• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Bank Sistemik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penagananan Krisis Sistem Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Bank Sistemik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penagananan Krisis Sistem Keuangan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara,

bahkan pada era globalisasi ini, bank juga telah menjadi bagian dari sistem keuangan

dan sistem pembayaran dunia. Pasal 3 Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 ,

merumuskan mengenai fungsi perbankan yaitu, bahwa fungsi utama perbankan

Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Mengingat hal

yang demikian itu, maka begitu suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi

dari otoritas moneter negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi milik

masyarakat. Oleh karena itu eksistensinya bukan saja harus dijaga oleh para pemilik

bank itu sendiri, tetapi oleh masyarakat nasional dan global. Mengingat kegiatan

perbankan bergerak dengan dana dari masyarakat atas dasar kepercayaan, maka setiap

pelaku perbankan diharapkan tetap menjaga kepercayaan masyarakat. Kepercayaan

masyarakat terhadap dunia perbankan akan terjaga apabila sektor perbankan itu sendiri

diselenggarakan dan dikelola dengan prinsip kehati-hatian sehingga selalu terpelihara

kondisi kesehatannya.1

Krisis moneter tahun 1997-1998 menimbulkan polemik tersendiri kepada

masyarakat,kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan nasional merosot

tajam,yang ditandai dengan penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah dari

1

(2)

sistem perbankan, sehingga mengakibatkan sejumlah bank mengalami kesulitan

likuiditas yang menjurus kepada runtuhnya sistem perbankan nasional dan pada

gilirannya berdampak pada terganggunya sistem pembayaran dan perekonomian

nasional. Secara hipotesa para ahli memberikan beberapa rekomendasi untuk dapat

keluar dari krisis, diperlukan tiga prasyarat bagi suksesnya reformasi perbankan yaitu

(1) kemauan politik dan kepemimpinan kuat serta didukung tim ekonomi yang

berdedikasi dan kompak serta memiliki kesatuan pandang, (2) perencanaan reformasi

finansial yang disusun dengan cermat, berkesinambungan, dan komprehensif, dan (3)

kemampuan untuk meyakinkan efektivitas dari rencana tersebut pada butir 2 kepada

setiap lapisan masyarakat2

Krisis Perbankan akan berdampak langsung terhadap kepercayaan masyarakat

terhadap lembaga perbankan, oleh sebab itu maka tingkat kesehatan suatu bank harus

terus dijaga agar tetap dipercayai oleh masyarakat, tingkat kesehatan bank dapat diukur

dari beberapa faktor berikut antara lain : Permodalan, kualitas aktiva produktif, kualitas

manajemen, rentabilitas, dan lukiditas suatu bank .

3

2

Krisna Wijaya, Analisis Kebijakan Perbankan Nasional, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), hlm. 15

3

Leonardus Reynald Martin,Tinjauan yuridis Terhadp Bank Gagal Berdampak Sistemik Terkait Kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Yang Independen,Universitas Atma Jaya Yogyakarta,Yogyakarta,2015, hlm1.

. Maka dari itu Bank yang tidak sehat

akan kehilangan kepercayaan masyarakat,kelangsungan usaha bank tidak dapat

dilanjutkan mengakibatkan bank tersebut menjadi bank gagal yang dapat dicabut ijin

usahanya.Atas dasar pertimbangan tersebut baik pemilik dan pengelola bank harus

bekerjasama dalam mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan.

Perbankan merupakan salah satu lembaga yang dominan dalam lembaga keuangan,

(3)

masalah akan menimbulkan dampak yang merugikan yang sangat besar sehinnga bisa

berpotensi mengalami default dan inflasi yang tinggi pada sektor keuangan dan bisa

membahayakan perekonomian.4

Maka setelah disahkannya Undang-undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang

Pencegahan dan Penaganan Krisis Sistem Keuangan perlu fungsi pengawasan

perbankan, khususnya untuk bank yang ditetapkan sebagai bank sistemik. Risiko

sistemik adalah risiko di mana kegagalan sebuah bank tidak hanya berdampak langsung

terhadap karyawan, nasabah, dan pemegang saham, tetapi bahkan dapat menghancurkan

perekonomian. Hal ini lebih dikenal dengan sebutan “ run on a bank” atau “bank rush”,

yaitu penarikan dana besar-besaran dari bank

Bukan saja dilihat hanya dari tingkat kesehatan bank

nya saja, namun juga perlu adanya pengawasan.

5

4

Ayu Kusuma Lastri dkk,Konsistensi Pengaturan Penetapan Status Bank Gagal Sebagai Penerima Lender Of The Last Resort (LLR),hlm2.

5

Sulad Sri Hardanto, Manajemen Resiko Bagi Bank Umum Kisi-kisi Ujian Sertifikasi Manajemen Resiko Perbankan Tingkat I, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), hlm. 6.

. Bisnis dibidang keuangan merupakan

salah satu bisnis yang rentan terhadap penyelewengan atau penyalahgunaan yang

menyebabkan kerugian bagi pihak yang bersangkutan. Untuk menghindari atau

meminimalkan penyelewengan maka, pengawasan harus dilakukan dari awal

berjalannya suatu kegiatan. Pengawasan adalah aktivitas yang dilakukan untuk

mengawasi dan mengendalikan seluruh kegiatan perusahaan, baik penyusunan

anggaran, proses kegiatan perusahaan,catatan dan laporan terhadap hasil kegiatannya.

Untuk menjaga agar Perbankan tetap sehat dan kokoh maka dilakukan pengawasan

terhadap tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia,namun sejak awal tahun 2013

pengawasan untuk perbankan diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan(OJK) hal ini

(4)

perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

dibentuklah Otoritas jasa Keuangan dengan dasar Undang-Undang Nomor 21 tahun

2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.6

Krisis sistem keuangan menjadi sesuatu yang sulit ditolak apabila negara

menganut sistem ekonomi yang terbuka. Karena akan berdampak pada negara lain.

Akibat krisis keuangan 1998,negara terpaksa melakukan bail out melalui penerbitan

obligasi lebih dari Rp550 triliun untuk penyehatan perbankan nasional. Konsep bail out

inilah yang dihindarin dengan menerbitkan Undang-Undang Pencegahan dan

Penanganan Krisisi Sistem Keuangan (UU PPKSK). Kehadiran undang-undang ini

menandai era baru dalam pencegahan dan penanganan krisis sitem keuangan di

Indonesia. Pencegahan dan penanganan permasalahan pada bank sistemik menjadi

penting karena bank sistemik dapat menyebabkan gagalnya sistem pembayaran serta

tidak berfungsinya sistem keuangan secara efektif dan berdampak langsung terhadap

perekonomian nasional.

Dimana fungsi pengawasan lembaga keuangan

baik Bank maupun bukan Bank telah diambil alih oleh Otoritas jasa keuangan (OJK)

sementara itu Bank Indonesia sebagai Bank sentral berperan sebagai regulator kebijakan

moneter untuk menjaga stabilitas moneter.

7

6

Ayu Kusuma Lastri dkk, Op. cit, hlm 3.

Belajar dari kegagalan Bank Century yang pada tanggal 21

November 2008,KKSK(Komite Stabilitas Sistem Keuangan menetapkan Bank Century

saat ini menjadi Bank gagal berdampak sistemik yang kemudian ditanganin dan berada

dalam kewenangan Lembaga Penjamin Simpanan. Namun sejauh ini Kasus mengenai

Bank Century masih menjadi polemik yang mana statusnya ditetapkan sebagai Bank

7

(5)

gagal berdampak sistemik dikarenakan pada saat penetpannya statusnya sebagai bank

gagal berdampak sistemik belum ada peraturan Perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia yang memberikan secara jelas pengertian tentang bank gagal berdampak

sisitemik. Hanya saja Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang No. 4 tahun

2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan ( Perpu JPSK) dalam pasal 1 angka 4

memberikan pengertian Berdampak sistemik adalah :

“Berdampak sisitemik adalah suatu kondisi sulit yang ditimbulkan oleh suatu bank, LKBB, dan/atau gejolak pasar keuangan yang apabila tidak diatasi dapat menyebabkan kegagalan sejumlah bank dan/atau LKBB lain sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem keuangan dan perekonomian nasional.”

Tidak adanya dasar hukum yang menjadi pertimbangan penetapan Bank Century

sebagai bank gagal berdampak sistemik oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan

menuai pro dan kontra dimana saat itu dikuatirkan likuidasi Bank Century Berdampak

sistemik akan mempengaruhi perekonomian negara.

Setelah Disahkannya Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis

Sistem Keuangan diharapkan dapat memberikan dasar hukum bagi penetapan bank

berdampak sistemik. Adapun pengertian bank sistemik menurut undang-undang Nomor

9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis sistem Keuangan adalah

dalam pasal 1 angka 5 menyebutkan:

“bank sistemik adalah bank yang karena ukuran aset,modal,dan kewajiban; luas jaringan atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan; serta keterkaitan dengan sektor keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagian atau keseluruhan bank lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun finansial,jika bank tersebut mengalami gangguan atau gagal”8

8

(6)

Terkait dengan penetapan bank sistemik merupakan hal yang sangat penting,

dimana akan menjadi acuan untuk mengukur risiko sistem keuangan, juga sebagai acuan

bagi pemilik dan manajemen bank yang masuk sebagai bank sistemik. Bagi pemilik dan

manajemen yang bank nya masuk sebagai bank sistemik memiliki kewajiban dalam

menjaga kecukupan lukuiditas dan solvabilitasnya, termasuk juga meningkatkan

kualitas manajemen bank.

Setelah disahkannya Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis

Sistem Keuangan maka akan lebih awal diketahui bank mana yang masuk kategori

sistemik dan non sistemik. Undang-undang Pencegahan dan penaganan Krisis Sistem

Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan sebagai otoritas pengawas

perbankan untuk menetapkan bank sistemk, melalui koordinasi dengan Bank Indonesia

yang kemudian dilaporkan ke Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian hukum dengan

judul Penentuan Bank Sistemik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016

Tentang Pencegahan Dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan

a. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengawasan perbankan di Indonesia?

2. Bagaimana pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan di Indonesia ?

3. Bagaimana penentuan Bank Sistemik berdasarkan Undang-undang Nomor 9

Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan?

(7)

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengawasan Perbankan di Indonesia.

b. Untuk mengetahui penentuan penilaian kesehatan suatu bank.

c. Untuk mengetahui penentuan bank sistemik berdasarkan UU Nomor 9

Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.

2. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

a. Manfaat Teoritis

1. Memberikan tambahan lteratur sebagai bahan pustaka Hukum Ekonomi

tentang Penentuan Bank Sistemik Berdasarkan Undang-undang

Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.

2. Secara teroritis, pembahasan tentang penentuan bank sistemik

berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 2016 dapat memberikan pengetahuan

mengenai peraturan hukum apa yang digunakan oleh lembaga keuangan

dalam menentukan suatu bank termasuk ke dalam bank berdampak

sistemik.

b. Manfaat Praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat memberi masukan atau menjadi tambahan

(8)

akademisi pada khususnya yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai

dasar penentuan bank sistemik.

C. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Penentuan Bank Sistemik Berdasarkan Undang-undang

Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan” sehubungan dengan keaslian

judul skripsi, ini telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada

atau belum terdapat di perpustakaan Universitas sumatera Utara. Untuk mengetahui

keaslian penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi berjudul Penentuan Bank

Gagal Sistemik Berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 2016. Pada dasarnya belum pernah

ditulis menjadi judul skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, meskipun

terdapat judul yang hampir sama dengan skripsi ini, akan tetapi substansi

pembahasannya berbeda. Adapun skripsi yang mempunyai pofil yang sama dengan

judul skripsi ini namun berbeda substansinya adalah : Leonardus Reynald Martin (2014)

dengan judul Tinjauan Yuridis Terhadap Penetapan Bank Gagal Berdampak Sistemik

Terkait kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Yang Independen adapun

permasalahan dalam tulisan ini adalah : a. Apa Kriteria suatau bank dapat ditetapkan

sebagai Bank gagal berdampak sistemik b. Apakah kriteria bank gagal berdampak

sistemik perlu diatur secara jelas dalam pengaturan hukum c. Apa pentingnya peran

lembaga dalam penetapan bank gagal berdampak sstemik. Penulis menulis skripsi ini

berdasarkan literatur – literatur yang diperoleh di perpustakaan, peraturan perundang –

(9)

melalui bantuan para pihak. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat

dipertanggung-jawabkan Kebenarannya.

D. Tinjauan Kepustakaan

1. Perbankan dan Bank

Berdasarkan dengan ketentuan Pasal 2 UU Perbankan menyebutkan bahwa

perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi

dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama Perbankan Indonesia menurut

Pasal 3 UU Perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

Sedangkan tujuan perbankan menurut Pasal 4 UU Perbankan adalah menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyak

banyak.9

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan

kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan

promes atau yang dikenal sebagai banknote..

9

Lihat Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Kata bank berasal dari Bahasa Latin banca

berarti tempat penukaran uang. Sedangkan menurut undang-undang perbankan Pasal 1

angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan,

bahwa yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

(10)

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

Menurut G.M Verrijn Stuart menyatakan “ bank adalah suatu badan yang

bertujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan akan kredit, baik dengan alat

pembayaran sendiri, dan dengan uang yang diperolehnya dari orang lain untuk maksud

itu, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pertukaran berupa uang giral.10

2. Bank Sistemik Peran

Undang-Undang Nomor 9 Tahun2016 Tentang Pencegahan dan Penanganan

Krisis sistem keuangan menyatakan bank yang masuk kategori sistemik adalah bank

yang dapat mengakibatkan bank lain atau sektor jasa keuangan gagal. Gagal disini baik

secara operasional maupun finansial, jika mengalami gangguan. Adapun pengertian

Bank sistemik menurut Pasal 1 angka 5 adalah Bank yang karena ukuran aset, modal,

dan kewajiban; luas jaringan atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan; serta

keterkaitan dengan sektor keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagian atau

keseluruhan Bank lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun

finansial, jika Bank tersebut mengalami gangguan atau gagal. Bank gagal berdampak

sistemik pernah terjadi ketika krisis pada 2008. Bank Century ditetapkan sebagai bank

gagal berdampak sistemik, dalam hal ini penyelamatan Bank Century pada masa itu

adalah menggunakan mekanisme bail out dimana penalanganan dana berasal dari

APBN, maka untuk mengantisipasi hal ini terulang kembali disahkannya

Undang-10

(11)

Undang Nomor 9 Tahun 2016 maka akan lebih awal diketahui bank mana yang masuk

kategori bank sistemik dan non sistemik.

3. Krisis Sistem Keuangan

Kondisi sistem keuangan yang gagal menjalankan fungsi dan perannya secara

efektif dan efesien, yang ditunjukkan dengan memburuknya berbagai indikator ekonomi

dan keuagan. Indonesia pernah mengalami krisis keuangan dimana hal tersebut memicu

terjadinya gejolak disetiap aspek. Pada saat terjadinya krisis sistem keuangan belum

adanya payung hukum yang dapat mengatasi hal demikian, namun kini dengan hadirnya

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis

Sistem Keuangan Komite Stabilitas Sistem Keuangan yang dibentuk berdasarkan

Undang-Undang tersebut pun memiliki landasan hukum dalam menjaga stabilitas sistem

keuangan Indonesia agara berfungsi efektif dan efesien serta mampu bertahan dari

gejolak yang bersumber dari dalam dan luar negeri. Penentuan kondisi krisis keuangan

tidak hanya berdasarkan kajian dari empat otoritas dibawah KSSK, namun juga

melibatkan keputusan politik yang harus dipertimbangkan Presiden.

E. Metode Penulisan

Metode yang dpakai dalam penulisan skripsi ini adalah tergolong ke dalam jenis

penelitian normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research)

disertai mengumpulkan dan membaca referens melalui peraturan, majalah, internet

kemudian data-data yang layak diseleksi untuk mendukung penulisan.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif disebut juga penelitian

(12)

analisis hukum balik yang tertulis dalam buku ( law in book) adapun pendekatan

yang dilakukan dala penelitian ini adalah pendekatan yuridis yang merupakan

pendekatan yang mengkonsepkan hukum sebagai norma, kaidah maupun azas

dengan tahapan berupa studi kepustkaan dengan pendekatan dari berbagai

literatur. Metode penelitian juga menggabungkan dengan studi kepustakaan

menggunakan media literatur yang ada maupun jurnal ilmiah elektronik lainnya

seperti internet dan tinjaun yuridis

2. Data Penelitian

Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data

sekunde yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data

sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil

penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.

a. Bahan hukum primer yaitu bahan yang terdiri dari peraturan

Perundang-undangan di bidang perbankan, antara lain :

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan dan

Penanganan Krisis Sistem Keuangan, Undang-undang No. 7 Tahun 1992,

LN. No. 31, TLN No. 3472. Jo Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, LN.

No. 182, TLN No. 3790 Tentang Perbankan, Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang No. 4 Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman

Sistem Keuangan, Peraturan Bank Indonesia Pengganti Undang-Undang

No. 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.

23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No

(13)

Bank, Peraturan OJK (POJK) Nomor 15/POJK.03/2017 tentang

Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum, Peraturan

OJK (POJK) Nomor 46/POJK.03/2015 tahun 2015 tentang Penetapan

Systemically Important Bank dan Capital Surcharge, Peraturan BI (PBI)

No.19/3/PBI/2017 tentang PLJP, Peraturan BI (PBI) No.19/4/PBI/2017

tentang PLJPS, Peraturan OJK 14/POJK.03/2017 Tentang Penetapan

Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum, Peraturan OJK

15/POJK.03/2017 tentang Rencana Aksi Bagi Bank Sistemik, Peraturan

OJK 16/POJK.03/2017 tentang Bank Perantara. Dalam POJK untuk

Rencana Aksi,Undang Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan, Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga

Penjamin Simpanan.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis. Misalnya

jurnal hukum, buku-buku, makalah, karya tulis ilmiah dan beberapa

sumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan yang diangkat

dalam skripsi ini.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi

tentang bahan hukum primer dan sekunder. Misalnya kamus hukum dan

ensiklopedia

3. Teknik Pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah berdasarkan

(14)

hal-hal berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda, peraturan

Perundang-undangan yang ada relevansi dengan permasalahan penelitian dan

sebgainya yang dapat memberikan informasi mengenai penelitian ini.

4. Analisis Data

Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan danalisis

dengan metedoe kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu,

dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap

bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas agar sesuai dengan masing-masing

permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan hukum yang ada. Mengolah

dan menginterprestasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan

serta memaparkan kesimpulan dan saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan

kualitatif, yakni kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan

tulisan.11

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan upaya atau cara untuk mempermudah dalam

melihat dan memahami isi dari tulisan ini secara menyeluruh. Dalam penulisan skripsi

ini dibagi dalam 5 (lima) bab. Setiap bab menguraikan pembahasan-pembahasan

tersendiri secara sistematis dan saling terkait antara bab satu dan bab lainnya. Adapun

sistematika penulisan skripsi ini yaitu

Bab I merupakan bagan pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penulisan, sistematika penulisan.

11

(15)

Bab II merupakan pembahasan mengenai tujuan pengawasan bank, prinsip-prinsip

pengawasan bank, struktur lembaga pengawasan lembaga keuangan, kewenangan

pengawasan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin

Simpanan.

Bab III merupakan pemembahasan mengenai komite stabilitas sistem keuangan,

pencegahan krisis sistem keuangan, penanganan krisis sistem keuangan.

Bab IV membahas mengenai kriteria suatu bank ditetapkan Sebagai bank

berdampak sistemik, dampak yang ditimbulkan oleh bank sistemik terhadap dunia

perbankan dan perekonomian nasional, peran lembaga dalam penetapan bank

berdampak sistemik, penetapan status bank sistemik berdasarkan Undang-undang No.9

Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan,

Penanganan terhadap bank yang berdampak sistemik.

Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari skripsi dan

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat pelanggaran peraturan perundang-undangan perbankan yang dilakukan oleh pegawai bank dalam menjaga kerahasiaan data nasabah yang merupakan objek rahasia

Akibat Hukum Terhadap Bank Indonesia Atas Peralihan Pengawasan Perbankan Dari Bank Indonesia Kepada Otoritas Jasa Keuangan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor

Namun, pada saat sekarang ini tugas pengaturan dan pengawasan perbankan tidak lagi menjadi tugas Bank Indonesia, melainkan menjadi tugas sebuah lembaga pengawas sektor

Fungsi utama bank diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana

pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor.. Perbankan OJK

Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kedudukan Bank Indonesia dalam Hukum Perbankan di Indonesia, bagaimana keberadaan Otoritas Jasa Keuangan sebagai

Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kedudukan Bank Indonesia dalam Hukum Perbankan di Indonesia, bagaimana keberadaan Otoritas Jasa Keuangan sebagai

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Independensi BI menjadi tidak penuh khususnya sebagai otoritas moneter dalam pemberian pinjaman likuiditas bank sistemik karena yang