• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar BOD dan COD Pada Sampel Air Sungai di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar BOD dan COD Pada Sampel Air Sungai di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri dan Lingkungan

Untuk manusia sendiri dalam menunjang kehidupannya, air merupakan hal yang vital. Agar

didapatkan kehidupan yang sehat dan bersih, diperlukan banyak air yang bersih. Yang

dimaksudkan dengan air yang bersih ialah air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak

mengandung zat-zat yang dapat mengganggu kesehatan. Air bisa berperan sebagai penyebar

penyakit yang akhirnya dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan hidup manusia. Di

samping sebagai keperluan pokok untuk keperluan tubuh, air juga penting dalam membantu

bermacam-macam proses baik itu dalam rangka penggalian dan pengelolaan/pengolahan

sumber-sumber alam untuk menunjang kehidupan manusia maupun untuk memproses bahan-bahan yang

diperlukan manusia (Supardi, 1994).

Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, yaitu zat yang terlarut, zat yang tersuspensi

dan makhluk hidup, khususnya jasad renik, di dalam air. Air murni, yang tidak mengandung zat

yang terlarut, tidak baik untuk kehidupan kita. Sebaliknya zat yang terlarut ada yang bersifat

racun. Apabila zat yang terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam air membuat

kualitas air menjadi tidak sesuai untuk kehidupan kita, air itu disebut tercemar. Pencemaran

dapat berasal dari beberapa sumber. Sumber pencemaran yang paling utama di negara kita ialah

(2)

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan

cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi

barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil

kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan

kegiatan-kegiatan lainnya. (Wardhana.1995)

Lingkungan sebagai badan penerima akan menyerap bahan tersebut sesuai dengan

kemampuan. Sebagai badan penerima adalah udara, permukaan tanah, air sungai, danau, dan

lautan yang masing-masing mempunyai karakteristik berbeda. Air di suatu waktu dan tempat

tertentu berbeda karakteristiknya akibat peristiwa alami serta pengaruh faktor lain.

Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena interaksi pengaruh luar

disebut daya dukung lingkungan antara tempat yang satu dengan tempat yang lain berbeda.

Komponen lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya turut menetapkan nilai daya dukung.

Kegiatan industri dari hari kehari makin meningkat, seolah-olah sasaran yang hendak

dicapai, yaitu peningkatan kualitas hidup sudah semakin dekat untuk tercapai. Namun dalam

kenyataannya, kualitas hidup yang hendak dicapai terasa masih sulit untuk dijangkau, bahkan

mungkin terasa jauh dari jangkauan. Hal ini tak lain disebabkan oleh adanya dampak industri dan

teknologi terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. Dampak terhadap lingkungan dapat

mengurangi daya dukung alam yang berarti akan mengurangi kemampuan alam untuk

mendukung kelangsungan hidup manusia, jelas akan mengurangi atau bahkan mungkin akan

menurunkan kualitas hidup manusia itu sendiri. Oleh karena itu dampak industri dan teknologi

kiranya untuk diperhatikan dan dicermati dengan sebaik-baiknya.

Dampak industri meliputi adanya dampak langsung dan dampak tak langsung. Dampak

(3)

ketegangan jiwa dan dihinggapi oleh banyak penyakit, misalnya hipertensi dan penyakit lainnya.

Sedangkan dampak langsungnya yaitu keseimbangan lingkungan terganggu oleh kegiatan

industri dan teknologi, sehingga terjadi dampak negatif yang mengurangi kualitas hidup

manusia. Dampaknya yaitu, pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan. Ketiga

macam pencemaran ini akan mengurangi daya dukung alam.

Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa

gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara,

misalnya melalui atmosfer, tanah, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri,

dan lain-lain. Sumber pencemar (polutan) dapat berupa suatu lokasi tertentu (point source) atau

tak tentu tersebar (non-point/diffuse source). Sumber pencemar point source misalnya knalpot

mobil, cerobong asap pabrik, dan saluran limbah industri. Pencemar yang berasal dari point

source bersifat lokal. Efek yang ditimbulkan dapat ditentukan berdasarkan karakteristik spasial

kualitas air. Volume pencemar dari point source biasanya relatif tetap. Sumber pencemar

non-point source dapat berupa non-point source dalam jumlah yang banyak. Misalnya limpasan dari

daerah pertanian yang mengandung pestisida dan pupuk, limpasan dari daerah pemukiman

(domestik), dan limpasan dari daerah perkotaan.

Bahan pencemar (polutan) adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan

yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu

peruntukan ekosistem tersebut. Berdasarkan cara masuknya ke dalam lingkungan, polutan

dikelompokkan menjadi dua, yaitu polutan alamiah dan polutan antropogenik. Polutan alamiah

adalah polutan yang memasuki lingkungan (misalnya badan air) secara alami, misalnya akibat

letusan gunung merapi, tanah longsor, banjir, dan fenomena alam yang lain. Polutan yang

(4)

Polutan antropogenik adalah polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia,

misalnya kegiatan domestik (rumah tangga), kegiatan urban (perkotaan), maupun kegiatan

industri. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan cara mengontrol aktivitas

yang menyebabkan polutan tersebut. Polutan yang memasuki perairan terdiri atas campuran

berbagai jenis polutan. Jika diperairan terdapat lebih dari dua jenis polutan maka kombinasi

pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan tersebut dapat dikelompokkan menjadi

tiga sebagai berikut.

- Additive: pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan merupakan

penjumlahan dari masing-masing polutan. Misalnya pengaruh kombinasi zinc dan

cadmium terhadap ikan.

- Synergism: pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan lebih besar

daripada penjumlahan pengaruh dari masing-masing polutan. Misalnya, pengaruh

kombinasi copper dan surfaktan.

- Antagonism: pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan saling

mengganggu sehingga pengaruh secara kumulatif lebih kecil atau mungkin hilang.

Misalnya, pengaruh kombinasi kalsium dan timbal atau zinc dengan aluminium.

Semua limbah yang dioksidasi terutama limbah domestik, termasuk dalam kategori limbah

penyebab penurunan kadar oksigen terlarut. Oksigen sangat penting bagi kelangsungan hidup

organisme pada ekosistem diperairan. Kadar oksigen terlarut minimum 5mg/L diperlukan bagi

kelangsungan hidup ikan diperairan.

Kadar oksigen terlarut diperairan dipengaruhi oleh proses aerasi, fotosintesis, respirasi,

dan oksidasi limbah. Aerasi adalah proses transfer oksigen dari atmosfer ke perairan melalui

(5)

keadaan kesetimbangan dengan kadar oksigen di atmosfer maka proses aerasi tidak akan

berlangsung apabila kadar oksigen pada badan air belum pada tingkat jenuh (saturasi), dan

sebaliknya. Kecepatan proses aerasi tergantung pada penyerapan (absorption) pada permukaan

air dan penyebaran (dispersion) pada kolom air. Transfer oksigen berbeda-beda menurut

tingkatan saturasi dan kadar oksigen sesungguhnya di perairan.

Industri dan pembangkit tenaga listrik menggunakan air dalam jumlah yang sangat

banyak untuk mendinginkan mesin. Air telah terpakai dalam keadaan bersuhu tinggi kemudian

dibuang ke badan air, sehingga suhu badan air meningkat dan kehidupan komunitas akuatik

terganggu. Peningkatan suhu air diikuti dengan penurunan persentase oksigen saturasi dan

penurunan kadar oksigen terlarut. Pengaruh yang ditimbulkan oleh pencemaran panas terhadap

kadar oksigen terlarut dan nilai BOD, yang memperlihatkan penurunan dari sumber pencemar

kearah hilir sungai atau badan air penerima pencemar. Penurunan oksigen disebabkan oleh

keberadaan air panas yang menempati bagian atas dari lapisan air yang lebih dingin.

Terbentuknya lapisan ini disebabkan oleh perbedaan berat jenis (densitas) air. Air panas di

bagian atas yang mengandung lebih sedikit oksigen akan mencegah proses transfer oksigen ke

lapisan bawahnya, sehingga kadar oksigen pada bagian bawah lapisan air mengalami penurunan

secara drastis dan dapat mengakibatkan keadaan anaerob. Pada suhu yang lebih tinggi,

metabolisme organisme juga mengalami peningkatan. Peningkatan suhu sebesar 10oC dapat

meningkatkan proses metabolisme sebesar dua kali lipat, yang juga mengakibatkan penigkatan

konsumsi oksigen. Apabila pencemaran panas ini disertai dengan pencemaran bahan organik

maka penurunan kadar oksigen diperairan akan lebih tajam. Pada suhu lebih dari 40oC, hanya

beberapa organisme yang mampu bertahan hidup. Peningkatan suhu juga menyebabkan

(6)

Pencemaran panas dapat memperpendek siklus hidup organisme akuatik. Beberapa

organisme akuatik yang pekembangannya mengikuti musim akan sangat terganggu dengan

adanya pencemaran panas ini, karena suhu perairan tidak lagi mengikuti siklus alami.

Beribu-ribu bahan organik, baik bahan alami maupun sintetis, masuk ke dalam badan air

sebagai hasil aktivitas manusia. Penyusun utama bahan organik biasanya berupa polisakarida

(karbohidrat), polipeptida (protein), lemak (fats), dan asam nukleat (nucleid acid). Setiap bahan

organik memiliki karakteristik fisika, kimia, dan toksisitas yang berbeda. Namun pemantauan

setiap jenis bahan organik merupakan suatu hal yang sulit dilakukan. Selain jenis-jenis bahan

organik tersebut, limbah organik juga mengandung bahan-bahan organik sintesis yang toksik.

Beberapa contoh bahan organik yang bersifat toksik terhadap organisme akuatik adalah minyak,

fenol, pestisida, surfaktan, dan polychlorinated biphenyl (PCBs). Berbeda dengan limbah organik

alami yang relatif mudah diuraikan secara biologis (non biodegradable). Senyawa organik

sintetis juga bersifat persisten atau bertahan dalam waktu yang lama dalam badan air serta

bersifat kumulatif. Sumber limbah organik diperairan adalah limbah domestik (rumah tangga dan

perkotaan).

Senyawa anorganik terdiri atas logam dan logam berat yang pada umumnya bersifat

toksik. Contoh yang bersifat toksik adalah arsen (As), barium (Ba), cadmium (Cd), kromium

(Cr), lead (Pb), merkuri (Hg), selenium (Se), dan silver (Ag). Senyawa anorganik juga berasal

dari limbah domestik dan industri. Limpasan perkotaan merupakan sumber utama timbal (Pb)

dan zinc (Zn). (Effendi.2003)

2.2. Kualitas Lingkungan

Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan bereaksi dengan satu atau lebih

(7)

sebagai akibat dari bahan pencemar, membawa perubahan nilai lingkungan yang disebut sebagai

pencemaran lingkungan.

Limbah yang mengandung bahan pencemar akan merubah kualitas lingkungan bila

lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada

padanya. Oleh karena itu penting diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang

terkandung. Pada beberapa daerah di Indonesia sudah ditetapkan nilai kualitas limbah air dan

udara. Namun baru sebagian kecil. Sedangkan kualitas lingkungan mengingat program

industrialisasi sebagai salah satu sektor yang memberikan andil besar terhadap perekonomian

dan kemakmuran bagi suatu bangsa.

Lingkungan secara alami memiliki kemampuan untuk memulihkan keadaannya.

Pemulihan keadaan ini merupakan suatu prinsip bahwa sesungguhnya lingkungan itu senantiasa

arif menjaga keseimbangannya. Sepanjang belum ada gangguan paksa maka apapun akan terjadi,

lingkungan itu sendiri tetap bereaksi dengan seimbang. Perlu ditetapkan daya dukung lingkungan

untuk mengetahui kemampuan lingkungan menetralisasi parameter pencemar dalam rangka

pemulihan kondisi lingkungan seperti semula.

Apabila bahan pencemar berakumulasi terus menerus dalam suatu ligkungan, sehingga

lingkungan tidak punya kemampuan alami untuk menetralisasinya yang mengakibatkan

perubahan kualitas. Pokok permasalahannya adalah sejauh mana perubahan itu diperkenankan.

Pengaruh pencemar lingkungan diukur dengan perubahan kualitas lingkungan. Kualitas

lingkungan ditetapkan pada suatu periode dan tempat tertentu. Kualitas adalah suatu numerik

yang ditetapkan berdasarkan situasi dan kondisi tertentu dengan mempertimbangkan berbagai

faktor yang mempengaruhi lingkungan. Kualitas lingkungan mengalami perubahan pada suatu

(8)

Masuknya limbah pada lingkungan, katakanlah air buangan pabrik kelapa sawit, masuk

pada badan air tertentu akan menimbulkan perubahan sekecil apapun. Perubahan ini dapat

membuat air menjadi keruh, berwarna, berbau, dan sebagainya atau sebaliknya tidak

menimbulkan pengaruh yang berarti. Bila limbah tidak memberikan perubahan kondisi air,

berarti badan air masih mampu menetralisasinya. Artinya, kualitas air belum mengalami

perubahan yang berarti dan dengan demikian mahkluk-mahkluk dan tanaman-tanaman dalam air

hidup tentram biasa.

Perlunya penetapan kualitas lingkungan adalah salah satu upaya untuk memantau kondisi

lingkungan dan perubahannya akibat suatu kegiatan baru. Nilai kualitas ini berkaitan erat dengan

kualitas limbah. Kualitas lingkungan diukur dari berbagai komponen yang ada dalam

lingkungan, termasuk toleransinya. Dengan adanya toleransi bisa ditoleransi sebab daya dukung

memberi kemungkinan untuk itu.

Kualitas lingkungan dipengaruhi berbagai komponen yang ada dalam lingkungan itu

seperti kualitas air, kepadatan penduduk, flora dan fauna, kesuburan tanah, dan

tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Adanya perubahan konsentrasi limbah menyebabkan terjadinya

perubahan keadaan badan penerima. Semakin lama badan penerima dituangi air limbah, semakin

tinggi pula konsentrasi bahan pencemar didalamnya. Pada suatu saat badan penerima tidak lagi

mampu memulihkan keadaannya. Zat-zat pencemar yang masuk sudah terlalu banyak dan

mengakibatkan tidak ada lagi kemampuan menetralisasinya. (Agusnar, H. 2008)

2.3. Indikator pencemaran air

Selain penggunaan air secara konvensional, air juga diperlukan untuk meningkatkan

kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi. Kegiatan

industri dan teknologi tidak terlepas dari kebutuhan akan air. Dalam hal ini air sangat diperlukan

(9)

Di dalam kegiatan industri dan teknologi, air yang telah digunakan (air limbah industri)

tidak boleh langsung dibuang ke liangkungan karena dapat menyebabkan pencemaran. Air

tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas air

lingkungan. Jadi limbah industri harus mengalami proses daur ulang sehingga dapat digunakan

lagi atau dibuang kembali kelingkungan tanpa menyebabkan pencemaranair lingkungan. Proses

daur ulang limbah industri atau water Treatment Recycle Process adalah salah satu syaratnya

yang harus dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan.

Untuk menetapkan standar air yang bersih tidaklah mudah, karena tergantung pada

banyak faktor penentu. Walaupun penetapan standar air yang bersih tidak mudah, namun ada

kesepakatan bahwa air bersih tidak ditentukan oleh kemurniannya, akan tetapi didasarkan pada

keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan maka air tersebut telah mengalami

pencemaran.

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau

tanda yang dapat diamati melalui:

1. Adanya perubahan suhu

Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya panas reaksi

atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesin-mesin yang

menunjang kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik maka panas yang terjadi harus

dihilangkan. Penghilangan panas dilakukan dengan proses pendinginan air. Air pendingin

akan mengambil panas yang terjadi. Air yang menjadi panas tersebut kemudian dibuang

kelingkungan. Apabila air yang panas tersebut dibuang kesungai maka air sungai akan

menjadi panas. Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air

(10)

bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk

bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara lambat terdifusi

ke dalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air maka makin sedikit oksigen yang terlarut di

dalamnya.

2. Adanya perubahan pH atau kosentrasi ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara

6,5-7,5. Air yang bersifat asam atau basa, tergantung daripada besar kecilnya pH air atau

besarnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari

pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari

normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang

dibuang kesungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu

kehidupan organisme di dalam air.

3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa

Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan

bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah

dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air. Air dalam keadaan normal

dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih. Selain itu degradasi

bahan buangan industri dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan warna air. Tingkat

pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna air, karena bahan buangan

industri yang memberikan warna belum tentu lebih berbahaya dari bahan buangan

industri yang tidak memberikan warna. Seringkali zat-zat beracun justru terdapat dalam

bahan buangan industri yang tidak mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga

(11)

buangan atau air limbah dari kegiatan industri, atau dapat pula berasal dari hasil

degradasi bahan buangan oleh mikroba yang hidup di dalam air. Bahan buangan industri

yang bersifat organik atau bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri

pengolahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau yang menyengat hidung.

Mikroba dalam air akan mengubah bahan buangan organik, terutama gugus protein,

secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau. Timbulnya bau pada

air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat

pencemaran air yang cukup tinggi. Air normal yang dapat digunakan untuk suatu

kehidupan pada umumnya tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Apabila air

mempunyai rasa (kecuali air laut) maka itu berarti telah terjadi pelarutan jenis

garam-garaman. Air yang mempunyai rasa biasanya berasal dari garam-garam terlarut.Bila hal

ini terjadi maka berarti juga telah terjadi pelarutan ion-ion logam yang dapat mengubah

konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Adanya rasa pada air pada umumnya diikuti pula

dengan perubahan pH air.

4. Timbulnya endapan, koloidal, dan bahan terlarut

Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan industri

yang berbentuk padat. Bahan buangan indutri yang berbentuk padat kalau tidak larut

sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut sebagian akan menjadi

koloidal. Endapan sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air

bersama-sama dengan koloidal. Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan

menghalang masuknya cahaya matahari ke dalam lapisan air. Padahal sinar matahari

(12)

tidak ada sinar matahari maka proses fotosintesis tidak dapat berlangsung. Akibatnya,

kehidupan mikroorganisme menjadi terganggu.

Apabila endapan dan koloidal yang terjadi berasal dari bahan buangan organik,

maka mikroorganisme, dengan bantuan oksigen yang terlarut di dalam air, akan

melakukan degradasi bahan organik tersebut sehingga menjadi bahan yang lebih

sederhana. Dalam hal ini kandungan oksigen yang terlarut dalam air akan berkurang

sehingga organisme lain yang memerlukan oksigen akan terganggu pula. Banyaknya

oksigen yang diperlukan untuk proses degradasi biokimia disebut dengan Biological

Oxygen Demand atau disingkat BOD.

Kalau bahan buangan industri berupa bahan anoganik yang dapat larut maka air

akan mendapat tambahan ion-ion logam yang berasal dari bahan anorganik tesebut.

Banyak bahan anorganik yang memberikan ion-ion logam berat yang pada umumnya

bersifat racun seperti Cd, Cr, Pb.

5. Adanya mikroorganisme

Mikoorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan dari kegiatan

industri yang di buang ke air lingkungan, baik sungai, danau, maupun laut. Kalau bahan

buangan yang harus didegradasi cukup banyak, berarti mikroorganisme akan ikut

berkembangbiak. Pada perkembangbiakan mikroorganisme ini tidak tertutup

kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembang pula. Mikroba patogen adalah

penyebab timbulnya berbaga penyakit. Pada umumnya industri pengolahan bahan

makanan berpotensi untuk menyebabkan berkembang biaknya mikroorganisme, termasuk

mikroba patogen.

(13)

Zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila tidak

ditangani dengan benar, baik melaui efek langsung maupun efek tertunda, maka tidak

dibenarkan dan sangat tidak etis bila ada yang membuang bahan sisa radioaktif ke

lingkungan. Walaupun secara radioaktivitas lingkungan sudah ada sejak terbentuknya

bumi ini, namun kita tidak boleh menambah radioaktivitas lingkungan dengan membuang

secara sembarangan sisa radioaktif kelingkungan. Pembakaran batubara adalah salah satu

sumber yang dapat menaikkan radioaktivitas lingkungan.

Adanya tanda atau perubahan tersebut diatas menunjukkan bahwa air telah

tercemar.(Wardhana, 2004).

Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari

kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan makhluk hidup

lainnya yang di darat, yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan. Air

yang tidak mengandung oksigen tidak akan memberikan kehidupan bagi mikroorganisme, ikan

dan hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi kehidupan.

Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari, melakukan fotosintesis

yang menghasilkan oksigen. Oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis ini larut di dalam

air. Selain dari itu, oksigen yang ada di udara dapat juga masuk melalui proses difusi yang secara

lambat menembus permukaan. Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air tergantung pada

tingkat kejenuhan air itu sendiri. Kejenuhan air disebabkan koloidal yang melayang di dalam air

maupun oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air. Selain dari itu, suhu air juga

mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Tekanan udara pula dapat

mempengaruhi kelarutan oksigen dalam air karena tekanan udara mempengaruhi kecepatan

(14)

Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula terhadap keadaan

lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau, maupun air tanah. Pada umumnya air lingkungan

telah tercemar kandungan oksigennya rendah. Hal itu karena oksigen terlarut dalam air diserap

oleh mikroorganisme untuk memecah atau mendegradasi bahan buangan organik sehingga

menjadi bahan buangan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari itu,

bahan buangan organik juga bisa bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air mengikuti

reaksi oksidasi biasa. Makin banyak bahan buangan organik yang terlarut di dalam air, makin

sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Bahan bangan organik biasanya

berasal dari industri kertas, industri penyamakan kulit, industri pengolahan bahan makanan,

bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan, dan

kotoran manusia dan lain sebagainya.

Disamping itu Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen

Demand (COD) merupakan salah satu indicator pencemaran air.

2.3.1. Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis (KOB) adalah suatu

analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang

benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri

untuk menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang

tersuspensi dalam air.

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan bahan pencemaran akibat pembuangan

industri atau penduduk, dan untuk mendesain sistem-sistem pengolahan bagi air yang telah

tercemar tersebut. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, kalau sesuatu badan air

(15)

biologis tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi

anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air.

Bakteri yang mampu mengoksidasi zat organik “biasa” yang berasal dari sisa-sisa

tanaman dan air buangan penduduk, berada pada umumnya disetiap air alam. Jumlah bakteri ini

tidak banyak di air jernih dan air buangan industri yang mengandung zat organik. Pada kasus ini

perlu ditambahkan benih bakteri. Untuk mengoksidasi/penguraian zat organik yang khas,

terutama di beberapa jenis air buangan industri yang mengandung misalnya fenol, detergen,

minyak, dan sebagainya bakteri harus diberikan “waktu penyesuaian” (adaptasi) beberapa hari

melalui kontak dengan air buangan tersebut, sebelum dapat digunakan sebagai benih dalam

analisa BOD.

Sebaliknya beberapa zat organik maupun anorganik dapat bersifat racun terhadap bakteri

(misalnya sianida, tembaga, dan sebagainya) dan harus dikurangi sampai batas yang diinginkan.

Derajat keracunan ini juga dapat diperkirakan melalui analisa BOD.

Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dan inorganik dengan

oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebagai

hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak. Reaksi oksidasi ini dapat

dituliskan sebagai berikut:

Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari dimana 50% reaksi telah

tercapai, 5 hari supaya 75% dan 20 hari supaya 100% tercapai. Maka pemeriksaan BOD dapat

dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organik. Tentu saja, reaksi (1) juga

(16)

menerima air buangan yang mengandung zat organik tersebut. Dengan kata lain, tes BOD

berlaku simulasi (berbuat seolah-olah terjadi) sesuatu proses biologis yang alamiah. (Wardhana.

2004)

2.3.2. Chemical Oxygen Demand

Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumah

oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 L

sampel air, dimana pengoksidasi adalah K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing

agent).

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara

alamiah dapat mengoksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya

oksigen yang terlarut di dalam air.

Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara angka COD dan

BOD dapat ditetapkan. (Alaert, G. 1984)

Senyawa klor, selain dapat mengganggu uji BOD, juga mengganggu uji COD, karena

klor dapat bereaksi dengan kalium dikromat. Cara pencegahannyaadalah menambahkan merkuri

sulfat yang akan bereaksi dengan klor membentuk senyawa kompleks. (Kristanto. 2002)

2.4. Spektrofotoetri Visible

2.4.1. prinsip dan dasar teori

Spektrofotometri visible didasarkan pada cahaya monokromatik atau campuran jatuh

pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian lagi diserap

dalam medium itu, dan sisanya akan diteruskan.

Lambert seringkali dianggap berjasa dalam menyelidiki serapan cahaya sebagai fungsi

ketebalan medium, meskipun sebenarnya ia hanya memperluas konsep yang pada mulanya

(17)

konsentrasi yang berlainan dan menerbitkan hasilnya tepat sebelum Bernard. Kedua hukum yang

terpisah yang mengatur absorpsi itu biasanya dikenal sebagai hukum Lambert dan hukum Beer.

Dalam bentuk gabungan hukum ini dikenal sebagai hukum Beer-Lambert.

Hukum Lambert menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium

tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan berbanding lurus

dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang

dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium yang

menyerap.

Hukum Beer sejauh ini telah dibahas absorpsi cahaya dan transmisi cahaya untuk

cahaya monokromatik sebagai fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Beer mengkaji efek

konsentrasi penyusun yang berwarna dalam larutan, terhadap transmisi dan ketebalan, yakni

intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya

konsentrasi zat penyerap secara linear. (Vogel. 1994)

2.4.2. Peralatan Spektrofotometri Visible

Suatu spektrofotometri visible tersusun dari:

a. Sumber spektrum tampak

Sumber spektrum yang bisa digunakan adalah lampu wolfram.Lampu Hidrogen atau

lampu Deutrium digunakan untuk sumber pada daerah UV.Kebaikan lampu wolfram

adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.

b. Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.Alatnya dapat berupa

prisma ataupun grating.Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari

(18)

c. Sel absorpsi

Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kaca corex dapat digunakan tetapi

untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak

tembus cahaya pada daerah ini.Umumnya tebal kuvet ini adalah 10 mm, tetapi lebih kecil

ataupun lebih besar dapat digunakan.Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi

berbentuk silinder dapat juga digunakan.

d. Detektor

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai

panjang gelombang. (Khopkar, 2003).

2.5. Titrasi

Titrimetri yaitu analat direaksikan dengan suatu pereaksi sedemikian rupa, sehingga

jumlah zat-zat yang bereaksi itu satu sama lain ekivalen. Ekivalen berarti zat-zat yang

direaksikan itu saling menghabiskan, sehingga tidak ada yang sisa. Reaksi dijalankan dengan

titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat-zat

yang direaksikan tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Pada saat titrant yang ditambahkan

tampak telah ekivalen, maka penambahan titrant harus dihentikan, saat ini disebut dengan titik

akhir titrasi. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titrant, sedangkan larutan yang

ditambah titrant disebut titrat. (Harjadi, 1990).

2.5.1. Jenis-jenis Titrasi

Macam-macam titrasi ini dibedakan oleh:

a. Titrasi asidimetri-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut asam dan atau basa.

Dalam titrasi ini perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik akhir dan cara

(19)

b. Titrasi presipitimetri, yaitu titrasi dimana terbentuk endapan. Semakin kecil kelarutan

endapan, semakin sempurna reaksinya. Titrasi presipitimetri yang menyangkut

larutan perak biasa disebut argentometri.

c. Titrasi kompleksiometri, yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan

kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).

d. Titrasi berdasarkan reaksi redoks, yaitu perpindahan elektron. Disini terdapat

unsur-unsur yang mengalami perubahan tingkat oksidasi. Titrasi berdasarkan reaksi redoks

sering dibedakan menjadi: titrasi berdasarkan penggunaan oksidator kuat seperti

KMnO4, k2Cr2O7, Ce(SO4) atau reduktor kuat. Dan titrasi iodometri juga termasuk

didalamnya. Titrasi iodometri merupakan jenis titrasi yang digunakan pada

penentuan kadar BOD. (Harjadi. 1990).

2.5.1.1. Titrasi Iodometri

Titrasi iodometri adalah salah satu ttrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi

iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menentukan

senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem

iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Berbeda dengan

titrasi iodometri yang mereaksikan sample dengan iodium (I2) yang selanjutnya dititrasi dengan

larutan baku natrium thiosulfate (Na2S2O3). Banyaknya volume Natrium Thiosulfat yang

digunakan sebagai titrant setara dengan banyak sampel. Pada titrasi iodometri perlu diawasi

pHnya. Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang

alkalis iodium bereaksi dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoiodit dan selanjutnya

terurai menjadi sulfat, sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang

(20)

sehingga direduksi sempurna oleh iodide. Dengan pengaturan pH yang tepat dari larutan maka

dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau reduksi dari senyawa.

Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amilum. Amilum tidak mudah larut

dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk kompleks yang sukar larut

dalam air bereaksi dengan iodium, sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal titrasi.

Penambahan amilum ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat dan menimbulkan

titik akhir titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya hilangnya warna

biru hilang dari larutan bening.

Prinsip analisa BOD dengan metode iodometri adalah berdasarkan banyaknya jumlah

oksigen terlarut bereaksi dengan ion mangan (II) dalam suasana basa menjadi hidroksida mangan

dengan valensi yang lebih tinggi (Mn IV). Dengan adanya ion iodida (I-) dalam suasana asam,

ion mangan (IV) akan kembali menjadi ion mangan (II) dengan membebaskan iodine (I2) yang

setara dengan kandungan oksigen terlarut. Iodine yang terbentuk kemudian di titrasi dengan

sodium thiosulfat dengan indikator amilum. Perbedaan antara oksigen terlarut sebelum dan

sesudah pengeraman selama 5 x 24 jam merupakan kandungan kebutuhan oksigen biokimia.

Referensi

Dokumen terkait

Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang

Bau yang terdapat pada air dapat berasal dari bahan buangan industri oleh kehadiran senyawa kimia tertentu penghasil bau misalnya limbah buangan yang mengandung senyawa

Minyak atau lemak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air, yang berasal dari. tumbuh-tumbuhan

Apabila endapan dan koloidal yang terjadi berasal dari bahan buangan organik, maka mikroorganisme dengan bantuan oksigen yang terlarut di dalam air, akan melakukan

Apabila endapan dan koloidal yang terjadi berasal dari bahan buangan organik, maka mikroorganisme, dengan bantuan oksigen yang terlarut di dalam air, akan

Nilai BOD merupakan jumlah oksigen yang digunakan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat organik yang tersuspensi dalam

tanaman, dekomposisi bahan organik terlarut dan mengendapnya hasil dekomposisi bahan organik. Penurunan nilai TSS juga disebabkan karena tanaman Pistia stratiotes

Kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan organisme hidup di dalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi atau mengoksidasi) bahan-bahan buangan