• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum dan Perhitungan Mix De

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum dan Perhitungan Mix De"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Kelompok Modul Ke Tujuh Belas

Laporan Praktikum Mix Desain Teknologi Beton

Oleh :

ZUHROTUL MUNIROH 3113041093 MOH. QONIEK Y B 3113041094

RAFAEL DANI K 3113041095

HANDARU ALFIANSYAH 3113041096 MOHAMMAD SUPRAYITNO 3113041097

FIKRI MAULANA RIJAL 3113041098

SUWARNI 3113041099

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

BAB I... 1

PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan... 1

1.3 Rumusan Masalah...2

1.4 Manfaat... 2

BAB II... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1 Rencana Campuran Beton...3

2.2 Alat dan Bahan Mix Design...16

2.3 Prosedur Pelaksanaan...16

BAB III... 17

3.1 Menentukan Kuat Tekan Rencana...17

BAB IV... 22

Kesimpulan... 22

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu material paling penting di dalam dunia konstruksi menyangkut kegunaannya sebagai struktur dari sebuah bangunan. Beton sendiri memiliki banyak nama dan jenisnya bergantung pada konstruksi apa yang akan dibuat. Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai proses pembuatan Beton khususnya untuk beton Pracetak, dimulai dari pengukuran berat setiap material penyusun, hingga proses Testing mutu beton sebagai aplikasi dari mata kuliah Teknologi Beton.

Teknologi pembuatan Beton, dapat dimulai dari menghitung perbandingan antara Agregat kasar (Kerikil), Agregat halus (Pasir), Semen, dan Air secara teoritis. Setelah di dapat perbandingan, barulah praktikum dilakukan dengan menimbang setiap material yang telah dihitung secara teoritis. Setelah proses pengukuran massa, proses pencampuran material-material dalam mixer dilakukan, sampai pada proses mencetak beton dalam silinder dan proses perawatan sehingga diharapkan saat melakukan pengujian, mutu beton yang tercatat sesuai dengan apa yang kami harapkan.

Dengan melakukan praktikum Teknologi Beton ini, diharapkan mahasiswa untuk bisa menerapkan cara cara membuat beton dan bisa menerapkannya dalam dunia pekerjaan nanti dengan menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.

1.2 Tujuan

(4)

1.3 Rumusan Masalah

 Berapakah komposisi dari agregat halus yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan mutu tertentu?

 Berapakah komposisi dari agregat kasar yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan mutu tertentu?

 Berapakah komposisi dari semen yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan mutu tertentu?

 Berapakah komposisi dari air yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan mutu tertentu?

1.4 Manfaat

 Dapat mengetahui komposisi dari agregat halus yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan mutu tertentu

 Dapat mengetahui komposisi dari agregat Kasar yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan mutu tertentu

 Dapat mengetahui komposisi dari semen yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan mutu tertentu

 Dapat mengetahui komposisi dari air yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan mutu tertentu

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rencana Campuran Beton

Di indonesia rancangan dengan cara ini dikenal dengan nama cara DOE ( department of environment ). Di indonesia cara ini dipakai sebagai standar perencanaan oleh department pekerjaan umum, dan di muat dalam buku standar no. SK. SNI T-15-1990-03 dengan judul buku “ tata cara pembuatan rencana campuran beton normal”. Perencanaan dengan cara ini mengunakan tabel-tabel dan grafik. Langkah-langkah pokok rancangan dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Penetapan nilai kuat desak beton

Kuat desak beton yang disyaratkan/direncanakan ditentukan dengan kuat desak pada beton umur 28 hari (fc). Kuat desak beton yang disyaratkan ditetapkan sesuai dengan persyaratan perencanaan strukturnya dan kondisi setempat. Di indonesia yang

dimaksud dengan kuat desak beton yang disyaratkan adalah kuat desak beton karakteristik dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itu sebesar 5 persen saja ( artinya 5 persen dari beton yang akan dibuat boleh mempunyai kuat desak kurang dari kuat desak karakteristik).

b. Penetapan nilai deviasi standar (S)

Deviasi standar ditetapkan berdasarkan atas tingkat mutu pengendalian pelaksanaan pencampuran betonnya. Semakin baik pelaksanaan semakin kecil nilai deviasi standarnya. Penetapan nilai ini biasanya didasarkan atas hasil pengalaman praktek pelaksanaan pada waktu yang lalu, untuk pembuatan beton dengan mutu yang sama, dan mengunakan bahan-bahan dasar yang sama pula.

1) Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada masa yang lalu, persyaratan jumlah data hasil pengujian minimum adalah 30 buah. Satu data hasil pengujian kuat desak rata-rata diambil dari pengujian kuat desak dua silinder yang dibuat dari contoh beton yang sama dan pengujian pada umur 28 hari atau umur lain yang ditetapkan.

2) Jika jumlah data hasil pengujian kurang dari 30 benda uji, dilakukan koreksi terhadap nilai deviasi standar dengan sesuatu faktor perkalian, seperti pada tabel 17.1 berikut.

(6)

Jumlah data : 30 25 20 15 <15 Faktor perkalian : 1,0 1,03 1,08 1,16 Tidak boleh

3) Nilai deviasi standar dapat juga ditentukan dengan melihat volume beton yang dibuat, yang dibedakan atas volume kecil, sedang, dan besar dan atas dasar mutu pelaksanaannya yang dibedakan atas mutu baik sekali, baik, dan cukup, seperti disajikan pada tabel 17.2 berikut.

Tabel 17.2 Nilai Deviasi Standar (MPa)

4) Jika pelaksanaan tidak mempunyai catatan/pengalaman hasil pengujian beton pada masa lalu yang memenuhi persyaratan tersebut (termasuk data hasil pengujian kurang dari 15 buah), nilai margin dapat langsung diambil 12 Mpa. Tabel 17.3 menyajikan nilai deviasi standar untuk berbagai tingkat pengendalian mutu pekerjaan.

Tabel 17.3 nilai deviasi standar untuk berbagai tingkat pengendalian mutu pekerjaan

Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan S(Mpa)

Memuaskan 2,8

Sanggat baik 3,5

Baik 4,2

Cukup 5,6

Jelek 7,0

Tanpa kendali 8,4

5) Penetapan nilai tambah (margin): M jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standar yang dipilih margin (M) dapat dihitung dengan rumus:

M=K.S

Dengan : M = nilai tambah, dalam MPa K = konstanta yang besarnya=1,64 S = deviasi standar dalam MPa

(7)

c. Menetapkan kuat desak rata-rata yang hendak dicapai (direncanakan diperoleh dengan rumus:

F’cr=F’c+M

Dengan F’cr = kuat desak rata-rata dalam MPa

F’c = kuat desak yang disyaratkan/direncanakan dalam MPa M = nilai tambah (margin), MPa

d. Penetapan jenis semen

Dalam PBI tahun 1971 dalam PUBI 1982 menyebutkan bahwa di indonesia semen Portland dibedakan menjadi 5 jenis yaitu I, II, III, IV, dan jenis V. ditinjau dari

kekuatannya semen dibedakan atas semen Portland mutu S-325, S-400, S-475, S-550, dan mutu S-S. Untuk perencanaan di indonesia umumnya digunakan semen Portland mutu S-475 dan mutu S-550.

e. Penetapan jenis agregat

Jenis agregat yang akan digunakan ditetapkan apakah akan mengunakan pasir alam dan krikil alam, ataukah pasir alam dan batu pecah ( crushed agregate )

f. Penetapan faktor air semen

Untuk menetapkan faktor air semen digunakan tabel 17.4 dan grafik 1.1 , caranya adalah sebagai berikut.

1) Dengan mengetahui jenis semen Portland dan agregat yang akan digunakan. Maka dengan melihat tabel 17.4 dapat ditentukan harga kekuatan beton dasar yang diharapkan dapat dicapai untuk umur beton yang dikehendaki dengan faktor air semen 0,50.

2) Dengan mengunakan grafik 17.1 : ikutilah garis tegak untuk faktor air semen 0,50 ke arah atas hingga memotong garis mendatar yang menunjukkan kekuatan ( kuat desak ) dasar tadi. Titik potong tersebut merupakan dasar kurva yang dipakai untuk menentukan faktor air semen beton yang direncanakan.

3) Dengan melalui titik tadi buatlah kurva yang sejajar dengan kurva yang di sebelah kanan dan atau sebelah kiri titik potong tadi.

(8)

5) Tentukan titik potong antara garis kuat desak rata-rata tadi dengan kurva baru. 6) Tarik garis tegak ke bawah melalui titik potong tersebut pada (5) untuk

mendapatkan faktor air semen yang diperlukan untuk memperoleh kuat desak rata-rata yang diharapkan tersebut.

Tabel 17.4. perkirakan kuat desak beton (N/mm2) dengan faktor air semen 0,50 dan jenis semen serta agregat kasar yang biasa dipakai di indonesia.

Jenis semen Jenis agregat kasar

(9)

Grafik 1.1. Grafik hugungan Faktor air semen dengan kuat tekan rata-rata yang dikehendaki

g. Faktor air semen maksimum

Faktor air semen maksimum dapat ditetapkan sebelumnya atau tidak ditentukan. Jika tidak ditetapkan, dapat dilihat pada tabel 17.5.

Jika faktor air semen yang diperoleh pada langkah f lebih kecil dari pada yang di dapat dalam tabel III.8. yang dipakai adalah yang didapat pada langkah f itu. Tetapi jika yang di dapat pada langkah f lebih besar, yang dipakai adalah faktor air semen yang dari tabel 17.5 (harga terkecil).

Tabel 17.5. jumlah semen minimum dan nilai f.a.s. maksimum

Jenis konstruksi

Jumlah semen min./m3 beton

kg

Nilai f.a.s. maksimu

m Beton dalam ruang bangunan

a. Keadaan keliling non korosif

b. Keadaan keliling korosif disebabkan oleh kondensasi atau uap-uap korosif

beton di luar bangunan

a. Tidak terlindung dari hujan dan terik

275 325 325

(10)

matahari langsung

b. terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

beton yang masuk ke dalam tanah a. mengalami keadaan basah dan kering

berganti-ganti

b. mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau air tanah

beton yang kontinu berhubungan dengan air a. air tawar slump dilakukan dengan mempertimbangkan atas dasar pelaksanaan pembuatan, cara mengangkut (alat yang digunakan), penuangan (pencetakan), pendapatan, maupun jenis strukturnya. Cara pengangkutan aduk beton dengan mengunakan pipa yang dipompa dengan tekanan, membuhtukan nilai slump yang tinggi; sedang pemadatan yang membutuhkan alat getar (triller) dapat dilakukan dengan nilai slump yang agak kecil.

Nilai slump yang diinginkan dapat diperoleh dari tabel 17.6 berikut.

Tabel 17.6 penetapan nilai slump

Pemakaian beton Nilai slump (cm) maksimu

m

minimu m Dinding, pelat fondasi, dan telapak

bertulang fondasi telapak tidak bertulang dan struktur

di bawah tanah

(11)

Pelat, balok, kolom, dan dinding

i. Menetapkan ukuran agregat maksimum

Untuk menetapkan besar butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan-ketentuan berikut:

1) Jarak bersih minimum antar baja tulangan atau berkas baja tulangan, atau tendon pra-tegang dikalikan tiga perempat.

2) Sepertiga kali tebal pelat

3) Seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan

j. Menetapkan kadar air bebas atau banyaknya air yang diperlukan per meter kubik beton

Untuk menetapkan banyaknya air yang diperlukan untuk setiap meter kubik beton, dapat dicari dengan mengunakan tabel 17.7 dengan cara sebagai berikut.

1) Jika agregat halus dan agregat kasar yang digunakan dari jenis yang sama, misalnya pasir alam dan kerikil alam atau pasir dari batu pecah dan kerikil dari batu pecah, maka dengan melihat besar butir maksimum dan slump yang digunakan dapat ditentukan banyaknya air yang diperlukan ( perhatikan tabel 17.7 ) misalnya dengan butir maksimum 40 mm dan slump yang digunakan yang diperlukan adalah 160 liter per meter kubik beton.

2) Jika agregat halus dan agregat kasar yang dipakai dari jenis yang berbeda (alami dan batu pecah), banyaknya air yang diperlukan ditentukan dengan mengunakan rumus:

A=0,67 Wf +0,33 Wc

Dengan: A = banyaknya air yang dibutuhkan ( liter ) per meter kubik beton Wf = banyaknya air yang dibutuhkan menurut agregat halus

Wc = banyaknya air yang dibutuhkan menurut agregat kasar Misalnya contoh di atas tadi (a) mengunakan agregat halus berupa pasir alam dan agregat kasar mengunakan batu pecah, air yang diperlukan untuk satu meter kubik beton adalah

(12)

Tabel 17.7. perkiraan kebutuhan air per meter kubik beton Besar ukuran

Maks. Kerikil (mm)

Jenis batuan Slump (mm)

0-10 10-30 30-60 60-180 10

k. Menetapkan berat semen yang diperlukan

Untuk menentukan kadar semen yang diperlukan yaitu dengan berbagai kadar air bebas yang telah ditentukan pada (j) dengan faktor air semen “yang dipilih

l. Kadar semen maksimum

Jika kadar semen maksimum tidak ditetapkan, dapat diabaikan

m. Kebutuhan semen minimum

Kebutuhan semen minimum ini disyaratkan, untuk menghindarkan beton dari kerusakan yang diakibatkan oleh adanya pengaruh lingkungan khusus, misalnya lingkungan korosif, air payau, air laut, dan sebagainya.

Kebutuhan semen minimum dapat ditetapkan dengan tabel 17.8, tabel 17.9, atau tabel 17.10.

Tabel 17.8. kebutuhan semen minimum untuk berbagai pembetonan dan lingkungan khusus.

Jenis Pembetonan

(13)

beton di dalam ruang bangunan

a. Beton keliling non korosif

b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau uap korosif Beton di luar ruang bangunan

a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

Beton yang masuk ke dalam tanah

a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti

b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah beton yang selalu

berhubungan dengan air tawar/payau/laut

Tabel 17.9 kandungan semen minimum untuk beton bertulang dalam air

(14)

Tabel 17.10 . kandungan semen minimum untuk beton yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat

(15)

n. Faktor air semen yang disesuaikan

Jika kadar semen berubah karena lebih kecil dari pada kadar semen minimum yang ditetapkan atau lebih besar dari pada kadar semen maksimum yang disyaratkan, faktor air semen harus diperhitungkan kembali menurut kadar semen yang berlaku.

o. Susunan besar butir agregat halus

Jika besar butir agregat halus yang akan digunakan sudah dianalisis menurut standar SI, susunan besar butir pasir dapat dibandingkan dengan syarat-syarat susunan besar butir pasir dalam tabel, termasuk daerah (zone) mana zone: 1, zone 2, zone 3, atau zone 4.

p. Presentasi agregat halus

Untuk menentukan persentasi agregat halus ( lebih halus dari 4,8 mm) digunakan grafik 1.2 . Dengan diketahuinya besar butir maksimum agregat (i), slump yang direncanakan (h), faktor air semen (n), dan daerah susunan butir (o), maka persentase pasir yang diperlukan dapat dibaca pada grafik 1.2 tersebut. Perlu diperhatikan bahwa jumlah persen pasir ini adalah seluruh agregat ( butiran ) yang lebih halus dari 4,8 mm. agregat kasar yang dipakai di indonesia sering kali masih mengandung butiran lebih halus dari 4,8 mm dalam jumlah yang lebih besar dari 5 persen. Dalam hal ini, maka agregat halus yang diperlukan masih harus dikurangi.

(16)

Grafik 1.2 b grafuk hubungan presentase agregat halus dengan factor air semen untuk ukuran agregak maksimum 40mm

q. Berat jenis relatif agregat

Berat jenis relatif agregat adalah berat jenis agregat gabungan antara agregat halus dan agregat kasar. Untuk agregat-agregat yang sudah diketahui berat jenisnya. Maka berat jenis relatif agregat dapat dihitung dengan mengunakan rumus:

BJ rel agr = A/100 x BJ.AH + B/100x BJ.AK dengan Bjrel.gr= berat jenis relatif ( campuran ) agregat BJ.AH = berat jenis agregat

BJ.AK = berat jenis agregat kasar

A = persentase agregat halus terhadap agregat relatif ( campuran ) B = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran (relatif)

Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan ( pengujian ) di laboratorium terhadap agregat yang akan digunakan. Jika belum diketahui agregat mana yang akan digunakan, dapat ditentukan berat jenis relatif agregat = 2,50 gr/cm3 untuk agregat alami, dan 2,60 untuk agregat batu pecah. Harga-harga yang diperoleh kemudian dibetulkan jika agregat yang akan dipakai sudah ditetapkan dan diuji berat jenisnya.

r. Berat jenis beton

Berat jenis beton dapat ditentukan berdasarkan data berat jenis agregat relatif ( campuran ) dari langkah (q) dan kebutuhan air pengaduk untuk setiap meter kubik bton yang telah ditetapkan pada langkah (j), dengan mengunakan grafik 1.3

Cara pengunaan grafik grafik 1.3 adalah sebagai berikut.

(17)

2) Ikuti kurva yang sesuai dengan harga berat jenis relatif hingga memotong garis vertikal pada (1)

3) Jika dalam grafik belum ada garis kurva harga berat jenis relatif yang ditentukan, dibuat kurva baru yang sesuai dengan harga berat jenis relatif itu, yang sesuai dengan garis kurva terdekat. Kurva itu akan memotong garis vertikal harga kadar air bebas.

4) Tarik garis mendatar melalui titik potong itu. Garis itu menunjukkan nilai berat jenis beton.

Grafik 1.3 grafik hubungan berat jenis beton dengan kadar air bebas

s. Menentukan kebutuhan agregat gabungan

Kebutuhan agregat gabungan ditentukan dengan mengunakan rumus sebagai berikut : BAg = B.Jb-BS-BA dengan

BAg = berat agregat gabungan BJb = berat jenis beton

BS = berat semen

BA = berat air

t. Menentukan agregat halus

(18)

u. Kadar agregat kasar

Kadar agregat kasar dapat di hitung dengan cara mengurangi kadar agregat gabungan dengan kebutuhan agregat halus. Jadi, hasil langkah (s) dikurangi hasil langkah (t). Dari langkah-langkah tersebut di atas (langkah a s/d u) sudah dapat diketahui susunan bahan-bahan untuk satu meter kubik beton. Meskipun demikian, masih ada satu langkah lagi yang perlu dilakukan yaitu koreksi terhadap penggunaan air sehubungan dengan kondisi agregat. Rancangan campuran beton dihitung berdasarkan atas agregat dalam keadaan jenuh kering muka (SSD). Di musim hujan, biasanya agregat terlalu basah sehingga dengan penggunaan air dilakukan menurut hasil penghitungan tadi, beton menjadi terlalu cair. Sebaliknya di musim kemarau agregat menjadi terlalu kering yang mengakibatkan beton yang dihasilkan menjadi terlalu kaku ( kental). Oleh karena itu, perbandingan campuran yang telah didapatkan harus selalu dikoreksi terhadap kadar air dalam agregat, dan hendaklah dilakukan paling sedikit satu kali dalam sehari.

Jika agregat dalam keadaan basah, perhitungan koreksi dilakukan dengan mengunakan rumus sebagai berikut:

a. Kadar semen tetap = A

b. Air =B-(Cm-Ca) x C/10-(Dm-Da) x D/100 c. Agregat halus/pasir = C+(Cm+Ca)x C/100 d. Kerikil/batu pecah = D + (Dm-Da) x D/100

dengan

A= kadar semen yang ditentukan (kg/m3) B= kadar air yang ditentukan (liter/m3) C= kadar pasir yang ditentukan (kg/m3)

D= kadar kerikil/batu pecah yang ditentukan (%)

DM= kadar air kerikil/batu pecah alam saat pengadukan beton (%)

(19)

Tabel 17.11 formulir rancangan campuran beton menurut BS formulir rancangan campuran beton (menurut standar pekerjaan umum)

No .

Uraian Tabel/grafik Nilai

1. Kuat desak yang disyaratkan Ditetapkan …….Mpa

2. Deviasi standar (S) Diketahui …….Mpa

3. Nilai tambah/margin M …….Mpa

4. Kuat desak rata-rata yang hendak

dicapai (f’cr) 1+3 …….Mpa

5. Jenis semen Ditetapkan …….

6. Jenis agregat kasar Jenis agregat halus

Ditetapkan Ditetapkan

……. ……. 7. Faktor air semen Tabel 17.1

Grafik 1.1

……

8. Faktor air semen maksimum Ditetapkan …….

9. Slump Ditetapkan …….mm

10. Ukuran agregat maksimum Ditetapkan …….mm

11. Kadar air bebas Tabel 7 …….kg/m3

12. Kadar semen 11:8

13. Kadar semen maksimum Ditetapkan 14. Kadar semen minimum Ditetapkan/PBI

15. F.a.s yang disesuaikan …….

16. Susunan besar butir agregat Grafik Zone….

17. Persen bahan<4,8 mm Grafik …….%

18. Berat jenis rel atif agregat …….kg/m3

19. Berat jenis beton Grafik 1.3 …….kg/m3

20. Kadar agregat gabungan 19-12-11 …….kg/m3

21. Kadar agregat halus …….kg/m3

22. Kadar agregat kasar …….kg/m3

(20)

2.2 Alat dan Bahan Mix Design

Alat dan bahan yang harus disiapkan untuk perencanaan campuran :

 Cetakan-cetakan silinder

 Bahan – bahan yang akan dicampur : Semen, kerikil, air, pasir (sesuai jumlah dalam perhitungan sebelumnya)

 Alat slump test  Besi rojokan

 Molen untuk pengaduk beton.  Sekop

2.3 Prosedur Pelaksanaan

(21)

2. Cetakan beton diolesi oli dan baut –bautnya dirapatkan.

3. Mesin molen dijalankan. Memasukkan dulu air secukupnya untuk membasahi permukaan ketel mesin.

(22)

BAB III Analisa data

3.1 Menentukan Kuat Tekan Rencana

Rancangan campuran beton dengan mutu K250 Jenis semen yang digunakan S-550

Agregat halus alami, agregat kasar berupa batu pecah. Faktor air semen maksimum ditetapkan 0,60.

Slump ditetapkan setinggi antara 60 mm - 180 mm. Ukuran agregat maksimum ditetapkan 20 mm.

Susunan besar butir agregat halus masuk dalam zone 4.

Agregat halus yang digunakan merupakan gabungan antara agregat A dengan berat jenis SSD=2.82, kadar air 0.54%. sedang agregat B dengan berat jenis SSD= 2.76 , penyerapan 0.41 % , kadar air rerata adalah 0.04 %

Agregat kasar berat jenis SSD 2,67 %, resapan air adalah 3.04%, dan kadar air 0.58%.

Cara perhitungan

1. Kuat desak karakteristik

Kuat desak karakteristik sudah ditetapkan 25 Mpa untuk umur 28 hari.

2. Deviasi standar

Deviasi standar ditentukan dari besarnya volume beton yang akan dibuat, dari tabel nilai S dapat diambil 85 kg/cm2 (dapat diterima) perhatikan tabel 17.2.

3. Nilai tambah (margin)

Tidak ada karena belum pernah melakukan pengujian sebelumnya

4. Kekuatan rata-rata yang hendak dicapai

(23)

6. Jenis agregat halus dan agregat kasar

Jenis agregat halus alami, agregat kasar batu pecah.

7. Faktor air semen

Gunakan grafik 1.1 untuk menentukan harga kekuatan beton dasar yang diharapkan dapat dicapai, dengan semen S-550 dan agregat kasar batu pecah. Dari tabel tersebut didapat harga pada beton umur 28 hari dan f.a.s 0,50 kekuatan desak= 37 N/mm2. Kemudian lihat grafik 1.1: ikutilah garis tegak untuk f.a.s 0,50 ke arah atas sampai memotong garis mendatar yang menunjukkan kekuatan desak dasar tadi (= 45 Mpa ). Buat kurva melalui titik potong tadi. Tentukan titik potong antara kurva baru tersebut dengan kuat desak rata-rata yang hendak dicapai (33.5 Mpa ). Dari titik potong tadi tarik garis tegak ke bawah, maka didapat harga f.a.s yang dicari =0,535.

8. Faktor air semen maksimum

Untuk beton yang terlindung dari hujan dan terik matahari, ditentukan f.a.s maksimum 0,60.

9. Slump

Tinggi slump ditentukan antara 60 mm – 180 mm.

10. Ukuran agregat maksimum

Ukuran agregat maksimum ditentukan 20 mm.

11. Kadar air bebas

Untuk menentukan nilai kadar air bebas, periksa tabel 17.7 untuk agregat gabungan, alami atau batu pecah. Untuk agregat gabungan antara pasir alami dan kerikil (batu pecah), maka kadar air bebas harus diperhitungkan antara 195 – 225 kg/ m3. Nilai slump 30 mm – 60 mm dan baris maksimum agregat 40 mm dipakai sebagai dasar

penghitungan.

Rumus yang digunakan A=2/3 Wf + 1/3 Wc Dengan A= jumlah air yang diperlukan/m3 beton; Wf= perkiraan jumlah air untuk agregat halus Wc= perkiraan jumlah air untuk agregat kasar. Jadi, A= (2/3 x 195 + 1/3 x 225) kg/m3= 205 kg/m3

12. Kadar semen

Kadar semen = 205 : 0.535 = 383.18 kg/m3

13. Kadar semen maksimum

Kadar semen maksimum tidak ditentukan, jadi dapat diabaikan..

(24)

Dengan melihat tabel 17.5 , maka pada konstruksi yang dimaksud harus menggunakan semen minimum 275 kg/m3. Karena kadar semen yang diperoleh sebanyak 384.18 kg/m3, maka yang digunakan adalah 383.18 kg/m3 tersebut.

15. Faktor air semen yang disesuaikan

Karena kadar semen minimum sudah terpenuhi, maka faktor air semen tidak berubah.

16.Susunan besar butir agregat halus

Pasir gabungan yang termasuk zone 4.

17. Persen bahan lebih halus dari 4,8 mm

Harga persen agregat lebih halus dari 4,8 mm dicari pada grafik 1.2.b untuk kelompok butir agregat maksimum 20 mm pada nilai slump 60 mm – 180 mm, dan nilai faktor air semen 0,535. Untuk agregat halus zone 4, diperolehharga 31%.

18. Berat jenis relatif agregat

Berat jenis relatif agregat adalah berat jenis agregat gabungan antara agregat halus dan agregat kasar. Karena agregat halus sendiri sudah merupakan gabungan dari dua jenis agregat halus, maka terlebih dahulu dicari berat jenis relatif agregat halus yang merupakan gabungan tersebut. Sesudah itu baru dicari berat jenis agregat gabungan antara agregat halus dan kasar.

Dengan demikian perhitungannya menjadi sebagai berikut. Berat jenis agregat kasar = 2,67.

Jadi, berat jenis relatif agregat = (0,31 x 2,82) + (0,69 x 2,67) = 2,7.

19. Berat jenis beton

Berat jenis beton diperoleh dengan grafik 1.3), dengan cara membuat grafik baru yang sesuai dengan nilai berat jenis relatif agregat

gabungan, yaitu 2,7. Titik potong grafik baru tadi dengan garis tegak yang menunjukkan kadar air bebas 170 kg/m3 menunjukkan nilai berat jenis 2.410 kg/m3.

20. Kadar agregat gabungan

Kadar agregat gabungan = berat jenis beton – kadar semen – kadar air = 2.410 -383.18 – 205 = 1821.82 kg/m3

21. Kadar agregat halus

Kadar agregat halus = 0,31 x 1821.82 kg/m3 = 564.76 kg/m3

22. Kadar agregat kasar

(25)

Dari langkah 1 sampai dengan langkah 22, kita dapatkan susunan campuran beton teoritis untuk setiap 1 m3, sebagai berikut:

 Semen Portland (S-550) = 383.18 kg  Air seluruhnya = 205 kg

 Agregat halus = 564.76 kg  Agregat kasar = 1257.06 kg

Untuk mendapatkan campuran sebenarnya, yaitu yang akan kita pakai sebagai campuran uji (untuk membuat benda uji), angka-angka teoritis tersebut perlu dikoreksi dengan memperhitungkan banyaknya air bebas yang terdapat dalam agregat, atau air yang masih dibutuhkan oleh masing-masing agregat yang dipakai. Dalam contoh tersebut, air yang terdapat dalam :

 Pasir = 546.76 + {(0.41-0.04) x (546.76:100} = 562.6753  Kerikil = 1257.06+{(3.04-0.58) x (1257.06:100)} = 1226.133 kg

Jadi, banyaknya air yang diperlukan setiap 1 m3 adalah sebesar = 20 5– (562.6753 – 1226.133) = 238.013244 kg (= 240 kg)

Jadi dalam pelaksanaan pembuatan benda uji diperlukan bahan-bahan untuk setiap 1 m3 beton sebagai berikut :

(26)
(27)

N

o Uraian

Tabel/gra fik perhitung

an

Nilai Satuan

1 Kuat tekan karakteristik Ditetapkan 250 kg/cm2

2 Deviasi standar Diketahui 85 kg/cm2

3 Nilai tambah (margin)

4 Kekuatan rata2 yang hendak dicapai 335 kg/cm2

5 Jenis semen Ditetapkan

semen normal S-550/S-475

6

Jenis agre

gat Kasar Ditetapkan Batu pecah

Halus Ditetapkan Alami

7 FAS bebas Grafik 1 0,535

8 FAS maks Ditetapkan 0,6

9 Slump

Ditetapka

(28)

1

0 Ukuran agregat maks Ditetapkan 20 mm

1

1 Kadar Air Bebas tabel 3 205 kg/m3

1

2 Kadar Semen 11:7 383,18 kg/m3

1

3 Kadar semen max Ditetapkan 383,18 kg/m3

1

4 Kadar semen min

Ditetapka n

275 kg/m3

1

5 Faktor air yang disesuaikan

-1

6 Susunan besar butir agregat halus grafik 3-6 Zona 4 1

7 Persen bahan lebih halus dari 4,8 mm 31 % 1

8 Berat jenis agregat (SSD gabungan) 2,7 t/m3 1

9 Berat jenis beton grafik 16 2410 kg/m3

2

0 Kadar aregat gabungan (12+11)19- 1821,82 kg/m3 2

1 Kadar agregat halus 20*17 564,76 kg/m3

2

2 Kadar agregat kasar 20-21 1257,06 kg/m3

Proporsi Campuran

Banyak Bahan Semen(kg) Ag.halus (kg) Ag.Kasar(kg) Tiap m3 dgn teliti

skg 383,18 564,76 1257,06

Perbandingan 1 1,47 3,28

(29)

Bahan kg/m3 Penyerapanair (%) Kadar air(%) Terkoreksi

Semen 383,18 - - 383,18

Air 205 - - 238,0132443

Pasir 564,76 0,41 0,04 562,6753229

Batu pecah/ kerikil 1257,06 3,04 0,58 1226,133863

BAB IV Kesimpulan

Dari hasil percobaan rencana campuran (Mix Design) harus dikorelasikan dengan

hasil uji tekan yang telah dilakukan, sebab kita dapat mengetahui apakah beton dengan mutu

K-250 hasil praktikum kami sudah memenuhi syarat atau tidak. Hal ini bisa dilihat dari hasil

sampel uji yang memiliki rata-rata kuat tekan 272.0808 kg/cm2 dan hanya 3 dari 30 sampel

(30)

0 5 10 15 20 25 30 35 0

50 100 150 200 250 300 350

Chart Title

nomer sampel

K

u

a

t

te

ka

n

(

k

g

/c

m

2

(31)

DAFTAR PUSTAKA

http://alan-sipil-struktur-ubb.blogspot.com/p/mutu-beton.html http://eprints.undip.ac.id/34148/6/1655_chapter_II.pdf

http://lauwtjunnji.weebly.com/curing-beton.html

https://www.academia.edu/3636945/BAHAN_KULIAH_TEKNOLOGI_BETON

http://www.researchgate.net/publication/26844024_CONCRETE_MIX_DESIGN_OPTIMIZ ED_APPROACH

Buku Petunjuk Praktikum Teknologi Beton Jurusan Teknis Sipil ITS Surabaya

Gambar

Tabel 17.2  Nilai Deviasi Standar (MPa)
Tabel 17.4. perkirakan kuat desak beton (N/mm2) dengan faktor air semen 0,50 dan jenis semen serta agregat kasar yang biasa dipakai di indonesia
Tabel 17.5. jumlah semen minimum dan nilai f.a.s. maksimum
Tabel 17.6  penetapan nilai slump
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan aplikasi dan sistem untuk mempercepat proses penyewaan alat pesta pada CV.Widodo Group berbasis web dan

Dc to Dc konverter merupakaian rangkaian yang menstabilkan energi yang dihasilkan panel surya fleksibel agar dapat dikonsumsi guna untuk keperluan pengisian

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena iradah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Media animasi

Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan

Setiap kelompok memberi tugas kepada perwakilan siswa untuk maju kedepan kelas mendemonstrasikan tentang proses daur hidup hewan sesuai tugas kelompok

Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning berbantuan media visual pada materi

Hal ini yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin, asam urat yang berlebihan akan terkumpul

Dalam skripsi ini secara garis besar membahas “ Persepsi Wisatawan Asing Terhadap Pusat Informasi Pariwisata Kota Surabaya (Surabaya Tourism Information Center”.. Hasil