BAB 53
KESEDJAHTERAAN BURUH.
Pendahuluan
§ 700. Seringkali terhadap kaum buruh dipergunakan istilah „social security”. Djika kita lihat dalam arti sempit — dan mungkin pula arti ini jang dipakai dalam perkataan seharihari — pengertian „social se curity” hanja meliputi tundjangan2 dan fasilitet2 jang didapat oleh kaum
buruh diluar gadji mereka. Misalnja untuk sesuatu keadaan darurat dimana mereka membutuhkan pertolongan, seperti dalam keadaan ke tjelakaan, keadaan sakit ataupun untuk keadaan2 dimana mereka tak
dapat lagi melakukan pekerdjaan, oleh karena telah terlampau tua atau tekanan inflatoir, dengan "pricefluctuations" jang tjepat djalannja, ka rena penjesuaian gadji biasanja menundjukkan suatu "lag" dibelakang harga2 jang berubah tadi. Selain daripada itu, persoalan "social securi ty"
haruslah pula kita hubungkan dengan penambahan produktipitet kerdja daripada kaum buruh.
Jang ditnaksudkan disini ialah kemungkinan2 jang akan diperoleh dengan
perbaikan dalam djaminan2 kaum buruh, jaitu kemungkinan2 akan lebih besarnja sumbangan dari kaum buruh terhadap pembangunan negara jang berupa efficiency kerdja jang lebih tinggi jang akan mengakibatkan pula meningkatnja produktipitet kerdja jang amat dibutuhkan dalam sesuatu pembangunan ekonomi.
Sesuatu perumusan jang djelas dan uniform daripada peraturan2 tentang
"social security" untuk perusahaan2 sangat pulalah diperlukan, jaitu
untuk menghindarkan kemungkinan2 adanja perselisihan2 antara madjikan
dan buruh dalam perusahaan2 berhubung dengan kemungkinan2 terda
patnja berbagai penafsiran terhadap peraturan2 tadi.
Gadji
§ 701. Sudah mendjadi suatu kelaziman dimanamana sekarang ter masuk Indonesia — bahwa pembajaran gadji dilakukan dalam uang dan bukan dalam barang.
Dengan demikian banjak keuntungan2 jang dapat diperoleh : administrasi
dapat didjalankan lebih sederhana, jang dengan sendirinja akan menekan pula ongkos2 perusahaan. Selain daripada itu kebanjakan dari peker
djaanpekerdjaan kita telah mempunjai standard penilaian dalam uang jang pada: umumja telah dapat pula diterima oleh masjarakat, hingga dalam hal ini tidak akan banjak terdapat perselisihan faham. Sedangkan
sesuatu "job evaluation" dalam harang masih harus ditjari, dan pada umumnja belumlah mendjadi suatu kebiasaan,
Kelemahan daripada pembajaran gadji dengan uang terletak dalam ke adaan harga uang tidak stabil. Lebih2 lagi dimana oleh karena tekanan2
inflatoir ataupun sebab2 lain harga uang merosot dibandingkan dengan
harga barangbarang.
Hal ini pada umumnja akan menekan kaum buruh, "real value" daripada gadji mereka tentu akan berkurang, jang berarti pula berkurangnja barang2 jang bisa mereka beli dengan gadji tersebut. Tetapi apakah
pemetjahan persoalan ini akan diperoleh dengan mempergunakan suatu sistim gadji jang dibajar dengan barang ? Hal ini amatlah sukar untuk dilakukan dan akan membawa pula suatu beban administrasi jang berat. Suatu penilaian kerdja berdasarkan barang2 bukanlah suatu hal jang
mudah dikerdjakan, ditambah lagi djika barang2 tadi sukar diperoleh.
Maka hal ini bisa pula memberikan kerdja tambahan pada perusahaan dan membuka pula kemungkinan terdjadinja perselisihan2 jang tak di
inginkan dengan buruh, djika barang2 itu belum ada pada waktunja. Salah
suatu djalan jang dapat dipertimbangkan ialah pembajaran gadji tadi dengan uang, didampingi dengan distribusi barang2 primer, misalnja beras,
dimana barang2 ini didapatkan dari Pemerintah setjara distribusi. Tetapi
sistim ini djuga akan menjukarkan pekerdjaan administratip, ditambah pula dengan kesukaran2 penilaian2, sedangkan kesukaran2 tidak tersedianja
barang2 tadi pada waktunja akan memperburuk pula hu bungan madjikan
dan buruh dengan segala ekseseksesnja.
Lain djalan jang praktis pula sebagai bahan pertimbangan jang dapat diadjukan ialah pembajaran suatu gadji berdasarkan angka index dari beberapa barang2 kebutuhan primair.
Disini Pemerintah bisa menetapkan sesuatu tahun sebagai tahun dasar, dan pembajaran gadji untuk selandjutnja bisa didasarkan kepada angka index untuk tiap2 tahun gadji tersebut. Tentang angka index ini Biro Pusat
Statistik akan dapat mengadakannja, sesuai dengan penjelidikan penjelidikannja untuk tiap2 daerah. Dengan sistim ini dengan sendirnja
kita akan dapat mengetjap keuntungan2 jang diperoleh dari pembajaran
gadji dengan uang, sedangkan kelemahan2nja disebabkan oleh fluktuasi harga akan dapat dikurangi. Dan oleh karena angka index didasarkan pada barang2 jang essensiil dalam kebutuhan sandangpangan, maka sandang
pangan daripada kaum buruh sendiri sedikit banjaknja dapat terdjamin djuga.
§ 702. Tundjangantundjangan Sosial
"Social security" dalam arti sempit tak kalah pula pentingnja daripada persoalan gadji, jang banjak pula hubungannja dengan faktor2 kegem
biraan bekerdja, jang panting sekali untuk meninggikan produktivitet kerdja dan ketenangan bekerdja jang akibatnja akan menambah effisiensi perusahaan, berhubung dengan berkurangnja perselisihan jang mungkin timbul antara madjikan dan buruh.
jang dimaksudkan disini ialah djaminan2 lain bagi buruh sepertf tun
Kalau tak salah dalam hal ini peraturan2 dalam undang2 barulah sampai
kepada tundjangan untuk ketjelakaan perusahaan (bedrijfsongelukken) jang terdjadi diwaktu masa kerdja sadja. Tetapi peraturan2 ini perlu pulalah
diperlengkapi dengan djaminan2 sosial lainnja, seperti .tundjang an untuk
sakit, tundjangan hari tua dan sebagainja.
Biarpun lazimnja sekarang, telah ada pula perusahaan2, berdasarkan
kebiasaan, membuat peraturan2 sendiri mengenai djaminan2 ini untuk
masing2 buruhnja, tetapi akan lebih baiklah rasanja djika Pemerintah
sendiri jang membuat peraturan tersebut, berdasarkan undang2 jang akan
berlaku uniform untuk seluruh perusahaanperusahaan di Indonesia. Dengan sendirinja peraturan tadi akan menghilangkan pula kesulitan2 jang
disebabkan oleh perselisihan faham antara madjikan dan buruh dalam tiap tiap perusahaan.
a. Tundjangan ketjelakaan.
Seperti telah diuraikan diatas, tentang tundjangan ketjelakaan da lam waktu bekerdja telah terdapat peraturannja dalam Undang2
kerdja dan perburuhan. Tetapi kemungkinan tumbuhnja perseli sihan disini masih ada dalam praktek, berhubung dengan interpretasi jang berbedabeda tentang apakah sesuatu ketjelakaan termasuk "bedrijfsongeluk" ataupun tidak. Apalagi djika dalam Djawatan Pengawasan Perburuhan sendiri belum pula terdapat suatu kese suaian faham. Penjelesaian soal ini masih membutuhkan. perhatian lebih landjut.
b. Tundjangan sakit.
Biarpun sudah ada pula perusahaan2 jang mengadakan tundjangan
sakit bagi buruhnja, tetapi hal ini belumlah diatur dalam Undang" kerdja dan perburuhan, selain dari perawatan/pengobatan jang disebabkan dalam hubungan kerdja seperti jang telah ditetapkan dalam Undang2 ketjelakaan.
Tundjangan ini dapat kita bagi dalam :
1. jang harus ditanggung seluruhnja oleh madjikan. 2. jang harus ditanggung oleh madjikan dan buruh.
Adapun dari djenis ad. a hanja.terbatas kepada pengobatan/
pemeriksaan (poliklinische behandeling) jang perlu dilakukan demi kepentingan buruh umumnja (routine onderzoek, penjun tikan kolektip dan sebagainja).
Dan jang dimaksud dalam ad': 2 ialah perawatanperawatan dan pengobatan2 dari penjakit2 jang memerlukan perawatan
jang memakan waktu lama dan djuga penjakit2 jang bersifat
chusus (specialistisch) terketjuali djika perawatan/pengobatan tadi disebabkan dalam hubungan kerdja jang telah ditetapkan oleh Undang2 ketjelakaan. Seperti . telah dinjatakan diatas
tertentu tentang tundjangan sakit, termasuk didalamnja djuga suatu penetapan jang tegas daripada djenis2 tertera diatas
untuk menghindari kemmngkinan2 adanja perselisihan. Salah
satu djalan jang bisa pula ditempuh disini ialah mengadakan suatu Undang2 „wadjib asuransi” (verzekeringsplicht) pada
badanbadan pertanggungan partikulir dibawah pengawasan Pemerintah, jang akan mendjadi kewadjiban bagi madjikan. Ongkosongkos administrasi perusahaanpun dapat diringankan dengan ini. Dan sumbangan dari buruh harus ditentukan pula untuk mendjaga supaja mereka djuga memperhatikan keseha tan.nja sendiri.
c. Tundjangan Hari Tina dan lainlain
Biarpun pada lazimnja ada perusahaan2 jang telah mempunjai
peraturan2 tersendiri untuk ini, tetapi suatu peraturan umum fang
dikeluarkan oleh Pemerintah dan berlaku buat semua perusahaan adalah penting. Dengan berkurangnja perselisihan2 dalam peru
sahaan maka sedikit banjak kontinuitet dari perusalraan2 djuga akan
terdjaga, jang berarti pula penambahan effisiensi daripada peru sahaanperusahaan tadi.
d. Tundjangan2 lain, misalnja tundjangan pengangguran, sebetulnja terletak dalam bidang Pemerintah dan terserah daripada kemam puan Pemerintah sendiri untuk mengadakannja. Segi lain jang penting pula djadi perhatian disini ialah jang berhubungan dengan tidak bekerdjanja buruh disebabkan stagnasi2 dalam djalannja
perusahaan, disebabkan halhal diluar kekuasaan perusahaan. Suatu
Pengeluaran suatu Undang2 „wadjib asuransi” adalah merupakan suatu
bahan pertimbangan jang perlu pula diadjukan. Dalam rangka "social security", hal ini akan merupakan djaminan jang sebaikbaiknja untuk kaum buruh, apalagi djika asuransi tadi dilakukan oleh maskapai asu ransi kepunjaan negara sendiri ataupun jang mendapat djaminan dari Negara.
Bagi Perusahaan2 itu sendiri selain daripada keuntungan penjederhanaan
pekerdjaan administratip dengan mengalihkan pekerdjaan2 kepada
maskapai asuransi dengan djalan pengansuransian setjara kolektip tadi, djuga kemmngkinan2 perselisihan2 dengan buruh dapatlah dikurangi,
hingga kontinuitet perusahaan bisa lebih terdjamin.
Dan dengan demikian tentu akan membajang djuga dalam produktipitet jang lebih tinggi, sedangkan akumulasi modal fang terdapat dari ta bungan asuransi akan dapat pula merupakan suatu sumbangan bagi investasi2 negara jang diperlukan dalam rangka pembangunan semesta.
Tetapi hal i,ni sebetulnja akan tergantung daripada kemampuan dari maskapai2 asuransi fang ada sekarang ini untuk memulainja. Karena
asuransi sosial ini merupakan suatu lapangan jang boleh dikatakan agak Baru bagi kita, tentu disini menghendaki "skill" jang chusus pula. Tetapi hal ini dapatlah mendjadi bahan. pertimbangan, apalagi mengi,ngat ada nja maskapai2 asuransi kepunjaan negara sendiri, dalam hubungan me
njelesaikan soal „wadjib asuransi”.