• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal ikan karang bunaken 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "jurnal ikan karang bunaken 2013"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KEEFEKTIFAN ZONASI BERDASARKAN KOMUNITAS IKAN KARANG DI TAMAN NASIONAL BUNAKEN, SULAWESI UTARA

Oleh:

Fakhrizal Setiawan1, Gatot Santoso2, Eko Wahyu Handoyo2, Titi Setiyawati2, Yuyun Saeful Uyun 2

- Wildlife Conservation Society Indonesia Marine Program1

- Balai Taman Nasional Bunaken2

Abstract

Research on the effectiveness of zoning based on reef fish communities conducted in 26 sites in the Bunaken National Park (BNP) recorded 368 species in 46 families of reef fish. Bunaken Island coral reef ecosystems have conditions favorable to the island / location. Community structure viewed from the ecological index indicates the condition of coral reef fish communities are still in the good category. The results of cluster analysis and correspondence factorial analysis (AFK) grouped locations in the South Coast BNP is different from other North Shore BNP locations, Nain Island, Mantehage Island, Bunaken Island and Manado Tua Island. The effectiveness of zoning in BNP based on data in coral cover and reef fish are still good with an indication of reef fish biomass in the core zone of the highest relative to the size of a large fish / mature larvae that are expected to contribute to other zones.

Keywords : zonation, reef fish community structure, Bunaken National Park

Abstrak

(2)

dengan ukuran ikan relatif besar/dewasa sehingga diharapkan mampu menyumbang larva untuk zona lainnya.

Kata kunci: zonasi, struktur komunitas ikan karang, Taman Nasional Bunaken.

Pendahuluan

Terumbu karang di Taman Nasional Bunaken selama kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami tekanan yang tinggi. Beban limbah dan sampah yang di buang melalui Teluk Manado secara terus menerus, penambahan penduduk di dalam kawasan serta aktifitas pariwisata yang tidak ramah lingkungan memberikan andil bagi penurunan degradasi ekosistem terumbu karang di dalam kawasan Taman Nasional Bunaken.

Taman Nasional Bunaken adalah kawasan pelestarian alam berbasis lautan yang dikelola oleh pemerintah dan ditetapkan berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No.730/Kpts-II/1991 dengan luas 89.065 Ha. Adapun wilayah TN Bunaken meliputi kawasan pulau-pulau yakni Pulau Bunaken, Manado Tua, Siladen, Mantehage, dan Nain, Pesisir Tongkaina, Tiwoho, serta wilayah pesisir Arakan-Wawontulap. Terumbu karang sebagai salah satu ekosistem yang ada di TN Bunaken memberikan peranan tidak sedikit. Masyarakat desa yang berada di dalam dan sekitar bahkan luar TN Bunaken menggantungkan hidupnya pada terumbu karang sebagai tempat menangkap ikan. Melalui pengelolaan kawasan Taman Nasional diharapkan produksi perikanan dapat terjamin dan dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya. Namun disayangkan data dan informasi mengenai kondisi ekologis sangat minim di dapat sehingga diperlukan kajian mengenai kondisi status karang dan ikan karang untuk menopang kesejahteraan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keefektifan penetapan zonasi dan berjalan tidaknya zonasi di Kawasan Taman Nasional Bunaken berdasarkan data ekologinya.

Metodologi

Penelitian ini dilakukan dari Juli - Oktober 2012. Metode pencatatan tutupan

karang dan makro benthos, menggunakan transek titik yaitu point intercept

trancet (PIT) sepanjang 50 meter sebanyak 3 kali ulangan pada dua kedalaman yaitu dangkal (2 - 4 meter) dan dalam (8 - 10 meter) (Marnane, et al, 2003). Ikan karang menggunakan metode fisual sensus pada transek yang sama dengan karang, transek pengamatan menggunakan garis maya yang ditarik paralel dengan transek garis membentuk luasan persegi panjang. Transek jenis ini dikenal dengan

transek sabuk (Hill & Wilkinson, 2004). Analisis data tutupan karang:

Jumlah tiap Komponen

% Kemunculan Komponen = --- X 100 % 100 (Total Komponen)

Analisis ikan karang meliputi: Kelimpahan komunitas terpilih dapat dihitung

dengan rumus (Odum, 1971): Xi = ni / A, dengan: Xi = Kelimpahan komunitas

(3)

terpilih pada stasiun pengamatan ke-i; A = Luas transek pengamatan. Biomassa ikan karang: Data panjang ikan (cm) kemudian dikonversi ke dalam berat (kg) dengan menggunakan rumus hubungan panjang dan berat ikan untuk tiap spesies

(Kulbicki, 2005): W = a x Lb , dimana: W: Berat (gr); L : Panjang Total (cm); a &

b : indeks spesifik (per species). Struktur komunitas ikan karang meliputi indeks

keanekaragaman Shanon-Weiner: H’

 

S

i1

pi ln pi, indeks kesamaan: E = H’/

H maks dan indeks dominansi: D =

S

i 1

pi2(Ludwig & Reynolds, 1988). Untuk

mengetahui tingkat pengelompokkan berdasarkan kesamaan species ikan karang

digunakan Indeks kesamaan Bray-Curtis (Krebs, 1989): B = (� −� )

(� −� ) dimana:

B = Pengukuran Ketidaksamaan Bray-Curtis, Xij, Xik = No. Individu dalam

species I dalam tiap sampel, I,j = baris dan kolom ke-1,2,3….x. Pengukuran

indeks kesamaan Bray-Curtis dapat menggunakan rumus komplemen indeks

pengukuran Bray-Curtis yaitu 1,0 – B (Krebs, 1989). Hasil perhitungan indeks

Bray Curtis ditampilkan dalam bentuj bentuk dendogram dan juga dilakukan analisis menggunakan Analisis faktorial Korespondensi (AFK). Pengolahan data menggunakan perangkat lunak MVSP dan SAS.

(4)

Hasil dan Pembahasan Tutupan Karang

Hasil pengamatan kondisi tutupan karang hidup Taman Nasional Bunaken yang terdiri dari karang keras dan karang lunak berkisar antara 6,5 % - 71%

dengan rata – rata 41,03 %. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No.4 Tahun 2001, tentang kriteria baku kerusakan terumbu karang , maka kondisi terumbu karang tersebut berkisar antara kategori buruk hingga baik. Tutupan karang tertinggi sebesar 71% terdapat di site Pangalisan dan terendah sebesar 6,5 % terdapat di Poopoh. Lokasi/site yang masuk dalam kategori baik ( 50 - 74,9 %) ada 8 site, sedang (25 - 49,9%) ada 13 site dan site yang masuk kategori buruk (0

– 24,9%) ada 5 site (Tabel 1).

Pangalisan merupakan daerah di sisi timur Pulau Bunaken dimana kontur terumbunya landai sehingga penetrasi cahaya dapat masuk dan merata di semua area, hal ini sesuai dengan pendapat Adrim (2007), Hewan koralia untuk membangun terumbu karang, sangat tergantung pertumbuhannya pada sinar matahari.

Tabel 1. Posisi geografis dan persentase tutupan karang hidup di TN. Bunaken.

(5)

tua Zona

Tradisional EcoReef 01o 37' 26,2" 124o 42' 53,5"

13.92 Buruk Zona

Pariwisata Papindangan 01o 38' 01,2" 124o 43' 08,4"

Tidak ada satupun lokasi pengamatan dimana tutupan karangnya masuk dalam kategori sangat baik atau tutupannya lebih dari 75 % (Tabel 1). Menurut

Makatipu et al (2010) rendahnya tutupan karang di beberapa lokasi di TN.

Bunaken disebabkan oleh pernah dilakukannya penangkapan ikan dengan cara merusak oleh masyarakat serta letaknya yang berada di daerah terbuka sehingga pada musim tertentu ombak sangat keras, sedangkan lokasi yang memiliki tutupan karang dalam kondisi baik berada pada daerah yang terlindung dan letaknya yang dekat dengan Pulau Bunaken sehingga pengawasan lebih mudah.

Ikan Karang

Survey ikan karang di Taman Nasional Bunaken sebanyak 26 site tercatat 368 species dalam 46 famili. Famili dominan antara lain Pomacentridae (60 species), Labridae (58 species), Chaetodontidae ( 31 species), Acanthuridae (23 species), Scaridae (23 species), Serranidae (19 species), Balistidae (11 species), Bleniidae (10 species), Pomacanthidae (10 species), Holocentridae (9 species), dan sisanya kurang dari 9 species per famili.

Kelimpahan ikan karang per site di Taman Nasional Bunaken sangat beragam dimana kelimpahan tertinggi terdapat site Pangalisan sebesar 47030

Ind/Ha dan terendah terdapat di site Kima Bajo sebesar 7715 Ind/Ha dengan rata –

(6)

Gambar 2. Histogram rata-rata kelimpahan ikan karang per pulau / group lokasi.

Hasil rata – rata kelimpahan per pulau / group lokasi tertinggi terdapat di Pulau

Bunaken sebesar 29.633 Ind/Ha dan terendah di Pesisir Selatan TN. Bunaken sebesar 12.160 Ind/Ha. Pulau Bunaken memiliki kelimpahan tertinggi dikarenakan pulau ini paling mudah pengawasannya. Setiap aktifitas merusak atau tidak ramah lingkungan paling mudah terpantau di Pulau Bunaken, hal inilah mengapa lokasi di Pesisir Selatan TN. Bunaken yang jauh atau susah untuk dilakukan pengawasan memiliki kelimpahan terendah.

a. Biomassa Ikan Karang

Hasil pengamatan menunjukkan biomassa ikan karang di semua site tertinggi terdapat di Pangalisan sebesar 2.574,78 Kg/Ha dan yang terendah di Wawantulap

sebesar 152, 64 Kg/Ha dengan biomassa rata – rata sebesar 692, 12 Kg/Ha

(gambar 3). Pangalisan memang lokasi terbaik selama di lakukannya survey, tutupan karang dan kelimpahan ikan yang tertinggi di semua lokasi sejalan dengan tertinggi biomassa ikan karangnya. Daerah seperti Wawantulap yang memiliki biomassa rendah harus menjadi perhatian yang serius dikarenakan produksi perikanan karang dari daerah ini sedikit banyaknya akan mempengaruhi ekonomi masyarakaya.

(7)

Gambar 2. Histogram biomassa ikan karang di semua lokasi penelitian.

Biomassa ikan karang rata-rata per pulau / group lokasi menunjukkan Pulau Bunaken memiliki biomassa tertinggi sebesar 1,331,30 Kg/Ha dan terendah di Pesisir Selatan TN. Bunaken sebesar 278,49 Kg/Ha. Pulau Bunaken dimana memiliki tutupan karang dan kelimpahan ikan karang tertinggi dibandingkan lokasi lainnya sejalan dengan stok biomassa ikan karang alaminya. Begitu pula di Pesisir Selatan TN. Bunaken, tutupan karang dan kelimpahan ikan karang yang rendah berdampak pula pada biomassa ikan karangnya.

Hal ini memang sesuai dimana tutupan karang yang tinggi akan mengakibatkan kelimpahan dan biomassa ikan karangnya juga tinggi dan begitu juga sebaliknya. Tutupan karang yang tinggi memberikan banyak manfaat bagi biota penghuninya. Menurut Hutomo (1986), tutupan karang yang baik akan memberikan keuntungan berupa tempat tinggal, perlindungan, tempat mencari makan dan berkembang biak bagi ikan dan biota yang berasosiasi dengannya.

b. Struktur Komunitas Ikan karang

Hasil yang didapat selama penelitian menunjukkan indeks keanekaragaman

berada pada kategori sedang hingga tinggi, berkisar antara 2,35 – 3,21 dengan

nilai rata-rata 2,91 (Tabel 2). Nilai keanekaragaman ini menunjukkan bahwa keseluruhan lokasi masuk kategori sedang. Menurut Odum (1993) bahwa semakin

besar nilai keanekaragaman (H’) menunjukkan komunitas semakin beragam dan

indeks keanekaragaman tergantung dari variasi jumlah species yang terdapat dalam suatu habitat. Nilai keanekaragaman tertinggi terdapat di site Jalur Masuk Nain (3,21) dan terendah di site Wawantulap (2,35) (tabel 2). Hal ini berbeda

dengan hasil penelitian Leuna (2006), dimana rata –rata H’ masuk dalam kisaran

tinggi (3,50). Hal ini diduga terjadi tekanan terhadap komunitas baik dari

(8)

Nilai indeks kemerataan (E) menunjukkan kesetabilan sebuah komunitas. Nilai E dimana semakin mendekati 1 menunjukan komunitas semakin stabil dan

jika semakin mendekati 0, maka komunitas semakin tertekan (Setyobudiandy et

al, 2009 dalam Latucosina et al, 2012). Menurut Odum (1993) indeks kemerataan

(E) menggambarkan ukuran jumlah individu antar species dalam suatu komunitas ikan. Semakin merata sebaran individu antar species maka keseimbangan komunitas akan semakin baik.

Indeks kemerataan tertinggi terdapat di site Timur Nain sebesar 0,74 dan

terendah di site Pangalisan sebesar 0,46 dengan rata – rata 0,56. Nilai tersebut

masuk dalam kategori tertekan hingga labil dan tidak ada satupun yang masuk dalam kategori stabil (tabel 2). Hasil yang berbeda dari penelitian Leuna, 2006 dimana nilai kemerataan masuk kategori stabil. Hal ini menunjukan telah terjadi penurunan status dari stabil menjadi labil. Nilai Dominansi (C) bekisar antara 0 hingga 1 dimana apabilai nilainya mendekati 1 menunjukkan terjadinya dominasi species, begitu juga jika nilainya mendekati 0 dimana tidak ada dominasi oleh

salah satu species (Setyobudiandy et al, 2009 dalam Latucosina et al, 2012). Nilai

dominansi (C) tertinggi terdapat di site Wawantulap (0,21) dan terendah di site Pulau Paniki (0,06) (tabel 2).

Hasil penelitian menunjukan semua lokasi masuk dalam kategori dominansi rendah, hal ini menunjukkan tidak adanya dominansi oleh salah satu species ikan karang di lokasi penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Odum (1993) dimana

indeks keanekaragaman (H’) dan kemerataan (E) bersifat terbalik dengan indeks

dominansinya. Nilai H’ dan E yang tinggi menunjukkan tingkat dominansi yang

rendah.

Tabel 2. Indeks keanekaragaman Shanon-weiner (H’), indeks kemerataan (E) dan

indeks dominansi (C).

Lokasi Site name H` E C

Pesisir Utara TN.. Bunaken

Batu Hitam 3.07 0.60 0.07

Dusun Bahowo 3.17 0.57 0.08

Kima Bajo 2.95 0.65 0.07

Tanjung Pisok 3.18 0.58 0.09

Pulau Bunaken

Fukui 3.02 0.51 0.08

Mandolin 2.87 0.52 0.12

Muka kampung 2.95 0.50 0.10

Pangalisan 2.87 0.46 0.12

Tawara 2.87 0.51 0.10

Pulau Manado Tua

Batu layar 2.90 0.58 0.08

Ecoreef 3.12 0.57 0.07

Papindangan 2.43 0.48 0.21

Tanjung Kopi 3.01 0.57 0.08

Pulau Mantehage

Batu Gepe 3.03 0.55 0.10

Buhias 3.10 0.59 0.09

Pulau Paniki 3.15 0.64 0.06

Tanjung Jangkar 3.19 0.63 0.06

Pulau nain Depan Negeri Nain 2.69 0.50 0.15

(9)

Tatampi Nain 2.82 0.51 0.14

Timur nain 2.80 0.74 0.12

Pesisir Selatan TN.. Bunaken

Wawantulap 2.35 0.52 0.21

Arakan 2.66 0.55 0.10

Poopoh 2.86 0.56 0.10

Sondaken 2.46 0.50 0.14

Tatapaan 2.91 0.57 0.10

c. Kesamaan Species Ikan Karang

Pada taraf penskalaan dendogram 49,7% yang merupakan nilai rata-rata dari indeks similaritas antar stasiun diperoleh 4 kelompok komunitas. Kelompok komunitas pertama adalah site Poopoh, kelompok habitat kedua adalah Arakan dan Wawantulap, kelompok komunitas ketiga adalah Sondaken dan Kima bajo, kelompok komunitas ke empat adalah Tanjung Jangkar, Negeri Nain, Tatampi Nain, Batu Layar, Timur Nain, Tatapaan/Popareng, Papindangan, Tawara, Pangalisan, Muka Kampung, Tanjung Kopi, Mandolin, Jalur Masuk nain, Fukui, Ecoreef, Pulau Paniki, Buhias, Dusun Bahowo, Tanjung Pisok, Batu Hitam dan Batu Gepe (gambar 6).

Pengelompokkan ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komposisi species ikan karang antar groupnya. Terlihat pengelompokkan group 1 hingga group 3 umumnya berada di Pesisir Selatan Taman Nasional Bunaken. Pengelompokkan ini diduga karena lokasi di Pesisir Selatan Taman Nasional Bunaken kondisi habitatnya banyak yang telah rusak sehingga ikan karang yang mendiami area tersebut jauh berkurang.

(10)

Berdasarkan data ikan karang dalam tabel kontingensi dua arah yaitu 368 baris species dan 26 kolom stasiun, dilakukan Analisis Faktorial Korespondensi (AFK). Terlihat site Poopoh dan Wawantulap terpisah dari site lainnya, hal ini berarti kedua site tersebut memiliki species ikan karang yang berbeda dengan site lainnya. Kedua lokasi tersebut memang terletak di bagian selatan Taman Nasional Bunaken. Kondisi ekosistem terumbu karang yang kurang bagus ditambah kelimpahan dan biomassa ikannya yang terkecil dibandingan lokasi lainnya yang menyebabkan lokasi ini terpisah dalam pengelompokkannya.

Gambar 7. Proyeksi dari site dan species dalam bidang dua dimensi (sumbu 1 dan sumbu 2) dengan menggunakan Analisis Faktorial Korespondensi.

Tingkat Keefektifan Zonasi Di Taman Nasional Bunaken

Tutupan Karang Hidup di Taman nasional Bunaken tertinggi terdapat di zona inti (52,17 %) diikuti zona pariwisata (41,82%) dan yang terendah di zona tradisional (39,30%) (gambar 12). Rata-rata tutupan karang hidup di ketiga zona tersebut berdasarkan KEPMEN LH No. 4 tahun 2001 masuk dalam kategori sedang hingga baik. Berdasarkan tertingginya tutupan karang di zona inti menunjukkan pengawasan dan pengelolaan berjalan baik, begitu juga di zona pariwisata dimana di zona ini tidak diperkenankan aktifitas penangkapan memperlihatkan tutupan kedua terbaik setelah zona inti. Zona tradisional memiliki tutupan karang terendah, hal ini sang wajar dimana zona tradisional dimanfaatkan sebagai lokasi penangkapan bagi nelayan di sekitar kawasan TN. Bunaken.

Tabel 3. Nilai Rata-rata persentase tutupan karang, kelimpahan dan biomassa ikan di ketiga zonasi di Taman Nasional Bunaken.

Zonasi

Nilai rata-rata

Tutupan karang (%) Kelimpahan (Ind/Ha)

Biomassa (Kg/Ha)

(11)

Zona Pariwisata 41.82 20.330,14 810.46

Zona Tradisional 39.3 15.646,71 561.15

Kelimpahan ikan karang di Taman Nasional Bunaken tertinggi terdapat di zona pariwisata (20.330,14 Ind/Ha), diikuti zona inti (18.846,67 Ind/Ha) dan terendah di zona Tradisional (15.646,71 Ind/Ha). Biomassa ikan karang di TN. Bunaken tertinggi di zona inti (819,19 Kg/Ha), diikuti zona pariwisata (810,46 Kg/Ha) dan terendah di zona tradisional (561,15 Kg/Ha). Hal yang menarik disini adalah kelimpahan tertinggi terdapat di zona pariwisata sedangkan biomassa tertinggi terdapat di zona inti, hal ini menunjukkan di zona inti ukuran ikannya relatif lebih besar. Sedangkan di zona pariwisata ukuran ikannya relatif lebih kecil namun jumlahnya banyak.

Dengan ukuran yang relatif lebih besar di zona inti, mengindikasikan ikan karang di zona ini masuk kisaran dewasa atau matang gonad. Dengan asumsi yang sama diharapkan transfer larva atau penyebaran larva baik karang, ikan maupun biota lainnya kedaerah penyangga seperti zona pariwisata dan tradisional dapat terus berjalan. Hasil ini mengindikasikan pengelolaan di Taman Nasional Bunaken masih berjalan efektif selama regulasi pengelolaan zonasi tetap berjalan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

- Selama penelitian tercatat 368 species dalam 46 famili ikan karang.

- Nilai persentase tutupan karang, kelimpahan dan biomassa ikannya

menunjukan Pulau Bunaken paling baik dibandingan lokasi lainnya.

- Struktur komunitas dilihat dari indeks ekologi (H’ di semua site masuk

kategori sedang, E kategori labil dan C kategori rendah) menunjukan kondisi komunitas ikan karang masih baik.

- Tingkat kesamaan species ikan karang mengelompokkan lokasi di Pesisir

Selatan TN. Bunaken berbeda dengan lokasi lainnya yaitu Pesisir Utara TN. Bunaken, Pulau Nain, Pulau Mantehage, Pulau Bunaken,dan Pulau Manado Tua.

- Tingkat keefektifan zonasi di TN. Bunaken berdasarkan data tutupan

karang dan ikan karang masih baik dengan indikasi biomasa di zona inti/perlindungan tertinggi dengan ukuran ikan relatif besar/dewasa sehingga sangat potensial dalam penyebaran larva untuk zona lainnya.

Daftar Pustaka

Adrim, M.2007. Komunitas Ikan Karang Di Perairan Pulau Enggano, Provinsi

(12)

Allen,G, R.Steene, P. Hulmann dan N. Deloach. 2003. Reef Fish Tropical Pacific Identification. New World Publication, Inc. Jackson ville. Florida. USA.

Hutomo, M. 1986. Komunitas Ikan karang dan Metode Sensus Visual. LON

LIPI.Jakarta.

Krebs,Ch.J. 1989. Ecological Methodology. Univ. of British Columbia. Harper

Collins Publisher.645

Kulbicki, M, N. Guillemot dan M. Amand. 2005. A General Aproach to

Length-Weight Relationships for New Caledonian Lagoon Fishes. Journal Cybium:

235-252p.

Latuconsina, H, M. N. Nessa dan RA. Rappe. 2012. Komposisi Spesies Dan Struktur Komunitas Ikan Padang lamun Di Perairan Tanjung Tiram-Teluk

Ambon Dalam. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.4 No.1. Hal

35-46.

Leuna, M.W., dan P.C. Makatipu. 2006. Struktur Komunitas Ikan karang Di

Perairan Terumbu Karang Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Laporan. WWF Indonesia. Bunaken Project. 19 hal.

Ludwig, J. A., & J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods

and Computing. John Wiley & Sons, New York: xviii + 337 hlm.

Makatipu, P.C., T. Peristiwady, dan M. Leuna. 2010. Biodiversitas Ikan target di Terumbu Karang Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Oseanologi

dan Limnologi di Indonesia. Jurnal.Volume 36(3). LIPI. Jakarta.

Marnane et al . 2003. Laporan Teknis Survey 2003-2004 Di Kepulauan

Karimunjawa, Jawa tengah. WCS.75p.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada Univerity Press.

Gambar

Gambar 1. Lokasi pengamatan di Taman Nasional Bunaken (sumber peta TN.  Bunaken)
Tabel 1. Posisi geografis dan persentase tutupan karang hidup di TN. Bunaken.
Gambar 2. Histogram rata-rata kelimpahan ikan karang per pulau / group lokasi.
Gambar 2. Histogram biomassa ikan karang di semua lokasi penelitian.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian halaman member yang terdiri dari login member , login member gagal, edit profil, tambah kuliner, tambah foto kuliner dengan foto yang sama seperti sebelumnya,

Saudara Loisa Wijaya Berhubungan ada t ugas yang mendadak, saya t idak dapat hadir sebagai juri unt uk Pemilihan Pelajar Teladan Senin, 9 November 2009 pukul 08.00 di

Hasil belajar siswa menggunakan nilai post test dengan teknik analisis data statistik uji-t satu sampel (one sample t-test). Hasil penelitian ini menunjukan penuntun

Tentang pengalaman kebersatuan ( fana' baqa atau ittihad), Ahmad Sirhindi menyatakan semua itu hanyalah penglihatan (syuhudi) bukan kenyataan; para sufi itu tidaklah

Berdasarkan penjabaran beberapa proses alternatif baik pada proses oksidasi maupun proses pemurnian maleic anhydride, kami memilih fixed bed process untuk

Dari hasil uji coba yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa ekstraksi topik dengan menggunakan hypergraph partitioning metode k-way spectral clustering menghasilkan nilai

Hal ini juga ditandai oleh persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat, mulai dari perusahaan-perusahaan besar ,perusahaan menengah hingga perusahaan

• Degree of bodily arousal influences the intensity of emotion felt Schachter’s Theory Type Intensity Emotion (Fear) Perception (Interpretation of stimulus-- danger) Stimulus