• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Informed Consent dan Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Informed Consent dan Penelitian"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN INFORMED CONSENT DAN PENELITIAN KESEHATAN

Oleh:

Solihin Niar Ramadhan 110110110195

Bima Rizki Nurrahman 110110110237

Trian Christiawan 110110110244

Dosen:

Dr.Hj.Efa Laela Fakhriah. S.H.,M.H

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2014

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah merupakan hak asasi manusia. Pada pasal 28 H dijelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan jidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam rangka mempertahankan kesehatan yang optimal harus dilakukan bersama-sama, oleh semua tenaga kesehatan sebagai konsekuensi dari kebijakan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat menempatkan tenaga keperawatan sebagai tenaga kesehatan mayoritas yang sering berhubungan dengan pasien sebagai pengguna jasa pelayanan rumah sakit. Perawat hadir 24 jam bersama pasien dan memiliki hubungan yang lebih dekat dengan pasien dibandingkan tenaga kesehatan lain. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan/atau mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri.

Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan menurut Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996. Perawat diposisikan sebagai salah satu dari profesi tenaga kesehatan yang menempati peran yang setara dengan tenaga kesehatan lain. Perjalanan awalnya perawat hanya dianggap okuvasi (pekerjaan) saja yang tidak membutuhkan profesionalisme. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan praktek keperawatan, perawat sudah diakui sebagai suatu profesi, sehingga pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan harus didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus terlebih dahulu memberikan informed consent kepada pasien. Persetujuan tindakan medik atau informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan, tetapi setiap tindakan medik yang mengandung resiko tinggi harus dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang hendak memberikan persetujuan.

(3)

untuk meyakinkan individu yang bersangkutan untuk membuat keputusan tentang pelayanan kesehatan terhadap diri mereka sendiri.

Dalam permenkes 585/Men.Kes/Per/ IX/1989 tentang persetujuan medik pasal 6 ayat 1 sampai 3 disebutkan bahwa yang memberikan informasi dalam hal tindakan bedah adalah dokter yang akan melakukan operasi, atau bila tidak ada, dokter lain dengan pengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab. Dalam hal tindakan yang bukan bedah (operasi) dan tindakan invasif lainnya, informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat, dengan pengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab.

Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pasal 22 ayat 1 disebutkan bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk diantaranya adalah kewajiban untuk menghormati hak pasien, memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan, dan kewajiban untuk meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan.

(4)

berkaitan dengan unsure tersebut; dengan mencari bukti dan dilakukan melalui langkah-langkah tertentu yang bersifat ilmiah, sistematis dan logis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Informed Consent dan bagaimana pengaturannya lebih jauh?

2. Apa itu Penelitian Kesehatan dan bagaimana kaitannya dengan hukum kesehatan saat ini?

(5)

PEMBAHASAN

A. Pengertian Informed Consent

Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan, seperti operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap tentang risiko, manfaat, alternatif, dan akibat penolakan. Informed consent merupakan kewajiban hukum bagi penyelengara pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi dalam istilah yang dimengerti oleh klien sehingga klien dapat membuat pilihan. Persetujuan ini harus diperoleh pada saat klien tidak berada dalam pengaruh obat seperti narkotika.

Secara harfiah informed consent adalah persetujuan bebas yang didasarkan atas informasi yang diperlukan untuk membuat persetujuan tersebut. Dilihat dari pihak-pihak yang terlibat , dalam praktek dan penelitian medis, pengertian “informed consent” memuat dua unsur pokok, yakni:

1. Hak pasien (atau subjek manusiawi yang akan dijadikan kelinci percobaanmedis) untuk dimintai persetujuannya bebasnya oleh dokter (tenaga medis) dalam melakukan kegiatan medis pada pasien tersebut, khususnya apabila kegiiatan ini memuat kemungkinan resiko yang akan ditanggung oleh pasien.

2. Kewajiban dokter (tenaga riset medis) untuk menghormati hak tersebut dan untuk memberikan informasi seperlunya, sehingga persetujuan bebas dan rasional dapat diberikan kapada pasien.

Dalam pengertian persetujuan bebas terkandung kemungkinan bagi pasien untuk menerima atau menolak apa yang ditawarkan dengan disertai penjelasan atau pemberian informasi seperlunya oleh tenaga medis.

Dilihat dari hal-hal yang perlu ada agar informed consent dapat diberikan oleh pasien maka, seperti yang dikemukakan oleh Tom L. Beauchamp dan James F. Childress, dalam pengertian informed consent terkandung empat unsur, dua menyangkut pengertian informasi yang perlu diberikan dan dua lainnya menyangkut perngertian persetujuan yang perlu diminta. Empat unsur itu adalah: pembeberan informasi, pemahaman informasi, persetujuan bebas, dan kompetensi untuk membuat perjanjian. Mengenai unsur pertama, pertanyaan pokok yang biasanya muncul adalah seberapa jauh pembeberan informasi itu perlu dilakukan. Dengan kata lain, seberapa jauh seorang dokter atau tenaga kesehata lainnya memberikan informasi yang diperlukan agar persetujuan yang diberikan oleh pasien atau subyek riset medis dapat disebut suatu persetujuan informed. Dalam menjawab pertanyaan ini dikemukakan beberapa standar pembeberan, yakni:

(6)

b. Standar pertimbangan akal sehat (the reasonable person standard) c. Standar subyektif atau orang perorang (the subjective standard)

Munurut Permenkes No.585/Menkes/Per/IX/1989, PTM berarti ”persetujuan yang diberikan pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakanmedik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut”. Dari pengertian diatas PTM adalah persetujuan yang diperoleh sebelum melakukan pemeriksaan, pengobatan atau tindakan medik apapun yang akan dilakukan.

Persetujuan tersebut disebut dengan Informed Consent Informed. Consent hakikatnya adalah hukum perikatan, ketentuan perdata akan berlaku dan ini sangat berhubungan dengan tanggung jawab profesional menyangkut perjanjian perawatan dan perjanjian terapeutik. Aspek perdata Informed Consent bila dikaitkan dengan Hukum Perikatan yang di dalam KUH Perdata BW Pasal 1320 memuat 4 syarat sahnya suatu perjanjjian yaitu:

a. Adanya kesepakatan antar pihak, bebas dari paksaan, kekeliruan dan penipuan.

b. Para pihak cakap untuk membuat perikatan

c. Adanya suatu sebab yang halal, yang dibenarkan, dan tidak dilarang oleh peraturan perundang undangan serta merupakan sebab yang masuk akal untuk dipenuhi.

Sejarah Informed Consent.

Konsep informed consent dapat dikatakan merupakan suatu konsep yang relatif masih baru dalam sejarah etika medis. Secara histori konsep ini muncul sebagai suati prinsip yang secara formal ditegaskan hanya setelah Perang dunia ke II, yakni sebagai reaksi dan tindakan lanjut dari apa yang disebut pengadilan Nuremberg, yakni pengadilan terhadap para penjahat perang zaman Nazi. Prinsip informed consent merupakan reaksi terhadap kisah-kisah yang mengerikann tentang pemakaian manusia secara paksa sebagai kelinci percobaan medis di kamp-kamp konsentrasi. Sejak pengadilan Nuremberg, prinsip inforned consent cukup mendapat perhatian besar dalma etika biomedis.

(7)

Pasien adalah pembuat keputusan utama dalam semua pilihan yang berhubungan dengan kesehatan dan perawatannya, ini berarti ia adalah pembuat keputusan pertama, orang yang diandaikan memprakarsai keputusan berdasarkan keyakinan hidup dan nilai-nilainya. Sedangkan pembuat keputusan sekunder lainnya juga mempunyai tanggung jawab. Jika secara hukum pasien tidak mampu membuat keputusan atau mengambil inisiatif, seorang pelaku yang lain yang menggantikan pasien. Biasanya keluarga pasien, kecuali kalau sebelumnya pasien telah menunjuk orang lain yang bertanggung jawab untuk berusaha menentukan apa yang kiranya akan dipilih oleh pasien, atau jika itu tidak mungkin, berusaha dipilih apa yang paling menguntungkan bagi pasien.

Para pemegang profesi pelayanan kesehatan juga merupakan pembuat keputusan kedua, dengan tanggung jawab menyediakan pertoongan dan perawatan untuk pasien sejauh itu sesuai dengan keyakinan hidup dan nilai-nilai mereka. Kebijakan dan praktek rumah sakit harus mengakui serangkai tanggung jawab ini. Para pemegang profesi pelayanan kesehatan bertanggung jawab untuk memberikan informasi yang mencukupi dan untuk memberikan dukungan yang memadai kepada si pasien, sehingga ia mampu memberikan keputusan yang dilandasi pengetahuan mengenai perawatan yang mestinya dijalani. Perlu disadari bahwa bantuan dalam profesi pengambilan keputusan merupakan bagian penting dalam perawatan kesehatan. Kebijakan dan dokumen mengenai informed consent haruslah diupayakan untuk meningkatkan dan melindungi otanomi pasien, bukan pertama-tama melindungi rumah sakit dan petugas pelayanan medis dari perkara pengaduan hukum.

Fungsi Informed Consent

 Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia

 Penghormatan terhadap hak otonomi perorangan yaitu hak untuk menentukan nasibnya sendiri

 Proteksi terhadap pasien sebagai subjek penerima pelayanan kesehatan (health care receiver = HCR)

 Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati pasien  Menghindari penipuan dan misleading oleh dokter

 Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional

 Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan kesehatan

 Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran dan kesehatan  Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk melakukan introspeksi

(8)

Menurut Katz & Capran, fungsi informed Consent :  promosi otonomi individu.

 Proteksi terhadap pasien dan subjek.

 Menghindari kecurangan, penipuan dan paksaan.  Mendorong adanya penelitian yang cermat.

 Promosi keputusan yang rasional

 Menyertakan publik Semua tindakan medik/keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan baik lisan maupun tulisan.

Tujuan Informed Consent:

 Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.

 Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 ).

Dasar Hukum Informed Consent. . Dasar hukum informed consent

 UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 56 tentang Kesehatan

 Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1998 Tentang tenaga Kesehatan

 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159 b/Menkes/SK/Per/II/1998 Tentang RS

 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 749A/Menkes/Per/IX/1989 tentang Rekam medis/ Medical record

 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medis

 Kep Menkes RI No. 466/Menkes/SK dan standar Pelayanan Medis di RS

 Fatwa pengurus IDI Nomor: 139/PB/A.4/88/Tertanggal 22 Februari 1988 Tentang Informed Consent

(9)

Bentuk Informed Consent

Ada dua bentuk informed consent

 Implied constructive Consent (Keadaan Biasa)

Tindakan yang biasa dilakukan , telah diketahui, telah dimengerti oleh masyarakat umum, sehingga tidak perlu lagi di buat tertulis misalnya pengambilan darah untuk laboratorium, suntikan, atau hecting luka terbuka.

 Implied Emergency Consent (keadaan Gawat Darurat)

Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa tindakan medis (pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis (dokter) untuk melakukan tindakan medis dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :

1. Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis serta resiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent)

2. Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien

3. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

Peran Perawat dalam Pemberian Informed Consent

Peran merupakan sekumpulan harapan yang dikaitkan dengan suatu posisi dalam masyarakat. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Berhubungan dengan profesi keperawatan, orang lain dalam definisi ini adalah orang-orang yang berinteraksi dengan perawat baik interaksi langsung maupun tidak langsung terutama pasien sebagai konsumen pengguna jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit.

(10)

pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (informed consent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. A client advocate is an advocate of client’s rights. Sedangkan educator yaitu sebagai pemberi pendidikan kesehatan bagi klien dan keluarga.

Hal – hal yang dapat di informasikan Hasil Pemeriksaan

Pasien memiliki hak untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Misalnya perubahan keganasan pada hasil Pap smear. Apabila infomasi sudah diberikan, maka keputusan selanjutnya berada di tangan pasien.

Risiko

Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertai upaya antisipasi yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut. Reaksi alergi idiosinkratik dan kematian yang tak terduga akibat pengobatan selama ini jarang diungkapkan dokter. Sebagian kalangan berpendapat bahwa kemungkinan tersebut juga harus diberitahu pada pasien.

Jika seorang dokter mengetahui bahwa tindakan pengobatannya berisiko dan terdapat alternatif pengobatan lain yang lebih aman, ia harus memberitahukannya pada pasien. Jika seorang dokter tidak yakin pada kemampuannya untuk melakukan suatu prosedur terapi dan terdapat dokter lain yang dapat melakukannya, ia wajib memberitahukan pada pasien.

Alternatif

Dokter harus mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses diagnosis dan terapi. Ia harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat, kerugian dan bahaya yang ditimbulkan dari beberapa pilihan tersebut. Sebagai contoh adalah terapi hipertiroidisme. Terdapat tiga pilihan terapi yaitu obat, iodium radioaktif, dan subtotal tiroidektomi. Dokter harus menjelaskan prosedur, keberhasilan dan kerugian serta komplikasi yang mungkin timbul.

(11)

Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila ia menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan terapi pada pasien-pasien tertentu. Pengadilan menyatakan bahwa dokter harus merujuk saat ia merasa tidak mampu melaksanakan terapi karena keterbatasan kemampuannya dan ia mengetahui adanya dokter lain yang dapat menangani pasien tersebut lebih baik darinya.

Prognosis

Pasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele, ketidaknyamanan, biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk tidak mendapat pengobatan atau tidak mendapat tindakan apapun. Pasien juga berhak mengetahui apa yang diharapkan dari dan apa yang terjadi dengan mereka. Semua ini berdasarkan atas kejadian-kejadian beralasan yang dapat diduga oleh dokter. Kejadian yang jarang atau tidak biasa bukan merupakan bagian dari informed consent.

Aspek Hukum Informed Consent

Dalam hubungan hukum, pelaksana dan pengguna jasa tindakan medis (dokter, dan pasien) bertindak sebagai “subyek hukum ” yakni orang yang mempunyai hak dan kewajiban, sedangkan “jasa tindakan medis” sebagai “obyek hukum” yakni sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi orang sebagai subyek hukum, dan akan terjadi perbuatan hukum yaitu perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja maupun oleh dua pihak.

Dalam masalah “informed consent” dokter sebagai pelaksana jasa tindakan medis, disamping terikat oleh KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia) bagi dokter, juga tetap tidak dapat melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan hukun perdata, hukum pidana maupun hukum administrasi, sepanjang hal itu dapat diterapkan.

(12)

Aspek Hukum Perdata, suatu tindakan medis yang dilakukan oleh pelaksana jasa tindakan medis (dokter) tanpa adanya persetujuan dari pihak pengguna jasa tindakan medis (pasien), sedangkan pasien dalam keadaan sadar penuh dan mampu memberikan persetujuan, maka dokter sebagai pelaksana tindakan medis dapat dipersalahkan dan digugat telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer). Hal ini karena pasien mempunyai hak atas tubuhnya, sehingga dokter dan harus menghormatinya;

Aspek Hukum Pidana, “informed consent” mutlak harus dipenuhi dengan adanya pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penganiayaan. Suatu tindakan invasive (misalnya pembedahan, tindakan radiology invasive) yang dilakukan pelaksana jasa tindakan medis tanpa adanya izin dari pihak pasien, maka pelaksana jasa tindakan medis dapat dituntut telah melakukan tindak pidana penganiayaan yaitu telah melakukan pelanggaran terhadap Pasal 351 KUHP.

Sebagai salah satu pelaksana jasa tindakan medis dokter harus menyadari bahwa “informed consent” benar-benar dapat menjamin terlaksananya hubungan hukum antara pihak pasien dengan dokter, atas dasar saling memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak yang seimbang dan dapat dipertanggungjawabkan.

Masih banyak seluk beluk dari informed consent ini sifatnya relative, misalnya tidak mudah untuk menentukan apakah suatu inforamsi sudah atau belum cukup diberikan oleh dokter. Hal tersebut sulit untuk ditetapkan secara pasti dan dasar teoritis-yuridisnya juga belum mantap, sehingga diperlukan pengkajian yang lebih mendalam lagi terhadap masalah hukum yang berkenaan dengan informed consent ini.

B. Pengertian Penelitian Kesehatan

(13)

diartikan sebagai suatu upaya untuk memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam bidang kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative serta masalah yang berkaitan dengan unsure tersebut; dengan mencari bukti dan dilakukan melalui langkah-langkah tertentu yang bersifat ilmiah, sistematis dan logis.

Tujuan Penelitian Kesehatan

Secara umum tujuan penelitian kesehatan menurut Notoatmodjo, yaitu :

1. Menemukan atau menguji fakta baru maupun fakta lama sehubungan dengan bidang kesehatan.

2. Melakukan analisis terhadap hubungan antara fakta-fakta yang ditemukan dalam bidang kesehatan.

3. Menjelaskan tentang fakta yang ditemukan serta hubungannya dengan teori yang telah ada.

4. Mengembangkan metode atau konsep baru dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Manfaat Penelitian Kesehatan

Secara singkat, manfaat dari penelitian kesehatan yaitu :

1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan tentang keadaan atau status kesehatan individu, kelompok atau masyarakat.

2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan sumber daya dan kemungkinan sumber daya tersebut guna mendukung pengembangan pelayanan kesehatan.

3. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian untuk mencari sebab masalah kesehatan atau kegagalan yang terjadi dalam pelayanan kesehatan. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk mencari solusi atau alternatif penyelesaian masalah.

4. Hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijakan pengembangan pelayanan kesehatan.

Jenis Penelitian Kesehatan

Pengelompokan jenis penelitian kesehatan bermacam-macam. Hal ini tergantung dari metode yang dipakai. Berdasarkan metode, penelitian kesehatan dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Metode penelitian survey

(14)

Hasil dari sampel tersebut dapat digeneralisasikan sebagai hasil populasi. Metode ini digolongkan menjadi 2 bagian yaitu deskriftif dan analitik.

a. Survey deskriftif

Dalam survey deskriftif, peneliyian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam satu komunitas. Seperti distribusi penyakit, distribusi jenis kelamin atau karakteristik lainnya.

b. Survey analitik

Pada survey analitik, penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Analitik pada dasarnya digunakan untuk menjawab pertanyaan mengapa (why?). survey analitik terbagi 3, yaitu :

o Cross sectional

Dalam penelitian cross sectional, pengumpulan data baik variable dependent maupun independent dan factor-faktor yang mempengaruhinya dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

o Retrospective study

Penelitian ini bertujuan melihat fenomena pada masa lalu. Pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi dan dilihat apakah ada keterkaitan dengan masa lalu. Contoh apabila mencari hubungan antara merokok dengan kanker paru. Maka dimulai dengan mencari data kasus penderita kanker paru kemudian ditanyakan riwayat merokok di masa lampau.

o Prospective study

Penelitian ini bertujuan melihat fenomena ke depan. Dimulai dengan melihat variable penyebab dan dilihat dampaknya di masa datang. Misalnya untuk melihat hubungan antara alcohol dengan kejadian chirosis hati, dimulai dengan penelitian tentang dampak terapi music terhadap tingkat kecemasan pasien yang akan dilakukan operasi.

Namun apabila dilihat dari segi kegunaanya, maka penelitian kesehatan dapat digolongkan menjadi :

(15)

Penelitian ini dilakukan untuk memahami gejala yang muncul pada suatu masalah. Kemudian gejala tersebut dianalisa dan kesimpulannya menjadi teori atau pengetahuan yang baru.

2. Penelitian terapan

Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki atau memodifikasi system atau program yang sudah ada. Penelitian dilakukan dengan menerapkan suatu system atau metode baru namun masih uji coba.

3. Penelitian tindakan

Penelitian ini dilakukan untuk mencari suatu dasar pengetahuan praktis guna memperbaiki situasi di suatu komunitas. Penelitian biasanya dilakukan dimana penyelesaian masalah perlu dilakukan. Misalnya penelitian tindakan untuk peningkatan kesehatan masyarakat transmigrasi.

4. Penelitian evaluasi

Penelitian dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap pelaksanan suatu program dalam rangka mencari umpan balik. Misalnya meneliti tingkat kepuasan pasien di rumah sakit setelah menerapakn konsep keperawatan primer.

Riset Keperawatan

Penelitian keperawatan merupakan bagian integral dari penelitian bidang kesehatan yang lebih memfokuskan pada bidang keperawatan. Penelitian tersebut dapat dilakukan pada pasien, sumber daya bidang keperawatan atau pendidikan keperawatan. Penelitian keperawatan harus mempunyai batasan yang jelas tetapi tidak menutup kemungkinan akan berkembang di luar wilayah yang telah dibatasi. Adapun ruang lingkup penelitian keperawatan meliputi :

1. Keperawatan dasar

Lingkup penelitian ini adalah segala bentuk penelitian yang berfokus pada ilmu keperaeatan dasar, seperti masalah pendidikan kesehatan/keperawatan, pemenuhan kebutuhan dasar manusia, komunikasi dalam keperawatan, manajemen pelayanan keperawatan, dokumentasi keperawatan atau penerapan teori keperawatan. Contoh : a. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan kemampuan keluarga dalam

perawatan luka DM.

b. Studi tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan PPOK.

c. Pengaruh “Touching” dalam komunikasi perawat terhadap kecemasan pasien pre operasi.

d. Model praktik keperawatan yang harus diterapkan di Puskesmas A.

(16)

2. Keperawatan klinik

Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang berbagai masalah yang terjadi dalam aplikasi klinik baik medical bedah, anak, maternitas, gawat darurat atau jiwa. Contoh : a. Pengaruh massasse terhadap nyeri persalinan.

b. Penerapan konsep bermain di ruang rawat inap anak di RS “B” c. Pelaksanaan perawatan luka DM di ruang rawat inap RS “C”

d. Tingkat kecemasan pada klien dengan tuberkulosa paru yang dirawat di RS “C” e. Penanganan fraktur terbuka di unit gawat darurat RS “C”

3. Keperawatan komunitas

Ruang lingkup penelitian bidang ini yaitu masalah yang terjadi di masyarakat baik kelompok khusus ataupun keluarga. Dapat berupa masalah yang berkaitan dengan aspek keperawatan atau factor yang berkaitan dengan masalah kesehatan di masyarakat. Contoh :

a. Tingkat ketergantungan lansia penderita rheumatoid arthritis di kecamatan “D” b. Peran keluarga dalam pemberian pada penderita Tb di kecamatan “D”

c. Pelaksanaan PHBS di tempat umum di kecamatan “D”

d. Mekanisme koping keluarga dengan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

(17)

PENUTUP

 Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan, seperti operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap tentang risiko, manfaat, alternatif, dan akibat penolakan. Informed consent merupakan kewajiban hukum bagi penyelengara pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi dalam istilah yang dimengerti oleh klien sehingga klien dapat membuat pilihan. Persetujuan ini harus diperoleh pada saat klien tidak berada dalam pengaruh obat seperti narkotika.

Secara harfiah informed consent adalah persetujuan bebas yang didasarkan atas informasi yang diperlukan untuk membuat persetujuan tersebut. Dilihat dari pihak-pihak yang terlibat , dalam praktek dan penelitian medis, pengertian “informed consent” memuat dua unsur pokok, yakni:

1. Hak pasien (atau subjek manusiawi yang akan dijadikan kelinci percobaanmedis) untuk dimintai persetujuannya bebasnya oleh dokter (tenaga medis) dalam melakukan kegiatan medis pada pasien tersebut, khususnya apabila kegiiatan ini memuat kemungkinan resiko yang akan ditanggung oleh pasien.

2. Kewajiban dokter (tenaga riset medis) untuk menghormati hak tersebut dan untuk memberikan informasi seperlunya, sehingga persetujuan bebas dan rasional dapat diberikan kapada pasien.

 Penelitian kesehatan merupakan langkah metode ilmiah yang berorientasikan atau memfokuskan kegiatannya pada masalah-masalah yang timbul di bidang kesehatan. Kesehatan itu sendiri terdiri dari dua sub bidang pokok, yakni pertama kesehatan individu yang berorientasikan klinis, pengobatan. Sub bidang kedua yang berorientasi pada kelompok atau masyarakat, yang bersifat pencegahan. Selanjutnya sub bidang kesehatan inipun terdiri dari berbagai disiplin ilmu, seperti kedokteran, keperawatan, epidemiologi, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, manajemen pelayanan kesehatan, gizi dsb. Sub bidang tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat pada umumnya. Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian kesehatan dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam bidang kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative serta masalah yang berkaitan dengan unsure tersebut; dengan mencari bukti dan dilakukan melalui langkah-langkah tertentu yang bersifat ilmiah, sistematis dan logis.

(18)

 Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwijdja Siswaja. 2005.Bioetik dan Hukum Kedokteran, Pengantar bagi Mahasiswa Kedokteran dan Hukum. Penerbit Pustaka Dwipar.

 J. Guwandi. Informed consent Consent. FKUI. Jakarta. 2004.

 M.jusuf H & Amri Amir. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. EGC. Jakarta. 1999.

 Anonim. (2012). Persetujuan dan Penolakan terhadap Tindakan

Medis.http://informedconsent_a1.webs.com/persetujuanpenolakan.htm. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2014, pukul 12.36 WIB

Referensi

Dokumen terkait

reaksi terbentuknya Ag+z. Disisi lain secara teoritis tidak ada faktor temperatur pada perhitungan efisiensi, sehingga semakin rendah temperatur harga efisiensi arus elektrolisis

• Teori-teori komunikasi interpesonal banyak dipengaruhi konsepsi psikologi humanistis yang menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional

Pernah, jadi kakak saya itu kalau d rumah saya selalu cerita tentang anaknya, karena kakak saya iitu sangat peduli, waktu itu pernah tanya sama saya apakah anak saya itu kalau

Judul Skripsi : Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Kehilangan Gigi Dan Pemakaian Gigi Tiruan Di. Kecamatan Jaya Baru

Secara fisik untuk mengenali bahwa kartu jaringan tersebut telah atkif atau tidak aktif dapat dilihat pada lampu indikator yang terdapat dalam Kartu jaringan tersebut saat

07/11/2012 18 QBasic Input data rancangan AutoCAD Pembuatan gambar kerja otomatis QBasic Pengolahan data rancangan Pembuatan dan. penyimpanan

Relay berperan untuk mengaktifkan koil pada kontaktor sehingga kontaktor dapat mengalirkan arus yang berasal dari sumber listrik 3 fasa untuk mengaktifkan aktuator

Untuk nilai indeks dominansi berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai dominansi sebesar 0,59 dengan demikian terkategorikan dominansi jenis tertentu masih