• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Metode Kooperatif Tipe Stad Pada Kelas V SDN Inpres Toropot | Zakira | Jurnal Kreatif Tadulako Online 3966 12656 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Metode Kooperatif Tipe Stad Pada Kelas V SDN Inpres Toropot | Zakira | Jurnal Kreatif Tadulako Online 3966 12656 1 PB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

182

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn

Melalui Metode Kooperatif Tipe Stad Pada

Kelas V SDN Inpres Toropot

Zakira, Jamaludin, dan Hasdin

Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

ABSTRAK

Penelitian ini dilandasi oleh kenyataan di lapangan bahwa masih banyak siswa SD mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran PKn. Untuk mengatasi kesulitan tersebut dilakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas V SDN InpresToropot. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V SDN Inpres Toropot Kecamatan Bokan Kepulauan Kabupaten Banggai Laut, sebanyak 25 orang siswa yang terdiri dari 12 orang perempuan dan 13 orang laki-laki pada tahun pelajaran 2014/2015 semester ganjil dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan standar kompetensi menghargai keputusan bersama.Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dilaksanakan melalui 7 tahap yaitu: persiapan Pembelajaran,Tahap Penyajian Materi, Tahap Kegiatan Kelompok, tahap pemeriksaan terhadap hasil Kegiatan Kelompok, tahap siswa mengerjakan soal-soal tes individu, tahap pemeriksaan hasil dan tahap penghargaan kelompok. Untuk mengetahui tingkat penguasaan pemahaman konsep menghargai keputusan bersama dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD maka yang perlu diperhatikan adalah aktifitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dengan melihat keterampilan kooperatif siswa dan pengelolaan pembelajaran kooperatif oleh guru,serta pencapaian peningkatan hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa padabahasan menghargai keputusan bersama di kelas V SDN Inpres Toropot Kecamatan Bokan Kepulauan Kabupaten Banggai Lautyang dilihat dari hasil tes formatif pada setiap siklusnya. Hasil analisis data disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn khususnya pada bahasan menghargai keputusan bersama.Pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu dijadikan referensi dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran PKn. Saran, Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn dapat diterapkan oleh setiap guru dan menjadi pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman siswa.

(2)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

183 ABSTRACT

This study is based on the reality on the ground that there are many elementary school students have difficulty in understanding the learning civics, To overcome these difficulties action using STAD cooperative learning model. This study aims to determine how the implementation of cooperative learning model Student Team Achievement Division ( STAD) in improving student learning outcomes in subjects Civics class V SDN Instruction Toropot. This research is the subject of a class action research were all students of class V SDN Instruction Toropot District of Bokan Sea Banggai Islands, as many as 25 students consisting of 12 women and 13 men in the first semester of the academic year 2014/2015 with eyes Citizenship Education lessons appreciate competency standard joint decision. Cooperative Learning STAD implemented through seven stages: preparation Learning, Stage Presentation Materials, Phase Group Activities, the examination of the results of group activities, students stage of work on the problems of individual tests, the results of the examination phase and group awards stage. To determine the level of mastery appreciate your understanding of the concepts together using STAD cooperative learning that must be considered are the activities of teachers and students in the learning process by looking at students' cooperative skills and management of cooperative learning by teachers, as well as the achievement of improving student learning outcomes. From the results of the study showed that STAD cooperative learning can improve student learning outcomes in the discussion appreciate the decision together in class V SDN Instruction Toropot Bokan District of Banggai Islands Sea as seen from the results of formative tests in each cycle.The results of data analysis concluded that STAD cooperative learning can improve student learning outcomes in subjects Civics particularly the discussion appreciate joint decision. STAD cooperative learning need to be referenced in the learning activities, particularly on the subjects of Civics.

Suggestion,Application of Cooperative learning model STAD on subjects Civics can be applied by every teacher and be learning to enhance students' understanding.

(3)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

184 I. PENDAHULUAN

Pelaksanaan proses pendidikan disekolah dasar terdiri dari beberapa mata

pelajaran salah satunya adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn). Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya adalah

untuk membantu mengembangkan pendidikan pembelajaran dalam meningkatkan

moral siswa di sekolah. Agar memperoleh moral yang diharapkan dari setiap

siswa di sekolah, tingkah laku anak sekolah sering membuat kesal gurunya.

Misalnya tidak menghargai guru dan teman-temannya serta tidak mau berdisiplin

dengan apa yang telah di sepakatinya, baik itu dalam mematuhi aturan yang

dibuat oleh sekolah maupun aturan kelas yang nantinya berdampak besar pada

ketidakpatuhan pada aturan keluarga hal ini disebabkan kebanyakan siswa tidak

memahami konsep pembelajaran secara benar dan aplikasi konsep tersebut di

dalam masyarakat.

Menurut Sjarkawi (2006:11) mengemukakan pendapat bahwa Mata

pelajaran yang terkait dengan perilaku moral terintegrasi dalam seluruh mata

pelajaran di sekolah, terutama dalam mata pelajaran Agama,Pendidikan

Kewarganegaraan (PKN), ilmu pengetahuan sosial (IPS), dan Bahasa Indonesia.

Ini berarti pendidikan budi pekerti tidak diajarkan melalui satu pelajaran khusus

dengan alokasi jam pelajaran tertentu, tetapi terintegrasi kedalam semua mata

pelajaran yang diajarkan dan nilai-nilainya dipraktekkan atau ditanamkan oleh

semua guru di sekolah.

Menurut Nabisi Lapono (2008:165) mengemukakan bahwa hasil belajar

adalah hasil analisis sejumlah fakta tentang performance (unjuk kerja) peserta didik dalam proses penguasaan kompetensi yang diharapkan. Sedangkan menurut

Gagne (Dimyati:2006), ada lima kategori hasil belajar dalam kelompok

kapabilitas tersebut, yaitu: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3)

strategi kognitif; (4) sikap; dan (5) keterampilan gerak.

Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2014 di

kelas V SDN Inpres Toropot Kecamatan Kecamatan Bokan Kepulauan Kabupaten

Bangai laut, peneliti melakukan observasi, wawancara dan tes langsung kepada

(4)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

185 dilaksanakan dikelas, peneliti memperoleh informasi sebagai berikut sebagai

berikut: (1) guru dalam mengajarkan konsep pada mata pelajaran PKn kepada

siswa kurang melibatkan siswa secara aktif dalam interaksi belajar mengajar

sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar, (2) guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran kebanyakan ceramah saja tanpa membimbing siswa

bagaimana cara berdiskusi dan bertukar pikiran dalam memecahkan masalah yang

dihadapi. (3) guru kurang membimbing siswa dalam mengembangkan dan

mengenal secara utuh konsep-konsep dalam mata pelajaran PKn, sehingga dengan

bimbingan guru tersebut siswa dapat mengkontruksi pemikirannya untuk

menemukan konsep-konsep pada mata pelajaran PKn lebih kompleks dan mudah

untuk dipahami. (4) guru juga dalam mengajarkan PKn tidak memberikan

keterhubungan antara materi dengan fenomena yang ada di lingkungan sekitar

siswa.

Untuk mendukung informasi tersebut diatas peneliti mencocokkan dengan

dokumen nilai ternyata tampak bahwa pada umumnya siswa kurang memahami

konsep tersebut, hal ini terlihat dari ketidak mampuan siswa dalam menjabarkan

secara kompleks mengenai konsep yang benar, jadi untuk mengatasi masalah

tentang hasil belajar siswa didalam mata pelajaran PKn khususnya pada Kelas V

maka dipandang perlu untuk memilih metode dan bagaimana proses pelaksanaan

metode tersebut dalam pembelajaran, sehingga dapat ditelaah dengan baik oleh

guru maupun siswa.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model

pembelajaran sederhana tetapi sangat tepat dan relevan untuk digunakandalam

proses pembelajaran PKn pada siswa kelas V SDN Inpres Toropot yang dianggap

representatif dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran,

sehingga dalam setiap pembelajaran menyenangkan bagi setiap peserta didik,

berpikir logis dan kritis, berkomunikasi, bekerjasama dalam memecahkan sebuah

masalah dan memiliki keterampilan dalam kehidupan sosial dan kesadaran

terhadap nilai-nilai sosial untuk meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus

(5)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

186 kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar baik secara individu, maupun

kelompok.

Tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana, dan merupakan salah satu model yang banyak digunakan dalam

pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2007:52) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD ialah “salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen”.

Menurut Nur Asma (2006:51) mengemukakan bahwa langkah-langkah

kegiatan pembelajaran model STAD terdiri dari tujuh tahap, yaitu1) tahap

persiapan pembelajaran, 2) tahap penyajian materi, 3) tahap kegiatan belajar

kelompok, 4) tahap pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok, 5) tahap siswa

mengerjakan soal-soal tes secara individual, 6) tahap pemeriksaan hasil tes, 7)

tahap penghargaan kelompok.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas V SDN

Inpres Toropot menunjukkan kurangnya hasil belajar pada mata pelajaran PKn.

Penyebabnya adalah metode dan model pembelajaran yang digunakan dalam

menyampaikan materi siswa kurang belajar bekerja sama dan penggunaan metode

kurang bervariasi kebanyakan hanya menggunakan metode ceramah dan siswa

cenderung dipaksa untuk menghafal materi. Oleh karena itu peneliti bersama guru

bermaksud untuk mengatasi permasalahan tersebut maka akan dilakukan

penelitian dengan menerapkan metode kooperatif tipe STAD.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah : “Apakah dengan menggunakan Metode

Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn Kelas V di SDN Inpres Toropot ?”.

Berdasarkanrumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah:“Untuk

(6)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

187 Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka hipotesis yang

akan diajukan adalah bahwa menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe

STADdapat meningkatkan Hasil Belajar siswadalam Pembelajaran PKn di kelas

V SDN Inpres Toropot Kecamatan Bokan Kepulauan Kabupaten Banggai Laut.

II. METODE PENELITIAN

Desain penelitian mengacu kepada model penelitian yang dikemukakan

oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto, 2009:16) yang terdiri atas 4 komponen

yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi.

Kegiatan penelitian ini terdiri dalam dua tahap, yaitu tahap pra penelitian

dan tahap pelaksanaan tindakan. Langkah-langkah dalam tahap pra penelitian (a)

melakukan observasi (b) menyiapkan tes awal. Tahap pelaksanakan tindakan

adalah dilakukan secara bersiklusdan terdiri dari empat fase: 1) Perencanaan, 2)

Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi.

Adapun kegiatan-kegiatan dalam setiap siklus terdiri dari empat fase. 1)

PerencanaanKegiatanyang dilakukanpadatahapini adalah:a) Membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi pelajaran IPA yang akan

diajarkan, b) Menyusun bahan ajar, c) Membuat LKS, e) Membuat lembar

observasi, d) Membuat lembar evaluasi.2) Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang

diiaksanakan pada tahap ini didasarkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah disiapkan, yaitu menggunakan metode kooperatif tipe STAD yaitu a)

Observasi pada tahap ini dilaksanakan proses kegiatan pembelajaran di kelas

dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati kegiatan siswa maupun

peneliti yang akan dilakukan oleh teman sejawat dari SDN Inpres Toropot, b)

Refleksi pada tahap ini seluruh hasil dan data yang diperoleh dianalisis dan

direfleksikan, apakah kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN Inpres Toropot. Hasil refleksi

akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan yang lebih efektif

pada siklus berikutnya.

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan pemberian tes dan

(7)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

188 tentang pemahaman awal dan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil

belajar yang dicapai oleh siswa, observasi dilakukan untuk mengumpulkan data

yang dilakukan oleh peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung

dalam proses pelaksanaan tindakan.

Data tentang hasil belajar siswa dapat diolah dan dianalisis dengan

dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung untuk mengetahui daya serap

klasikal dan ketuntasan belajar klasikal.

III. HASIL DAN PENELITIAN

Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilakukan tiga kali pertemuan, dua kali

proses belajar mengajar dan satu kali pertemuan untuk pemberian tes.

Pembelajaran pada tahap ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan pelaksanaan pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran.

Hal yang menjadi fokus observasi yaitu observasi aktivitas siswa dalam

pembelajaran serta observasi aktivitas guru/peneliti pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas

dilakukan pada saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan cara mengisi

lembar observasi yang telah disediakan.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I secara umum

aspek yang diamati menunjukkan jumlah skor pertemuan pertama adalah 30 dari

skor maksimal 56 diperoleh persentase rata-rata 53,57% dan pertemuan kedua

adalah 34 dari skor maksimal 56 diperoleh persentase rata-rata 60,71%. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas siswa masih perlu ditingkatkan untuk mendapatkan

hasil yang maksimal.

Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru pada siklus I beberapa aspek

sudah baik namun ada beberapa aspek yang masih dalam kategori cukup. Dari

hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I pertemuan pertama

skor yang diperoleh 34 dari skor maksimal 64 dengan persentase yang diperoleh

53,12% sedangkan pertemuan kedua skor yang diperoleh 38 dari skor maksimal

(8)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

189 aktivitas guru pada siklus Imasih perlu ditingkatkan untuk mencapai hasil yang

maksimal.

Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I

dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD, kegiatan selanjutnya adalah

pemberian tes. Hasil analisis tes akhir siklus I secara singkat dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Tes Hasil Belajar Tindakan Siklus I

No Aspek perolehan Hasil

1 Skor tertinggi 85

2 Skor terendah 60

3 Jumlah siswa 25

4 Banyak siswa yang tuntas 15

5 Presentaseketuntasanbelajar klasikal 60%

6 Presentase daya serap klasikal 71,2%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa tes yang diperoleh pada siklus

Iyakni dengan skor tertinggi 85, skor terendah 60 dengan persentase ketuntasan

belajar klasikal 60% dan daya serap klasikal 71,2%. Dari hasil analisis tes hasil

belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan menggunakan

metode kooperatif tipe STAD dapat dinyatakan belum tuntas karena belum

mencapai indikator kinerja yang diharapkan.

Pada pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I,

hanya saja beberapa hal yang dianggap kurang pada siklus I diperbaiki pada siklus

II dan disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai. Hasil yang diperoleh

pada siklus ini dikumpulkan serta dianalisis. Hasilnya digunakan untuk

menetapkan suatu kesimpulan berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran.

Pada siklus II hasil observasi aktivitas siswa secara umum aspek yang

diamati menunjukkan adanya peningkatan pada aktivitas siswa dengan jumlah

skor dalam pembelajaran. Dari hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa pada

siklus II pertemuan pertama skor yang diperoleh 39 dari skor maksimal 56 dengan

persentase yang diperoleh 69,64% sedangkan pertemuan kedua skor yang

(9)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

190 Berdasarkan observasi aktivitas guru pada siklus II yang disajikan pada

tabel terlihat bahwa hasil observasi aktivitas guru pada siklus II terdapat adanya

peningkatan yang cukup baik. Pada siklus II pertemuan pertama diperoleh jumlah

skor 44 dengan skor maksimal 64 dan persentase yang diperoleh 68,75%,

sedangkan pertemuan kedua diperoleh jumlah skor 52 dengan skor maksimal 64

dan persentase yang diperoleh 81,25% .

Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I

dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD, kegiatan selanjutnya adalah

pemberian tes. Hasil analisis tes akhir siklus I secarasingkat dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Tes Hasil Belajar Tindakan Siklus II

No. Aspek perolehan Hasil

1 Skor tertinggi 100

2 Skor terendah 75

3 Jumlah siswa 25

4 Banyak siswa yang tuntas 25

5 Presentaseketuntasan belajar klasikal 100%

6 Presentase daya serap klasikal 87,2%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa tes yang diperoleh pada siklus I

yakni dengan skor tertinggi 100, skor terendah 75 dengan persentase ketuntasan

belajar klasikal 100% dan daya serap klasikal 87,2%. Dari hasil analisis tes hasil

belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan menggunakan

metode kooperatif tipe STAD dapat dinyatakan tuntas karena sudah mencapai

indikator kinerja yang diharapkan yaitu tuntas secara klasikal apabila mencapai

minimal 75%.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar pada siklus I diperoleh

ketuntasan klasikal sebesar 60% dengan 15 orang siswa yang tuntas dari 25 siswa

yang mengikuti tes akhir tindakan dan persentase daya serap klasikal 71,2% ini

masih perlu ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sedangkan

(10)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

191 100% dan persentase daya serap klasikal 87,2%. Hal ini berarti pembelajaran pada

siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan atau peningkatan hasil belajar dan

tidak perlu melanjutkan kesiklus berikutnya.Pembelajaran menggunakan metode

kooperatif tipe STAD dianggap representatif dalam memecahkan masalah yang

terjadi dalam pembelajaran, sehingga dalam setiap pembelajaran menyenangkan

bagi setiap peserta didik, berpikir logis dan kritis, berkomunikasi, bekerjasama

dalam memecahkan sebuah masalah dan memiliki keterampilan dalam kehidupan

sosial dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial untuk meningkatkan hasil belajar

siswa sekaligus meningkatkan hasil pembelajaran PKn sehingga dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar baik secara individu, maupun

kelompok.

Suasana belajar yang mendukung merupakan salah satu motivasi siswa

dalam menjawab pertanyaan. Hal ini berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari hasil analisis

aktivitas guru dan siswa yang diperoleh, menunjukkan bahwa penelitian tindakan

kelas ini semua kriteria aktivitas guru dan aktivitas siswa serta analisis tes hasil

belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi

kriteria yang ditetapkan pada indikator kerja. Siswa merasa senang dan

termotivasi untuk mengikuti pembelajaran., memudahkan siswa memahami

pelajaran yang dipelajari, serta meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan

pengalaman belajar.

IV. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian yang

dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD pada mata pelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas V SDN Inpres Toropot Kecamatan Bokan Kepulauan. Peningkatan

hasil belajar dalam penelitian ini dapat dilihat pada perbedaan hasil tes akhir

tindakan siklus I dan siklus II yang diperoleh siswa. Tindakan siklus I diperoleh

(11)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

192 observasi guru pertemuan I 53,12% dan pertemuan II 59,37% sedangkan hasil

observasi siswa pertemuan I 53,57% dan pertemuan II 60,71%. Sementara itu

pada tindakan siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal 100% dan daya serap

klasikal87,2% dengan hasil observasi guru pertemuan I68.75% dan pertemuan II

81,25%. Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator

keberhasilan, sehingga tidak perlu lagi diadakan penelitan kesiklus III.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, dikemukakan beberapa

saran yaitu Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata

pelajaran PKn dapat diterapkan oleh setiap guru dan menjadi pembelajaran dalam

meningkatkan pemahaman siswa.Bagi calon peneliti yang ingin melakukan

penelitian yang sama hendaknya penelitian ini dapat dijadikan sebagai panduan

dan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada penelitian ini dapat

disempurnakan.

DAFTAR PUSTAKA

Asma, N. (2006).Model Pembelajaran Kooperatif.Jakarta:DepartemenPendidikan Nasional

Arikunto, S. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dimyati. (2006). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Lapono, Nabisi. Dkk. (2008). Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Sjarkawi. (2006).Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral, Berpijak Pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta: PTRineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Kelemahan bahan dari eternit atau asbes tidak tahan terhadap goncangan dan benturan sehingga harus berhati-hati dalam proses pemasangan plafon supaya tidak

Area cagar budaya memiliki keterikatan yang sangat jelas terhadap waktu, terutama berkaitan dengan aspek kesejarahannya, sehingga untuk menghadirkan objek yang ’abadi’,

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Tujuan perancangan ini adalah mendesain eksterior mobil Suzuki Grand Vitara dengan kesan maskulin yang sesuai dengan keinginan konsumen pada styling mobil Suzuki

Administrator adalah entitas yang memiliki wewenang penuh pada program ini, dimana administrator dapat mengatur pengguna aplikasi ini, memasukkan data kapal,

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Hal tersebut dapat dibuktikan melalui diterimanya tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecerdasan

[r]