa kekerasan itu

sendiri merupakan hal yang keliru.

Selanjutnya soal privasi dan perlindungan anak remaja. Dalam hal ini

Heychael menyoroti koleksi sanksi berbagai acara yang dibawakan oleh selebriti

Uya Kuya. Selanjutnya soal tayangan mistik, eksploitasi tubuh perempuan dan

tayangan gosip di televisi. Masing-masing masalah tersebut turut di dukung oleh

data dan fakta yang di tampilkan lewat video kajian Remotivi seperti video

―Gentayangan di Televisi‖, dan ―Perempuan Tanpa Kata‖ yang sudah pernah

dimuat di website Remotivi.

Kemudian terakhir pada program non faktual ia juga membahas soal

propaganda politik, iklan politik, hingga iklan rokok di televisi. Masing-masing

didukung oleh data dan fakta dalam bentuk infografis.

Kedua, Heychael membahas masalah tayangan program faktual atau berita

di televisi diantaranya; propaganda politik dalam berita, kekerasan terhadap anak,

jurnalisme teror dan sentralisasi informasi. Semua permasalahan tersebut menurut

Heychael, media telah melanggar prinsip utama yaitu melayani publik. Hal ini di

dasari oleh argumentasi bahwa media adalah instrumen demokrasi dimana ia

harus mengelola kepercayaan publik dan dibebankan tanggung jawab untuk

melayani publik sebab medium yang dipakai oleh media untuk bersiaran

(14)

―Karena itu, kalau ada tayangan televisi buruk, jangan matiin TV, kalian

harus marah‖, Ujarnya.

Heychael juga menyoroti tentang kinerja KPI sebagai lembaga yang

dibebani tanggung jawab oleh negara untuk mengawasi industri televisi. Ia

mengungkapkan bahwa kinerja KPI tidak mendapat respon yang baik dari

Di sela-sela pemaparan materi Haychael juga menayangkan beberapa

video yang sudah pernah dimuat secara daring di remotivi.or.id diantaranya:

―Melipat Indonesia dalam Televisi‖ yang membahas tentang sistem stasiun jaringan yang hanya tersentralisasi di Jakarta, video literasi ―Framing-Cara

Memanipulasi Informasi‖, dan ―Pagar Api‖

Sesi selanjutnya Heychael memaparkan tentang aplikasi Rapotivi yang

digagas Remotivi sebagai upaya agar publik lebih berdaya terhadap industri

televisi. Sesi tersebut juga menayangkan beberapa video tentang profil Rapotivi

dan bagaimana kinerjanya.

―Rapotivi itu kita buat tujuannya untuk mengenalkan KPI dan

menjembatani warga dengan KPI. Ibarat lagi ada bencana, Rapotivi itu posko bantuan, selain itu mengajak masyarakat mengenali haknya dan

budaya menuntut hak‖ Jelas Heychael

Sesi terakhir adalah sosialisasi aplikasi Rapotivi, dan mengajak peserta

untuk mendownload Rapotivi. Dalam sesi tersebut Remotivi memberikan kuis dan

membagikan merchandise bagi peserta yang hadir serta mengadakan rekruitmen

relawan Rapotivi.

Setelah sesi pertama berakhir, dilanjutkan dengan memberi kesempatan

pembicara kedua untuk memaparkan materi terkait konteks literasi media. Sesi

(15)

mendownload Rapotivi dan membuka pendaftaran bagi mahasiswa yang ingin

menjadi relawan Rapotivi. Dalam sesi tersebut Remotivi juga memberikan kuis

dan membagikan merchandise bagi peserta yang hadir.

Setelah sesi tersebut berakhir, acara dihentikan sejenak untuk istirahat,

sholat dan makan siang bagi peserta. Para pembicara meninggalkan ruangan

Acara kemudian di ambil alih penyelenggara dan dilanjutkan dengan Forum

Group Discussion (FGD). Peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok kemudian

di bagikan topik bahasan untuk didiskusikan lalu akan di presentasikan di hadapan

umum. Acara baru selesai pada pukul 16.30 WIB. Peneliti mengikuti seluruh

(16)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Alfi Rahmat Faisal

NIM : 130904071

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 15 April 1996

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Alamat : Jl. Classic II, Perumahan Classic II Setiabudi

No. 39, Medan

No. Hp : 087738405145

Email : alfir.faisal@gmail.com

Nama Orang tua

 Ayah : Amir Faisal, SE

 Ibu : Dra. Rosmaniar

Pekerjaan Orang tua

 Ayah : Wira Swasta

 Ibu : PNS

Alamat Orang tua : Desa Alue Sungai Pinang, Kecamatan

Jeumpa, Aceh Barat Daya, Aceh

RiwayatPendidikan

 SD : MIN Blangpidie

 SMP : MTsS Al-Munjiya Islamic Boarding School

(17)

LEMBARAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Alfi Rahmat Faisal

NIM : 130904071

PEMBIMBING : Dra. Mazdalifah, M.si, Ph.D

NO TGL. PERTEMUAN PEMBAHASAN

1. 13 Maret 2017 Bimbingan Bab I-III

2. 16 Maret 2017 Penyerahan Revisi Bab I-III

3. 20 Maret 2017 Bimbingan Bab IV-V

4. 27 April 2017 Penyerahan Revisi Bab IV-V

5. 7 Agustus 2017 Penyerahan Bab I-V

6. 10 Agustus 2017 Penyerahan Revisi Bab I-V

7. 14 Agustus 2017 Penyerahan Revisi I-V

Dosen

Pembimbing

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pda tanggal 03-05 Maret 2014 di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto dengan menggunakan kuesioner terhadap 10 lansia diperoleh data

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh penerapan metode pembelajaran PQ4R ( Preview, Question, Read, Reflect,

Kenapa anda tidak takut dengan risiko yang akan ditanggung karena menjual buku

Pada tampilan form input barang masuk ini berfungsi untuk mengisi jumlah barang masuk yang diterima dari pemasok yang bertujuan untuk mencocokkan. kesesuaian antara

Mengontrol dan memproses pembelian barang berdasarkan permintaan user (Purchase Request ) yang telah disetujui oleh kepala gudang untuk mendapatkan barang sesuai dengan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kemampuan ibu menstimulasi perkembangan psikososial otonomi dengan separation anxiety pada anak

Sistem informasi adalah cara-cara yang diorganisasi untuk mengumpulkan,.. memasukkan, mengolah dan menyimpan data, dan cara-cara yang

terpisah dari pemerintahan kaisar, wilayah tersebut dikelola oleh kizoku (keluarga bangsawan).Keluarga bangsawan yang dimaksud adalah keturunan kaisar yang tidak menjadi