Lampiran 1:
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kolaborasi Perawat dan Dokter di Ruang ICU RSUD Pirngadi Medan : Studi Fenomenologi
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Kolaborasi Perawat dan Dokter di Ruang ICU RSUD Pirngadi Medan : Studi Fenomenologi”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Demi terlaksananya penelitian ini, saya mengharapkan kesediaan Bapak dan Ibu untuk berpartisipasi sebagai responden. Jawaban/tanggapan yang Bapak dan Ibu berikan adalah berdasarkan pendapat Bapak dan Ibu sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas Bapak dan Ibu. Informasi yang Bapak dan Ibu berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lainnya.
Partisipasi Bapak dan Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas. Bapak/Ibu dipersilahkan memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Jika Bapak dan Ibu bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Bapak dan Ibu menandatangani formulir persetujuan di bawah ini.
Medan, 2013
Lampiran 2
Data Demografi
Inisial :
Jenis Kelamin : perempuan / laki-laki
Usia :
Agama :
Suku :
Lama masa kerja di ICU :
Panduan Wawancara
1. Menurut Ibu/Bapak, apa itu kolaborasi?
2. Bagaimana cara Ibu/Bapak mendiskusikan kondisi pasien dengan dokter? 3. Menurut Ibu/bapak, apakah perawat dan dokter memiliki tanggung jawab
yang sama dalam merawat pasien?
4. Bagaimana cara Ibu/Bapak menjelaskan kepada dokter apabila anda berbeda pendapat mengenai kondisi pasien?
5. Apakah Ibu/Bapak memiliki tujuan yang sama dengan dokter dalam melakukan perawatan pasien?
MASTER DATA FRISKA MANIK
KOLABORASI PERAWAT DAN DOKTER DI RUANG ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PIRNGADI MEDAN : STUDI FENOMENOLOGI
No. Pernyataan Partisipan Tema Subtema
1. Jadi kami gak mau melakukan kecuali di ACC PPDS nya. 1 Baris 118-119
P Berkolaborasi dengan PPDS
2. dokternya kita panggil untuk melakukan suatu tindakan, kan biasanya dokter PPDS
4 Baris 25-26
P Berkolaborasi dengan PPDS
3. Misalnya kalau untuk intubasi, kita tetap kolaborasi dengan beliau. Kita siapkan semua peralatannya, injeksi obat-obatan, kita tetap yang melaksanakan.
5 Baris 16-18
4. Kadang ada dokter yang melakukan tindakan sendiri, tapi ada juga yang berkolaborasi dengan kita.
7 Baris 102-103
P Berkolaborasi dalam tindakan medis
5. Terkadang macet, komunikasi tidak lancar. Karena kita kan berhubungan lewat telepon. Gak bisa dari HP kita langsung, terkadang operatornya macetlah. Kita gak bisa berhubungan. Itulah kendalanya satu dalam berhubungan dengan dokter.
1 Baris 7-9
Pengalaman Fasilitas yang kurang memadai menghambat
kolaborasi
6. Kolaborasi di sini secara keseluruhan dengan semuanya berjalan dengan baik, Cuma kadang terganggu di alat, alat kurang memadai, ya itulah. Kalau kolaborasi perawat dengan dokter itu sendiri bagus. Gak ada kendala. Paling hambatanya ya itulah, banyak alat yang rusak. Gak bisa dipakai. Atau alatnya gak ada. Kayak saturasi O2 banyak yang rusak alatnya.
3 Baris 38-44
P Fasilitas yang kurang memadai menghambat
untuk mengeceknya. Itulah salah satu hambatannya. Mengatasinya, ngomong langsunglah ama dokternya. Alatnya gak ada. Tapi udah kita minta, tapi alatnya belum datang.
7. Waktu dokter visitkan kita kolaborasi juga. Ada hambatannya juga, terkadang gini, terkadang pendapat perawat itu gak diterima dokter. Padahal lebih jago kita, ijazah aja kita kalah dari mereka , lebih tinggi ijazah mereka.
1 Baris 9-16
P Dokter kurang
menghargai perawat menghambat kolabrasi
8. Yah, gimana ya,sebenarnya, karena jarang dilakukan ajanya kolaborasinya, itu ajanya. Orang itupun kan, kalau dokter kan merasa gak butuhnya ama kita. Dokterkan jarangnya nanyak ama kita. Kondisi pasiennya pun kalau gak kita laporkan mana ada ditanyaknya. Kesenjangan masih tinggilah.
2 Baris 82-85
P Dokter kurang
9. Kadang ada dokter yang gak mau terima pendapat ataupun masukan dari kita. Mereka bilangnya gak usahlah kak. Ini ajalah kak. Gitu. Kita bilang, kayaknya ginilah dok, lebih cocok begini. Kita kasih pendapat. Tapi mereka bilang, gak usahlah kak, gini ajalah kak. Biasanya dalam pemberian obat sama perawatan luka. Seringnya di situ.
6
10. Kalau pengalaman pribadi ya, masih banyak dokter yang belum dapat berkolaborasi dengan baik dengan kita. Mereka masih menganggap kita bukan rekan sejawat mereka, bukan rekan sekerja kita, mereka menganggap kita sebagai bawahan mereka. Yang cukup disuruh, diperintah.
7 Baris 6-10
P Dokter kurang
menghargai pendapat perawat
11. Itu dia tadi, kadang pemikiran dokter yang menganggap kita bukan sebagai rekan kerja, kita dianggap bawahan, kita gak dianggap sejawat. Dia merasa dia yang berhak atas pasiennya, segala tindakan harus keputusannya. Kita bukan mau menggurui dokter, tapi kita hanya memberikan pendapat saja.
7 Baris 83-97
12. Manfaatnya, kalau sama kita, kita jadi mengerti lah, tentang tindakan, pemberian ini misalnya, gini kata dokternya, jadi tau lah kita.
2 Baris 24-25
P Kolaborasi menambah pengetahuan perawat
13. Ya, dengan kolaborasi itu, kita jadi tahu melakukan suatu tindakan. Dokternya kasih tau sama kita, gimana cara melakukannya. Jadinya bertambah pengetahuan kita.
4 Baris 30-44
P Kolaborasi menambah pengetahuan perawat
14. Waktu melakukan tindakan, jadinya kita tau gimana melakukan tindakannya. Peralatan apa aja yang dibutuhkan. Kita jadi tahu apa yang harus kita lakukan. Kolaborasi itu banyaklah manfaatnya untuk kita. Artinya kan, gak perlu menunggu beliau, tapi kita memiliki batasan-batasannya. Dan kita tetap harus menghubungi beliau juga. Kita jadi tahu gimana melakukan tindakan dengan kolaborasi.
5 Baris 29-33
15. Pengetahuan kita bertambah. Pengetahuan paling banyak dari kolaborasi. Pasien henti nafas, kita tau gimana mengatasinya. Pasien sirosis,kan banyak juga di sini. Kita juga jadi tau gimana mengatasinya. Semua pasien dengan berbagai kondisi masuk kemari. Jadi dengan kolaborasi, kita jadi semakin tahu gimana mengatasi kondisi pasien yang berbagai macam.
6 Baris 45-48
P Kolaborasi menambah pengetahuan perawat
16. Banyaklah, kolaborasi itu kan hubungan yang erat antara dokter dan perawat . Kolaborasi itu udah semualah disitu. Gak bisa hanya kita sendiri. Gak bisa hanya ilmu kita sendiri. Perlu juga ilmu ahli gizi, ahli fisioterapi, biarpun skill kita lebih tinggi gak bisa, harus kolaborasi dengan yang lain. Untuk penyakitnya pasien. Pasiennya jadi gak terlantar. Misalnya, dokternya siang gak visit. Datanglah suster, kak terapi pasien A ini tadi adalah kak, tolong Tanya dokterlah kak. Gitu. Waktu aplusan misalnya dibilang, kalau gak kolaborasi gak tau dia. Terlantarlah jadinya pasiennya.
1 Baris 83-99
P Kolaborasi meningkatkan kondisi pasien menjadi
17. Kondisi pasien kan bisa jadi lebih baik dengan kolaborasi. 2 Baris 25
P Kolaborasi meningkatkan kondisi pasien menjadi
lebih baik
18. Untuk pasien sendiri, bisa cepat pindah ruangan dengan kolaborasi itu. Kolaborasi dari perawatan, dari pemberian terapi, makanannya, obat-obatan, tindakan, semuanya sama-sama dikerjakan, jadinya membantu pasien cepat sehat, bisa pindah ke ruangan.
3 Baris 19-22
P Kolaborasi meningkatkan kondisi pasien jadi lebih
baik
19. Pasiennya jadi cepat sembuh, cepat pindah ke ruangan, akhirnya nanti bisa cepat pulang.
5 Baris 28
P Kolaborasi meningkatkan kondisi pasien menjadi
lebih baik 20. Nah kita bilang, jangan basa basilah dok sama keluarganya.
Kadang-kadang dokter ini kan, dibilanglah, udah ini udah mau angkat tangan dia, padahal yang mau kejangnya dia, koma kan, udah bagus kan, katanya gitu, kadang-kadang bergerak kaki pasien itukan, TIK tinggi, mau kejang, dibilangnya, mau bagus kan, udah bagus kan bu, katanya gitu sama keluarganya.
Tau-1 Baris 28-36
tau, malamnya meninggallah pasien yang dibilangnya bagus ini. Gitu kan. Susterlah diserang keluarga. Tadi pagi dibilang dokter udah bagus, udah bisa angkat kaki, kok mati sekarang ? Kalian bunuh istriku, kok kalian bunuh binikku! Mengamuklah sejadi-jadinya. Surat keterangannya gak beres, tagihan yang mau kita tagih 6 juta, makin mengganaslah, komplainlah keluarga.
21. Ya kadang apa yang diperintahkannya, gak sesuai dengan kita, dengan pendapat kita. Tapi ga pernah kita bicarakan dengan dokternya. Ini lah dibilangnya, kasih terapi ini, gak sesuai kita rasa. Kan kita pengalaman disitu. Kadang kita sampaikan sama dokter pendapat kita, kadang gak juga. Tergantunglah. Terkadang dokternya ada yang terima, iya katanya, yaudah itu aja buat.
2 Baris 5-8
22. Ya gimana, kan yang penting kita udah bilang pendapat kita. Kan orang beda-beda sifatnya. Ada orang yang okelah kak, kita oba dulu. Ada juga orang yang janganlah kak, ini ajalah dikasi. Yang penting kita bilang, mau dia terima atau gak,ya terserah dia.
4 Baris 42-44
P Cara perawat mengatasi hambatan dengan dokter
23. Yah namanya manusia, pasti adalah. Tapi masih bisa diselesaikan dengan baiklah. Persepsinya bisa disamakan. Misalnya, asidosis, koq gak dilakukan ini? Misalnya kita mikir gitu. Tapikan mereka punya dasar teori juga. Ilmu kedokterankan berkembang terus, dinamis. Mungkinkan udah berubah caranya. Tapikan kita tanyak, koq gitu dok? Iya kak, memang harus gini. Mereka jelaskanlah ama kita. Kita pun harus bisa terima, karena kan mereka punya dasar teori juga.
5 Baris 46-50
24. Ya, biasa aja, berpikir positif aja. Namanya pendapat, bisa diterima atau gak kalau gak diterima, kita jangan langsung sakit hati. Mereka pun kan menolak karena ada dasar ilmu yang mereka punya. Yang pentingkan kita menyampaikan pendapat kita, soal diterima atau gak, ya urusan mereka. Kita berpikir positif aja, jangan langsung sakit hati karena gak diterima pendapatnya.
6 Baris 14-17
P Cara perawat mengatasi hambatan dengan dokter
25. Ya,gimana bilangnya ya. Ya adalah. Dalam pemberian terapi. Kata dokter gini, tapi kata perawat gini. Ya gitulah. Kalau udah gitu, ya kita turutilah apa maunya dokter itu. Tapi kita tetap memberikan pendapat, tapikan kuasa tetap di tangan dokter. Apa yang dokter mau, kan gak bisa kemauan kita. Itukan pasiennya dokter, dokternya yang berhak atas mereka itu. Hak kita hanya di perawatannya saja.
3 Baris 13-17
26. Biasanya, setelah dilakukan diskusi, dikembalikan lagi ke dokter. Karena kitakan hanya memberikan pendapat. Wewenang ada mereka, sesuai kompetensi mereka. Yang penting kita ada di sana dan memberikan pendapat. Kembali lagi, dokter yang menentukan terapi.
7 Baris 105-107
P Keputusan ada di tangan dokter
27. Dokter yang menjelaskan itu. Tapi yang bisa kita jelaskan, ya sebatas apa yang kita tau tentang perawatannya. Kalau terkait prognosa, diagnosa, tentag penyakitnya, itu bagian dokter menjelaskan. Itukan kewajiban dokter dok. Gitu kita bilang. Tapi kalau kondisi kenapa dia pake ventilator, kita bilang ke keluarga ini berat ya bu kondisinya. Kita bilang gitu aja. Tapi tentang proses penyakitnya, tanyak ke dokter aja ya bu biar lebih jelas lagi. Karnakan keluarga pasien ini mau tahu tentang penyakit pasien,jadi kita bilang tanyak dokter aja ya bu biar lebih lengkap.
4 Baris 77-82
P Penjelasan prognosa merupakan tanggung
28. Kalau terkait dengan kondisi penyakitnya, itu bagian dokter untuk menjelaskan. Karena kan mereka yang lebih paham gimana perjalanan sebuah penyakit, mereka mengerti secara mendalam. Nanti kalau kita yang jelaskan,jadi salah-salah pula. Jadi bahaya kan?
6 Baris 30-33
P Penjelasan prognosa tanggung jawab dokter
29. Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dia lakukan. Dia harus betul-betul bertanggung jawab. Sama penjelasan terkait prognosa pasien kepada keluarga. Kadang-kadang keluarga pasien terkejut melihat kondisi pasien yang memburuk, padahal memang karena buruknya makanya masuk ICU. Dokter gak menjelaskan prognosanya kepada keluarga. Akhirnya, perawatlah yang kena maki-maki ama keluarga pasien. Penjelasan itu tanggung jawab dokter. Kita hanya bisa menjelaskan setau kita tentang keadaan umumnya. Masalah baik jeleknya penyakitnya,itu tanggung jawab dokter.
7 Baris 43-49
30. Ya harapannya, coass-coass ini sebelum masuk rumah sakit maunya dikasih breafing, dibimbing dulu. Biar berkolaborasi sama kita.karena coas-coass ini sama PPDS sebagian menganggap kita ini, ah hanya perawatnya kau, kami dokter , gitu kadang mikirnya mereka. Ada juga kadang coass masih, tapi nyuruh kita, apakan dulu ini kak,gitu-gitu. Jadi perlu sebelum masuk perlu dibina, kalian perlulah mendekatkan diri sama perawat-perawat. Nah gitu. Kalau ini, mereka , gak ada mereka semua. Itu contohnya. Mudah-mudahan semua baiklah, kolaborasinya baik, hubungan dokter sama perawat lebih baik.
1 Baris 138-149
H Pembinaan kepada coass dan PPDS
31. Harapannya ya perawat ke depannya tetap diberikan keahlian. Ditingkatkan skillnya. Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan. Karenakan ilmu kedokteran dan keperawatan berubah terus, dinamis gak statis. Kayak sayalah, dapatnya 5 tahun yang lalu, inikan udah berlalu. Batasannya arinya kan 5 tahun, udah lewat. Artinya memang perlu pelatihan yang barukan. Jadi harapan saya tetaplah dibimbing, diberikan keahlian. Dengan misalnya sekolah atau pelatihan. Jadi kita tetap punya skill. Kalau kita udah punya skill, kolaborasi kita semakin baik.
5 Baris 71-79
Dokter pun selalu percaya dan yakin sama kita. Mereka kan memang sudah menguasai kiannya. Harapannya perawat bisa diarahkanlah, komunikasinya semakin baik. Jadi bisa semakin baik kolaborasinya. Skillnya tadilah ditingkatkan.
32. Harapannya jadi lebih baiklah. Jangan kayak dulu lagi. Dulukan kita dianggap pembantu dokter. Tapi sekarang kita udah jadi mitra dokter. Kolaborasi itu sampai seterusnyalah. Saya ambil S1, ilmunyakan membuat saya jadi lebih mudah berkolaborasi. Semakin banyak ilmunya. Harapannya juga ya perawatnya jangan cepat tersinggung. Jangan mudah sakit hati. Namanya kita tukar pendapat. Ada saatnya diterima atau tidak. Kita harus terima. Mungkin dulu ilmunya begini, tapi sekarang udah berbeda. Kita harus terima. Mereka kan rajin ikut seminar-seminar, jadi lebih baru pengetahuan mereka. Kalau ada yang bagus, kita kerjakan, yang gak bagus itu kita tinggalkan. Begitu.
6 Baris 60-67
33. Maunya kan lebih lengkap alatnya, biar lebih bagus kolaborasinya, biar pasiennya cepat sembuh.
1 Baris 108-109
TEMA HASIL WAWANCARA
A.
1. Berkolaborasi dengan dokter PPDS
Pengalaman perawat berkolaborasi dengan dokter di ruang ICU (P)
2. Berkolaborasi dalam tindakan medis
3. Fasilitas rumah sakit yang kurang memadai menghambat kolaborasi
4. Dokter yang kurang menghargai pendapat perawat 5. Kolaborasi menambah pengetahuan perawat
6. Kolaborasi meningkatkan kondisi pasien menjadi lebih baik 7. Cara perawat mengatasi hambatan dengan dokter
8. Keputusan ada di tangan dokter
9. Penjelasan prognosa tanggung jawab dokter B.
1. Pembinaan terhadap coass dan PPDS sebelum masuk rumah sakit Harapan perawat terhadap kolaborasi ke depannya (H)
Jadwal Penelitian
1 Mengajukan judul dan Acc judul proposal penelitian
5 Mengajukan izin pengumpulan data
11 Revisi dan pengumpulan laporan penelitian
Diketahui oleh Dosen Pembimbing
TAKSASI DANA
1. Persiapan Proposal
a. Biaya print : Rp. 100.000,-
b. Foto kopi sumber-sumber tinjauan pustaka : Rp. 100.000,-
c. Perbanyak proposal : Rp. 50.000,-
d. Biaya internet : Rp. 100.000,-
e. Sidang proposal : Rp. 100.000,-
2. Pengumpulan Data
a. Izin penelitian di RSUD dr.Pirngadi Medan : Rp. 800.000,-
b. Transportasi : Rp. 100.000,-
c. Cendera Mata : Rp. 100.000,-
3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Penelitian
a. Biaya print : Rp. 100.000,-
b. Penjilidan : Rp. 100.000,-
c. Penggandaan laporan penelitian : Rp. 100.000,-
4. Biaya Tak Terduga : Rp. 100.000,-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama lengkap : Friska Manik 2. NIM : 091101062 3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Tempat/tgl. Lahir : Sidikalang, 16 Oktober 1990
5. Alamat lengkap : Jl.Sentosa no. 16A Batang Beruh, Sidikalang Telp/Fax : -
Hp. : 085762545008
E-mail : manik.friska@rocketmail.com URL : facebook Friska Manik 6. Status pendidikan :
Semester : 7
Program Studi : S1 Keperawatan Jurusan : Ilmu Keperawatan Fakultas : Keperawatan
Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara 7. Riwayat pendidikan :