• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH BAHASA INDONESIA kalimat efektif (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH BAHASA INDONESIA kalimat efektif (2)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).

(2)

B.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?

2. Apa saja unsur-unsur kalimat?

3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?

4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?

5. Bagaimana struktur kalimat efektif?

6. Jenis Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembetulannya 7. Hal yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Menjadi Kurang Efektif

C.

TUJUAN PEMBAHASAN

1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi baik

dan benar

2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa

3. Menjaga kemurnian bahasa Indonesia

D.

MANFAAT PEMBAHASAN

1. Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami bagaimana yang dikatakan dengan kalimat

efektif.

2. Manfaat untuk kelompok: agar kita bisa menjaga budaya Bahasa Indonesia yang baik dan

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A.

PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

B. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1. Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:

a. Ayahku sedang melukis.

b. Meja direktur besar.

c. Yang berbaju batik dosen saya.

d. Berjalan kaki menyehatkan badan.

e. Membangun jalan layang sangat mahal.

(4)

Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa

(yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.

a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.

b. Di sini melayani obat generic.

c. Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2. Predikat (P)

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:

a. Kuda meringkik.

b. Ibu sedang tidur siang.

(5)

d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.

e. Kucingku belang tiga.

f. Robby mahasiswa baru.

g. Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.

Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.

c. Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3. Objek (O)

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.

a. Nurul menimang …

b. Arsitek merancang …

(6)

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.

a. Nenek mandi.

b. Komputerku rusak.

c. Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.

a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)

2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)

2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:

a. Ketua MPR membacakan Pancasila.

S P O

b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

S P Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:

Pancasila dibacakan oleh ketua MPR. S P O

(7)

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.

Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.

b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil. bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.

(8)

Sebelum

3. Alat dengan Dengan pisau, dengan mobil

4. Tujuan Supaya/agar

6. Kesalingan - Satu sama lain

7. Similatif Seperti

Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:

1) Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

(9)

Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.

Contoh:

a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah) b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)

Tidak terdapat subjek yang ganda.

Contoh:

a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. b. Saat itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut : a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

Contoh:

a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi

ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:

a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama. b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki. Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.

Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:

(10)

a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2) Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan

verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh:

a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang

penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

3) Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh:

Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

(11)

Contoh:

Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. Penekanannya Harapan presiden.

Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.

Membuat urutan kata yang bertahap

Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

Seharusnya:

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:

Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan

Contoh:

Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

Contoh:

Saudaralah yang bertanggung jawab.

4) Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

(12)

Perhatikan contoh:

Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang. Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.

Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.

Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada

hiponimi kata. Perhatikan contoh:

a. Ia memakai baju warna merah.

b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?

Kata merah sudah mencakupi kata warna. Kata pipit sudah mencakupi kata burung. Kalimat itu dapat diubah menjadi

a. Ia memakai baju merah.

b. Di mana engkau menangkap pipit itu?

Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu

kalimat.

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini. a. Dia hanya membawa badannya saja.

b. Sejak dari pagi dia bermenung.

Kata naik bersinonim dengan ke atas. Kata turun bersinonim dengan ke bawah. Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi a. Dia hanya membawa badannya.

b. Sejak pagi dia bermenung.

Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk

jamak. Misalnya:

(13)

5) Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi. Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.

 Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi

Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

6) Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak

simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele. Misalnya:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab

b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam

kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. Contoh:

(14)

Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk

a. Surat itu sudah saya baca.

b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang

antara predikat kata kerja dan objek penderita. Perhatikan kalimat ini :

a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.

b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat. Seharusnya:

a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.

b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

7) Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

D.

SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca

dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

E.

STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF

(15)

tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.

Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:

1. Buat Papa menulis surat saya.

2. Surat saya menulis buat Papa.

3. Menuis saya surat buat Papa.

4. Papa saya buat menulis surat.

5. Saya Papa buat menulis surat.

6. Buat Papa surat saya menulis.

Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.

Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.

F. Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembetulannya 1. Pleonastis

Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:

Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.

Kalimat ini seharusnya : Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.Kita harus saling tolong-menolong.

(16)

2. Kontaminasi

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan. Sehingga menjadi :

Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3. Salah pemilihan kata

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Saya mengetahui kalau ia kecewa.

Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

4. Salah nalar

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Bola gagal masuk gawang.

Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.

5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)

Bahasa Asing

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:

Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.

Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:

I live in Semarang where my mother work

(17)

Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja. Bahasa daerah

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:

Anak-anak sudah pada datang.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi: Anak-anak sudah datang.

Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di tabloid anak-anak Yunior.  Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)

Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat mana?

6. Kata depan yang tidak perlu

Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti pada kalimat berikut:

Contoh :

Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi:

Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

G. Hal yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Menjadi Kurang Efektif

Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain

1. Kurang padunya kesatuan gagasan.

(18)

Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.

Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.

2. Kurang ekonomis pemakaian kata.

Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya:  membicarakan tentang transmigrasi

Seharusnya: membicarakan transmigrasisudah pada tempatnya apabila

Seharusnya: sudah selayaknya apabila

Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga

dirasakan oleh kelompok elite pribumi.

Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan kelompok elite.

Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.

3. Kurang logis susunan gagasannya.

Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut: Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.

Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:

Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.

(19)

Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.

Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas bimbingannya

dalam menyelesaikan buku ini.

Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat

menjadi bahasa internasional.

Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan mengatakan.

5. Konstruksi yang bermakna ganda.

Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:

Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.

Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:

Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.

Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.

Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti kalimat berikut:

Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.

6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.

Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.

Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia

memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh. Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:

Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.

(20)

7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.

Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar).

Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:

Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis

data.

Seharusnya:

Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.

Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

Seharusnya:

Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

Atau:

(21)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

 Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara

tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.

 Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan

keterangan (Ket).

 Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan,

kepaduan, kelogisan.

B. SARAN

(22)

Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena tentang bahasa indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar teradi komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik. 2) Bagi calon pendidik

Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.

3) Bagi lembaga sekolah

Gambar

tabel di bawah ini.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami

Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami

Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami

Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa

Analisis : Kalimat tersebut tidak efektif, karena dalam kalimat tersebut terdapat susunan kata yang kurang padu dan tidak baku yaitu Kata “merasakan” harusnya diganti dengan

Makalah tentang "Kalimat Efektif" bisa membahas berbagai aspek terkait dengan bagaimana membuat kalimat yang efektif dalam penulisan. Di bawah ini, saya akan memberikan penjelasan tentang beberapa poin yang bisa dicakup dalam makalah semacam itu: Pengertian Kalimat Efektif: Awal dari makalah bisa dimulai dengan memberikan definisi tentang apa yang dimaksud dengan "kalimat efektif." Ini termasuk dalam pemahaman bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengkomunikasikan pesan atau informasi dengan jelas dan tepat. Struktur Kalimat: Penjelasan tentang struktur kalimat yang baik. Ini termasuk subjek, predikat, objek, dan bagaimana mereka disusun secara logis dalam kalimat. Juga bisa memasukkan informasi tentang jenis-jenis kalimat, seperti kalimat afirmatif, negatif, atau interogatif.

Kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara.9

Unsur-Unsur Kalimat Efektif Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat,