• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 13 PALU | Nuraisyah | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8629 28302 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 13 PALU | Nuraisyah | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8629 28302 1 PB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS

VIII SMP NEGERI 13 PALU

Patta Rani Nuraisyah E-mail: pattarani127@gmail.com

Muh Hasbi

E-mail: muhhasbi62@yahoo.co.id Ibnu Hadjar

E-mail: ibnuhadjar67@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 13 Palu. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Rancangan penelitian mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Tanggart yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palu yang berjumlah 25 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui lembar observasi, wawancara, catatan lapangan dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 13 Palu yaitu dengan fase-fase: 1) penyajian kelas, 2) transisi ke tim atau belajar kelompok, 3) tim studi dan monitoring, 4) evaluasi, dan 5) memberikan penghargaan.

Kata kunci: STAD, hasil belajar, luas permukaan dan volume kubus dan balok

Abstract: The purpose ofthe research is to describe the application of cooperative learning of STAD to improvestudent learning outcomes inthe surface area and volume cube and beams of material in class VIII SMP Negeri 13 Palu. Kind of this researchis classroom action research. The design of research refered to the Kemmis and Mc. Taggarts is planning, implementation of the acting, observating and reflecting. The subject were students of class VIII SMP Negeri 13 Palu totaling 25 students. This research was conducted in two cycles. Data of this research was collected through observation sheet, interview, note fields and tes. The result of the research showed that the application of cooperative learning type STAD can improve student’s learning outcomes on surface area and volume cube and beams material in class VIII SMP Negeri 13 Palu that is with the phases: 1) class presentation, 2) group learning, 3) team study and monitoring, 4) evaluation, and 5) appreciation groups.

Keyword: STAD, result of study, surface area and volume cube and beams.

Matematika merupakan bidang pendidikan yang memiliki peranan penting untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia. Matapelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta bekerja sama (Depdiknas, 2006). Pentingnya matematika juga dapat dilihat ketika matematika menjadi satu di antara matapelajaran yang diujikan secara nasional dari tingkat SD sampai SMA. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya bagi siswa untuk memahami konsep-konsep dasar matematika, namun sampai saat ini masih begitu banyak siswa yang kurang memahami pelajaran matematika, bahkan di antara mereka ada yang kurang tertarik untuk mempelajari matematika. Sebagian siswa mengeluh dan beranggapan bahwa matematika itu sangat sulit untuk dimengerti, akibatnya mereka tidak menyenangi bahkan benci terhadap pelajaran matematika.

(2)

Materi luas permukaan dan volume kubus dan balok merupakan materi yang dianggap sulit oleh siswa. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Purwatiningsih (2014) menyatakan bahwa siswa di SMP Negeri 16 Palu mengalami kesulitan dalam membedakan rumus luas permukaan dan volume kubus dan balok. Sejalan dengan pendapat Khaeri (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemahaman siswa di SMP Negeri 16 Palu pada konsep materi luas permukaan dan volume kubus dan balok masih rendah, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tentang luas permukaan dan volume kubus dan balok. Peneliti menduga bahwa siswa kelas VIII di SMP Negeri 13 Palu juga mengalami kesulitan pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok. Kemudian peneliti melakukan observasi dan wawancara di sekolah tersebut untuk memperoleh jawaban atas dugaannya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan salah seorang guru matapelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 13 Palu, diperoleh informasi bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi luas permukaan dan volume kubus dan balok. Siswa hanya tahu menghafal rumus tanpa memahami konsepnya, sehingga siswa gampang lupa dengan rumus yang akan digunakan dalam mengerjakan soal. Dampak dari kesulitan yang dialami siswa mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah.

Menindaklanjuti hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru SMP Negeri 13 Palu, untuk memperoleh informasi mengenai kesulitan siswa pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok maka peneliti memberikan tes identifikasi pada siswa kelas IX yang sudah pernah mempelajari materi tersebut. Soal tes identifikasi yang diberikan yaitu: 1) Sebuah kubus panjang rusuknya 6 cm, tentukanlah luas permukaan kubus tersebut. 2) Diketahui luas permukaan balok adalah 426 dengan panjangnya 12 cm dan lebarnya 9 cm. Hitunglah tinggi balok tersebut. 3) Sebuah balok memiliki panjang 5 cm, lebar 3 cm dan tinggi 4 cm. Hitunglah volume balok tersebut. 4) Luas alas sebuah kubus adalah 25 . Hitunglah volume kubus tersebut?

NKTI 06 NKTI 05

NKTI 04

NKTI 03 NKTI 02 NKTI 01

NKTI 13 NKTI 12 NKTI 11

NKTI 10 NKTI 09 NKTI 07

NKTI 08

Gambar 1. Jawaban NK pada soal nomor 1

Gambar 2. Jawaban NK pada soal nomor 2

Gambar 3. Jawaban NK pada soal nomor 3

(3)

Gambar 1 menunjukkan bahwa NK menuliskan yang diketahui panjang rusuk = 5 cm (NKTI 01) dan ditanyakan luas permukaan kubus? (NKTI 02). Jawaban (NKTI 01) dan (NKTI 02) benar. Jawaban NK pada (NKTI 03) salah karena tidak menuliskan satuannya, seharusnya satuannya .

Gambar 2 menunjukkan bahwa NK menuliskan yang diketahui luas permukaan = 426 , panjang balok = 12 cm dan lebar balok = 9 cm (NKTI 04) dan yang ditanyakan tinggi balok (NKTI 05). Jawaban (NKTI 04) dan (NKTI 05) benar. Jawaban NK yang menuliskan rumus t = (NKTI 06) salah karena langsung menuliskan rumusnya, seharusnya

menggunakan rumus luas permukaan balok.

Gambar 3 menunjukkan bahwa NK menuliskan yang diketahui p = 5 cm, l = 3 cm dan

t = 4 cm (NKTI 07) dan yang ditanyakan ? (NKTI 08). Jawaban NK pada (NKTI 07) dan (NKTI 08) benar. Jawaban NK yang menuliskan v = × p × l × t (NKTI 09) salah seharusnya NK menuliskan rumus V = p × l × t. Hal ini menyebabkan hasil akhir yang diperoleh NK salah yaitu 30 cm (NKTI 10) seharusnya 60 .

Gambar 4 menunjukkan bahwa NK menuliskan diketahui luas alas kubus = 25 (NKTI 11) dan yang ditanyakan volume kubus (NKTI 12). Jawaban (NKTI 11) dan (NKTI 12) benar. Jawaban NK yang menuliskan 25 × 25 × 25 (NKTI 13) salah karena langsung memasukkan nilai luas alas kubus ke dalam rumus volume kubus, seharusnya menentukan panjang sisi kubus terlebih dahulu.

Hasil analisis jawaban siswa menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Masalah tersebut disebabkan siswa hanya mampu menghafal rumus tanpa memahami konsepnya. Selain itu, siswa malu bertanya pada guru tentang kesulitan yang mereka hadapi dan model pembelajaran yang digunakan guru adalah model pembelajaran langsung, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Masalah tersebut dapat teratasi dengan menerapkan model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa dengan mudah memahami materi sehingga siswa tidak akan menghafal rumus melainkan memahami konsepnya. Satu di antara model pembelajaran, yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Divisions (STAD). Menurut Isjoni (2010) model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan adanya aktivitas dan interaksi antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Beberapa penelitian yang telah menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu penelitian yang dilakukan oleh Alfiliansi (2014) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mengkontruksi pengetahuannya secara mandiri pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Sulistya (2011) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan keterampilan pemecahan masalah matematika siswa.

(4)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas 4 komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palu yang berjumlah 25 siswa, terdiri atas 10 laki-laki dan 15 perempuan. Berdasarkan hasil tes awal dan konsultasi dengan guru matematika dipilih tiga orang informan. Ketiga informan tersebut adalah RS, AD dan AR.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu tes, observasi, catatan lapangan, dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992) yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Keberhasilan tindakan dalam penelitian ini dapat diketahui dari aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD minimal berkategori baik. Kriteria keberhasilan pada siklus I yaitu siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi luas permukaan kubus dan balok dengan benar sedangkan siklus II siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi volume kubus dan balok dengan benar.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini terdiri atas hasil pra pelaksanaan tindakan dan hasil pelaksanaan tindakan. Tes awal yang diberikan tentang materi luas persegi dan persegi panjang. Pemberian tes awal bertujuan mengetahui pemahaman awal siswa dan hasilnya dijadikan sebagai alat untuk pembentukan kelompok belajar yang bersifat heterogen. Hasil analisis tes awal tersebut menunjukkan bahwa siswa masih kurang memahami dalam mengunakan rumus luas persegi dan persegi panjang. Oleh karena itu, peneliti bersama siswa membahas kembali soal-soal tes awal sebelum masuk tahap pelaksanaan tindakan.

Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama, peneliti melaksanakan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan mengikuti fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terdiri atas lima fase, yaitu: 1) penyajian kelas, 2) transisi ke tim atau belajar kelompok, 3) tim studi dan monitoring, 4) evaluasi, dan 5) memberikan penghargaan. Kegiatan pendahuluan terdiri atas menyampaikan tujuan pembelajaran, mempersiapkan siswa, memberikan motivasi dan menyampaikan apersepsi. Fase penyajian kelas, transisi ke tim atau belajar kelompok, tim studi dan monitoring, dan evaluasi dilaksanakan pada kegiatan inti. Sedangkan fase memberikan penghargaan dilaksanakan pada kegiatan penutup. Pertemuan kedua peneliti melakukan tes akhir tindakan.

(5)

dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I siswa dapat menghitung luas permukaan kubus dan balok, sedangkan pada siklus II siswa dapat menghitung volume kubus dan balok. Setelah siswa mengetahui tujuan pembelajarannya, siswa akan lebih terarah dalam belajar.

Setelah itu peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari materi luas permukaan dan volume kubus dan balok dalam kehidupan sehari-hari. Satu di antara manfaat mempelajari luas permukaan dan volume kubus dan balok yaitu, jika ingin membungkus sebuah kado ulang tahun yang berbentuk balok maka harus menyediakan kertas kado, agar mengetahui kebutuhan kertas kado perlu diketahui berapa luas permukaan kado, jika luas permukan kado diketahui maka kebutuhan kertas kado dapat diketahui. Setelah mengetahui manfaatnya siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan cara mengingatkan kembali materi prasyarat siswa tentang luas persegi dan persegi panjang pada siklus I dan luas permukaan kubus dan balok pada siklus II. Apersepsi ini dilakukan untuk memberikan penguatan terhadap pengetahuan prasyarat siswa.

Kegiatan inti dimulai pada fase penyajian kelas. Pada fase ini peneliti menyampaikan informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti menyampaikan kepada siswa bahwa model pembelajaran yang digunakan berbeda dengan model pembelajaran sebelumnya. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa belajar secara berkelompok dalam hal menemukan rumus luas permukaan dan volume kubus dan balok serta berani mengungkapkan pendapatnya pada saat presentasi. Melalui penyampaian ini, siswa telah mengetahui model pembelajaran yang akan digunakan sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

Kegiatan pada fase transisi ke tim atau belajar kelompok. Pada fase ini peneliti membagi siswa ke dalam 5 kelompok belajar dan beranggotakan 4 sampai 5 siswa dalam 1 kelompok. Peneliti menentukan anggota kelompok yang anggotanya memiliki kemampuan yang heterogen. Setelah itu, peneliti membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. LKS digunakan sebagai panduan siswa untuk penyelidikan dan pengerjaan soal latihan. Kondisi siswa pada siklus I yaitu siswa bergabung dengan kelompok masing-masing tetapi masih ada siswa yang kurang setuju dengan teman kelompoknya dan pada siklus II, siswa bergabung dengan kelompoknya secara tertib dan dapat menerima anggota kelompoknya.

(6)

siswa pada fase ini yakni siswa mampu menemukan dan menyelesaikan soal yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume kubus dan balok dengan benar.

Kemudian dilanjutkan dengan fase evaluasi. Pada fase ini siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dengan menggunakan bahasa sendiri. Setelah itu, peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang diberikan temannya. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai jawaban yang diberikan temannya sehingga hal yang dipelajarinya lebih bermakna. Setelah fase ini siswa mengetahui jawaban pertanyaan yang benar pada LKS dan siswa menjadi lebih mampu untuk menyampaikan pendapatnya.

Kegiatan pada fase memberikan penghargaan yakni peneliti memberikan penghargaan berupa buku dan alat tulis kepada siswa yang telah mempresentasikan jawabannya dengan baik. Siswa diberi penghargaan agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Kemudian peneliti mengingatkan agar siswa tetap belajar di rumah karena pertemuan selanjutnya akan diadakan tes. Setelah diberikan penghargaan, siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Pertemuan kedua peneliti memberikan tes akhir tindakan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palu. Hasil tes yang diperoleh pada siklus I yaitu dari 25 siswa yang mengikuti tes, 19 siswa tuntas dan 6 siswa tidak tuntas. Adapun soal tes akhir tindakan pada siklus I terdiri atas 4 nomor soal. Dua di antara soal yang diberikan yaitu: 1) Luas permukaan suatu jaring-jaring balok adalah 484 cm, jika jaring-jaring-jaring-jaring tersebut dibuat menjadi balok dengan panjang 10

cm dan lebar 9 cm, tentukanlah tinggi balok tersebut. 2) Hitunglah luas permukaan kubus dengan panjang setiap rusuknya 8 cm.

Gambar 5 menunjukkan bahwa AR menuliskan diketahui p = 10 cm, L = 484 , l

= 9 cm (ARS1 01) dan ditanyakan tinggi balok? (ARS1 02). Jawaban pada (ARS1 01) dan (ARS1 02) benar. Namun jawaban (ARS1 03) salah karena AR langsung mensubtitusikan nilai luas permukaan balok yaitu 484 cm2 pada t. Seharusnya AR mensubtitusikan nilai berdasarkan yang diketahui ke dalam rumus yaitu, 484 = 2 [(10 × 9) + ( 9) + ( 10)]. Jawaban (ARS1 04) juga salah karena hasil pekerjaan AR selanjutnya bukan merupakan lanjutan dari sebelumnya. Seharusnya AR menuliskan, 484 = 2 [(90) + (9t) + (10t)].

Gambar 6 menunjukkan bahwa AR menuliskan diketahui panjang rusuk = 8 cm (ARS1 05) dan yang ditanyakan luas permukaan kubus? (ARS1 06). Jawaban (ARSI 05) dan (ARSI 06) benar. Selanjutnya AR menuliskan luas permukaan balok dengan simbol s (ARSI 07),

ARS1 07

ARS1 09 ARS1 08 ARS1 05

ARS1 06

ARS1 04 ARS1 03 ARS1 02 ARS1 01

Gambar 5. Jawaban AR pada soal nomor 1

(7)

diketahui bahwa simbol s merupakan panjang rusuk, seharusnya menggunakan simbol L untuk luas permukaan kubus. Jawaban siswa pada (ARSI 08) dan (ARSI 09) benar.

Selanjutnya untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan AR peneliti melakukan wawancara dengan AR, sebagaimana transkip wawancara berikut:

ARS1 09 P: coba AR baca ulang soal nomor 1, apa yang diketahui pada soal?

ARS1 10 S: yang diketahui luas permukaan balok, lebar balok dan yang ditanyakan tinggi balok kak (sambil menunjuk soal)

ARS1 11 P: coba perhatikan pekerjaan AR, kenapa mensubtitusikan nilai luas permukaan balok menjadi nilai tinggi balok?

ARS1 12 S: iya kak saya masih binggung kemarin jadi saya salah dalam mensubtitusikan nilainya

ARS1 13 P: coba AR kerjakan kembali soalnya, perhatikan nilai yang disubtitusi harus sesuai dengan yang diketahui dalam soal.

ARS1 14 S: iya kak (sambil mengerjakan soal), berarti untuk nilai tinggi ini tetap ditulis menggunakan simbol t kak?

ARS1 15 P: iya AR

ARS1 16 S: oh iya kak, tingginya 8 cm.

ARS1 17 P: iya benar, kalau soal nomor 2 secara keseluruhan AR sudah menjawab benar, tetapi kenapa AR menuliskan simbol s untuk mencari luas permukaan kubus? ARS1 18 S: saya belum paham kak, jadi saya tulis sembarang simbolnya.

ARS1 19 P: jadi seharusnya simbolnya bagaimana?

ARS1 20 S: seharusnya simbol luas permukaan adalah L bukan s kak.

Hasil tes akhir tindakan siklus I dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa, AR sudah mampu mengerjakan soal mengenai materi luas permukaan kubus dan balok. Namun AR masih melakukan kesalahan yaitu salah dalam mensubstitusi nilai yang diketahui pada rumus (ARS112S), tetapi setelah diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut AR dapat menyelesaikannya dengan benar (ARS116S). Selain itu, AR juga belum memahami arti dari simbol yang digunakan (ARS118S).

Hasil tes akhir tindakan siklus II yaitu dari 25 siswa hanya 23 siswa yang mengikuti tes, 20 siswa tuntas dan 3 siswa tidak tuntas. Tes akhir tindakan terdiri atas 4 nomor soal. Dua di antara soal yang diberikan yaitu: 1) Sebuah kubus panjang rusuknya adalah 6 cm, tentukanlah volume kubus tersebut. 2) Volume balok adalah 105 , tinggi balok 5 cm

dan panjangnya 7 cm, hitunglah lebar balok tersebut.

ARS2 16 ARS2 15 ARS2 13

ARS2 14

ARS2 12 ARS2 11 ARS2 10

Gambar 7. Jawaban AR pada soal nomor 1

(8)

Gambar 7 menunjukkan bahwa AR menuliskan yang diketahui panjang rusuk = 6 cm (ARS2 10) dan yang ditanyakan volume kubus? (ARS2 11). Jawaban pada (ARS2 10) dan (ARS2 11) benar. Selanjutnya pada (ARS2 12) AR menjawab benar tetapi satuan yang digunakan salah seharusnya .

Gambar 8 menunjukkan bahwa AR menuliskan diketahui p = 7 cm , t = 5 cm, v = 105 (ARS2 13) dan ditanyakan lebar balok? (ARS2 14). Jawaban (ARS2 13) dan (ARS2 14) benar. Selanjutnya AR menuliskan 105 = 38l (ARS2 15), Jawaban pada (ARS2 15) salah karena AR keliru dalam mengoperasikan seharusnya 35l, sehingga hasil akhir yang diperoleh juga salah. Seharusnya jawaban (ARS2 16) adalah 3 cm.

Selanjutnya untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan AR, peneliti melakukan wawancara dengan AR sebagaimana transkip wawancara berikut:

ARS2 01 P: cara kerja untuk soal nomor 1 AR sudah menjawab benar tetapi salah dalam menggunakan satuan hitungnya, sekarang kakak tanya satuan hitung untuk volume kubus apa?

ARS2 02 S: kak.

ARS2 03 P: kenapa AR menjawab ?

ARS2 04 S: saya terpengaruh sama teman-teman kak, soalnya teman bilang satuannya . ARS2 05 P: lain kali percaya sama diri sendiri AR jangan terpengaruh dengan teman-teman, untuk soal nomor 2 cara kerjanya AR disini sudah benar tapi hasil kalinya masih salah, coba AR hitung kembali 7 × 5 berapa ?

ARS2 06 S: 35 kak.

ARS2 07 P: kenapa AR jawab 38?

ARS2 08 S: saya salah menghafal perkalian kak.

ARS2 09 P: coba sekarang AR hitung 105 bagi 35, hasilnya berapa? ARS2 10 S: 3 kak.

ARS2 11 P: ya benar, jadi lain kali harus lebih teliti lagi menghitungnya. ARS2 12 S: iya kak.

Hasil tes akhir tindakan siklus II dan hasil wawancara menunjukkan bahwa secara umum AR sudah mampu mengerjakan soal mengenai volume kubus dan balok. Meskipun AR masih salah menggunakan satuan hitung (ARS204S) dan salah dalam perhitungan (ARS210S). Namun setelah dibimbing melalui wawancara AR dapat menyelesaikannya dengan benar.

(9)

sangat baik. Aspek 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 12, 14, 15, dan 16 berkategori baik. Olehnya itu, aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran pada siklus I dikategorikan baik dan pada siklus II dikategorikan sangat baik.

Aspek yang diamati pada aktivitas siswa yaitu 1) menjawab salam dan berdoa bersama, 2) menyiapkan diri untuk belajar, 3) menyimak hal yang disampaikan oleh guru mengenai materi yang akan diajarkan dan tujuan pembelajaran yang dicapai, 4) menyimak motivasi pembelajaran dari guru, 5) mengungkapkan pengetahuan awal secara lisan, 6) memperhatikan dan menyimak penjelasan dari guru, 7) bertanya jika ada materi yang kurang jelas, 8) membentuk kelompok yang dibagikan guru, 9) mengerjakan LKS dari guru, 10) menyimak arahan yang disampaikan guru, 11) membuat kesimpulan dari hasil yang diperoleh, 12) mengerjakan tes secara individu, 13) menerima penghargaan kelompok, 14) mencatat pekerjaan rumah yang diberikan guru dan 15) mempersiapkan diri untuk mengakhiri pembelajaran dengan menjawab salam.

Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I oleh pengamat adalah Aspek 1 berkategori sangat baik. Aspek 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13 dan 15 berkategori baik. Aspek 9 dan 14 berkategori cukup. Siklus II hasil observasi aktivitas siswa oleh pengamat adalah aspek 1, 4, 6, 8, 9, 14 dan 15 berkategori sangat baik. Aspek 2, 3, 5, 7, 10, 11, 12 dan 13 berkategori baik. Oleh karena itu, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I dikategorikan baik dan pada siklus II dikategorikan sangat baik.

PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti terlebih dahulu melakukan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat. Hasil tes awal juga menjadi acuan dalam pembentukan kelompok belajar dan penentuan informan. Hal ini sesuai dengan pendapat Paembonan (2014) bahwa pelaksanaan tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok belajar yang heterogen serta penentuan informan. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II mengikuti fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikemukakan oleh Isjoni (2009) yaitu: 1) penyajian Kelas, 2) transisi ke tim atau belajar kelompok, 3) tim studi dan monitoring, 4) evaluasi, dan 5) memberikan penghargaan.

Kegiatan pendahuluan dimulai peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk belajar. Kegiatan tersebut dapat menarik perhatian siswa di awal pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrullah (2014) yang menyatakan bahwa kegiatan guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk belajar dapat menarik perhatian siswa di awal pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Setelah siswa mengetahui tujuan pembelajarannya, siswa akan lebih terarah dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawiradilaga (2009) bahwa menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa sangat diperlukan karena siswa akan lebih terarah dalam mengikuti pembelajaran.

(10)

siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Paloloang (2014) yang menyatakan bahwa apersepsi dilakukan untuk memberikan penguatan terhadap pengetahuan prasyarat siswa.

Kegiatan pada fase penyajian kelas. Pada fase ini peneliti menyampaikan informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini dilakukan agar siswa mengetahui model pembelajaran yang diterapkan sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Alfiliansi (2014) yang menyatakan perlunya siswa mengetahui model pembelajaran yang diterapkan sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

Selanjutnya fase transisi ke tim atau belajar kelompok. Peneliti mengelompokkan siswa ke dalam 5 kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa dalam 1 kelompok. Peneliti menentukan anggota kelompok yang anggotanya memiliki kemampuan yang heterogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2009) bahwa menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen. Selain itu, peneliti membagikan LKS untuk setiap kelompok. LKS digunakan sebagai panduan siswa untuk penyelidikan dan pengerjaan soal latihan. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2009) bahwa LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk penyelidikan dan pengerjaan soal latihan.

Kegiatan pada fase tim studi dan monitoring. Pada fase ini peneliti memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Selama siswa mengalami kesulitan peneliti akan memberikan bimbingan seperlunya dan akan mengurangi secara perlahan bimbingan tersebut setelah siswa dapat melakukannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Apriyanti (2011) yang menyatakan bahwa ketika siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan, guru memberikan bimbingan kepada anak tersebut dan akan mengurangi bantuan itu setelah anak dapat melakukannya.

Selanjutnya kegiatan pada fase evaluasi. Pada fase ini siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dengan

menggunakan bahasa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Nur’aeni (2010) bahwa melalui

presentasi di depan kelas, siswa berkesempatan untuk mengungkapkan hasil kerja kelompoknya dengan bahasa sendiri. Setelah itu, peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang diberikan temannya. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai jawaban yang diberikan temannya sehingga hal yang dipelajarinya lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati (2013) yang menyatakan perlunya pembiasaan untuk memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna.

Kegiatan pada fase memberikan penghargaan yakni peneliti memberikan penghargaan berupa buku dan alat tulis kepada siswa yang telah mempresentasikan jawabannya dengan baik. Siswa diberikan penghargaan agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho (2014) bahwa siswa diberikan suatu penghargaan bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Hasil observasi pada siklus I diperoleh aktivitas guru dan aktivitas siswa masuk kategori baik. Sedangkan hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siklus II masuk kategori sangat baik. Hasil tes akhir tindakan siklus I diperoleh siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa dari 25 siswa yang mengikuti tes. Sedangkan pada siklus II diperoleh yang tuntas sebanyak 20 siswa dari 23 siswa yang mengikuti tes.

(11)

Hal ini sesuai dengan pendapat Kamaliah (2014) bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat mengembangkan kemampuannya untuk bekerja sama dalam kelompoknya. Penelitian lainnya dilakukan oleh

Ma’rifatillah (2010) yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palu dengan mengikuti fase-fase: 1) penyajian Kelas, 2) transisi ke tim atau belajar kelompok, 3) tim studi dan monitoring, 4) evaluasi, dan 5) memberikan penghargaan.

Kegiatan pendahuluan dimulai peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk belajar. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi kepada siswa dan melakukan apersepsi dengan cara melakukan tanya jawab mengenai materi prasyarat. Kegiatan inti dimulai pada fase penyajian kelas, pada fase ini peneliti menyampaikan informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD

yang diterapkan dalam pembelajaran. Kemudian dilanjutkan pada fase transisi ke tim atau belajar kelompok, peneliti membagi siswa ke dalam 5 kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa dalam 1 kelompok. Kegiatan pada fase tim studi dan monitoring, peneliti memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Selanjutnya kegiatan pada fase evaluasi siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas, dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi. Kemudian dilanjutkan dengan fase memberikan penghargaan, siswa diberikan penghargaan berupa buku dan alat tulis karena telah mampu mempresentasikan jawabannya dengan baik.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka sebaiknya guru hendaknya dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siwa. Bagi calon peneliti berikutnya dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi lain, dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, R. (2011). Pengaruh Metode Penemuan dengan Menggunakan Teknik Scaffolding Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta. [Online]. Tersedia: http:// respository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/2636. [25 Juli 2016].

Alfiliansi, A. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbantuan Blok Aljabar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar di Kelas VIII SMP Negeri 12 Palu. Dalam Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika. [Online]. Vol. 2, No. 2, 9 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/ jurnal/index.Php/JEPMT/article/view. [31 Juli 2016].

(12)

VII MTsN Palu Barat. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol. 2, No. 1, 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index. php/JEPMT/article/download/3226/2281. [30 Agustus 2016].

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Matapelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kamaliah, Pudjawan, K & Jampel, I. N. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD Kelas IV di Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2013/2014. Dalam E-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. [Online]. Vol. 2, No. 1, 11 halaman. Tersedia: http//ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jj PGSD/article/ download/3874/3084. [31 Juli 2016].

Kemis, S. Dan Mc Taggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience. [Online]. Tersedia: https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kemi s+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20and%20mcta ggart&f=false. [8 September 2016].

Khaeri, F. (2010). Penerapaan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 16 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Vol. 2, No. 3, 13 halaman.

Ma’rifatillah, A. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Keliling dan Luas Daerah Segiempat di Kelas VII SMP Negeri 2 Tinombo Selatan. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Vol. 2,No. 4, 13 halaman.

Miles, M.B dan Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi.Jakarta: UI-Press.

Nugroho, Budiyono, dan Subanti. (2014). Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) disertai Assessment For Learning Melalui Teman Sejawat Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMA di Kabupaten Bantul. Jurnal elektronik Pembelajaran Matematika. [Online]. Vol. 2, No. 1. Tersedia: http://jurnalfkip.uns. ac.id. [18 September 2016].

Nuraeni, E. (2010). Pengembangan Kemampuan Komunikasi Geometris Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele. Jurnal Saung Guru. [Online]. Vol. 1, No. 2, 7 halaman. Tersedia: http://103.23.244.11/Direktori/ JURNAL/SAUNG_GURU/ VOL_1_NO._2/Hj._Epon_NuraeniPENGEMBANGAN_KEMAMPUAN_KOMUNIK ASI_GEOMETRIS_SISWA_SEKOLAH_DASAR_MELALUI_PEMBELAJARAN_B ERBASIS_TEORI_VAN_HIELE.pdf [27 Oktober 2016].

(13)

Logika Matematika di Kelas X SMA GPID Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol. 2, No. 1, 11 halaman. Tersedia: http:/jurnal. untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/3235/2290. [7 Oktober 2016].

Paloloang, M.F.B. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Problem Basic Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Panjang Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 19 palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Tadulako. [Online]. Vol. 2, No. 1, 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/ jurnal/index.php/JEPMT/article/view/3232. [8 Oktober 2016].

Prawiradilaga, D. S. (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Purwatiningsih, S. (2014). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok di Kelas VIII A SMP Negeri 16 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako.

[Online]. Vol.1, No.1, 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/ jurnal/ index.php/JEPMT/article/view/3097/2170. [18 September 2016].

Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Dasar. Dalam

Journal FMIPA Unila. [Online]. Vol. 1, No. 1, 14 halaman. Tersedia: http://journal. fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/view/882/701. [27 Juli 2016].

Sulistyah, E., Imamah, N & Sumilih, G. (2011). Meningkatkan Keaktifan dan Keterampilan Siswa dalam Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model STAD. Dalam Jurnal PTK DBE 3 [Online]. Vol Khusus No. 1, 10 halaman. Tersedia: http//inovasipendidikan. net/jurnalptk/Jurnal%20PTK%20DBE%203_Anw-revisi%20%28Main%20Files %29.pdf. [25 Juli 2016].

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana

Gambar

Gambar 2. Jawaban NK pada soal
Gambar 6. Jawaban AR pada soal
Gambar 8. Jawaban AR pada soal

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data yang telah diuraikan mengenai pengaruh motivasi dan disiplin belajar siswa terhadap prestasi

Sehubungan dengan hal tersebut diatas dimohon kepada calon penyedia yang tersebut agar dapat hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan membawa dokumen asli yang diupload dan

[r]

Jalan Kolonel Wahid

Itulah sebabnya permukaan jalan bebas hambatan dibuat agak kasar dan roda(ban) yang sudah tipis(halus) perlu segera diganti agar mobil tidak mengalami slip. Gaya

Selain itu, aktivitas tertinggi yang ditunjukkan oleh isolat aktinomiset endofit AEP-1 asal daun pegagan sebesar 279,17% juga menunjukkan nilai yang lebih tinggi

Peserta yang memasukkan penawaran : tidak ada satu pun calon penyedia yang memasukkan penawaran sampai waktu yang ditentukan pada paket pengadaan makan jaga kawal