BAB II
DESKRIPSI PENELITIAN II.1. NEGARA HUKUM
II.1.1 Pengertian Negara Hukum
Teori berdirinya negara berdasar atas hukum sudah dikenal sejak abad V SM
atau pada zaman Yunani Kuno.Adanya negara berdasarkan hukum adalah bertujuan
untuk melindungi hak-hak asasi manusia.Gagasan tentang negara berdasarkan hukum
mengalami peningkatan sejak abad XV sampai abad XVIII.Gagasan tentang negara
hukum dipelopori oleh Immanuel Kant yang dianggap sebagai pelopor yang paling
berjasa dalam meletakkan gagasan tentang negara hukum murni atau negara hukum
formal21
4.Pengadilan untuk menyelesaikan masalah yang timbul sebagai akibat pelanggaran
hak asasi manusia .
Menurut Immanuel Kant, terdapat empat prinsip tentang ciri negara hukum,
yaitu:
1.Pengakuan dan jaminan atas hak-hak asasi manusia
2.Pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasi manusia
3.Pemerintahan berdasarkan hukum
22
Teori Immanuel Kant tentang negara hukum formal menjadikan negara
bersifat pasif.Artinya tugas negara hanya mempertahankan keamanan dan ketertiban
saja, atau dapat juga dikatakan bahwa negara hanya sebagai penjaga malam.Akan
.
21
Budiyanto. 2000. Dasar-dasar ilmu tata Negara.Jakarta.Erlangga hal.53
22
tetapi dalam masalah ekonomi dan sosial, negara tidak boleh ikut
mecampurinya.Teori tersebut banyak diterapkan di Eropa, Amerika, dan Australia
yang pada prakteknya banyak melahirkan eksploitasi terhadap manusia maupun alam,
monopoli, dan kesenjangan sosial yang melebar.
Pada akhir abad XIX munculah pelopor negara hukum modern, yaitu Prof.
Kranenburg yang terkenal dengan istilah “welfare state” atau negara kesejahteraan.
Teori ini dikenal dengan negara hukum material, karena adanya pandangan yang
menyatakan bahwa negara selain bertugas membina ketertiban hukum juga ikut
bertanggung jawab dalam membina dan mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Berbicara mengenai negara hukum, belum terdapat kesamaan mengenai
pengertian negara hukum.Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahali
yang memberikan gambaran tentang negara hukum.
Pendapat pertama datang dari Sudargo Gautama, yang memberikan gambaran
tentang negara hukum, yaitu bahwa dalam suatu negara hukum terdapat pembatasan
kekuasaan negara terhadap perseorangan.Negara tidak maha kuasa, tidak bertindak
sewenang-wenang.Tindakan-tindakan warga negaranya dibatasi oleh hukum.
Pendapat yang lain datang dari Prof. R. Djokosutono yang menyatakan bahwa
negara hukum menurut Undang-Undang Dasar 1945adalah negara yang berdasarkan
pada kedaulatan hukum. Hukumlah yang berdaulat atas negara tersebut.Negara
merupakan subyek hukum dalam arti Rechstaat.Dalam Pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 hasil Amandemen IV yang menentukan bahwa Negara
Indonesia adalah negara hukum.Dari bunyi pasal 1 ayat (3) tersebut, adanya
penduduk harus berdasarkan dan sesuai dengan hukum untuk mencegah terjadinya
kesewenang-wenangan baik yang dilakukan oleh alat negara maupun penduduk.
Apa yang disampaikan oleh Prof. R. Djokosutono senada dengan apa yang
terdapat dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang dengan tegas
menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum (Rechstaat), tidak berdasar
atas kekuasaan belaka ( machstaat ), dan disebutkan pula bahwa Pemerintah Indonesia
berdasarkan sistem konstitusi ( hukum dasar ), tidak bersifatabsolutisme (kekuasaan
yang tidak terbatas). Dari bunyi penjelasan undang-undang tersebut mengandung arti
bahwa negara dalam melaksanakan aktivitas penyelenggaraan negara tidak boleh
berdasarkan kekuasaan belaka akan tetapi harus berdasarkan hukum yang berlaku.
Dari beberapa gambaran mengenai negara hukum tersebut diatas, maka dapat
ditarik kesimpulan mengenai pengertian negara hukum, yaitu bahwa negara hukum
adalah negara yang melaksanakan kekuasaannya berdasarkan ketentuan-ketentuan
hukum yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Menurut Wirjono Prodjodikoro, negara hukum adalah suatu negara yang
didalam wilayahnya adalah:
a.Semua alat-alat perlengkapan dari negara, khususnya alat-alat perlengkapan dan
pemerintah dalam tindakannya baik terhadap warga negara maupun dalam saling
berhubungan masing-masing, tidak boleh sewenang-wenang, melainkan harus
memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
b.Semua orang atau penduduk dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada
Arti dari negara hukum itu sendiri pada hakekatnya berasal dari konsep
tentang kedaulatan hukum yang menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi dalam suatu
negara adalah hukum. Sehingga alat perlengkapan negara dan juga warga negara
harus dihukum tanpa kecuali jika memang terbukti bersalah melanggar hukum, seperti
apa yang diungkapkan oleh Krabe:
Negara sebagai pencipta dan penegak hukum di dalam segala kegiatannya harus tunduk pada aturan hukum yang berlaku.Dalam arti ini hukum membawahkan negara.Berdasarkan pengertian hukum itu bersumber dari kedasaran hukum rakyat, maka hukum itu tidak mempunyai wibawa yang tidak berkaitan dengan seseorang (Impersonal).23
Paul Sholten mengemukakan bahwa dalam negara hukum unsur yang utama
adalah adanya pembatasan kekuasaan yang berlandaskan hukum.Sehingga asas
legalitas terdapat di negara hukum.Segala pelanggaran terhadap hak-hak individu
dapat ditegakkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan setiap
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah harus dilakukan berdasarkan hukum
.
Menurut M. Kusnardi dan H. Ibrahim menyebutkan bahwa unsur-unsur negara
hukum dapat dilihat pada negara hukum dalam arti formal dan negara hukum dalam Dari semua uraian diatas, dapat diketahui bahwa di dalam negara hukum,
hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara
sehingga yang menjadi pemimpin dalam penyelenggaraan negara adalah hukum itu
sendiri.
II.I.2 .Unsur-Unsur Negara Hukum
23
arti sempit. Dalam negara dalam arti sempit, orang hanya mengenal 2 unsur penting
yaitu:
a.Perlindungan terhadap hak asasi manusia
b.Adanya pemisahan kekuasaan
Sedangkan Negara dalam arti formal, unsur-unsurnya yaitu:
a.Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
b.Pemisahan kekuasaan
c.Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan
d.Adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri.
Pengertian tentang Negara hukum berlawanan dengan pengertian tentang
negara kekuasaan.Dasar pemikiran tentang negara hukum berdasarkan adanya
kebebasan rakyat, bukan kebebasan negara dengan dengan tujuan untuk memelihara
ketertiban hukum dan mengabdi kepada kepentingan umum yang berdasarkan
kebenaran dan keadilan
.
Ada 2 (dua) tipe Negara hukum yang terkenalyaitu Tipe Anglo Saxon dan Tipe
Eropa Kontinental.
1. Tipe Anglo Saxon
Tipe Negara yang menganut Anglo Saxon bertumpu pada The Rule of
Law.Beberapa negara yang menganut tipe ini adalah Inggris dan Amerika. Menurut
a. Supremacy of The Law
Yaitu hukum mempunyai kedudukan yang paling tinggi dan Pemerintah
selaku penguasa tidak boleh bertindak sewenang-wenang. Setiap individu baik
sebagai rakyat maupun sebagai penguasa harus tunduk kepada hukum dan jika
bersalah harus dihukum tanpa kecuali.Supremasi ini untuk menentang pengaruh dan
meniadakan tindakan yang sewenang-wenang yang luas oleh pemerintah
b. Equality before The Law
Yaitu segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum.Rakyat
maupun penguasa berhak mendapatkan perlindungan hukum dan wajib untuk
mematuhi hukum yang berlaku.Hal ini berarti tidak ada orang yang berada diatas
hukum.
c. Constitution Based on Human Rights
Yaitu adanya jaminan hak-hak asasi dalam konstitusi.Hukum konstitusi
bukanlah sumber, tetapi merupakan konsekuensi dari hak-hak individu yang
dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan. Hal ini merupakan penegasan bahwa
hak-hak asasi harus dilindungi
Di indonesia, dalam menjelaskan tentang negara hukum merupakan
terjemahan dari Rechstaat, sebagaimana dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar
Tahun 1945. Akan tetapi antara the rule of law dengan rechstaat terdapat perbedaan
walaupun mempunyai tujuan yang sama yaitu pengakuan dan perlindungan terhadap
hak-hak asasi manusia. Konsep Rechstaat lahir dari suatu perjuangan menentang
absolutisme yang berkembang secara revolusioner yang bertumpu pada sistem hukum
a.Adanya undang-undang dasar atau konstitusi yang memuat ketentuantertulis tentang
hubungan antara penguasa dan rakyat;
b.Adanya pembagian kekuasaan negara;
c.Diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat.
Sedangkan Konsep The Rule of Law berkembang secara evolusioner yang
bertumpu pada sistem hukum yang disebut Common Law.Adapun syarat dasar agar
pemerintahan demokratis di bawah the rule of law dapat terselenggara, yaitu:
a.Perlindungan konstitusional
b.Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
c.Pemilihan umum yang bebas
d.Kebebasan untuk menyatakan pendapat
e.Kebebasan untuk berserikat / berorganisasi dan beroposisi
2. Tipe Eropa Kontinental
Pada negara tipe ini, yang berdaulat adalah hukum sehingga hukum
memandang negara sebagi subyek hukum yang dapat dituntut apabila melanggar
hukum.Beberapa negara penganut tipe Eropa Kontinental adalah Jerman, Perancis,
Belgia, Belanda. Menurut Prof. R. Djokosutono, negara hukum berdasarkan
kedaulatan hukum, karena dalam prakteknya kekuasaan yang dijalankan berdasarkan
hukum (rechstaat) tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machstaat).
Selain unsur-unsur, dalam negara hukum juga menganut prinsip-prinsip antara
a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang mengandung persamaan
dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan kebudayaan. Hal tersebut
berdasarkan ketentuan hukum.
b.Peradilan yang bebas, tidak memihak serta tidak dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan
apapun juga. Artinya ada kekuasaan yang terlepas dari kekuasaan pemerintah yang
menjamin hak-hak asasi sehingga hakim benar-benar memperolehputusan yang
objektif dalam memutuskan perkara.
c.Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya. Dengan ini suatu tindakan
harus sesuai dengan yang dirumuskan dalam peraturan hukum.
Dalam negara hukum, kekuasaan negara dilaksanakan menurut prinsip-prinsip
dasar keadilan, sehingga terikat pada konstitusi. Hukum menjadi batas, penentu dan
dasar dalam cara bertindak oleh pemerintah serta segala instansi dalam mencampuri
hak dan kebebasan warga negaranya. Atas dasar hukum pula, suatu negara hukum
menyelenggarakan apa yang menjadi tujuan negara.
II.2. HAK ASASI MANUSIA
II.2.1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Istilah hak asasi manusia merupakan terjemahan dari Droits de
L’homme(Perancis), Human Rights(Inggris), dan mensekelije rechten(Belanda). Di
Indonesia, hak asasi lebih dikenal dengan istilah hak-hak asasi atau juga dapat disebut
sebagai hak fundamental.Istilah hak asasi lahir secara monumental sejak terjadinya
revolusi Perancis pada tahun 1789 dalam “Declaration des Droits de L’hommeet du
Citoyen”(hak-hak asasi manusia dan warga negara Perancis), dengan semboyan
Istilah hak mempunyai banyak arti.Hak dapat dikatakan sebagai sesuatu yang
benar, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu, atau dapat juga diartikan
sebagai kekuasaan untuk tidak berbuat sesuatu dan lain sebagainya.Sedangkan asasi
berarti bersifat dasar atau pokok atau dapat juga diartikan sebagai
fundamental.Sehingga hak asasi manusia adalah hak yang bersifat dasar atau hak
pokok yang dimiliki oleh manusia, seperti hak untuk berbicara, hak hidup, hak untuk
mendapatkan perlindungan dan lain sebagainya.
Hak asasi manusia merupakan hak yang melekat pada manusia secara kodrati.
Pengakuan terhadap hak asasi manusia lahir dari adanya keyakinan bahwa semua
manusia dilahirkan dalam keadaan bebas dan memiliki harkan dan martabat yang
sama antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Selain itu, manusia
diciptakan dengan disertai akal dan hati nurani, sehingga manusia dalam
memperlakukan manusia yang lainnya harus secara baik dan beradab.
Menurut Prof. Koentjoro Poerbapranoto, hak asasi adalah hak yangbersifat
asasi, artinya hak yang dimiliki oleh manusia secara kodrat dan tidak dapat dipisahkan
dari manusia itu sendiri sehingga sifatnya suci. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa
hak asasi manusia merupakan hak dasar yang dimiliki oleh seseorang sebagai
anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir.Bagi orang yang beragama dan meyakini
bahwa manusia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa, maka hak asasi adalah hak
yang melekat pada diri manusia dan merupakan hak yang diberikan sebagai anugerah
Tuhan.Karena semuahak asasi manusia itu diberikan oleh Tuhan, maka tidak ada yang
boleh mencabut dan mengilangkan selain Tuhan.Sehingga hak asasi itu perlu
saja yang melanggarnya maka harus mendapatkan sangsi yang tegas tanpa
terkecuali24
Dari bunyi undang-undang tersebut ditegaskan bahwa adanya kewajiban dari
setiap individu untuk menghormati hak asasi orang lain. Kewajiban tersebut dengan .
Ada beberapa hak yang tidak dapat dicabut seperti hak untuk memiliki
kebebasan dalam berbicara dan berpendapat, hak untuk mendapatkan kebebasan
dalam memilih agama sesuai dengan keyakinanya, hak mendapatkan kebebasan untuk
berserikat, hak untuk mendapatkan perlindungan yang sama dihadapan hukum dan
masih banyak lagi.
Hak atas hidup, hak untuk mendapatkan kebebasan dan keamanan merupakan
contoh dari beberapa hak yang diakui secara universal di dunia.Tidak seorang pun
boleh diperbudak, diperdagangkan, disiksa, diperlakukan secara tidak
berperikemanusiaan atau merendahkan martabat manusia.
Hak tersebut merupakan contoh beberapa hak yang dimiliki oleh setiap
individu tanpa memandang perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, bahasa,
asal kebangsaan, status sosial, harta, atau latar belakang lainnya.Sehinnga hak asasi
manusia itu memerlukan adanya perlindungan dari hukum.
Dalam Pasal 1 ayat (1)Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 disebutkan
mengenai pengertian hak asasi manusia, bahwa :
“Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat Pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
24
tegas dituangkan dalam undang-undang sebagai seperangkat kewajiban sehingga
apabila tidak dilaksanakan maka tidak mungkin akan terlaksana dan tegaknya
perlindungan terhadap hak asasi manusia.
Undang-undang ini memandang kewajiban dasar manusia merupakan sisi lain
dari hak asasi manusia. Tanpa menjalankan kewajiban dasar manusia, adalah tidak
mungkin terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia, sehingga dalam pelaksanaannya,
hak asasi seseorang harus dibatasi oleh kewajiban untuk menghormati hak asasi orang
lain.
II.2.2 Perkembangan Hak Asasi Manusia
Perjuangan untuk memperoleh pengakuan dan jaminan terhadap hak asasi
manusia selalu mengalami pasang surut sejalan dengan peradaban manusia dan
mengalami perjuangan yang panjang.Sejak abad ke-13 usaha perlindungan terhadap
hak asasi manusia telah dimulai. Usaha melindungi hak-hak asasi manusia telah
ditempuh oleh bangsa Inggris sejak tahun 1215 dengan ditandatanganinya Magna
Chartaoleh Raja John Lackland
Namun sebelum adanya Magna Charta, di dunia islam telah terlebih
dahuluada suatu piagam tentang hak asasi manusia yang dikenal dengan “Piagam
Madinah”di madinah pada tahun 622, yang memberikan jaminan terhadap
perlindungan hak asasi manusia bagi penduduk Madinah yang terdiri atas berbagai
suku dan agama. Noourouzzaman Shiddigi telah membuat ringkasan Piagam
1.Masyarakat pendukung piagam ini adalah masyarakat majemuk, baik ditinjau dari
segi asal keturunan, budaya maupun agama yang dianut. Tali pengikat persatuan
adalah politik dalam rangka mencapai cita-cita bersama (Pasal 17, 23, dan 42).
2.Masyarakat pendukung semula terpecah belah dikelompokkan dalam kategori
Muslim dan non-Muslim. Tali pengikat sesama Muslim adalah persaudaraan seagama
(Pasal 15).Diantara mereka harus tertanam rasa solidaritas yang tinggi (Pasal 14, 19,
dan 21).
3.Negara mengakui dan melindungi kebebasan melakukan ibadat bagi orang-orang
non-Muslim, khususnya Yahudi (Pasal 25-30).
4.Semua orang mempunyai kedudukan yang sama sebagai anggota masyarakat; wajib
saling membantu dan tidak boleh seorang pun diperlakukan secara buruk (Pasal 16).
Bahwa orang lemah harus dilindungi dan dibantu (Pasal 11).
5.Semua warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama (Pasal 24, 36, 37,
38 dan 44).
6.Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum (Pasal 34,
40 dan 46) .
7.Hukum adat (tradisi masa lalu) dengan berpedoman pada keadilan dan kebenaran
tetap diberlakukan (Pasal 2 dan 10).
8.Hukum harus ditegakkan, siapa pun tidak boleh melindungi kejahatan apalagi
berpihak kepada orang yang melakukan kejahatan demi tegaknya keadilan dan
kebenaran, siapapun pelaku kejahatan harus dihukum tanpa pandang bulu (Pasal 13,
9.Perdamaian adalah tujuan utama, namun dalam mengusahakan perdamaian tidak
boleh mengorbankan keadilan dan kebenaran (Pasal 45).
10.Setiap orang harus dihormati (Pasal 12).
11.Pengakuan terhadap hak milik individu (Pasal 47).25
Namun yang sering dituangkan dalam sejarah tentang permulaan perjuangan
hak asasi manusai adalah Piagam Magna Chartayang berisikan beberapa hak yang
diberikan oleh raja John kepada beberapa bangsawan bawahannya dan kaum gerejani
atas sejumlah tuntutan yang diajukan oleh mereka dengan konsekuensi adanya
pembatasan terhadap kekuasaan raja dan adanya penghormatan terhadap hak-hak
rakyat.Hak yang diberikan kepada para bangsawan ini merupakan kompensasi dari
jasa-jasa kaum bangsawan dalam mendukung Raja John di bidang keuangan.26
Perlawanan rakyat Inggris terhadap Raja James II pada Tahun 1688 atau yang
dikenal dengan Revolusi tak berdarah (The Glorius Revolution)telah mendorong Perkembangan selanjutnya ditandai dengan penandatanganan Petition of
Rights pada tahun 1628 tang dilakukan oleh Raja Charles I. Dibandingkan dengan
Magna Charta, Petition of Rights banyak mengalami kemajuan.Bila penandatanganan
Magna Charta dilatar belakangi oleh sejumlah tuntutan yang diajukan oleh kaum
bangsawan dan gerejani, maka kelahiran Petition of Rights dilatar belakangi oleh
sejumlah tuntutan rakyat yang diwakili oleh parlemen.Disini raja berhadapan dengan
beberapa parlemen yang terdiri dari utusan rakyat (the House of Commons).
25
Rozali Abdullah, Syamsir. 2002. Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di Inonesia. Jakarta. Ghalian Indonesia. Hal : 10
26
penandatanganan Undang-Undang Hak (Bill of Rights)oleh Raja Williem III pada
tahun 1689 yang melembagakan adalah kaum borjuis yang hanya menegaskan
naiknya kelas bangsawan dan pedagang diatas monarkhi27
Menurut Thomas Hobbes, manusia selalu dalam situasi “hommo homini lupus
bellum omnium comtra omnes”
.Penandatanganan
undang-undang tersebut bukan saja menandai kemenangan Parlemen Inggris atau Raja akan
tetapi juga merupakan bukti kesungguhan rakyat Inggris dalam menegakkan
hak-haknya dibawah kekuasaan Raja yang diperjuangkan selama enam puluh tahun
lamanya. Apa yang dilakukan oleh rakyat inggris merupakan usaha untuk membatasi
kekuasaan raja agar tidak sewenang-wenang.
Usaha membatasi kekuasaan raja untuk melindungi hak asasi manusia
dilakukan pula oleh bangsa Prancis.Seperti di Inggris, usaha perlindungan hak asasi
manusia di Prancis lahir dari revolusi yang bertujuan menghancurkan sistem
pemerintahan absolut dan menggantinya dengan pemerintahan yang demokratis yang
banyak dipengaruhi oleh pemikiran Thomas Hobbes dan John Locke pada saat itu.
Thomas Hobbes dan John Locke adalah peletak dasar teori perjanjian
masyarakat. Perbedaannya apabila teori perjanjian masyarakat yang dikembangkan
oleh Thomas hobbes melahirkan ajaran monarki absolut, sedangkan teori perjanjian
masyarakat yang dikembangkan oleh John Locke melahirkan ajaran monarkhi
konstitusional.
28
27
Scott Davidson dalam Hestu Cipto Handoyo.2003. Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan, & Hak Asasi Manusia.Yogyakarta. Universitas Atma Jaya. Hal. 267
28
Moh. Kusnadi, Harmaily Ibrahim. 1988. Hukum Tata Negara Indonesia.Jakarta..Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV. Sinar Bakti. Hal 308
antara masyarakat dengan penguasa. Perjanjian tersebut berisikan penyerahan hak
rakyat kepada penguasa.Sehingga ajaran yang dikemukakan oleh Thomas Hobbes
mengarah kepada pembentukan monarkhi absolut.
Berbeda dengan Thomas Hobbes, John Locke memandang dalam
bermasyarakat dan bernegara merupakan kehendak manusia yang diwujudkan dalam
dua bentuk perjanjian, yaitu yang pertama adalah pactum unionis yang merupakan
perjanjian antaranggota masyarakat untuk membentuk masyarakat politik dan Negara.
Sedangkan yang kedua yaitu pactum subjectionis.John Locke memandang
bahwa pactum subjectionis sebagai perjanjian antara rakyat dengan penguasa untuk
melindungi hak-hak rakyat yang tetap melekat ketika berhadapan dengan
penguasa.Pada dasarnya perjanjian antara individu tadi (pactum unionis) terbentuk
atas dasar suara mayoritas.Sehingga menurut John Locke tugas negara adalah
melindungi hak-hak individu, yaitu hak untuk hidup (life), hak untuk mendapatkan
kebebasan (liberty), dan hak milik (estate).Jaminan perlindungan terhadap hak-hak
tersebut dituangkan dalam undang-undang sehingga ajaran John Locke disebut
monarkhi konstitusional.
Perkembangan sejarah perlindungan hak asasi manusia di Amerika juga
memiliki kaitan dengan pengalaman perjuangan bangsa Inggris dan Prancis. Hal ini
terlihat dari ajaran John Locke terhadap kandungan isi Declaration of Independence
Amerika yang disetujui oleh Congres yang mewakili 13 negara baru pada tanggal 4
Juli 1776
.
Perkembangan usaha perlindungan terhadap hak asasi manusia di Amerika
memiliki kemiripan dengan perlindungan hak asasi manusia yang dialamioleh bangsa
Prancis.Konsep kedaulatan berada di tangan rakyat yang dianut oleh Amerika juga
dianut oleh Prancis. Kedua negara tersebut juga memperjuangkan hak asasi melalui
revolusi serta pada tahun yang sama kedua negara tersebut menandatangani piagam
tentang perlindungan hak asasi manusia.
Di Prancis pada tahun 1789 dikeluarkan pernyataan tentang hak-hak manusia
dan warga negara (Declaration des droits de L’homme et du citoyen). Deklarasi
tersebut berupa naskah yang dicetuskan pada awal Revolusi Prancis sebagai bentuk
perlawanan terhadap kekuasaan lama yang sewenang-wenang yang berkuasa secara
absolut.
Declaration des droits de L’homme et du citoyenyaitu pernyataan hak-hak
asasi manusia dan warga negara sebagai hasil Revolusi Prancis di bawah
kepemimpinan Jenderal Lafayette yang terkenal dengan simbol Liberte
(Kemerdekaan), Egalite (persamaan) dan Fraternite(persaudaraan)29
Sedangkan pada tahun yang sama, di Amerika juga dikeluarkan
Undang-Undang Hak (Bill of Rights) yaitu suatu naskah yang disusun oleh rakyat Amerika
pada tahun 1789. Dan undang-undang ini sekarang telah menjadi bagian dari
Undang-Undang Dasar Amerika pada tahun 1971
.Deklarasi
tersebut untuk menjamin hak asasi manusia yang tercantum dalam konstitusi.
30
29
Budiyanto. Op.cit hal 57
Kejadian lain dalam perkembangan hak asasi manusia yaitu terjadi pada abad
ke XX yang ditandai dengan terjadinya Perang Dunia II yang memporak-porandakan
kehidupan manusia. Perang Dunia ini disebabkan oleh ulah para pemimpin yang tidak
mengindahkan hak asasi manusia bahkan dengan sengaja menginjak-nginjaknya
seperti Jerman oleh Hitler, Italia oleh Benito Musolini, dan Jepang oleh Hirohito.
Pada saat berkobarnya Perang Dunia II, muncullah Atlantic Charter yang
dipelopori oleh F.D. Roosevelt yang merumuskan tentang The Four Freedoms( 4
kebebasan ) dalam hidup bermasyarakat dan bernegara yaitu:
a.Kebebasan untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat (freedom of speech);
b.Kebebasan untuk beragama (freedom of religion);
c.Kebebasan dari rasa takut (freedom of fear);
d.Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want)31
Pada tahun 1946 Commision on Human Rights of United NationPerserikatan
Bangsa-Bangsa menetapkan secara terperinci beberapa hak ekonomi dan sosial serta
hak politik.Kemudian penetapan dilanjutkan dengan disusunya pernyataan sedunia
tentang hak asasi manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada tanggal 10
Desember 194832
31
Budiyanto. op.cit. hal 58
32
bid hal 268
.
Universal Declaration of Human Rights merupakan pernyataan sedunia
tentang hak-hak asasi manusia yang terdiri dari 30pasal.Piagam tersebut menyerukan
kepada semua anggota dan bangsa di dunia untuk menjamin dan mengakui hak-hak
Keberhasilan diterimanyaUniversal Declaration of Human Rightsdiikuti oleh
keberhasilan diterimanya suatu perjanjian (Convenant) yang diakui oleh Hukum
Internasional dan diratifikasi oleh negara-negara anggota PBB seperti:
A.The International on Civil and Political Rights
Yaitu memuat tentang hak-hak sipil dan hak-hak politik (persamaan antara hak pria
dan wanita).
B.Optional Protocol
Yaitu adanya kemungkinan seorang warga negara yang mengadukan pelanggaran hak
asasi kepada The Human Rights Commitee PBB setelah melalui upaya pengadilan di
negaranya.
C.The Internaational Convenant on Economic, Social and Cultural Rights
Yaitu berisi syarat-syarat dan nilai-nilai bagi sistem demokrasi, ekonomi, sosial dan
budaya.33
Di Indonesia, semua peraturan perundang-undangan yang berlaku mengacu
pada hukum dasar atau konstitusi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Hukum dasar yang tertulis yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang-Undang
Dasar Tahun 1945.Namun setelah adanya amandemen kedua Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 pada tahun 2000 dan dikeluarkannya ketetapan MPR No.XVII/MPR/998
tentang Hak Asasi Manusia, maka perkembangan mengenai hak asasi manusia Dengan adanya Universal Declaration of Human Rights maka diharapkan agar
para anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut mencantumkannya dalam
Undang-Undang Dasarnya atau peraturan yang lainnya yang berlaku di negara tersebut.
33
mengalami peningkatan yang pesat. Terlebih lagi setelah dikeluarkannya Undang–
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdapat penyataan mengenai
hak asasi manusia yaitu yang dinyatakan sebagai berikut:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”
Bunyi paragraf pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
menunjukkan bahwa hak asasi manusia terutama hak kemerdekaan bagi semua bangsa
mendapatkan jaminan dan di junjung tinggi oleh seluruh bangsa di dunia. Setelah
perubahan kedua Undang-Undang 1945, jaminan tentang hak asasi manusia
dinyatakan secara khusus pada bab tersendiri yaitu Bab XA tentang Hak Asasi
Manusia yang meliputi Pasal 28A sampai 28 J.
Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus tahun
1945, sebenarnya telah ada pemikiran bahkan telah menuangkan gagasan mengenai
hak asasi manusia.Namun dalam pelaksanaannya mengalami pasang surut.Banyak
kritikan yang didapat oleh pemerintah sehingga perlu mendorong pemerintah untuk
segera membentuk suatu Keputusan Presiden RI Nomor 50 Tahun 1993 tentang
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNASHAM).
Tujuan pembentukan KOMNASHAM adalah sebagai berikut:
a.Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai
dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Piagam Perserikatan
b.Meningkatkan perlindungan dan penegakkan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi
dalam berbagai bidang kehidupan34
34
Rozali Abdullah op.cit hal. 33
.
Karena pertimbangan pentingnya masalah hak asasi manusia di Indonesia dan
situasi yang tidak menentu serta banyaknya sorotan dari dunia Internasional terhadap
banyaknya pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia sedangkan peraturan
perundangan yang dapat didasarkan (landasan) oleh pemerintah untuk menindak para
pelanggar hak asasi manusia belum memadai maka pada tahun 1998 dikeluarkan
sejumlah peraturan tentang hak asasi manusia seperti
:
1.Undang-Undang republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan
Convention Againts Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or
Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain
yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan martabat Manusia).2.Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasan Terhadap Perempuan.
3.Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana
Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia.
4.Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan
Penggunaan Istilah Pribumi dan Non-Pribumi dalam Semua Perumusan dan
Penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan Program, ataupun Pelaksanaan Kegiatan
Untuk melengkapi peraturan perundang-undangan diatas maka pada tanggal
23 September 1999 diundangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-Undang tersebut mengatur secara
lengkap dan terperinci mengenai hak asasi manusia. Sistematika Undang-Undang No.
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia terdiri atas 11 bab dan 106 pasal, yaitu
sebagai berikut:
1.Bab I Ketentuan Umum
2.Bab II Asas-asas Dasar
3.Bab III Hak Asasi Manusiadan Kebebasan Dasar Manusia
4.Bab IV Kewajiban Dasar Manusia
5.Bab V Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintahan
6.Bab VI Pembatasan dan Larangan
7.Bab VII Komisi Nasional Hak Asasi Manusia 8.Bab VIII Partisipasi Masyarakat
9.Bab IX Pengadilan Hak Asasi Manusia 10.Bab X Ketentuan Peralihan
11.Bab XI Ketentuan Penutup
II.3. KETENAGAKERJAAN II.3.1 Pengertian Tenaga Kerja
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok
Ketenagakerjaan memberikan pengertian tentang tenaga kerja, bahwa tenaga kerja
adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar
hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat”. Namun undang-undang ini sudah tidak digunakan lagi setelah adanya
Dalam Undang yang baru tentang ketenagakerjaan yaitu
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja juga memberikan pengertian
tentang tenaga kerja yang terdapat dalam Pasal 1 angka 2 bahwa tenaga kerja yaitu
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan / atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pengertian
tenaga kerja dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja
tersebut telah menyempurnakan pengertian tentang tenaga kerja dalam
Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan35
Pengertian tenaga kerja menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan juga sejalan dengan pengertian tenaga kerja menurut konsep
ketenagakerjaan pada umumnya sebagaimana ditulis oleh Dr. Payaman Simanjutak
dalam bukunya “Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia” yaitu bahwa tenaga
kerja atau manpower adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja,
yang sedang mencari kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan
mengurus rumah tangga
.
36
Pengertian tentang tenaga kerja yang dikemukakan oleh Dr. Payaman
Simanjuntak inimemiliki pengertian yang lebih luas dari pekerja / buruh.Pengertian
tenaga kerja disini mencakup tenaga kerja / buruh yang sedang terkait dalam suatu
hubungan kerja dan tenaga kerja yang belum bekerja. Sedangkan pengertian dari
pekerja / buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan .
35
Sendjun H. Manulang. 2001. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia. Jakarta. Rhineka Cipta Hal.3
36
dalam bentuk lain. Dengan kata lain, pekerja atau buruh adalah tenaga kerja yang
sedang dalam ikatan hubungan kerja37
Buruh adalah pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar.Orang-orang yang melakukan pekerjaan ini disebut “Blue Collar”. Sedangkan yang melakukan pekerjaan di kantor pemerintahan maupun swasta disebut sebagai Karyawan / Pegawai “White Collar”
.
Istilah buruh sangat populer dalam dunia perburuhan / ketenagakerjaan, karena
istilah ini sudah dipergunakan sejak lama bahkan sejak zaman penjajahan
Belanda.Dalam peraturan yang lama sebelum Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan untuk menyebutkan tenaga kerja menggunakan istilah buruh.
Hal ini dipertegas dengan pengertian mengenai buruh pada zaman Belanda yaitu:
38
37
Hardijan Rusli. 2003. Hukum Ketenagakerjaan.Jakarta :Ghalia Indonesia. Hal 12-13 38
Lalu Husni. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi.Jakarta. RajaGrafindo Persada. Hal. 43
.
Namun setelah merdeka tidak ada lagi perbedaan antara buruh halus dengan
buruh kasar, semua orang yang bekerja di sektor swasta adalah buruh seperti yang
disebutkan dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1975 Pasal 1 ayat 1a tentang
Perselisihan Perburuhan yakni buruh adalah barang siapa yang bekerja pada majikan
dengan menerima upah.Dalam perkembangannya di Indonesia, istilah buruh diganti
dengan istilah pekerja. Alasannya adalah karena istilah buruh kurang sesuai dengan
kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang selalu
ditekan dan berada dibawah pihak lain yaitu majikan. Selain itu, istilah buruh juga
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman karena dirasakan terlalu
Dalam peraturan yang baru mengenai ketenagakerjaan, yaitu Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dalam pasal 1 angka 4 memberikan
pengertian Pekerja / buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk apapun. Pengertian ini lebih luas karena mencakup semua
orang yang bekerja pada siapa saja baik perorangan, persekutuan, badan hukum
maupun badan lainnya dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk
apapun.Karena upah selama ini diidentikkan dengan uang, padahal ada pula buruh /
pekerja yang menerima imbalan dalam bentuk barang.
Dalam hal-hal tertentu yang tercakup dalam pengertian tenaga kerja diperluas.
Misalnya dalam hal kecelakaan kerja, dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 8 ayat (2), ditentukan bahwa termasuk
tenaga kerja dalam jaminan kecelakaan kerja ialah:
a.Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah
maupun tidak;
b.Mereka yang memborong pekerjaan kecuali yang memborong adalah perusahaan;
c.Narapidana yang dipekerjakan diperusahaan
.
Dapat juga dikatakan bahwa tenaga kerja merupakan penduduk
yang berada dalam usia kerja. Secara garis besar dalam suatu negara penduduk
dibedakan dalam 2 (dua) kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Penduduk yang termasuk dalam kategori tenaga kerja yaitu penduduk yang sudah
memasuki usia kerja yang dalam hal ini di Indonesia batas usia yang berlaku adalah
A. Berdasarkan penduduknya
Klasifikasi tenaga kerja berdasarkan penduduknya dapat dibedakan menjadi 2
yaitu:
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja
dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut
Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu
mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
2. Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau
bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga
Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka
yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh
kelompok ini adalah parapensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.
B. Berdasarkan Kualitasnya
Berdasarkan Kualitasnya, tenaga kerja dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau
kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal
dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
2. Tenaga KerjaTerampil
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai
pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
3. Tenaga Kerja Tidak terdidik
Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya
mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah
tangga, dan sebagainya.
C. Berdasarkan batas kerja
Bersadarkan batas kerja maka dapat dibedakan menjadi:
1. Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang
sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang
sedang aktif mencari pekerjaan.
2. Bukan angkatan kerja
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang
kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya.
Contoh kelompok ini adalah:
•anak sekolahdan mahasiswa
•para ibu rumah tanggadan orangcacat, dan
II.3.2. Ketenagakerjaan di Indonesia
Permasalahan mengenai pekerja / buruh selalu mengalami pasang surut sesuai
dengan perkembangan masyarakat.Pada awal kemerdekaan, perjuangan kemerdekaan
masih banyak tertuju pada perang revolusi untuk mempertahankan dari serangan
penjajah yang ingin menjajah kembali Bangsa Indonesia. Pada saat itu, perlindungan
hukum terhadap ketenagakerjaan hanya diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 tentang hak warga negara untuk bisa mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Akan tetapi hal ini belum dapat terlaksana
seutuhnya.
Ketentuan mengenai perburuhan pada saat itu masih sepenuhnya terpengaruh
hukum kolonial yaitu Burgelijke Wetboek (BW) atau yang lebih dikenal dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).Pada saatitu masih berlaku ketentuan
Pasal II Aturan Peralihan yang menyatakan bahwa segala badan negara dan peraturan
yang ada masih langsung berlaku sepanjang belum diganti dengan peraturan yang
baru.
Peraturan mengenai perburuhan yang diatur dalam KUHPerdata bersifat
liberal sesuai dengan falsafah negara yang membuatnya sehingga dalam banyak hal
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.Sebagai contoh dalam KUHPerdata
memandang pekerja sebagai barang yang apabila tidak berproduksi maka tidak akan
dibayar / diupah. Dalam pasal 1602 KUHPerdata disebutkan bahwa “Tiada Upah
yang harus dibayar untuk jangka waktu selama si buruh tidak menlaksanakan
majikannya karena pada saat itu masalah perburuhan masuk kedalam ranah hukum
Perdata.
Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan para tenaga kerja di Indonesia
lahirlah Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang-undang ini merupakan payung hukum bagi para tenaga kerja di Indonesia sebagai
peraturan yang menyeluruh dan komperhensif antara lain mencakup pengembangan
sumber daya manusia, peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga kerja di
Indonesia, sebagai upaya perluasan dalam kesempatan kerja, pelayanan penempatan
tenaga kerja, dan pembinaan hubungan Industrial
.
Kehadiran Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 ini telah memberikan nuansa
baru dalam hukum perburuhan / ketenagakerjaan, yaitu
:
a.Mensejajarkan istilah buruh / pekerja, istilah majikan diganti dengan pengusaha dan
pemberi kerja, istilah ini sudah lama diupayakan untuk diubah agar sesuai dengan
Hubungan Industrial Pancasila.
b.Menggantikan istilah perjanjian perburuhan (labour agrement)/ Kesepakatan Kerja
Bersama (KKB) dengan istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang berupaya
diganti dengan alasan bahwa perjanjian perburuhan berasal dari negara liberal yang
seringkali dalam pembuatannya menimbulkan benturan kepentingan antara pihak
buruh dengan pihak majikan.
c.Sesuai dengan perkembangan zaman memberikan kesetaraan antara pekerjaan pria
berdasarkan undang-undang ini tidak lagi dilarang untuk bekerja pada malam
hari.Pengusaha diberikan rambu-rambu yang harus ditaati mengenai hal ini.
d.Memberikansanksi yang memadai serta menggunakan batas minimum dan
maksimum, sehingga lebih menjamin kepastian hukum dalam penegakkannya.
e.Mengatur mengenai sanksi administratif mulai dari teguran, peringatan tertulis,
pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pembatalan persetujuan,
pembatalan pendaftaran, penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi,
dan pencabutan izin. Pada undang-undang yang sebelumnya yang mengatur tentang
ketenagakerjaan, sanksi ini tidak diatur39
Dilihat secara internal dapat mempengaruhi hubungan suatu negara, bahkan
antar negara.Secara eksternal, hal itu merupakan hal yang wajar sebab tenaga kerja
sebagai sember daya manusia dalam alam pembangunan di era reformasi merupakan
komponen yang utama. Jumlah penduduk yang melimpah, apabila dapat
didayagunakan secara optimal dan efisien maka akan menjadi aset yang sangat
menguntungkan dalam pelaksanaan pembangunan.Kondisi seperti ini sudah menjadi .
Walaupun telah ada undang-undang yang mengatur tentang tenaga kerja, akan
tetapi keberadaan tenaga kerja di Indonesia sekarang mendapatkan banyak perhatian,
baik dalam negeri sendiri maupun di luar negeri, bahkan tidak jarang dihubungkan
dengan kebijakan lain yang secara langsung akan mengikutsertakan perhatian dari
berbagai bidang ekonomi di luar ketenagakerjaan misalnya dibidang perdagangan,
politik, dan ekonomi.
39
fakta sejarah di negara-negara yang mulai dan menyelenggarakan pembangunan
nasionalnya.
Dengan terjadinya revolusi industri, banyak perusahaan yang berusaha mencari cara
dalam memenangkan persaingan di dunia usaha. Disini, kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu saja tidak cukup untuk menang secara kompetitif, melainkan
harus disertai kesanggupan untuk menciptakan produk paling bermutu dengan biaya
yang ditekan serendah-rendahnya.
Pada tahun 1970-1980 perusahaan mengalami persaingan global.Banyak
perusahaan yang mengalami kesulitan karena kurangnya persiapan dalam menghadapi
persaingan global tersebut, sehingga dalam hal ini berakibat pada resiko tenaga kerja
yang meningkat.Disinilah merupakan tahap awal timbulnya pemikiran outsourching
di dunia usaha.Gagasan awal berkembangnya outsourcing adalah untuk membagi
resiko usaha dalam berbagi masalah, termasuk ketenagakerjaan40
Outsourcing diartikan sebagai pemanfaatan tenaga kerja untuk memproduksi
atau melaksanakan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan, melalui perusahaan
penyedia / pengerah tenaga kerja.Hal ini berarti adanya suatu perusahaan khusus yang
melatih/mempersiapkan menyediakan, mempekerjakan tenaga kerja untuk
kepentingan perusahaan lain. Pada awalnya ini dirasakan sebagai solusi bagi .Sekitar tahun 1990
outsourcing telah mulai berperan sebagai jasa pendukung.Tingginya persaingan telah
menuntut managemen perusahan untuk melakukan perhitungan biaya untuk sedapat
mungkinditekan pada posisi serendah-rendahnya
.
40
parapencari kerja, karena sebelum mendapatkan pekerjaan tetap, dengan adanya
outsourcingakan membantu bagi para tenaga kerja yang belum bekerja untuk
disalurkan kepada perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja dari perusahaan
outsourcing tersebut.Pemanfaatanoutsourcing sudah tidak dapat dihindari lagi oleh
perusahaan di Indonesia. Berbagai manfaat dapat dipetik dari melakukan outsourcing;
seperti penghematan biaya (cost saving)serta perusahaan dapatmemfokuskan kepada
kegiatan utamanya (core business).
Disinilah mulai terjadi adanya pergeseran mengenai fungsi outsourcing, yang
seharusnya hanya diberikan untuk pekerjaan-pekerjaan bukan inti, seperti cleaning
services atau satpam yangpada kenyataannya outsourcing seringkali mengurangi hak
-hak karyawan yang seharusnya dia dapatkan bila menjadi karyawan
permanen.Karena dengan adanya outsourching maka akan menutup kesempatan
karyawan menjadi permanen. Posisi outsourcing selain rawan secara sosial
(kecemburuan antar rekan) juga rawan secara pragmatis (kepastian kerja, kelanjutan
kontrak, jaminan pensiun).
Bahkan di beberapa perusahaan justru memberikan pekerjaan inti kepada
karyawan dari outsourcing seperti PT KAI, yang memperkerjakan tenaga outsourcing
untuk bagian penjualan tiket, porter, administrasi dan penjaga pintu masuk. Padahal
pekerjaan-pekerjaan tersebut terkait langsung dengan jasa angkutan kereta api.
Kemudian banyak perusahaan lainnya yang melakukan pelanggaran seperti ini.
Umumnya tenaga kerja di outsource untuk menekan biaya yang harus dikeluarkan
outsource juga tidak harus diangkat sebagai karyawan tetap sehingga beban
perusahaan berkurang.
Inilah yang menjadi pemikiran bagi para karyawan, dimana outsourcing hanya
dianggap sebagai suatu upaya bagi perusahaan untuk melepaskan tanggungjawabnya
kepada kayawan, dengan alasan efesiensi dan efektifitas pekerjaan, outsourcing ini
dilakukan.
Maka dalam outsourcing (Alih daya) sebagai suatu penyediaan tenaga kerja
oleh pihak lain dilakukan dengan terlebih dahulu memisahkan antara pekerjaan utama
(core business) dengan pekerjaan penunjang perusahaan (non core business) dalam
suatu dokumen tertulis yang disusun oleh manajemen perusahaan. Dalam melakukan
outsourcing perusahaan pengguna jasa outsourcing bekerjasama dengan perusahaan
outsourcing, dimana hubungan hukumnya diwujudkan dalam suatu perjanjian
kerjasama yang memuat antara lain tentang jangka waktu perjanjian serta
bidang-bidang apa saja yang merupakan bentuk kerjasama outsourcing. Karyawan
outsourcing menandatangani perjanjian kerja dengan perusahaan outsourcing untuk