• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Suhu dan Waktu Terhadap Pemadatan Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Suhu dan Waktu Terhadap Pemadatan Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Jabon

Jabon merupakan salah satu jenis pohon asli Indonesia dan memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan karena jabon termasuk pohon cepat tumbuh, dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, tidak mudah terserang oleh hama dan penyakit secara serius. Saat ini, Jabon menjadi andalan industri perkayuan karena Jabon memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman kayu lainny a. Kayu Jabon telah dikenal baik secara nasional maupun internasional. Dengan demikian pemasaran kayu Jabon semakin lama semakin terbuka. Pengembangan Jabon di Indonesia perlu dilakukan secara lebih intensif karena dapat memberikan pendapatan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dalam waktu yang sama meningkatkan produktivitas hutan dan menjaga pasokan bahan baku industri.

(2)

curah hujan A-D, mulai dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 1000 mdpl (Yudohartono, 2013).

Jabon merupakan salah satu jenis pohon yang memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri dan tanaman reboisasi (penghijauan) di Indonesia, karena pertumbuhannya yang sangat cepat, kemampuan beradaptasinya pada berbagai kondisi tempat tumbuh, perlakuan silvikulturnya yang relatif mudah, serta relatif bebas dari seranga hama dan penyakit yang serius. Jenis ini juga diharapkan menjadi semakin penting bagi industry perkayuan di masa mendatang, terutama ketika bahan baku kayu pertukangan dari hutan alam diperkirakan akan semakin berkurang. Hutan tanaman jabon dalam skala besar dapat dijumpai di Provinsi Sumatera Utara, Riau dan Kalimantan Tengah. Pada saat ini Jabon juga banyak dibudidayakan oleh petani, terutama di Kalimantan dan Jawa. Di beberapa daerah di Jawa, Jabon pada umumnya ditanam untuk menggantikan tanaman jati yang miskin riap setelah pemanenan (Nair dan Sumardi 2000).

Tanaman jabon merupakan jenis kayu daun lebar ringan dengan sifat kayu keras, berwarna putih krem hingga kekuningan, kelas awet V dan kelas kuat III-IV. Tanaman jabon biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan mebel, bagian tengah

(3)

B. Pemadatan Kayu

Teknologi untuk peningkatan mutu kayu yang sedang dikembangkan saat ini antara lain yaitu dengan proses densifikasi atau pemadatan kayu. Densifikasi kayu sebagai alternatif teknologi modifikasi kayu dipandang perlu sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kelangkaan kayu-kayu yang berkualitas tinggi (Arinana dan Farah, 2009). Densifikasi kayu merupakan suatu proses pemadatan kayu yang bertujuan untuk meningkatkan kerapatan dan kekuatan kayu. Prinsip kerja metode ini adalah dengan memodifikasi kondisi pemadatan kayu sehingga terjadi deformasi/perubahan bentuk yang akan menghasilkan dimensi kayu yang tetap (fiksasi) dan peningkatan sifat-sifat kayu (Sulistyono dan Surjokusumo 2001).

Densifikasi atau Pemadatan kayu adalah salah satu usaha meningkatkan kekuatan dan keawetan kayu berkerapatan rendah dengan cara mengempa papan kayu menjadi lebih padat. Pada kondisi lebih padat dari pada sebelumnya, maka kekuatan kayu meningkat. Pemadatan kayu dipengaruhi oleh jenis kayu, plastisitas kayu, kadar air, suhu kempa dan penerapan besarnya tekanan kempa. Proses plastisasi dan pemadatan kayu yang sesuai akan meningkatkan sifat fisik dan mekanik kayu terpadatkan dan berkualitas tinggi. Kualitas yang dimaksud adalah kemudahan proses pemadatan, stabilitas dimensi, keseragaman dan peningkatan kekuatan papan kayu, kehalusan corak permukaan, papan dan fiksasi permanen (Sulistyono dan Surjokusumo, 2003).

(4)

dan tekanan ada secara bersama-sama. Pelunakan secara fisik dapat dilakukan melalui pemberian panas dengan menggunakan oven, perendaman panas dan dingin, perebusan dan pengukusan dengan autoklaf, sedangkan secara kimia dengan menggunakan bahan kimia. Pemadatan atau densifikasi dilakukan melalui pengempaan kayu dengan suhu dan tekanan tertentu, terutama untuk meningkatkan berat jenisnya. Pemadatan kayu solid ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat kayu baik sifat fisis maupun mekanisnya. Pada produk-produk komposit, kegiatan pengempaan lebih ditujukan untuk membantu meningkatkan ikatan rekat antara kayu dengan perekatnya (Kollmann et al., 1975 dalam Khalil et al., 2014).

Pada tahap deformasi, kayu yang dikempa mengalami drying set, yaitu kondisi dimana kayu telah mengalami perubahan dimensi dan apabila tekanan dilepaskan, kayu tidak kembali ke bentuk semula. Tahap fiksasi merupakan tahap akhir dari proses pemadatan. Pada tahap ini, kayu terpadatkan tidak akan kembali ke bentuk semula atau perubahan bersifat permanen. Namun demikian, bila fiksasi yang terjadi tidak sempurna, maka kayu akan dapat kembali kebentuk dan ukuran semula bila mendapat pengaruh kelembaban dan perendaman ulang (recovery) (Amin & Dwianto 2006).

(5)

kempa dan ukuran target yang diharapkan, sehingga kerapatan kayu menjadi meningkat (Hartono 2008).

Upaya menstabilkan dimensi serta meningkatkan kerapatan dan kekuatan kayu dapat dilakukan melalui pemadatan (densifikasi) dengan kempa panas (Esteves et al. 2007). Perubahan sifat kayu yang dimodifikasi dengan perlakuan kempa panas bergantung pada kadar air, perlakuan awal dan besarnya suhu, serta sifat kayu asal atau jeni kayunya (Hill 2006). Pengempaan terhadap kayu diupayakan tidak merusak dinding sel karena akan menurunkan kekuatan kayu. Hal tersebut bisa diperoleh jika dinding sel kayu plastis sehingga mudah dipadatkan (Basri et al, 2014).

C . Pengaruh Suhu dan Waktu Terhadap Pemadatan

Proses pemadatan kayu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kerapatan awal kayu, perlakuan pendahuluan sebelum proses pengempaan, kadar air kayu, suhu, tekanan kempa dan lamanya pengempaan. Suhu dan waktu kempa mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya mendapatkan hasil pemadatan kayu. Suhu dan waktu berguna untuk memudahkan proses densifikasi dan mengikat perubahan bentuk kayu yang didensifikasi sehingga tidak kebentuk semula ( Arinana, 2009).

(6)

Pemadatan kayu menyebabkan rongga sel memipih, meningkatkan kerapatannya dan merubah struktur anatomi kayu. Pemadatan kayu dengan suhu dan waktu kempa menyebabkan lumen menyempit dan dinding sel semakin rapat satu dengan lainnya. Selain itu dengan adanya panas dan pengempaan dengan waktu tertentu menyebabkan bagian dinding sel yang mengandung selulosa mengalami plastisasi sehingga terjadi perubahan (Wahyuni, 2013).

Penelitian kayu yang didensifikasi telah banyak dilakukan. Penelitian Sulistyono dan Surjokusumo (2001) melakukan densifikasi terhadap kayu agathis dengan perlakuan suhu kempa 125 ºC, 150 ºC, 175 ºC dan 200 ºC dan waktu kempa berkisar antara 30-290 menit. Kayu agathis yang sebelumnya digolongkan kelas kuat III setelah didensifikasi dapat digolongkan menjadi kelas kuat I-II. Penelitian Amin dan Dwianto (2006) mendensifikasi kayu randu dengan penambahan modifikasi alat cetakan kedap udara berupa Close System Compression (CSC) dengan suhu 140ºC, 160ºC dan 180ºC dan waktu kempa 10, 20 dan 30 menit menghasilkan pengembangan tebal maksimal sebesar 8%. Beberapa penelitian tersebut membuktikan bahwa suhu dan waktu berpengaruh besar sehingga masing-masing jenis kayu memerlukam suhu dan waktu yang berbeda.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk informasi yang lebih baik pada proses produksi dan pemanfaatan finir, maka pada penelitian ini dievaluasi pengaruh kayu juvenil dan ketebalan finir terhadap retak

Secara umum kadar air kayu pada proses pemadatan cenderung menurun seiring dengan meningkatnya suhu kempa dan lamanya pengukusan, tetapi pada perlakuan lama pengukusan 80

nyata terhadap kerapatan kayu Jelutung.Keadaan tersebut menunjukkan bahwa interaksi antara suhu kempa dan waktu kempa merupakan faktor penentu dalam densifikasi,

Pada penelitian ini dilakukan perlakuan variasi tekanan dalam pengempaan papan semen partikel dari campuran partikel kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) dan

Penelitian ini bertujuan mengetahui pra perlakuan yang paling bagus untuk pemadatan kayu Jabon, menganalisis sifat fisis kayu Jabon (A. cadamba M.) setelah dilakukan

Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai kerapatan kayu kontrol yaitu sebesar. 0,36 gr/cm 3 dan setelah dilakukan pemadatan mengalami

Teknik Rekayasa Pemadatan Kayu II : Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Agatis (Agathis lorantifolia Salisb.) Terpadatkan dalam Konstruksi Bangunan Kayu.. Universitas

Menurut penelitian (Nair dan Sumardi 2000) Jabon merupakan salah satu jenis pohon yang memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri dan tanaman reboisasi