PENGARUH SOSIAL, BUDAYA, DAN AGAMA TERHADAP
RENTETAN SEJARAH PERADABAN DAN PERKEMBANGAN
URBAN ASIA TENGGARA
Cut Elisa Farahdilla
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Iskandar Muda, Banda Aceh Email : cutelisafarahdilla@gmail.com
ABSTRACT
Social, culture and religion are important things that influence the quality of urban development. The contributions are not only in the form of physical things but also non physical things which also advocated the civilization. This article focuses on Southeast Asia region that forces the significant development of urban and its historical dynamism. Southeast Asia is a regional known for its migration which comes from Asia and Europe continents. Social, cultural, and religious assimilations are varied while most influences in this territory come from trade and colonisation from western and eastern countries. The intention of the study is to return the identity of Southeast Asia region that tends to lose its character nowadays. The purpose of the study are to analyze the factors of social, cultural, and religious towards the urban development and its achievements from early period of civilization until period of 2000 B.C. The study uses relevant literatures from secondary sources such as journals, conference proceedings, etc.
Keywords : Civilization, Social, Culture, Religion, Southeast Asia
PENDAHULUAN
Peradaban dalam bahasa inggris yang berarti civilization berasal dari akar kata civitas dari bahasa latin yang berarti urban atau peradaban. Menurut antropolog pertama di Indonesia, Koentjaraningrat (1948) istilah peradaban dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks. Sedangkan menurut Huntington (1996) dalam bukunya yang fenomenal ‘The Clash of Civilization’, peradaban adalah the highest social grouping of people and the broadest level of cultural identity people have short of that which distinguish humans from other species yang bermakna sekelompok orang atau masyarakat dan tingkatan luas dari identitas kebudayaan dimana hal ini yang membedakan manusia dari spesies yang lain. Sosiolog muslim Ibnu
Khaldun (1332-1406M)
mendefinisikan peradaban (umran)
sebagai organisasi sosial manusia, kelanjutan dan proses tamaddun (urbanisasi) melalui ashabiyah. Maka, apabila disimpulkan dari ketiga ilmuwan diatas maka peradaban sangat erat hubungannya dengan sosial, budaya, dan agama.
Banyaknya pengaruh internal dan eksternal membuat peradaban terus mengalami perkembangan yang bervariasi. Pengaruh internal dan eksternal selain banyak berdatangan melalui proses migrasi juga melalui jalur perdagangan dan penjajahan. Pengaruh dari bangsa Asia dan Eropa
cukup kuat mengendalikan
pemerintahan Asia Tenggara sehingga membawa perkembangan dan perubahan urbannya.
METODOLOGI DAN TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat kembali identitas kawasan Asia Tenggara yang cenderung kehilangan karaketrnya akibat tergerus
pembaruan. Pada penelitian ini akan menggali informasi dari beberapa literatur yang berkenaan dengan topik. Untuk menunjang kekuatan artikel, maka terdapat beberapa rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan yang akan dibahas pada artikel ini, yaitu: (1) Apa sajakah pengaruh sosial, agama, dan budaya yang membuat perubahan dalam perkembangan peradaban di Asia Tenggara? (2) Apa sajakah pencapaian peradaban dari masa prasejarah hingga periode 2000 S.M.?. Adapun ruang lingkup pembahasan dalam artikel ini meliputi periode pra sejarah hingga ke periode 2000 S.M.
TINJAUAN LITERATUR a) Studi Asia Tenggara
Asia Tenggara adalah sebuah kawasan yang membentang dari Indochina hingga ke peninsular Malaya. Saat ini Asia Tenggara terdiri dari 11 negara yang terbagi atas dua zona yaitu daratan dan kepulauan. Zona daratan (mainland) terdiri atas Myanmar, Thailand, Laos, Cambodia, dan Vietnem yang juga merupakan perpanjangan dari benua Asia. Sedangkan untuk wilayah kepulauan atau maritim terdiri atas Malaysia, Singapura, Indonesia, Filipina, Brunei Darussalam, dan Timor Leste.
Keanekaragaman budaya merupakan penanda dari kawasan Asia Tenggara terutama kebudayaan asli yang telah melekat selama beberapa abad yang berfungsi sebagai kontak, perdagangan, migrasi, dan pertukaran kebudayaan (Hirschman and Edwards, 2007). Beberapa peneliti telah membagi beberapa periode atau masa dari peradban tersebut yang berasimilasi di Asia Tenggara.
Asia Tenggara merupakan rumah dari beberapa peradaban besar seperti kebudayaan Dongson yang muncul
dari Vietnam. Asia Tenggara juga merupakan rumah bagi kebudayaan asing yang termasuk didalamnya terdapat kebudayaan Greco-Roman dan juga seni arsitektur kolonial dan vernakular. Kawasan ini juga dikenal sebagai the most religiously diverse region in the world yang merangkul sejumlah besar penganut agama, kepercayaan dan segala bentuk paham spiritual namun populasi muslim masih berada di tingkat teratas dan diperkirakan jumlahnya melebihi populasi muslim di negara-negara Timur Tengah (Sofjan, 2016).
b) Pengaruh Sosial, Budaya, dan Agama di Asia Tenggara
Sosial berasal dari bahasa latin yaitu socius yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama (Salim, 2002). Cakupan sosial terbagi dua yaitu interaksi sosial dan hubungan sosial dimana interaksi sosial didefinisikan sebagai interaksi lembaga sosial, individu, dalam tatat hubungan yang dikendalikan oleh kepentingan tertentu (Sudarno dalam Salim (2002); Salim, 2002).
Sedangkan kebudayaan adalah landasan identitas dari suatu wilayah atau kawasan (Hirschman, 1998). Kebudayaan juga merupakan keseluruhan gagasan, karya serta hasil karya manusia yang dicapai melalui ‘belajar’ dan merupakan hasil adaptasi manusia terhadap lingkungannya dan akan terus mengikuti perkembangan jaman dan adanya percampuran dari berbagai kebudayaan (Lokal, Hindu, Islam, Cina, Eropa) mewarnai kebudayaan Indonesia sampai saat ini membuat unsur dan nilai berkembang sangat cepat (Sardjono et al., 2011).
Pengaruh sosial dan budaya berkembang dan menciptakan
peradaban seiring dengan perkembangan zaman. Pengaruh ini memiliki faktor-faktornya yang dalam hal ini berkaitan dengan karakteristik dan demografik yang membuat peradaban itu terus berkembang. Dengan populasi yang mencapai 8 persen dari total populasi dunia dan diperkirakan total penduduknya melebihi total penduduk Eropa maka karakteristik yang tercipta pun beragam.
Hampir di setiap negara di Asia Tenggara mempunyai satu ciri dari tiga perbedaan pokok demografi yaitu penduduk dataran rendah dengan penduduk yang tinggal di bukit biasanya disebut orang gunung, penduduk yang tinggal di permukiman tetap biasanya tinggal di hutan dan bertahan hidup dari hasil buruan, populasi kecil di beberapa negara. Jika ditinjau dari aspek karakteristik, kawasan Asia Tenggara merupakan daerah yang tidak terlepas dari pertemuan serta pengaruh budaya-budaya bangsa lain. Adapun bangsa yang telah lama menduduki kawasan ini adalah bangsa Cina dan India. Oleh karenanya masyarakat Asia Tenggara merupakan bagian dari bangsa yang termasuk ke dalam ras Malayan Mongoloid yang tersebar di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Asiatic Mongoloid yang tersebar di kawasan Indochina yaitu Laos, Vietnam, Kamboja. Namun, adapula ras negroid tetapi tidak dalam jumlah yang besar.
Cinanisasi dan Indianisasi
Narasi sejarah Asia Tenggara dimulai sejak kedatangan bangsa India dibuktikan dengan (a) Adanya proses perubahan budaya secara bertahap dari
periode prasejarah hingga ke abad 2000-an, (b) Aktivitas ekonomi yang menghubungkan Asia Tenggara dengan Samudera Hindia dan artefak kebudayaan Dong Son yang merupakan bukti konsolidasi kekuasaan Cina-Vietnam pada masanya (Moedjanto, 1988).
Cinanisasi dan Indianisasi adalah terminologi untuk mengartikan bahwa kedua bangsa ini memberi pengaruh besar di bidang sosial dan agama di Asia Tenggara. Selain itu, kuatnya pengaruh peradaban India dan China karena berbatasan langsung dengan negara-negara Asia Tenggara serta kedua bangsa ini merupakan penentu sejarah kawasan ini (Djailani, 2013). Untuk kehidupan sosial, cakupannya adalah penataan kelompok dalam masyarakat. Sifat, struktur dan luas desa-desa di Asia Tenggara bervariasi dan tidak memiliki struktur atas desa yang bersifat otonom dan tidak tunduk pada kekuasaan seorang penguasa luar (Moedjanto, 1988).
Austronesia dan Austroasia
Keberadaan rumpun Austronesia berasal dari pesisir tenggara Cina yang bergerak ke Taiwan sedangkan Austroasia tampil menjadi kelompok dominan dan mengadopsi budaya dan bahasa setempat (Moedjanto, 1988). Dyen (1965) mengelompokkan rumpun Austronesia dan memilahnya menjadi dua kelompok yaitu kelompok utama Melayu-Polinesia dan Irian Timur-Melanesia. Sedangkan beberapa ilmuwan ikut mengelompokkan pembagian rumpun Austroasia yang memperkaya peradaban Asia Tenggara bila ditinjau dari aspek sosialnya.
Adapun penjelasan wilayah rumpun Austronesia dan Austroasia secara lebih lengkap dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
Figur 1. Wliayah Austronesia
(Adaptasi dari Dyen, 1965)
Figur 2.
Wilayah
Rumpun Austroasia (Adaptasi dari Wapedia, 2009) Penyebaran Hindu-Buddha, Islam,
dan Kristen
Berdasarkan sejarahnya, pengaruh tertinggi datang dari agama dan kepercayaan yang berkembang di kawasan Asia Tenggara. Hampir di semua wilayah mendapatkan pengaruh agama Hindu dan Buddha yang cukup penting namun beberapa wilayah juga mendapat pengaruh agama islam dan kristen yang dibawa dari Eropa melalui jalur imperialisme. Populasi Hindu
terbesar berada di Bali, Indonesia dan etnis India di Malaysia dan Singapura. Sedangkan penganut Buddha banyak terdapat di wilayah Indochina.
Jika ditinjau dari perspektif agama, populasi mayoritas dimiliki oleh Islam di Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 240 juta jiwa memenuhi 70 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Selanjutnya yang terbanyak ada di Malaysia dan Brunei Darussalam dan Islam menjadi
Proto-Austronesia
Melayu-Polinesia
Irian Timur-Melanesia
Heonesi a Maluku
Halmahera selatan-Irian
Barat Ambon
Timur Sula Bacan
Hesperonesi a Filipina
Madagaskar
Indonesia Barat Formosa
Bahasa-bahasa Austris
Bahasa-bahasa Austro Asia
Bahasa-bahasa Austronesia Bahasa-bahasa
Tibet Cina
Bahasa-bahasa Nusantara
Bahasa-bahasa Polinesia
Bahasa-bahasa Mikronesia
minoritas di Singapura, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan. Islam dan pengaruhnya menyebar melalui perkawinan dan perdagangan yang dibawa oleh muslim India dan Arab. Sebagian ilmuwan mengungkapkan bahwa ternyata muslim China juga ikut menyebarkan islam melalui jalur perdagangan. Sedangkan untuk penganut Kristen terbanyak ada di Filipina dan juga tersebar di beberapa negara Asia Tenggara.
Figur 3. Peta penyebaran agama di Asia Tenggara (Nelson, 2015)
Adapun tempat-tempat ritual keagamaan atau rumah ibadah menjadi penanda kebudayaan pula. Candi atau
wihara yang digunakan sebagai tempat beribadah yang dikonstruksikan dari pahatan batu banyak ditemukan sebagai bagian dari peradaban. Pahatan yang banyak ditemukan mengandung simbol, ikon dan makna untuk agama buddha. Sedangkan untuk candi atau pura tempat pemujaan agama hindu juga banyak menggunakan ornamen dan warna yang mencolok yang memiliki arti khusus bagi agama tersebut. Pengaruh itu banyak datang dari negara India sebagai negara dengan populasi umat Hindu paling besar didunia.
Arsitektur islam di Asia Tenggara mengambil dua bentuk konsep yaitu : sekuler (benteng dan istana) dan keagamaan (masjid dan makam). Didalam langgam arsitektur islam paling banyak ditemukan perpaduan sastra dan arsitektur seperti seni kaligrafi yang menduduki tempat terhormat dan menjadi bagian dari arsitektur masjid.
Selanjutnya di Arsitektur Hindu-Buddha terdapat tokoh-tokoh pewayangan yang menjadi relief pada candi-candi.
Agama buddha mengembangkan seni dan arsitektur sebagai bantuan visual dalam menyebarkan ide-ide untuk kepentingan ini dan telah memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan agama dan sekulerisme pada lebih dari dua millenium dan juga telah memepengaruhi perkembangan seni saat ini (Shanker Singh, 2016).
Dari penjeasan diatas dapat dilihat bahwa kombinasi pengaruh agama terhadap perkembangan seni bangunan sehingga membentuk peradaban hanya dalam batasan tradisi dan motivasi
(Madjid, 2005). Kesinambungan antara tradisi dan motivasi agama dengan seni mampu menciptakan hal-hal yang inovatif.
c) Pencapaian Peradaban Asia Tenggara
Pencapaian peradaban secara umum di Asia Tenggara dapat dilihat pada tabel 1 hingga tabel 5 berikut ini yang diadopsi dan diadaptasi dari penelitian seorang arkeolog, Michael D. Gunther selama beberapa tahun di Asia Tenggara.
Kebudayaan pertanian (dari 2300 BC). Kapak batu ’Stone axes’
Megalitik
Perkuburan batu ‘cist graves’ Gundukan pemakaman bertingkat
Penggunaan ornamen dari perunggu (dari 1500 BC).
Kebudayaan Dong-Son (Vietnam). Drum perunggu.
’Moon of Bali’ (Indonesia). Batu Polos ‘Plain of Jars’ (Laos).
Tabel 1. Periode Pra Sejarah
150 - 550 Setelah
masehi 550 - 800 masehi Setelah Abad ke-9 masehi Setelah Abad ke-10 masehi Setelah
Indonesia Pengaruh penganut Buddha dan Hindu melalui jalur perdagangan
Kerajaan Sriwijaya (Sumatra)
775-864: Dinasti Shailendra (Jawa Tengah).
800: Candi Borobudur, Candi Mendut
900: Lara Jonggrang (Jawa Tengah)
Myanmar/
Burma Kerajaan Pyu
832: Thailand menaklukkan ibukota Pyu 850-1120: Awal
Periode (Pagan)
Myanmar/Burma migrasi dari China selatan k eke Myanmar bagian utara
Thailand Kerajaan Dvaravati
Mon Kerajaan Dvaravati Mon Thailand migrasi dari China selatan menuju ke Thailand utara
Cambodia Periode akhir Zaman Besi ‘chiefdoms’. "Funan" (Mekong delta). Angkor Borei, Oc Eo. Hubungan perdagangan dengan Roma, Peradaban Timur Dekat Kuno ‘Ancient Near East’, India, China
Periode awal kerajaan "Chenla". Sambor Prei Kuk
(Ishanapura). Hindu, patung-patung Buddha.
802-835: Jayavarman II menemukan kekaisaran Khmer. 877-889:
Indravarman I (Bakong). 889-900:
Yasovarman I menemukan Angkor (Baray Timur)
928-941: Jayavarman IV, Koh Ker. 944-968:
Rajendravarman 968: Banteay Srei
Laos Kota Tua di
Lingaparvata (Wat Phu)
Vietnam China Champa
Biara Dong Duong 939 : Vietnam mengeluarkan China
Tabel 2. Periode 1000 Sebelum Masehi
Abad ke-11 Abad ke-12 Abad ke-13 Abad ke-14 Myanmar/
Burma
1044-1077: Raja Anawrahta dari Pagan merebut ibukota Mon dan menyatukan
1120-1170: Pertengahan Periode (Pagan) 1170-1300: Akhir
Periode (Pagan)
1287: Kublai Khan merebut Pagan
Burma. Agama Buddha Theravada menjadi agama resmi setempat. Zaman
Emas ‘Drum Karen’
Thailand 1250-1438:
Sukhothai 1275-1317: Raja
Rama Kamheng. Penemuan huruf
alphabet bangsa Thai
1296-1556: Kerajaan Lan-Na di Chiang Mai. 1350-1767:
Ayutthaya
Cambodia 1002-1049: Suryavarman I (Istana Royal, Baray Barat) 1050-1066:
Udityavarman II (Baphuon). 1080-1107:
Jayavarman VI (Phimai)
1113-1150: Suryavarman II (Angkor Wat)
1181-1215: Jayavarman VII ; Kekaisaran Khmer pada masa kejayaannya.
Angkor Thom, Bayon.
Awal Khmer Post-Classic. Pali menggantikan Sanskrit.
Laos Wat Phu Wat Phu 1350-1707: Lan
Sang ditemukan oleh pangeran Khmer;
ibukotanya Luang Prabang
Vietnam 1009-1224: Dinasti Dai Viet (Later Ly) 1069: Chams
pindah ibukota ke Vijaya (Binh Dinh)
Dai Viet Champa
1225-1400: Dinasti Tran 1257: Vietnam
memukul mundur penyerbuan Mongol
Tran Champa
Tabel 3. Periode 1000 Sebelum Masehi – 1400 Sebelum Masehi
Abad ke-15 Abad ke-16 Abad ke-17 Abad ke-18
Burma 1498-1613:
Pedagang asal Portugis dan para petualang; Myanmar/Burma memecat Ayutthaya
Ibukota berada di
Ava (Ratnapura) 1752-1823: Dinasti Konbaung menyatukan utara dan selatan. Inggris, Perancis, Belanda memberi pengaruh, 1782-1819: Raja
Badawpaya menaklukkan Arakan, membangun Mingun. Candi Mahamuni Thailand 1434: Emerald
Buddha ditemukan di Utara
1461: Lan-na
1551: Emerald Buddha dikuasai Laos
1558:
1767-1932: Periode Bangkok. 1767:
menangkap
Sukhothai Myanmar/Burma merebut Chiang Mai 1569:
Myanmar/Burma menduduki Ayutthaya
menduduki Ayutthaya kembali, tetapi diusir di tahun 1777.
1778: Emerald Buddha diambil kembali Thailand 1782: Thailand
memindahkan ibukotanya ke Bangkok (Wat Phra Kaeo), diawal fase.
Cambodia 1431: Thailand memberhentikan Angkor,
tmengambil rampasan di Ayutthaya. Ibukota Khmer pindah ke bagian selatan di seputaran daerah Phnom Penh.
1528: Ang Chan I berpindah ibukota ke Lovek
1600: Pembunuhan besar-besaran dari ‘Spanish Garrison’
Vietnam
menaklukkan sungai Mekong ‘Mekong delta’.
Laos Lan Sang Lan Sang 1690: Lan Sang
terpecah karena persaingan internal di ibukota Vientiane
1778-1827: Vientiane menjadi Negara bawahan Thailand
Vietnam 1407: China menduduki daerah Utara tetapi dikeluarkan dari Le Dynasty 1428-1539: Le
Dynasty (Utara) 1471: Vietnam
mengambil alih keseluruhan Champa
1539-1787: Dinasti Trinh
1558-1778: Dinasti Nguyen
Trinh Nguyen
1771: Revolusi Tray Son
Tabel 4. Periode 1000 Sebelum Masehi – 1400 Sebelum Masehi
Abad ke-19 (babak pertama)
Abad ke-19 (babak kedua)
Abad ke-20 (babak pertama)
Abad ke-20 (babak kedua)
Myanmar/ Burma
1853: Ibukota Mandalay
1886-1935: British memerintah di Myanmar dan menggabungkannya dengan India
1947: Kemerdekaan diikuti dengan Perang Dunia II
1958-sekarang: Pemerintahan militer
Thailand Thailand dan Vietnam
memperjuangkan Cambodia. 1832: Wat Pho 1851-1868: Raja
1868-1910: Raja Chulalongkorn diajari oleh Anna
1946-sekarang: Raja
Mongut (Rama IV), raja dari "Anna and I" (Wat Phra Kaeo)
Cambodia 1834-1841: Vietnam menggabungkan diri dengan Cambodia. 1848-1860: Raja
Ang Duong mereformasi lembaga
Laos 1828: Thailand menduduki Vientiane dan menghancurkan Kerajaan bagian selatan. Luang Prabang, kerajaan bagian utara tetap independen.
1893: Perancis memaksa Thailand dan tidak mengakui klaim teritori atas Laos.
1947: Kemerdekaan dengan
ibukotanyaVientian e
1975: Komunis merebut kekuasaan diikuti oleh perang Vietnam
Vietnam 1802-1945: Dinasti Nguyen mendirikan dan menyatukan Vietnam. 1830-1860:
Vietnam
mengeksekusi lebih dari 30,000 bangsa Vietnam, Katolik, yang dipicu oleh intervensi Perancis
1867: Selatan Vietnam berada dibawah koloni Perancis.
1954: Perancis dikalahkan di Dien Bien Phu. Vietnam terbagi atas wilayah komunis bagian utara dan komunis bagian selatan.
1961-1973: Perang Vietnam. U.S. campur tangan dibagian selatan.
1975: Vietnam utara menduduki bagian Selatan
Tabel 5. Periode 1800 Sebelum Masehi – 2000 Sebelum Masehi.
KESIMPULAN
Artikel ini membahas tentang pengaruh sosial,
budaya, dan agama yang telah membuat perubahan peradaban dan perkembangan seni dan arsitektur yang ada di negara-negara Asia Tenggara dan juga pencapaian peradaban Asia Tenggara. Cinanisasi dan Indianisasi
merupakan narasi sejarah
perkembangan peradaban Asia Tenggara. Keberadaan Austronesia dan Austroasia juga tampil mendominasi wilayah sosial dan budaya. Namun
berdasarkan sejarahnya, agama dan kepercayaan memiliki pengaruh tertinggi dan memiliki peran yang sangat penting. Pada akhirnya, pencapaian peran peradaban datang melalui peleburan atau akulturasi yang melibatkan sosial, budaya, dan agama baik yang datang dari internal maupun eksternal.
Daftar Pustaka
[1] Koentjaraningrat (1948). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta. Penerbit PT. Gramedia. [2] _________. Mukaddimah, (terj.
Masturi Irham, dkk), cet. 1, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2011. [3] Huntington, Samuel P., (1996). The
the Remaking of World Order, (Simon & Schuster). [4] Toynbee, Arnold J. (1965). A
Study of History. Vol. 1: Abridgement of Volumes I-VI.
[5] Hirschman, Charles and Edwards, Jennifer (2007). Social Change in Southeast Asia. In George Ritzer, ed. The Blackwell Encyclopedia of Sociology. Vol. 9:4374-4380. Oxford: Blackwell Publishing.
[5] Sofjan, Dicky (2016). Religion, Public Policy and Social Transformation in Southeast Asia. Managing Religious Diversity Vol. 1.
[6] Salim, A. 2002, Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana [7] Sardjono, Agung Budi; Budihardjo,
Eko; Pangarsa, Galih Widjil; Prianto, Eddy (2011). Arsitektur Dalam Perubahan Kebudayaan. ( http://arsip-s3arskotundip.blogspot.co.id /2011/05/arsitektur-dalam-
perubahan-kebudayaan-2.html). DIakses 25
Desember 2016.
[8] Djailani, Faaqih Irfan (2013). Asia Tenggara : Gambaran Umum.
[9] Moedjanto, Kanisius (1988). Indonesia abad ke 20.
[10] Shanker Singh, Anand (2016). A Historical and Cultural Study of Buddhist Art in Early Southeast Asia.
[11] Yunus, Pangeran P., Soedarsono, Gustami S.P. (2012). Unsur Estetika Islam Pada Seni
Hias Istana Raja Bugis. Jurnal Al Ulum. Vol. 12, No. 1, pp 35-52.
[12] Madjid, Nurcholish (2005). Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang
Masalah Keimanan,
Kemanusiaan, dan
Kemodrenan. Paramadina, Cetakan ke-5.
[13]Guntur, Michael D.
(http://www.art-and-archaeology.com/). Diakses pada 25 Desember 2016. [14] Dyen, Isidore (1965). A Sketch of
Trukese Grammar. American Oriental Essay 4. New Haven, Conn. American Oriental Society.
[15] Nasr, Seyyed Hossein (2010). Islam in the Modern World : Challenged by the West,
Threatened by
Fundamentalism, Keeping Faith with Tradition.
[16]Prayogi, Arditya (2016). Dinamika Identitas Budaya Melayu Dalam Tinjauan Arkeo-Antropologis. Jurnal Sastra dan Kebudayaan Islam, Vol 16, No 1.
[17] Stark, Miriam T. (2014). Southeast Asian Urbanism : From Early City to Classical State.