• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Waktu Pengambilan Sampel Terhadap Kadar Bod, Cod Dan Minyak Lemak Dari Air Sungai Silau Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Waktu Pengambilan Sampel Terhadap Kadar Bod, Cod Dan Minyak Lemak Dari Air Sungai Silau Kabupaten Asahan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Pada dasarnya air dapat dibedakan menjadi dua yaitu air laut yang asin dan air tawar

yang terdapat di darat. Keduanyapun merupakan sumber kehidupan bagi makhluk

hidup yang ada di bumi, karena makhluk hidup membutuhkan air. Air laut merupakan

sumber kehidupan bagi berbagai jenis ikan, berbagai jenis tanaman/rumput laut, dan

berbagai organisme yang hidup di air asin. Sedangkan air tawar merupakan sumber

kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di darat seperti manusia, hewan, burung, dan

tanaman.

Air yang tidak tercemar, merupakan air yang tidak mengandung bahan-bahan

asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut

dapat digunakan secara normal untuk berbagai keperluan. Adanya benda-benda asing

yang mengakibatkan air tidak dapat dipergunakan secara normal disebut dengan

polusi/pencemaran. (Sunu, 2001)

2.1.1 Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air

Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut;

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut;

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air

tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat dipergunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

(2)

Tabel 1. Kriteria BOD, COD, Minyak atau Lemak Bedasarkan Kelas Air

Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak

disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan

terjadinya pencemaran air, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Bahan

buangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan industri adalah penyebab utama

terjadi pencemaran air.

Komponen pencemar air tersebut dikelompokkan sebagai berikut:

- Bahan Buangan Padat

Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar

(butiran besar) maupun yang halus (butiran kecil).

- Bahan Buangan Organik

Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau

terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat

membusuk atau terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila bahan bungan yang

termasuk kelompok ini tidak dibuang ke air lingkungan karena akan dapat menaikkan

populasi mikroorganisme di dalam air. Dengan bertambahnya populasi

mikroorganisme di dalam air maka tidak tertutup pula kemungkinannya untuk ikut

(3)

- Bahan Buangan Anorganik

Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk

dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini

masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam

air. Bahan buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan

penggunaan unsur-unsur logam.

- Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan

Bahan buangan olahan bahan makanan dapat juga dimasukkan ke dalam kelompok

bahan buangan organik. Apabila bahan buangan olahan bahan makanan mengandung

protein dan gugus amin, maka pada saat didegradasi oleh mikroorganisme akan terurai

menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk. Air lingkungan yang

mengandung bahan buangan olahan bahan makanan akan mengandung banyak

mikroorganisme, termasuk pula di dalamnya bakteri patogen. Mengingat akan hal ini

maka pembungan limbah yang berasal dari industri pengolahan bahan makanan perlu

mendapat pengawasan yang seksama agar bakteri patogen yang berbahaya bagi

manusia tidak berkembang biak di dalam air lingkungan.

- Bahan Buangan Cairan Berminyak

Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan

air. Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan

mengapung menutupi permukaan air. Kalau bahan buangan cairan berminyak

mengandung senyawa yang volatil maka akan terjadi penguapan dan luasan

permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Lapisan minyak

yang menutupi permukaan air dapat juga terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu,

namun memerlukan waktu yang cukup lama.

- Bahan Buangan Zat Kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksud dalam kelompok

ini adalah bahan pencemar air yang berupa: sabun, bahan pemberantas hama

(insektisida), zat warna kimia, larutan penyamak kulit dan zat radioaktif. (Wardhana,

(4)

2.2 Biological atau Biochemical Oxygen Demand (BOD) 2.2.1 Pengertian dan Prinsip Penentuan BOD

Biological atau Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah kebutuhan oksigen

biologis didefinisikan sebagai pengukuran pengurangan kadar organik di dalam air

yang dikonsumsi oleh makhluk hidup (organisme) di dalam air selama periode 5 hari

pada keadaan gelap (tidak terjadi proses fotosintesa).

Prinsip Penentuan BOD yaitu: “Penentuan BOD berdasarkan pada penentuan

oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi pada temperature 20o C selama 5 hari. Nilai BOD adalah selisih oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi dinyatakan

dalam mg/L”.

Pengurangan kadar oksigen adalah disebabkan oleh kegiatan organisme

(bakteri) mengkonsumsi atau mendegradasi senyawa organik dan nutrien lain yang

terdapat di dalam air. Air yang relatif bersih akan mengandung mikroorganisme relatif

sedikit, sehingga pengurangan oksigen di dalam air selama periode 5 hari akan sedikit,

sedangkan untuk air yang terpolusi dan mengandung banyak mikroorganisme bakteri

akan mengkonsumsi banyak oksigen dalam proses degradasi senyawa organik dan

nutrien selama 5 hari, sehingga pengurangan kadar oksigen menjadi sangat besar.

(Situmorang M, 2007)

2.2.2 Dampak Terhadap Manusia dan Lingkungan

BOD menunjukkan jumlah bahan organik yang ada didalam air yang dapat

didegradasi secara biologis. Air dengan nilai BOD yang tinggi menunjukkan jumlah

pencemar yang tinggi, terutama pencemar yang disebabkan oleh bahan organik. Nilai

BOD berbanding lurus dengan jumlah bahan organik diperairan. Semakin tinggi

jumlah bahan organik di perairan semakin besar pula nilai BOD, sebab kebutuhan

oksigen untuk menguraikan bahan organik tersebut semakin tinggi.

Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi dari lingkungan maka kadar

oksigen dilingkungan sekitarnya semakin berkurang akibatnya oksigen sebagai

sumber kehidupan bagi makhluk air (hewan dan tumbuhan) tidak dapat terpenuhi

sehingga makhluk air tersebut menjadi mati. Dampak lebih lanjut dari kekurangan

oksigen di lingkungan perairan adalah dapat mengganggu kehidupan berbagai

organisme di perairan tersebut. Akibat yang lebih fatal adalah kematian masal bagi

(5)

BOD merupakan salah satu parameter indikator pencemar di dalam air yang

disebabkan oleh limbah organik. Keberadaannya di dalam lingkungan sangat

ditentukan oleh limbah organik, baik yang berasal dari limbah rumah tangga maupun

yang berasal dari limbah industri.

Uji BOD mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya adalah:

1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan

anorganik atau bahan-bahan tereduksi lainnya yang disebut juga “intermediate

oxygen demand”

2. Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal 5 hari

3. Uji BOD dilakukan selama 5 hari masih belum dapat menunjukkan nilai total

BOD melainkan hanya kira-kira 68% dari total BOD

4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat dalam air tersebut,

misalnya adanya germisida seperti khlorin dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik sehingga hasil

uji BOD menjadi kurang teliti.

Jika konsentrasi oksigen terlarut sudah terlalu rendah, maka mikroorganisme

aerobik tidak dapat hidup dan berkembang biak, tetapi sebaliknya mikroorganisme

yang bersifat aerobik akan aktif memecah bahan-bahan tersebut secara anaerobik

karena tidak adanya oksigen. Pemecahan komponen-komponen secara anaerobik akan

menghasilkan produk-produk yang berbeda seperti terlihat di bawah ini:

Kondisi aerobik

C + O2 CO2 C + H2 CH4 Kondisi Anaerobik

N + H2O NH3 + HNO3 N + H2 NH3 + amin S + H2O H2SO4 S + H2 H2S

P + H2O H3PO4 P + H2 PH3 + Komponen fosfor Gambar 1. Pemecahan komponen-komponen pada kondisi aerobik dan anaerobik

Senyawa-senyawa hasil pemecahan secara anaerobik seperti amin, H2S dan komponen fosfor mempunyai bau yang menyengat, misalnya amin berbau anyir dan

H2S berbau busuk. Oleh karena itu perubahan badan air dari kondisi aerobik menjadi anaerobik tidak dikehendaki. (Agusnar H, 2008)

Kadar oksigen terlarut pada badan air yang tergenang dan mengandung banyak

(6)

oksigen terlarut sore hari adalah karena banyaknya oksigen dari hasil fotosintesis pada

siang hari, sedangkan rendahnya oksigen pada malam hari karena tidak terjadinya

fotosintesis dan oksigen yang ada dalam air digunakan oleh tumbuhan dan hewan

untuk bernapas.

Naik turunnya kadar oksigen terlarut dalam air itu disebut fluktuasi oksigen

(Oxyge pulse). Besarnya fluktuasi oksigen dalam suatu badan air sangat menentukan

kehidupan hewan air. Hewan air yang kurang tahan pada air yang kadar oksigennya

rendah, titik kritis baginya adalah pada saat kadar oksigen di malam hari. Biasanya

hewan yang kurang tahan pada keadaan air yang rendah tidak cocok baginya.

Pengukuran oksigen terlarut dalam badan air sering dilakukan dengan metode

winkler. Prinsip pengukuran dengan metode winkler adalah bahwa Natrium

hidroksida bereaksi dengan mangan sulfat membentuk endapan putih mangan

hidroksida.

2MnSO4 + 2NaOH Mn(OH)2 + Na2SO4

dengan adanya oksigen pada air yang tinggi kadar alkalinya, endapan mangan

hidroksida dioksidasi menjadi mangan-oksihidroksida (MnO(OH)2) yang berwarna coklat, dan kadar oksigen dalam larutan itu sebanding dengan intensitas warna coklat

yang terbentuk. Pada air yang bersifat sangat asam, ion mangan dibebaskan dan

bereaksi dengan ion iodine yang bebas ekuivalen dengan banyaknya oksigen dalam air

yang diukur.

MnO(OH)2 + 4NaHSO4 + 2KI I2 + MnSO4 + K2 SO4 + 2 Na2 SO4 + 3 H2 O Banyaknya kadar iodine dapat diukur secara titrimetri dengan natrium tiosulfat.

(Suin, 2002).

2.3 Chemical Oxygen Demand (COD)

2.3.1 Pengertian dan Prinsip Penentuan COD

Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah

jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 L sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).

Prinsip penentuan COD yaitu: “Bahan organik dioksidasi oleh kromat dalam

suasana asam dan mendidih dengan adanya kalium dikromat berlebih. Ketika sampel

(7)

daerah spektrum 400 nm, dimana serapan ion kromat (Cr3+) mempunyai serapan yang kuat pada daerah spectrum 600 nm, dimana ion dikromat (Cr2O72-) hampir tidak mempunyai serapan. Untuk nilai COD antara 100-900 mg/L, ditentukan dengan

bertambahnya ion Cr3+ dalam daerah 600nm. Nilai COD dibawah 90 mg/L ditentukan dengan melihat berkurangnya ion Cr2O72- pada daerah 420 nm”.

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang

secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan

berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.

Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan

K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih. ∆E

Ca Hb Oc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+ Ag2SO4

(warna kuning) (warna hijau)

Perak sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi. Sedang mercuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida

yang pada umumnya ada di dalam air buangan.

2.3.2 Gangguan tes COD

Kadar klorida (Cl- ) sampai 2000 mg/L di dalam sampel dapat mengganggu bekerjanya katalisator Ag2SO4, dan pada keadaan tertentu turut teroksidasi oleh dikromat, sesuai reaksi dibawah:

6Cl -+ Cr2O72- + 14 H+ 3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7 H2O

Gangguan ini dihilangkan dengan penambahan merkuri sulfat (HgSO4) pada sampel, sebelum penambahan reagen lainnya. Ion mekuri bergabung dengan ion klorida

membentuk merkuri klorida, sesuai reaksi dibawah ini :

Hg2+ + 2 Cl- HgCl2

Dengan adanya ion Hg2+ ini, konsentrasi ion Cl- menjadi sangat kecil dan tidak mengganggu oksidasi zat organis dalam tes COD.

2.3.3 Keuntungan Tes COD dibandingkan dengan tes BOD

(8)

dibutuhkan pengenceran sampel sedang pada umumnya analisa BOD selalu

membutuhkan pengenceran. Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap

mikroorganisme pada tes BOD, tidak menjadi soal pada tes COD.

2.3.4 Kekurangan Tes COD

Tes COD hanya merupakan suatu analisis yang menggunakan suatu reaksi oksidasi

kimia yang menirukan oksidasi biologis (yang sebenarnya terjadi di alam), sehingga

merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas maka tes COD tidak

dapat membedakan antara zat-zat yang sebenarnya tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat

yang teroksidasi secara biologis. (Alaerts, 1984)

2.4 Minyak atau Lemak

2.4.1 Pengertian dan Prinsip Penentuan Minyak atau Lemak

Minyak atau lemak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air, yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan dan hewan. Minyak atau lemak yang digunakan dalam makanan

sebagian besar adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan berbagai

asam lemak. Komponen-komponen lain yang mungkin terdapat meliputi : fosfolipid,

sterol, vitamin dan zat warna yang larut dalam minyak atau lemak seperti klorofil dan

kareteniod. (Ketaren, 1986)

O

H2C - OH HOOCR1 H2C - O - C – R1

O

HC - OH + HOOCR2 HC - O - C - R2 + 3H2 O O

H2C – OH HOOCR3 H2C - O - C - R3

(Gliserol) (Asam Lemak) (Trigliserida) (Air)

Gambar 2. Reaksi Pembentukan Trigliserida dari Gliserol dan Asam Lemak

Prinsip penentuan minyak atau lemak yaitu : “Pada kondisi asam dengan

pH ≤ 4, minyak dan lemak yang terdapat dalam air diekstraksi dengan hexane. Hexane

yang telah mengikat minyak dan lemak diuapkan pada suhu 80o C. Hasil ekstrak yang tertinggal (tidak teruapkan) diukur secara gravimetric dan hasil yang diperoleh

(9)

Wujud cair atau padat dari trigliserida adalah bergantung dari komposisi asam

lemak yang menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati berwujud cair karena

mengandung asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, linoleat, linolenat dengan

titik cair yang rendah. Lemak hewani pada umumnya berwujud padat karena banyak

mengandung asam lemak jenuh seperti asam palmitat dan stearat yang mempunyai

titik cair yang tinggi. (Ketaren, 1986)

Asam-asam lemak yang ditemukan di alam, biasanya merupakan asam-asam

monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom

karbon genap. Asam-asam lemak dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu: asam

lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan

rangkap yang berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya.

2.4.2 Keberadaan dan Dampak Terhadap Lingkungan

Salah satu sumber utama dari pencemaran minyak dan lemak adalah umumnya rumah

tangga dan industri. Pencemaran air oleh minyak sangat merugikan karena dapat

menimbulkan hal-hal sebagai berikut: adanya minyak menyebabkan penetrasi sinar ke

dalam air berkurang, konsentrasi oksigen terlarut menurun dengan adanya minyak

karena lapisan film minyak menghambat pengambilan oksigen oleh air, adanya

lapisan minyak pada permukaan air akan mengganggu burung air, dan penetrasi sinar

oksigen yang menurun dengan adanya minyak dapat mengganggu kehidupan

tanaman-tanaman (JICA, 2006)

2.4.3 Sifat-Sifat Minyak atau Lemak 2.4.3.1 Sifat Fisika

Sifat fisika yang paling jelas adalah tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh

adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya gugus-gugus polar.

Viskositas minyak dan lemak cair biasanya bertambah dengan naiknya suhu dan

berkurang dengan tidak jenuhnya rangkaian karbon oleh karena minyak dan lemak

adalah campuran trigliseida, titik cairnya tidak tepat. Titik cair minyak dan lemak

ditentukan oleh beberapa faktor. Makin pendek rantai asam lemak, makin rendah titik

cair trigliserida itu. Cara-cara penyebaran asam-asam lemak dalam suatu lemak juga

(10)

Titik cair kristal-kristal suatu lemak dapat berbeda-beda berdasakan dua

mekanisme utama. Pertama karena heterogenitas kristal-kristal. Karena lemak dan

minyak merupakan campuran trigliserida, maka komposisi trigliserida kristal lemak

juga dapat berbeda-beda. Pada umumnya, pendinginan lemak cair secara cepat akan

menghasilkan kristal yang terdiri dari campuran trigliserida. Kristal semacam itu

mencair pada suhu lebih rendah dari pada kristal lemak yang lebih homogen. Kedua,

oleh karena bentuk polimorfik yang berbeda-beda. Trigliserida murni dapat

mempunyai beberapa bentuk kristal, yaitu menunjukkan polimorfisme.

Masing-masing bentuk ditandai titik cair, berat jenis dan stabilitas Masing-masing-Masing-masing dan juga

bentuk-bentuk lain. Bentuk yang paling stabil mempunyai titik cair dan berat jenis

yang tertinggi. (Buckle, 1987)

2.4.3.2 Proses Kimia a. Hidrolisis

Merupakan reaksi antara minyak/lemak dan air yang dapat menyebabkan pemecahan

minyak/lemak menghasilkan asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi ini terjadi

dengan adanya temperatur tinggi atau adanya katalis dan sejumlah air. Minyak/ lemak

akan mengalami hidrolisis bila dipanaskan dengan larutan asam atau basa serta dengan

adanya enzim lipase. (Lowson, 1985)

b. Oksidasi

Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan

minyak dan lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik

pada lemak dan minyak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida

dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai

dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak

bebas.

c. Hidrogenasi

Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan

(11)

ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel

sebagai katalisator.

Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang

mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas hidrogen. Hidrogen

akan diikat oleh asam lemak yang tidak jenuh, yaitu ikatan rangkap, membentuk

radikal kompleks antara hidrogen, nikel dan asam lemak tak jenuh. Hidrogenasi dapat

dilakukan secara parsial ataupun total, akan tetapi pada umumnya hidrogenasi

dilakukan secara parsial. Selama hidrogenasi parsial, sebagian ikatan rangkap dari

asam lemak akan menjadi jenuh tetapi ikatan rangkap yang secara alami berbentuk cis

Gambar

Tabel 1. Kriteria BOD, COD, Minyak atau Lemak Bedasarkan Kelas Air
Gambar 2.  Reaksi Pembentukan Trigliserida dari Gliserol dan Asam Lemak

Referensi

Dokumen terkait

o Mahasiswa mampu mengerjakan soal MEDIAN untuk data berkelompok o Mahasiswa mampu mengerjakan soal MODUS untuk data tersebar o Mahasiswa mampu mengerjakan soal MEDIAN untuk

penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi tenaga kerja sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, perlu mengubah Peraturan

Persaingan merek pasta gigi tersebut terlihat jelas dari hasil polling pasta gigi terbaik pilihan konsumen yang memilih Pepsodent 12 jam pada polling PintuNet.com.. mengatakan

Luaran yang dihasilkan penelitian ini adalah: (a) dikembangkannya model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan belajar (burnout) mahasiswa sebagai

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan video digital adalah camcorder, yang digunakan untuk merekam gambar-gambar video dan audio, sehingga sebuah

[r]

Dukungan suami adalah besarnya skor yang diperoleh dari 34 ibu hamil trimester III dalam menjawab kuesioner tentang segala sesuatu yang dilakukan oleh suami baik

Secara garis besar berpendapat bahwa tingkah laku tnanitsia dikeridalikan oleli gan-jaran (re~r~urd) atau penguatan (reinfhrceme~ii) dari lingkungan. Dengan kata lain