52 Elli Yane B.,Gabriella L.,& Syavira Andina A., Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan ... ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT UNDATA PALU TAHUN 2014
Elly Yane Bangkele*, Gabriella Lintin**, Syavira Andina Anjar***
* Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Tadulako
** Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
*** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
ABSTRAK
Latar Belakang: Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan, sampai saat ini masih tinggi di Indonesia dan jauh berada di atas negara ASEAN lainnya. Preeklamsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di dunia khususnya negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% sampai 0,7 %, sedangkan di negara-negara maju angka preeklamsia lebih kecil, yaitu 0,05% sampai 0,1%. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor resiko terjadinya preeklamsia di RSUD Undata Palu tahun 2014. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain potong
lintang (cross-sectional). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu
hamil yang tercatat di bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Undata Palu sejak 1 Januari 2014-31 Desember 2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Hasil: Uji statistik dengan chi-square menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara faktor umur ibu (p = 0,040), faktor graviditas (p = 0,0421) dengan kejadian preeklamsia. Sedangkan untuk faktor paritas (p = 0,500), abortus (p =0,345), dan berat bayi lahir (p =0,212) tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik pada faktor umur dan graviditas dengan kejadian preeklamsia di RSUD Undata Palu tahun 2014 sedangkan tidak terdapat hubungan antara faktor paritas, abortus, dan berat bayi lahir dengan terjadinya preeklamsia di RSUD Undata Palu tahun 2014.
53 Elli Yane B.,Gabriella L.,& Syavira Andina A., Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan ... PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI)
merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan,
sampai saat ini masih tinggi di Indonesia
dan jauh berada di atas negara
ASEAN lainnya. Angka kematian
ibu berguna untuk menggambarkan
status gizi dan kesehatan ibu, kondisi
kesehatan lingkungan serta tingkat
pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil pada saat melahirkan dan masa
nifas [1].
Sepuluh juta wanita mengalami
preeklamsia setiap tahun di seluruh
dunia. Di seluruh dunia terdapat 76.000
wanita hamil meninggal setiap tahun
akibat preeklamsia dan gangguan
hipertensi [2] .
Preeklamsia merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas ibu dan
bayi di dunia khususnya negara-negara
sedang berkembang frekuensi dilaporkan
berkisar antara 0,3% sampai 0,7 %,
sedangkan di negara-negara maju angka
preeklamsia lebih kecil, yaitu 0,05%
sampai 0,1%[3].
Kematian ibu adalah kematian
seorang wanita yang terjadi selama
kehamilan sampai dengan 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan tanpa
memperhatikan lama dan tempat
terjadinya kehamilan, yang disebabkan
oleh kehamilannya atau penanganan
kehamilannya, tetapi bukan karena
kecelakaan. Angka kematian ibu (AKI)
adalah jumlah kematian ibu bersalin dan
ditambah jumlah kematian ibu nifas per
100.000 kelahiran hidup (KH). Angka
kematian ibu berguna untuk
menggambarkan tingkat kesadaran
perilaku hidup sehat, status gizi dan
kesehatan ibu, kondisi kesehatan
lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan
masa nifas [4].
Posisi AKI Kota Palu lima tahun
terakhir dari Tahun 2010 sebanyak
173/100.000 kelahiran hidup, tahun 2011
sebanyak 172/100.000 kelahiran hidup,
tahun 2012 sebanyak 102/100.000
kelahiran hidup, tahun 2013 sebanyak
165/100.000 kelahiran hidup, dengan
melihat data ini, maka nampak kematian
ibu di Kota Palu berfluktuasi sedangkan
tahun 2014 AKI sebesar 111/100.000
54 Elli Yane B.,Gabriella L.,& Syavira Andina A., Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan ... dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kota Palu, kasus maternal (kematian ibu)
di Kota Palu tahun 2013, 41,66% akibat
perdarahan, 33,33% akibat eklamsia dan
25,01% akibat faktor lain. Sedangkan
pada tahun 2014, kasus maternal 25%
akibat eklamsia, 25% akibat ketuban
pecah & ginjal, 13% akibat & jantung,
12% akibat preeklamsia berat, dan 12%
akibat ketuban pecah [5]
.
METODE
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
dengan menganalisis data sekunder berupa
rekam medis dengan memperhatikan etika
dalam melakukan penelitian .
pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik purposive sampling, besarnya
sampel yang telah memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi sebanyak 100 orang
yakni 79 orang mengalami preeklamsia
dan 21 orang non preeklamsia. Terdapat 2
variabel penelitian yaitu umur ibu,
graviditas, paritas, abortus, berat bayi lahir
sebagai variabel bebas dan preeklamsia
sebagai variabel terikat.
Pengolahan data penelitian ini
dilakukan dengan cara editing, coding,
dan tabulating, menggunakan software
SPSS. Uji hipotesis dan analisis bivariat
menggunakan uji chi-square. Tempat
penelitian ini dilaksanakan adalah di
RSUD Undata Palu selama 6 hari
terhitung mulai tanggal 10 desember-16
desember 2016.
HASIL
1. Analisis Univariat dan Analisis
Bivariat
Tabel 4.1. Faktor umur dengan
preeklamsia
Dari hasil analisis data program
komputer SPSS menggunakan uji statistik
chi-square diperoleh bahwa ada hubungan
antara usia dengan kejadian preeklamsia
pada ibu hamil. Berdasarkan data pada
tabel 4.1 , terlihat bahwa pasien dengan
preeklamsia umur <20 tahun dan >35
tahun sebesar 10,1% sedangkan pasien
yang tidak mengalami preeklamsia dengan
umur <20 tahun dan >35 tahun sebesar
9,5%. Pasien dengan preeklamsia umur 20
55 Elli Yane B.,Gabriella L.,& Syavira Andina A., Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan ... pasien yang tidak mengalami preeklamsia
umur 20 sampai 35 tahun sebesar 90%.
Menurut hasil uji chi square yang telah
dilaksanakan, nilai P pada variabel umur
adalah 0,040 hal ini berarti terdapat
hubungan antara faktor umur ibu dengan
kejadian preeklamsia.
Tabel 4.2. Faktor graviditas dengan preeklamsia
Dari hasil analisis data program
komputer SPSS menggunakan uji statistik
chi-square diperoleh bahwa ada hubungan
antara graviditas dengan kejadian
preeklamsia pada ibu hamil. Berdasarkan
data pada tabel 4.9 , terlihat bahwa pasien
dengan preeklamsia dengan multigravida
sebesar 34,2% sedangkan pasien yang
tidak mengalami preeklamsia dengan
multigravida sebesar 23,8%. Pasien
dengan preeklamsia dengan primigravida
sebesar 65,8% sedangkan pasien yang
tidak mengalami preeklamsia dengan
primigravida sebesar 76,2%. Menurut
hasil uji chi square yang telah
dilaksanakan, nilai P pada variabel umur
adalah 0,0421 hal ini berarti terdapat
hubungan antara faktor graviditas dengan
kejadian preeklamsia.
Tabel 4.3 Faktor paritas dengan
preeklamsia
Dari hasil analisis data program
komputer SPSS menggunakan uji statistik
chi-square diperoleh bahwa tidak ada
hubungan antara paritas dengan kejadian
preeklamsia pada ibu hamil dengan nilai p
= 0,500. Berdasarkan data pada tabel 4.10
,terlihat bahwa pasien dengan preeklamsia
dengan nulipara sebesar 38,0%, primipara
sebesar 30,4%, multipara sebesar 29,1%,
grandemultipara sebesar 2,5 %, sedangkan
pasien yang tidak mengalami preeklamsia
dengan nulipara sebesar 23,8%, primipara
sebesar 42,9%, multipara sebesar 30%,
56 Elli Yane B.,Gabriella L.,& Syavira Andina A., Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan ... Tabel 4.4. Faktor riwayat abortus dengan
preeklamsia
Dari hasil analisis data program
komputer SPSS menggunakan uji statistik
chi-square diperoleh bahwa tidak ada
hubungan antara abortus dengan kejadian
preeklamsia pada ibu hamil. Hal ini didasarkan pada nilai p > nilai α yaitu p =0,345. Berdasarkan data pada tabel 4.11 ,
terlihat bahwa pasien dengan preeklamsia
yang belum pernah abortus sebesar 83,5%
sedangkan pasien preeklamsia yang
pernah abortus sebesar 16,5%, sedangkan
pasien yang tidak mengalami preeklamsia
belum pernah abortus sebesar 71,4% dan
pasien yang tidak mengalami preeklamsia
yang pernah abortus sebesar 28,6%.
Tabel 4.5. Faktor berat bayi lahir dengan preeklamsia
Dari hasil analisis data program komputer
SPSS menggunakan uji statistik
chi-square diperoleh bahwa tidak ada
hubungan antara berat badan lahir dengan
kejadian preeklamsia pada ibu hamil.
Hal ini didasarkan pada nilai p > nilai α
yaitu p =0,212. Berdasarkan data pada
tabel 4.12 , terlihat bahwa pasien yang
melahirkan bayi dengan preeklamsia
dengan berat badan lahir <2500 gram
sebesar 21,5%, untuk berat badan lahir
2500-4000 gram sebesar 68,4%, dan
untuk berat badan lahir >4000 gram
sebesar 10,1%, sedangkan pasien yang
tidak mengalami preeklamsia melahirkan
bayi dengan berat badan lahir <2500 gram
sebesar 33,3%, untuk 2500-4000 gram
sebesar 66,7%, dan berat badan lahir
>4000 gram sebesar 0%.
1. Analisis Multivariat
Dari hasil analisis multivariat
dengan regresi logistic ganda dengan
metode backward wald diperoleh nilai
57 Elli Yane B.,Gabriella L.,& Syavira Andina A., Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan ...
dan status gravidarum memiliki hubungan
yang signifikan dengan kejadian
preeklamsia atau dengan kata lain
hipotesis alternative dapat diterima.
Variabel yang berpengaruh terhadap
preeklamsia adalah umur ibu dan status
gravidarum. Kekuatan hubungan dari
yang terbesar ke yang terkecil adalah
riwayat hipertensi (3,285) dan status
gravidarum (3,035).
Selanjutnya nilai wald merupakan
nilai penting dalam uji regresi logistic
dimana nilai ini digunakan untuk menguji
tingkat signifikansi secara statistik dari
tiap-tiap parameter. Berdasarkan table
diatas , diperoleh nilai wald dari
masing-masing variabel yakni umur (wald =
6.114) dan status gravidarum (wald =
5.019). Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa secara parsial faktor
umur memiliki pengaruh paling besar
terhadap kejadian preeklamsia di RSUD
Undata Palu dimana memiliki nilai wald
yang paling besar yaitu 6.114.
PEMBAHASAN
1. Umur ibu
Hasil analisa univariat menunjukkan
kelompok umur terbanyak pada umur
20-35 tahun proporsinya adalah 90 % dengan
jumlah sampel 90 orang. Uji korelasi
diperoleh bahwa nilai p < 0,05 yaitu 0.04
yang artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara umur ibu dengan
kejadian preeklamsia di RSUD Undata
Palu tahun 2014. Hasil analisis multivariat
menunjukkan adanya hubungan yang
sangat signifikan antara kejadian
preeklamsia dengan umur ibu dan
hubungan ini mempunyai keeratan yang
cukup tinggi dengan nilai wald paling
besar (6.114) sehingga secara parsial
faktor umur memiliki pengaruh paling
besar terhadap kejadian preeklamsia di
RSUD Undata Palu dimana memiliki nilai
wald yang paling besar yaitu 6.114
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Juraij [6] bahwa terdapat hubungan
bermakna antara faktor usia ibu dengan
kejadian preeklamsia. Wanita usia
dibawah 20 tahun perkembangan
organ-organ reproduksi serta fungsi fisiologis
belum optimal. Hal ini juga didukung oleh
58 Elli Yane B.,Gabriella L.,& Syavira Andina A., Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan ... [7] menunjukkan bahwa usia ibu beresiko
secara bermakna terhadap kejadian
preeklamsia yang menunjukkan terjadinya
hubungan yang signifikan antara faktor
umur ibu dengan preeklamsia dan
mempunyai risiko 3,61 kali untuk terjadi
preeklamsia pada ibu hamil yang berusia
<20 tahun atau >35 tahun.
2. Graviditas
Hasil analisa univariat menunjukkan
bahwa pasien preeklamsia primigravida
adalah 68 orang (68%) sedangkan untuk
multigravida yaitu sebanyak 32 orang
(32%). Uji korelasi diperoleh bahwa ada
hubungan antara jumlah gravidia dengan
kejadian preeklamsia pada ibu hamil.
Hasil analisis multivariat menunjukkan
adanya hubungan yang sangat signifikan
antara kejadian preeklamsia dengan
jumlah gravida dan hubungan ini
mempunyai keeratan yang cukup tinggi
dengan nilai wald (5.019) sehingga
ditetapkan sebagai faktor resiko terjadinya
preeklamsia di RSUD Undata Palu tahun
2014. Hal ini sesuai dengan penelitian
Artikasari [8] yang menyimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara
primigravida dengan kejadian
preeklamsia. Preeklamsia sering terjadi
pada primigravida karena adanya suatu
mekanisme imunologi terhadap antigen.
Preeklamsia merupakan konsekuensi dari
reaksi imun maternal terhadap antigen
ayah dinyatakan dalam plasenta dan reaksi
ini mengakibatkan invasi trofoblas
menjadi rusak dan selanjutnya terjadi
disfungsi plasenta.
Menurut Benson [9] menyebutkan
bahwa preeklamsia merupakan gangguan
yang terutama terjadi pada primigravida,
primigravida mempunyai resiko lebih
besar terjadinya hipertensi dalam
kehamilan jika dibandingkan dengan
multigravida. Pada kehamilan pertama
terjadi pembentukan blocking antibodies
terhadap antigen tidak sempurna. Pada
kehamilan pertama dapat terjadi
pembentukan Human Leucocyte Antigen
Protein G (HLA) yang berperan penting
dalam modulasi respon imun, sehingga
terjadi intoleransi ibu terhadap plasenta
sehingga terjadi preeklamsia.
Status gravidarum adalah status
yang menunjukkan jumlah kehamilan
yang dialami seorang wanita. Faktor status
gravidarum memiliki pengaruh terhadap
59 Elli Yane B.,Gabriella L.,& Syavira Andina A., Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan ...
memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami gangguan selama
kehamilannya terutama pada ibu yang
pertama kali mengalami masa kehamilan.
3. Paritas
Hasil analisa univariat menunjukkan
bahwa pasien preeklamsia pada pasien
dengan nulipara sebesar 38,0% memiliki
distribusi tertinggi. Berdasarkan uji
korelasi diperoleh bahwa faktor paritas
tidak mempunyai hubungan yang
signifikan dengan terjadinya preeklamsia
degan nilai p < ∝ (0,500 > 0,05). Hasil
akhir analisis multivariat menunjukkan
nilai sig yang lebih dari nilai kemaknaan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor
paritas merupakan variabel bebas yang
secara parsial tidak memiliki hubungan
bermakna dengan kejadian preeklamsia di
RSUD Undata Palu.
Hal tersebut sejalan dengan
penelitian Indriani [10] yang juga
mendapatkan hasil tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara paritas
dengan kejadian preeklamsia. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Dewi [7]
mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan preeklampsia pada ibu hamil di
poli kebidanan RS Undata dimana tidak
ada hubungan antara paritas dengan
kejadian preeklampsia (p=0,858)
(OR=0,563). Banyak teori dan penelitian
yang menyatakan bahwa preeklamsia
adalah penyulit kehamilan yang umumnya
terjadi pada nullipara. Seperti misalnya
Royston & Amstrong yang menyatakan
bahwa preeklamsia sering terjadi pada
kehamilan anak pertama, dan jarang
terjadi pada kehamilan berikutnya[11].
4. Riwayat Abortus
Hasil analisa univariat menunjukkan
bahwa pada pasien dengan riwayat
abortus pada pasien preeklamsia yang
pernah mengalami abortus yaitu 19 orang
(19%) sedangkan pada pasien preeklamsia
dengan belum pernah mengalami abortus
yaitu 81 orang (81%). Berdasarkan uji
korelasi diperoleh bahwa penelitian ini
tidak menunjukkan suatu hubungan yang
bermakna antara riwayat abortus dengan
kejadian preeklamsia di RSUD Undata
Palu tahun 2014. Hasil akhir analisis
multivariat menunjukkan nilai sig yang
lebih dari nilai kemaknaan, sehingga dapat
60 Elli Yane B.,Gabriella L.,& Syavira Andina A., Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan ... merupakan variabel bebas yang secara
parsial tidak memiliki hubungan
bermakna dengan kejadian preeklamsia di
RSUD Undata Palu. Tetapi untuk masalah
signifikansi, variabel riwayat abortus
dalam penelitian ini tidak menunjukkan
suatu hubungan yang bermakna, karena
mempunyai nilai P=0,208. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan Stone[12] dan
Sibai[13] yang menemukan bahwa
riwayat abortus tidak berhubungan dengan
preeklampsia.
Menurut Stone[12] wanita yang pernah
mengalami atau memiliki riwayat abortus
mempunyai resiko 0,5 kali lebih besar
untuk mengalami preeklampsia dengan
pasangan suami yang sama. Jumlah
sampel yang pernah mengalami abortus
yang terlalu kecil juga kemungkinan
menjadi penyebab tidak signifikannya
hubungan riwayat abortus dengan
kejadian preeklampsia. Hal ini karena
memang kejadian abortus yang sudah
sangat sedikit.
5. Berat Bayi Lahir
Hasil analisa univariat menunjukkan
bahwa pada berat bayi lahir pada pasien
dengan preeklamsia dengan berat badan
2500-4000 gram sebanyak 68 orang
(68%) memiliki distribusi yang tinggi.
Berdasarkan uji korelasi diperoleh bahwa
tidak ada hubungan antara berat bayi lahir
dengan kejadian preeklamsia pada ibu
hamil. Hasil akhir analisis multivariat
menunjukkan nilai sig yang lebih dari
nilai kemaknaan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa faktor berat bayi lahir
merupakan variabel bebas yang secara
parsial tidak memiliki hubungan
bermakna dengan kejadian preeklamsia di
RSUD Undata Palu. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian Reny[14] yang juga
mendapatkan hasil tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara Berat
Badan Lahir dengan kejadian preeklamsia
Menurut Manuaba[15] faktor-faktor yang
berhubungan dengan bayi BBLR secara
umum yaitu gizi saat hamil yang kurang,
usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, jarak hamil dan persalinan
terlalu dekat, penyakit menahun ibu
seperti gangguan pembuluh darah
(perokok), mengerjakan aktivitas fisik
beberapa jam tanpa istirahat, kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari
perkawinan yang tidak sah, pengawasan
61 Elli Yane B.,Gabriella L.,& Syavira Andina A., Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan ... karena preeklamsia terjadi vasokontriksi
pembuluh darah dalam uterus yang
menyebabkan peningkatan resistensi
perifer sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah. Vasokontriksi pembuluh
darah dalam uterus dapat mengakibatkan
penurunan aliran darah sehingga suplai
oksigen dan nutrisi ke janin berkurang.
Ketika hal ini terjadi, dapat menyebabkan
intra uterine growth retardation (IUGR)
dan melahirkan bayi BBLR[14].
KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu
mengetahui hubungan umur, status
gravida, jumlah paritas, riwayat abortus,
dan berat bayi lahir dengan kejadian
preeklamsia di RSUD Undata Palu Tahun
2014, maka kesimpulan yang diperoleh
dari penelitian ini adalah terdapat
hubungan antara umur ibu dan status
gravida dengan kejadian preeklamsia di
RSUD Undata Palu Tahun 2014 dan tidak
terdapat hubungan pada jumlah paritas,
riwayat abortus, dan berat bayi lahir
dengan kejadian preeklamsia.
SARAN
1. Kepada Dinas kesehatan kota palu agar
memberikan penyuluhan terhadap
masyarakat tentang preeklamsia dan
faktor-faktor yang bisa menjadi
predisposisi terjadinya preeklamsia
agar masyarakat dapat menghindarinya
sehingga angka kejadian preeklamsia
dapat menurun.
2. Kepada RSUD Undata kota palu agar
memberikan pelayanan yang terbaik
kepada pasien preeklamsia untuk
menghindari bertambahnya kematian
ibu.
3. Kepada masyarakat khususnya ibu
hamil agar sebaiknya memeriksakan
kehamilannya sesuai anjuran dan
memperhatikan kebutuhan gizi selama
hamil serta memperbanyak akses
informasi mengenai kebutuhan selama
masa kehamilan agar lebih
mempersiapkan kehamilannya.
4. Kepada peneliti lain yang ingin
melanjutkan penelitian yang sejenis
dapat menambah faktor resiko yang
62 Elli Yane B.,Gabriella L.,& Syavira Andina A., Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan ... DAFTAR PUSTAKA
1. Lin HC, Chen SF. Increased Risk of
Adverse Pregnancy Outcomes In Women With Reumatoid Arthritis: a Nationwide Population Based Study.
Journal Canadian Medical
Association. 2010 Sept; 13(04): 277-82.
2. World Health Organization. Beyond
the number: reviewing maternal deaths and complications to make pregnancy safer. Geneva: World Health Organization.; 2012.
3. Arianti IS, Djannah SN. Gambaran
Epidemiologi Kejadian
Preeklamsia/Eklamsia DI RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun
2007-2009. Jurnal Pendidikan
Kedokteran Indonesia. 2010 Januari; 01(03): 175-182.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014.Palu: Dinkes; 2014.
5. Dinas Kesehatan Kota Palu. Profil
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014. Palu: Dinkes; 2014.
6. Juraij N. Hubungan Umur ibu Hamil
dengan Kejadian Preeklamsia di RSU
Anutapura Palu Tahun 2011.
Terjadinya Kematian Ibu Oleh
Karena Preeklamsia-Eklamsia Di
Rumah Sakit Umum Tanggerang Tahun 2011. Jurnal mercubaktijaya. 2012 Mei; 11(03): 316-33.
9. Benson RC, Pernoll ML. Buku Saku
Obstetri dan Ginekologi. Edisi 9. Jakarta: EGC; 2008 .
10. Indriani N. Analisis Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan
Preeklamsia/Eklamsia pada Ibu
Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Wiraraja Medika. 2012;49 (125): 39-45.
11. Royston E & Armstrong S.
Preventing Maternal Deaths. Geneva: World Health Organization; 2013.
12. Stone JL. Risk Factor For Severe
Preeclampsia. Geneva: Obstetry and Gynaecology; 2008.
13. Sibai BM. Risk Factors for
Preeclamsia In Healthy Nulliparous Women : A Prospective Multicenter
Study, AM. Canada: Obstetry
Gynecol; 2014.
14. Reny DL. Hubungan Umur, Paritas,
Dan Preeklamsia Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di RSUD
DR.H. MOCH. Ansari Saleh
Banjarmasin. Jurnal Kesehatan. 2015; 3,(09): 166-175.
15. Manuaba IG. Ilmu Kebidanan,