• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saifullah Volume 7 Nomor 1 Februari 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Saifullah Volume 7 Nomor 1 Februari 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Abdurrahman, Mulyono. 2003.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Ali, Muhammad. 1996. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Darhim. 2006. Peningkatan Profesionalisme Pendidikan Pasca Berlakunya Undang-undang Guru dan Dosen. Makassar : Makalah Seminar Nasional Unismuh.

Depdiknas. 2003.Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran SMP.Jakarta: Puskur, Depdiknas.

Djamarah, Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta.

Hadirah, dkk. 2006. Implementasi Pembelajaran kooperatif Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa SMP Negeri I Mandai Kabupaten Maros. Usulan Penelitian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maros Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:

Unesa.

Jumriani, ST. 2004. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Tutor Sebaya Siswa Kelas I SMPN 1 Polut, Takalar. Makassar.SkripsiUniversitas Muhammadiyah.

Junaeda. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Operasi Hitung Bentuk Aljabar Melalui Pengajaran Remediasi dengan Tutor Sebaya. Makassar.SkripsiFKIP Unismuh.

Riyanto, Y. 2001.Metodologi Penelitian.Surabaya: SIC.

Suherman, E., dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: IMSTEP.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Belajar Mengajar Kontemporer.Bandung: JICA-UPI.

PEMANFAATAN TUTOR SEBAYA DENGAN

SETTING KOOPERATIF UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Oleh: Saifullah

Abstrak : Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seorang yang berusaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Anak yang berhasil dalam belajar akan mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Pengajaran yang efektif menghendaki penggunaan alat-alat atau sumber daya-sumber daya yang ada baik fisik maupun non fisik secara maksimal. Salah satu sumber daya nonfisik tersebut adalah teman sebaya. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan tutor sebaya dalam meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan setting kooperatif.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Setting Kooperatif, Tutor Sebaya.

Pendahuluan

(2)

matematika yang lebih optimal. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan hasil belajar yaitu bagaimana memaksimalkan fungsi tenaga pengajar dengan sebaik mungkin. Selanjutnya Abdurrahman (2003: 13) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa selain kemampuan yang ada pada diri siswa yaitu kualitas pengajaran yang dilaksanakan oleh tenaga pendidik.

Matematika sebagai ilmu dasar telah dipelajari mulai tingkat rendah sampai perguruan tinggi bahkan dalam kehidupan sehari-hari matematika sering digunakan. Akan tetapi sebagian orang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat menakutkan, ditambah lagi kondisi psikis peserta didik yang memandang tenaga pendidik sebagai seorang sosok yang menakutkan melebihi ketakutannya kepada binatang buas sekalipun. Hal ini mungkin disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan tenaga pendidik yang kurang tepat dan berakibat pada kualitas pembelajaran matematika. Menurut Darhim (2006: 4) kualitas pembelajaran matematika sekolah, masih jauh dari harapan baik dalam hasil belajar siswa maupun dalam proses pembelajarannya. Sedangkan dalam pelaksanaannya di dalam kelas, pembelajaran matematika masih cenderung didominasi dengan cara konvensional yang lebih terpusat pada guru.

Di sisi lain, kita harus tetap memperhatikan posisi peserta didik dalam pembelajaran. Menurut Ali (1996: 13) aktifitas yang menonjol dalam pembelajaran ada pada siswa, guru berperan tidak sebagai penyampai informasi tetapi bertindak sebagai pengarah dan pemberi fasilitas (director and facilitator) untuk terjadinya proses belajar. Sehingga kemampuan peserta didik dalam menyerap materi yang dijadikan pun perlu diperhatikan, sebab

menyenangkan. Dengan demikian, akan dapat dicapai peningkatan hasil belajar matematika siswa.

(3)

baru, Aplikasi yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan konsep yang baru yang telah dibentuk kedalam konteks yang baru.

Secara teoritis, sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dengan menerapkan setting kooperatif siswa lebih muda menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Komunikasi antar siswa dalam kelompok kecil dan heterogen akan lebih bermakna, sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan keterampilan kooperatif.

Kesimpulan

Berdasarkan pada pembehasandi atas, maka tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tujuan pendidikan matematika adalah a) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi; b) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; dan d) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi/ mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

2. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, proses pembelajaran harus dirancang dan dilaksanakan dengan aktif, kratif, efektif, dan

masing-masing individu memiliki daya serap materi yang berbeda-beda. Menurut pengklasifikasiannya, maka kemampuan daya serap materi oleh peserta didik dibagi atas tiga yaitu (1) kemampuan cepat, (2) kemampuan rata-rata, dan (3) kemampuan lamban (Junaeda, 2005: 2). Perbedaan tersebut mengakibatkan kemungkinan terjadinya kesulitan belajar yang tidak merata keseluruh atau sebagian besar peserta didik.

Pembelajaran Matematika di Sekolah

(4)

Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah sampai sekarang ini, pada umumnya didominasi guru, siswa dijadikan objek pembelajaran. Guru berusaha memberikan informasi sebanyak-banyaknya, sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menyelesaikan soal-soal berdasarkan contoh-contoh yang telah diberikan. Pembelajaran matematika pada umumnya masih menggunakan paradigma mengajar, sehingga pembelajaran berlangsung secara mekanistik tanpa makna. Guru menuntut perhatian yang berlebihan, keseriusan yang kaku, dan hukuman menjadi bagian dari pembelajaran.Padahal guru sebagai pengelola pendidikan harus mengetahui fungsi-fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya juga dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika di sekolah.Dengan mengetahui fungsi-fungsi matematika tersebut guru diharapkan dapat memahami adanya hubungan antara matematika dengan ilmu lain. Sebagai tindak lanjut sangat diharapkan agar para siswa diberikan penjelasan untuk melihat berbagai contoh penggunaan matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam dunia kerja atau dalam kehidupan sehari-hari. Namun tentunya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, sehingga diharapkan dapat membantu proses pembelajaran matematika di sekolah.

Tujuan perlu diajarkannya matematika adalah setiap upaya penyusunan kembali atau penyempurnaan kurikulum matematika di sekolah perlu selalu mempertimbangkan kedudukan matematika sebagai salah satu ilmu dasar. Yang telah mengalami perkembangan pesat baik materi maupun kegunaannya, sehingga

Aktivitas Siswa dalam Setting Kooperatif

Aktivitas siswa dalam kelas terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan di dalam tugas (on-task) dan kegiatan di luar tugas (off-task). Di dalam kaitannya dengan aktivitas siswa di dalam tugas dibedakan menjadi dua jenis aktivitas siswa di dalam kelompok kooperatif yaitu Aktifitas Aktif dan Aktifitas Pasif. Kedua jenis aktivitas tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Aktivitas Aktif. Terdapat empat kategori untuk aktifitas aktif, dalam tugas yang dapat diamati seperti berikut ini: Menyelesaikan masalah secara mandiri, Membuat catatan tertulis, Memberi penjelasan, Mengajukan pertanyaan atau menawarkan (meminta bantuan).

2. Aktivitas Pasif. Aktivitas siswa di dalam tugas yang dikategorikan aktivitas pasif adalah Mendengar penjelasan, Membaca materi pelajaran.

(5)

Tabel: Langkah-langkah model setting kooperatif

pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Berdasarkan tabel di atas, aktivitas guru di dalam setting kooperatif yang erat kaitannya dengan aktivitas siswa di dalam kelompok kooperatif yaitu pada kegiatan inti. Sehingga aktivitas guru dalam penelitian ini akan difokuskan pada kegiatan inti. Dengan demikian yang dimaksudkan adalah kegiatan guru selama siswa bekerja di dalam kelompoknya.

dalam perkembangannya atau pembelajarannya di sekolah kita harus memperhatikan perkembangan-perkembangannya, baik di masa lalu, masa sekarang maupun kemungkinan-kemungkinannya untuk masa depan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Siswa sebagai individu yang potensial tidak akan berkembang banyak tanpa bantuan guru dan masyarakat. Ada beberapa faktor yang sepenuhnya bergantung pada siswa dan sebagian lagi sepenuhnya bergantung pada guru. Untuk lebih jelasnya kita tinjau beberapa faktor itu.

1. Guru.

Proses belajar matematika yang terjadi di sekolah, kita harapkan dapat berlangsung secara efektif. Kemampuan seorang guru dalam menyampaikan materi matematika dan sekaligus penguasaan materi matematikanya merupakan modal utama dalam kelangsungan proses belajar mengajar. Faktor penguasaan materi dan penguasaan suasana belajar disamping faktor kepribadian merupakan faktor-faktor penyebab proses belajar mengajar yang sepenuhnya tergantung pada guru. Guru yang mementingkan selesainya bahan tanpa memperhatikan kemampuan dan kesiapan anak didik akan menimbulkan kesulitan anak didik dalam memahami pengajaran matematika, kondisi ini dapat berakibat timbulnya rasa enggan belajar matematika bahkan frustasi dalam diri anak didik dan akhirnya matematika merupakan pelajaran yang disenangi dan menjadi momok yang menakutkan.

2. Siswa

(6)

umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran yang paling dibenci karena itu dalam interaksi belajar mengajar matematika seorang guru perlu memperhatikan faktor-faktor yang menyangkut murid diantaranya : (1) apakah siswa cukup cerdas, (2) apakah siswa sudah siap belajar matematika, (3) apakah siswa itu mau belajar, (4) apakah siswa berminat dan tertarik.Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, guru sedikitnya banyak akan lebih tahu untuk menentukan strategi belajar mengajar yang bagaimana yang harus ditentukan supaya siswa berhasil dalam belajar.

3. Sarana dan prasarana

Proses belajar mengajar akan berlangsung lebih baik lagi jika ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai, seperti adanya perpustakaan dan buku-buku matematika yang relevan dan menunjang kegiatan belajar mengajar merupakan fasilitas yang penting. Adanya laboratorium matematika yang sederhana dengan perlengkapan dan pembiayaan yang cukup dapat meningkatkan kualitas belajar matematika para siswa. Adanya sarana dan prasarana yang cukup seperti ruangan yang sejuk dan bersih, tempat duduk yang nyaman, papan tulis yang memadai, perlengkapan matematika seperti mistar, jangka, segitiga, busur derajat tersedia akan lebih memperlancar terjadinya proses belajar mengajar matematika.

Masalah dan Perkembangan Pendidikan Matematika Sekolah Pendidikan senantiasa merupakan beban dan tantangan bagi setiap negara yang tidak ada henti-hentinya. Beban dan tantangan itu berasal dari berbagai sumber diantaranya: kemajuan sains dan teknologi, pertumbuhan penduduk, keterbatasan dana, dan masih

Pelaksanaan Setting Kooperatif

1. Tugas-tugas perencanaan seperti memilih pendekatan, pemilihan materi yang sesuai, pembentukan kelompok siswa, pengembangan materi dan tujuan, mengenalkan siswa pada tugas dan peran, merencanakan waktu dan tempat.

2. Tugas-tugas interaktif yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran, membangkitkan motivasi, menyajikan informasi, mengorganisasikan dan membentuk kelompok belajar, mengevaluasi dan memberikan penghargaan.

Aktivitas Guru dalam Setting Kooperatif

(7)

3. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara

individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.

Ciri-ciri Setting Kooperatif

1. Siswa bekerja kedalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras budaya, suku, etnis, jenis kelamin berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Manfaat setting kooperatif Linda Lundgren 1994 (Ibrahim, 2000: 18-19) antara lain :Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, Rasa harga diri menjadi tinggi, Memperbaiki sikap terhadap materi, guru di sekolah, Memperbaiki kehadiran, Angka putus sekolah menjadi rendah, Penerimaan terhadap individu menjadi besar, Perilaku menganggu menjadi kecil, Komplik antar pribadi berkurang, Mengurangi sikap apatis, Pemahaman yang lebih mendalam, Motivasi lebih besar, Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

banyak kendala-kendala lainnya. Semua orang khususnya kita sebagai pendidik dan guru harus menyadari adanya tantangan tersebut dan berusaha mengambil bagian dalam menanggulangi beban dan tantangan tersebut sesuai dengan bidang dan kemampuan kita masing-masing.

Kita sebagai tenaga pendidik umumnya dan bidang studi matematika khususnya perlu untuk mengetahui permasalahan yang ada disekitar kita. Selain itu perlu pula memahami perkembangan pendidikan matematika sekarang ini.

1. Permasalahan pembelajaran matematika di sekolah

Ada beberapa masalah pokok yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Permasalahan yang akan dilontarkan ini adalah permasalahan yang bersifat umum yakni :

a) Kualitas masukan sekolah. Pada masa sekarang ini kebutuhan akan pendidikan sudah merupakan kebutuhan pokok yang mutlak diperlukan oleh hampir semua lapisan masyarakat, sehingga tidak heran dalam suasana sekarang ini kita temukan adanya putra-putri yang mempunyai kualitas yang baik dan berprestasi namun tidak dapat juga dipungkiri kualitas atau kemampuan siswa sekolah menengah khususnya dan semua jenjang sekolah pada umumnya dirasakan adanya penurunan hal ini disebabkan karena banyak anak kurang mampu untuk mengikuti kegiatan, sehingga guru-guru tidak dapat lagi mempertahankan mutu seperti sedia kala dalam setiap tahun terpaksa sebagian anak harus naik kelas dan lulus walaupun dengan kemampuan pas-pasan karena yang akan masuk sebagai siswa baru sudah antri dengan panjang.

(8)

kepada berbagai bidang ilmu dan kehidupan, namun tidak sedikit pula orang yang menganggap matematika sebagai ilmu yang tidak menarik. Demikian pula bagi anak-anak pada umumnya banyak yang tidak menyenangi pelajaran matematika. Hal ini tentunya kita dapat rasakan dan memang demikian adanya. Tentunya kita perlu bertanya mengapa ?

c) Pengajaran matematika di sekolah. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir sehingga matematika perlu diberikan sebagai bekal kepada setiap peserta didik sejak dari SD. Namun di lain pihak, matematika pada hakekatnya adalah suatu ilmu yang penalarannya bersifat deduktif formal dan abstrak.

2. Cara belajar siswa dalam proses belajar matematika

Pada prinsip belajar siswa aktif dalam proses belajar matematika, suasana belajar mengajar diarahkan/diubah dari pengalaman guru ke pengalaman murid, dari guru aktif ke siswa aktif, guru menempatkan anak pada pusat kegiatan belajar, berusaha membantu dan mendorong anak untuk belajar, bagaimana cara menyusun pertanyaan, bagaimana membicarakan dan menemukan jawaban-jawaban persoalan.

Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seorang yang berusaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relative menetap. Anak yang berhasil dalam belajar akan mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.Pengajaran yang efektif menghendaki penggunaan alat-alat untuk menentukan apakah suatu hasil belajar yang

menuntut kerja sama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas dan tujuan.

Setting kooperatif dapat digambarkan seperti dua orang memikul balok. Balok dapat diangkat bersama-sama jika dan hanya jika kedua orang tersebut berhasil memikulnya. Kegagalan dari salah satu keduanya itu berarti kegagalan keduanya. Demikian pula halnya dengan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu kelompok siswa tertentu. Jadi, setting kooperatif dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk menyelesaikan tugasnya sehingga tercapai tujuan pembelajaran bersama.Menurut Slavin (Hadira dkk, 2006: 10) Setting kooperatif mempunyai urutan kegiatan sebagai berikut:

1. Mengajar: mempresentasikan pelajaran

2. Belajar dalam kelompok: siswa bekerja dalam kelompok mereka dengan dipandu oleh lembar kegiatan siswa untuk menuntaskan materi pelajaran

3. Tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas lain baik secara kelompok maupun individu

4. Penghargaan kelompok: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan tiap anggota kelompok, laporan berskala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tertinggi.

Unsur-unsur Setting Kooperatif

1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka "sehidup sepenanggungan bersama".

(9)

menghafalkan kembali materi pelajaran yang sudah diterima. 3. Bagi tutor, kegiatan ini merupakan wadah untuk melatih diri

memegang tanggung jawab dalam mengembang suatu tugas dan melatih diri dalam kesabaran.

4. Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.

5. Namun disampingkebaikan tersebut, terdapat beberapa kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaan tutoring menurut (Jumriah, 2004: 12) yaitu:

6. Siswa yang diberikan bantuan, sering kurang serius dalam belajar karena beranggapan bahwa mereka hanya berhadapan dengan teman sebaya sehingga hasilnya sering kurang memuaskan;

7. Terdapat beberapa anak kurang percaya diri dan malu untuk bertanya, karena takut kelemahan dan rahasianya diketahui oleh temannya;

8. Pada kelas tertentu, pekerjaan tutoring sukar dilaksanakan karena perbedaan jenis kelamin antara tutoring dengan siswa yang diberikan bantuan;

9. Tidak semua siswa pandai dan mampu menguasai materi dengan cepat untuk mengajarkan kembali kepada temannya.

Setting Kooperatif

Setting kooperatif adalah pembelajaran kedalam suatu kelompok kecil dimana siswa belajar guna menyelesaikan suatu masalah, yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda di kelompok tersebut. Setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu pelajaran, model setting kooperatif

diinginkan telah tercapai. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kemajuan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.

Dalam pengertian sehari-hari prestasi belajar di sinonimkan dengan pengertian hasil belajar. Dalam kamus umum bahasa Indonesia (1994: 108) prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau diasumsikan. Selanjutnya Nasrun dkk (Junaeda, 2005: 7) memberikan batas bahwa “prestasi” adalah pengaitan pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.Sedangkan Samsu Mappa menyatakan bahwa, prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh seorang siswa dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai pengukuran keberhasilan belajar seseorang.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika dalam waktu tertentu yang dapat diketahui dengan memberikan tes hasil belajar sebagai alat pengukuran.

Tutor Sebaya

(10)

mahasiswa.Sedangkan kata sebaya dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 102), yang berasal dari kata baya dan mengandung pengertian: sama, umur dan hampir sama atau seimbang.

Jadi, tutor sebaya adalah seorang siswa yang dipilih dalam suatu kelas untuk mengajar atau membantu guru dalam memberi pelajaran kepada sejumlah teman kelasnya yang mengalami kesulitan dalam memahami materi bahan ajar yang diberikan oleh guru, dengan tujuan agar siswa yang lain lebih mudah memahami dengan cepat materi yang diajarkan.

Ischak dan Warji (Tim MKPBM, 2001; 276) mengatakan bahwa"Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah mahir terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya".Sedangkan Conny Setiawan, dkk. (Tim MKPBM, 2001; 233) mengemukakan bahwa"Tutor sebaya adalah siswa yang pandai dan dapat memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan pada teman-teman sekelasnya di luar sekolah".

Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang justru sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalampersiapan itu antara lain mereka berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep yang penting, dan mendapatkan tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.Conny Setiawan ( Junaeda, 2005) menyatakan bahwa pembelajaran yang melibatkan tutor sebaya dipandang sebagai suatu pendekatan dalam proses pengajaran dimana anak didik

secara aktif mengembangkan kemampuan dirinya dalam hal: 1. Mempelajari konsep atau materi dengan penuh pengertian dan

kesungguhan hati;

2. Bersifat terbuka, mengembangkan rasa ingin tahu, tekun, disiplin dan kreatif terhadap tugas-tugas yang diberikan;

3. Belajar kelompok dapat mengetahui sifat-sifat dan kemampuan diri dan teman belajar;

4. Memikirkandan mencoba sendiri konsep-konsep suatu nilai tertentu.

Pengajaran dengan tutor tidak menghentikan atau menghilangkan peran guru dalam suatu pengajaran, melainkanmembantu guru dalam penanganan siswa yang berkesulitan dalam belajar. Selanjutnya Abu Ahmad (Jumriani, 2004: 9), mengatakan bahwa tutor sebaya melaksanakan pengajaran atas petunjuk guru, pemilihan tutor juga didasarkan atas prestasi, punya hubungan sosial yang baik dan cukup disegani oleh teman temannya, sehingga dalam pelaksanaan pengajaran, siswa berusaha mendapatkan hubungan pergaulan yang baik dengan teman sebayanya. Hubungan antara tutor dengan teman-temannya merupakan interaksi antara kawan, yang mengarah kepada pola tingkah laku mengajar.

Menurut Djamarah, manfaat yang diperoleh dari anggota tutoring adalah sebagai berikut:

1. Adakalanya lebih menguntungkan bagibeberapa anak yang mempunyai masalah dengan perasaan enggan dan takut bertanya pada guru bidang studi.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini membahas mengenai 3 hal, yakni mengenai pengaturan mengenai Konsultasi dan Pemberitahuan dalam rangka pengambilalihan saham perusahaan, penerapan hukum

dapat diterbitkan untuk orang asing apabila negara asing tersebut mengijinkan warga negara Filipina untuk praktek dalam batas wilayahnya dengan dasar yang sama

Mengacu pada penelitian Kim (1997) dan Huang (2001) penelitian ini dimaksudkan untuk melihat efektifitas regulasi price limit yang diterapkan di Bursa Efek Indonesia selama

Di lingkungan yang baru, Melati memang kurang bisa bergaul atau beradaptasi dengan yang lain akan tetapi jika sudah mengenal Melati adalah orang yang baik, suka

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh proporsi pemberian pakan dengan lama pencahayaan di malam hari tidak berpengaruh terhadap konsumsi

Dokumentasi dan dokumen merupakan dua istilah yang berbeda, dokumentasi pada pengelolaannya/kegiatannya sedangkan dokumen difokuskan pada benda/informasinya.

Penulisan tugas akhir ini di gunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya adapun dalam

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehinggga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul