• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Bab II Pembiajaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Bab II Pembiajaan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II PEMBIAJAAN.

A. Perkiraan semula serta anggapan-anggapan jang dipakai sebagaidasarnja.

Pada waktu R.P.L.T. disusun, dibuatlah suatu perkiraan tentang pembiajaannja. Ada 4 buah sumber jang dianggap sesuai, jaitu tabungan Pemerintah (kelebihan penerimaan biasa Negara terhadap pengeluaran biasa), tabungan masjarakat dalam bentuk deposito bank serta tabungan biasa dan obligasi, dan achirnja sumber pem-biajaan dari luar negeri dalam rupa pindjaman-pindjaman dan bantuan-bantuan (grants in aid).

Suatu anggapan telah diterima sebagai sjarat, jaitu hendaknja pembiajaan tidak didjalankan setjara “inflationary”.

Sebagai tjontoh telah diambil negeri Inggeris, jang hingga tahun 1951 telah mengalami penjakit inflasi jang sangat menghambat usaha-usaha pembangunan. Pada tahun 1952, keadaan ini telah berobah berkat tertjapainja keseimbangan didalam anggaran belan-dja dan keadaan keuangan pada umumnja, kepertjajaan masjarakat pulih kembali dan sedjak itu tingkat tabungan dan penanaman modal telah meningkat setjara berangsur-angsur.

Tjontoh kedua jalah negeri Polandia sebelum perang dunia kedua, jang memulai pembangunan ekonominja dengan keadaan keuangan jang seimbang, dan jang telah berhasil melaksanakan rentjananja hingga tahun 1939.

Didalam hubungan dengan konsep “deficit financing” telah pula diadakan pembahasan dengan kesimpulan bahwa bagi penggunaan tjara pembiajaan tersebut diperlukan sjarat-sjarat tertentu seperti peralatan produksi jang madju, “skills” serta pasaran uang jang sempurna, jang semuanja belum dipunjai oleh negara-negara jang kurang madju perekonomiannja.

(2)

Defisit anggaran belandja Pemerintah jang terlaksana (realisasi) dalam tahun-tahun 1952 s/d 1956 adalah sebagai berikut:

1952 : Rp. 4.300 djuta 1953 : „ 626,1 „ 1954 : „ 3.602 „ 1955 : „ 2.121,5 „ 1956 : „ 1.583 „

Melihat perkembangan diatas, njata bahwa harapan akan penje-hatan keuangan Negara adalah beralasan. Dengan mengadakan penghematan didalam anggaran biasa (belandja pegawai + belandja barang), serta menekan pengeluaran pembangunan pada tingkat ditahun-tahun sebelumnja (antara Rp. 1.700 dan Rp. 2.400 djuta), maka besarlah harapan bahwa keseimbangan anggaran belandja dapat tertjapai djuta.

Keadaan ini akan mentjiptakan iklim jang baik dan memungkin-kan memperbesar dana-dana pembiajaan pembangunan.

Perintjian daripada dana-dana jang diharapkan dapat dikumpul-kan untuk membiajai R.P.L.T. dimuat dalam tabel dibawah ini.

TAKSIRAN SUMBER-SUMBER PEMBIAJAAN R.P.L.T.

1957 1.800 320 — 2.120 200 2.320

1958 1.900 340 100 2.340 200 2.540

1959 2.000 360 200 2.560 200 2.760

1960 2.100 380 300 2.780 200 2.980

9.500 1.400 600 11.500 1.000 12.500

(3)

PERINTJIAN INVESTASI R.P.L.T. 1. Projek istimewa 776,5 351,9

2. Projek pusat 425,— 200,—

3. Projek daerah 757 442,2

4. Pertambangan 88,5 67,3

5. Tjadangan 3.125 1.797 57,5

IV. Pengangkutan 3.125

(4)

Alokasi

(dju-Djumlah seluruhnja 12.500 2.500 4.688 37,5

Diperkirakan, bahwa djumlah pengeluaran untuk R.P.L.T. selama tahun-tahun pertama akan lebih rendah daripada djumlah penge-luaran rata-rata setahunnja, baik untuk pengepenge-luaran rupiah maupun untuk pengeluaran devisennja. Dan berangsur-angsur tingkat penge-luaran itu akan meningkat ditahun-tahun jang terachir.

B. Perubahan-perubahan setelah MUNAP.

(5)

Salah satu keputusan jang penting jang telah dihasilkan oleh MUNAP jalah ketentuan bahwa Rentjana Pembangunan akan dititik beratkan pada 3 lapangan, jaitu: produksi bahan makanan, produksi bahan pakaian dan pembangunan sektor pengangkutan, terutama pelajaran. Keputusan-keputusan ini adalah penting artinja, karena semua projek-projek-nja adalah “capital-intensive”, sehingga akan mengakibatkan pergeseran-pergeseran didalam pembiajaan, ter-utama didalam pengeluaran-pengeluaran devisen.

Dari segi pembiajaan, MUNAP menginsafi bahwa — mengingat keadaan anggaran belandja Negara — tidaklah mungkin defisit dapat diharapkan akan hilang didalam masa lima tahun ini.

Perlu kiranja untuk diterangkan disini bahwa keadaan keuangan dalam tahun 1957 telah menundjukkan perkembangan jang meng-chawatirkan. Realisasi anggaran belandja Negara telah mengalami defisit sebesar Rp. 5.040 djuta, jang terutama disebabkan oleh melondjaknja pengeluaran Negara. Djika dipihak penerimaan realisasinja sebesar Rp. 20.570 djuta sangat mendekati djumlah jang diperkirakan didalam anggaran penerimaan (sebesar Rp. 20.872 djuta), maka realisasi pengeluaran (Rp. 25.610 djuta) djauh melampaui djumlah taksiran anggaran belandja jang berdjumlah Rp. 22.274,1 djuta.

Perkembangan moneter menundjukkan bahwa selama tahun 1957 djumlah uang jang beredar telah mengalami kenaikan sebesar ± Rp. 5.520 djuta dibandingkan dengan posisi pada achir tahun 1956. Kenaikan ini merupakan suatu rekord sedjak tahun 1952, dan untuk sebagian besar disebabkan oleh kenaikan hutang Peme-rintah kepada Bank Indonesia (jang meningkat dengan Rp. 8.409 djuta), ditambah pula oleh peraturan B.E. jang menurunkan per-sentase uang muka impor, dengan akibat bahwa didalam tahun ini sedjumlah Rp. 2.662 djuta uang muka telah dibebaskan kembali.

(6)

TAKSIRAN SUMBER-SUMBER PEMBIAJAAN R.P.L.T. JANG DIROBAH.

(dalam Rp. 1.000.000). Tabel

81.

Tahun Anggaran Belandja

Pindjaman-pindjaman Luar Negeri, Pembe-rian-pemberian dan Pampasan Perang Dje-pang.

Djumlah

1956 2.120 200 2.320

1957 2.120 200 2.320

1958 2.120 400 2.520

1959 2.120 500 2.620

1960 2.120 600 2.720

Djumlah 10.600 1.900 112.500

Dengan meninggikan taksiran-taksiran pembiajaan dari anggaran belandja dan dari luar negeri, masing-masing dengan Rp. 1.100 djuta dan Rp. 900 djuta, dapatlah diimbangi berkurangnja taksiran semula disebabkan oleh hapusnja sumber-sumber deposito dan obligasi.

Taksiran jang barn mengenai pembiajaan anggaran belandja didasarkan atas suatu perhitungan tentang besarnja biaja jang disediakan didalam anggaran-anggaran belandja tahun 1956 dan 1957 untuk keperluan pembangunan, jang besarnja masing-masing adalah Rp. 2.870 dan Rp. 2.750 djuta. Maka karena itu dianggap tidaklah akan berlebih-lebihan bila taksiran pembiajaan dari ang-garan belandja ditetapkan Rp. 2.120 djuta setiap tahunnja.

(7)

C. InvestasiPemerintah dalam tahun-tahun 1956 s/d 1958. Untuk pelaksanaan R.P.L.T. didalam tahun-tahun 1956, 1957 dan 1958 Pemerintah telah mengadakan investasi-investasi, seperti jang terperintji didalam tabel 82 dibawah ini.

INVESTASI PEMERINTAH DALAM TAHUN-TAHUN

1.044 283,2 391,1 534,2 1.208,5

383 67,2 57,8 18,—a) 143,—

198 12,4 12,6 25,—

1.652 350,4 461,3 564,8 1.376,5

II. Tenaga + Pengairan: 1. Pembangunan

tenaga 1.750 119,2 276,6 217,2 613,—

2. Pengairan 1.100 58,5 97,8 108,3 264,6

3. Tjadangan 275 — — — —

3.125 177,7 374,4 325,5 877,6

III. Industri + Pertam-bangan

1. Projek Istimewa 1.078 14,7 7,9 21,6 44,2 2. Projek Pusat 776,5 215,— 248,9 36,1 500,— 3. Projek Daerah

(LP3I dan Pem.

Swatantra) 425 41,4 102,7 140,3 284,4

4. Kredit industri

(LDK) — 13,— 13,— 13,— 39,—

5. Research

(Balai-balai) — 21,2 24,8 6,5 52,5

6. Lain-lain — 142,— — — 142,—

7. Pertambangan 757 56,2 189,7 56,2 302,1

8. Tjadangan 88,5 —

(8)

Taksiran

djembatan 1.200 130,1 243,4 307,8 681,3

2. D.K.A. 600 30,7 69,2 18,2 118,1

3. P.T.T. 495 73,8 144,6 162,2 380,6

4. Pelajaran 350 c) 87,5 1.050,9 1.138,4 5. Pelabuhan 275 42,2 58,4 37,2a) 137,8

6. Penerbangan 100 2,8 3,8 2,5 9,1

7. Lalu-lintas darat/

3.125 280,1 635,4 1.609,8 2.525,3

V. Pendidikan, masalah-masalah sosial dan

Penerangan:

1. Pendidikan d) 1.050 256,7 286,8 89,5 633,— 2. Kesehatan 250 91,7 105,3 104,7 301,7 3. Perumahan Rakjat 95 8,4 8,— 5,3 21,7

4. Perburuhan 25 2,6 5,7 4,4 12,7

5. Kesedjahteraan

So-sial 12,5 23,— 22,— 53,7 98,7

6. Penerangan e) 37,5 23,9 37,2 c) 61,1

7. Tjadangan 30 — — — —

8. Lain-lain f) — — 59,1 — 59,1

1.500 406,3 524,1 257,6 1.188,— Djumlah seluruhnja: 12.500 1.718,— 2.582,2 3.031,4 7.331,6 (I, II III, IV Jan V)

KETERANGAN :

a) Angka realisasi untuk setengah tahun

b) Biaja jang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan (bagian IV A Anggaran Belandja) untuk pabrik gula Madu Baru, perusahaan Garam dan Soda Negeri dan Pertjetakan uang logam, masing-masing sebesar Rp 61; Rp 46; dan Rp 35 djuta.

(9)

d) Angka-angka investasi dilapangan pendidikan tidak dapat diperoleh dari Kementerian P.P. dan K. Maka itu, didalam menghitung angka investasi dilapangan ini telah dipergunakan 2 sumber: jaitu angka-angka otorisasi jang ditjatat di Kementerian Keuangan mengenai biaja-biaja jang diotorisir untuk pengeluaran-pengeluaran Kementerian P.P. dan K. dalam rangka bantuan luar negeri serta perlengkapan-perlengkapan untuk fakultas-fakultas dan sekolah-sekolah tehnik, masing-masing untuk tahun-tahun 1956 dan 1957 sebesar Rp 204,5 dan Rp 208,7 djuta; disamping itu diperkirakan bahwa Pemerintah-pemerintah Swatantra telah mengadakan investasi-inves-tasi dilapangan pendidikan selama 3 tahun laporan ini sebesar Rp 52,2: Rp 78,1 dan Rp.89,5 djuta. Sumber daripada angka-angka terachir ini jalah Kementerian Dalam Negeri.

e) Angka-angka jang telah dipergunakan didalam tabel 82 diatas tentang investasi dilapangan penerangan jalah angka-angka otorisasi jang diper-untukkan bagi P.F.N., film laboratory dan R.R.I. untuk tahun-tahun 1956 dan 1957, masing-masing sebesar Rp 23,9 dan Rp 37,2 djuta. Djuga angka-angka ini telah diperoleh dari Kementerian Keuangan.

f) Didalam pos lain-lain termasuk angka-angka otorisasi jang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan untuk pembangunan projek-projek air minum Pedjompongan, Padang dan Tjisangkuri (Bandung), jang didalam tahun 1957 meliputi suatu djumlah Rp 59,1 djuta.

Didalam penghitungan angka-angka investasi didalam tabel 82 diatas telah dimasukkan pula perkiraan tentang besarnja biaja-biaja jang telah dikeluarkan oleh Pemerintah-pemerintah Swatantra untuk tudjuan-tudjuan pembangunan. Angka-angka tersebut, jang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri, adalah seperti jang di-gambarkan didalam tabel 83 dibawah ini.

BIAJA INVESTASI DARI PADA PEMERINTAH DAERAH-DAERAH SWATANTRA.

(dalam Rp. 1.000.000).

Tabel 83.

1956 1957 1958*)

1. Djalan-djalan dan Djembatan 111,6 434,7 380,—

2. Pengairan 15,— 43,7 40,—

3. Pertanian 52,5 58,7 60,5

4. Kesehatan 45,— 55,2 64,5

5. Pendidikan 52,2 78,1 89,5

6. Perindustrian ketjil 7,— 8,2 15,—

7. Lain-lain — 27,— 30,—

D j u m l a h 283,3 705,6 6 79,5

Sumber: Kementerian Dalam Negeri. KETERANGAN:

(10)

Mengenai angka-angka investasi oleh Pemerintah-pemerintah daerah Swatantra untuk djalan-djalan dan djembatan, Kementerian P.U.T. telah memberikan angka-angka realisasinja, jaitu untuk tahun-tahun 1956, 1957 dan 1958 masing-masing sebesar Rp. 36; Rp. 14,6 dan Rp. 19,1 djuta. Berhubung dengan itu, maka didalam tabel 82 telah dipergunakan angka-angka realisasi ini.

Achirnja mengenai tabel 82 perlu pula untuk didjelaskan, bahwa didalam pengertian investasi Pemerintah tidak dimasukkan penge-luaran-pengeluaran penanaman modal oleh Bank Industri Negara — ketjuali biaja-biaja jang telah dikeluarkan dalam rangka pelaksana-an projek-projek istimewa atau pusat. Hal ini didasarkpelaksana-an atas pertimbangan bahwa penanaman-penanaman modal oleh B.I.N. adalah terletak didalam bidang partikelir.

Djika angka-angka investasi didalam tabel 82 dibandingkan dengan angka-angka taksirannja sektor per sektor, maka gambarannja adalah sebagai berikut:

ICHTISAR INVESTASI PEMERINTAH. (dalam djutaan Rp.).

Tabel

84.

Realisasi Taksir-an me-nurut RPLT. 1956 1957 1958 Djumlah

I. Pertanian, dsb. 350,4 461,3 564,8 1.376,5 1.625 II. Tenaga + Pengairan 177,7 374,4 325,5 877,6 3.125 III. Industri + Pertambangan 503,5 587,— 273,7 1.364,2 3.125 IV. Perhubungan 280,1 635,4 1.609,8 2.525,3 3.125 V. Sosial 406,3 524,1 257,6 1.188,— 1.500

Djumlah 1.718,— 2.582,2 3.031,4 7.331,6 12.500

Dilihat setjara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa djumlah biaja jang telah dikeluarkan untuk melaksanakan R.P.L.T. adalah sesuai dengan taksiran semula. Namun bila ditindjau sektor per sektor, ternjata bahwa perkembangan realisasi tidak menundjukkan kema-djuan jang sama tjepatnja.

(11)

Pemerintah daerah-daerah Swatantra), jang ternjata telah mentjapai djumlah Rp. 1.208,5 djuta, djadi berarti bahwa target untuk masa 5 tahun sebesar Rp. 1.044 djuta telah dilampaui. Diperkirakan bahwa djumlah biaja ini akan meningkat dengan hebat ditahun-tahun jang akan datang (1959 dan 1960), mengingat bahwa didalam masa jang dekat Kementerian Pertanian akan merealisir usaha-usaha besarnja dengan mengadakan pembukaan tanah jang luas untuk ditanami dengan padi.

Sektor Tenaga dan Pengairan rupanja tidak dapat mentjapai kemadjuan seperti diharapkan didalam rentjana. Dalam hal pem-bangunan tenaga — meskipun diharapkan bahwa pengeluaran-pengeluaran akan meningkat dalam 2 tahun jang akan datang ini, karena projek-projek dalam rangka pindjaman I.C.A. akan direa-lisir, dan disamping itu pula pengeluaran-pengeluaran untuk mene-ruskan projek Djatiluhur — namun dapatlah diduga dari semula bahwa target investasi sebesar Rp. 1.750 djuta tidak akan tertjapai sepenuhnja. Keadaan ini lebih njata terlihat pada pembangunan irigasi. Selama 3 tahun laporan ini djumlah investasi telah men-tjapai Rp. 264,6 djuta, sedangkan taksiran semula untuk masa 5 tahun ditetapkan sebesar Rp. 1.100 djuta.

(12)

tahun-tahun jang akan datang, karena projek-projek Iglas, Blabak, Semen Gresik masih membutuhkan penanaman modal sebesar kurang-lebih Rp. 280 djuta.

Keadaan Sektor Perhubungan berlainan dengan keadaan disektor-sektor Tenaga dan Industri. Perkembangan investasi didisektor-sektor ini telah melampaui perkiraan-perkiraan semula, Keadaan ini terutama disebabkan adanja investasi-investasi jang besar dilapangan pelajar-an, sebagai akibat daripada penarikan kapal-kapal K.P.M. didalam tahun 1958. Djumlah investasi selama 3 tahun ini telah meliputi djumlah Rp. 1.138,4 djuta, dan diduga bahwa djumlah ini akan membubung terus didalam tahun-tahun 1959 dan 1960. Dalam hal pembangunan dilapangan djalan-djalan dan djembatan perkem-bangannja kurang lebih adalah sesuai dengan Rentjana, sedang bagi P.T.T. ada kemungkinan bahwa djumlah investasi selama 5 tahun akan melampaui taksiran semula, Sebaliknja D.K.A., jang menurut rentjana diberikan alokasi Rp. 600 djuta, hingga kini hanja meng-investir sedjumlah Rp. 118,1 djuta.

Didalam Sektor Sosial perkembangan didalam usaha pendidikan dan kesehatan adalah menarik perhatian. Sangatlah disajangkan bahwa angka-angka investasi mengenai pendidikan tidak dapat diperoleh, baik dari Kementerian P.P. dan K. maupun dari lain-lain instansi jang menjelenggarakan berbagai-bagai, pendidikan kedjuruan, sehingga angka-angka investasi dalam laporan ini (tabel 82) mengenai pendidikan hanjalah dapat dipakai sebagai angka pendekatan sadja. Dari angka-angka jang tersedia mengenai investasi dilapangan ini, serta mengingat pula, bahwa angka otori-sasi dari Pemerintah Pusat untuk tahun 1958 tidak tersedia, dapat-lah kiranja diperkirakan bahwa tingkat investasi untuk masa 3 tahun laporan ini tidak akan kurang dari Rp. 800 djuta. Ini berarti bahwa target investasi untuk masa 5 tahun sudah hampir tertjapai. Sementara itu, usaha-usaha didalam lapangan kesehatan rupanja telah pula mentjapai ketjepatan jang pesat, sehingga target investasi untuk masa 5 tahun sudah djauh terlampaui.

Kedua kedjadian diatas rupanja menggambarkan akan besarnja kebutuhan masjarakat Indonesia untuk perbaikan serta perluasan usaha-usaha pendidikan dan kesehatan.

C. Pembiajaan menurut sumber-sumbernja.

(13)

PEMBIAJAAN DIPERINTJI MENURUT

1956 301,9 99,2 — 401,1

1957 367,7 55 — 422,7

1958 1.002,6 75 79,8 1.157,4

Djumlah 1.672,2 229,2 79,8 1.981,2

KETERANGAN:

1) Angka-angka Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia

2) „ Panitia Koordinasi Bantuan Luar Negeri

3) „ Bank Indonesia

(14)

tidak dapat dihitung besarnja bantuan luar negeri jang telah di-terima dan dilaksanakan didalam merealisir projek-projek jang bersangkutan. Oleh karena kesukaran diatas, telah diambil kepu-tusan untuk mempergunakan tjara penghitungan jang lain, jaitu dengan mentjari angka-angka tentang djumlah-djumlah bantuan luar negeri jang diterima tiap tahunnja dan menambahkan djumlah-djumlah itu pada djumlah-djumlah investasi, dengan akibat timbulnja perbedaan-perbedaan diatas.

Melihat angka-angka pembiajaan diatas, njata bahwa djumlah biaja jang telah dikeluarkan untuk investasi selama 3 tahun laporan, telah melampaui taksiran didalam Rentjana. Sementara itu adalah menarik perhatian djika diperhatikan perkembangan komponen-komponen pembiajaan, jaitu pembiajaan dalam negeri dan pembiajaan jang berasal dari sumber-sumber diluar negeri.

Mengenai pembiajaan dalam negeri, djumlah jang dikeluarkan telah mengalami kenaikan didalam tahun 1957, dan selandjutnja kelihatan turun kembali didalam tahun 1958. Keadaan ini dapat dimengerti djika diingat bahwa didalam tahun 1958 ada kemero-sotan pada investasi disektor-sektor Industri dan Sosial; disektor jang pertama tadi hal tersebut disebabkan karena pekerdjaan-pekerdjaan jang besar telah selesai dan sedang dimulai dengan pekerdjaan persiapan bagi projeksi-projeksi lainnja. Pada sektor sosial kemerosotan diatas diakibatkan karena angka-angka realisasi dilapangan pendidikan belum masuk. Berdasarkan pada keterangan diatas, teranglah bahwa djumlah pembiajaan dalam negeri sebesar ± Rp. 1,9 miljard dalam tahun 1958 kurang dapat memberikan gambaran jang sebenarnja. Djumlah pembiajaan jang sebetulnja mengingat akan tingkat investasi ditahun-tahun sebelumnja dalam lapangan Pendidikan, dan disamping itu pula dengan memperhati-kan faktor harga dalam negeri jang pada umumnja mengalami kenaikan didalam tahun 1958 sangat mungkin tidak akan lebih ketjil dari ± Rp. 2,1 miljard.

(15)

Dari perkembangan diatas nampak bahwa peranan jang diambil oleh sumber-sumber luar negeri didalam pembiajaan pembangunan di Indonesia achir-achir ini telah mendjadi lebih penting. Dihitung setjara persentase, pembiajaan luar negeri berturut-turut telah merupakan 22%; 16% dan 37,1% dari djumlah pembiajaan seluruhnja. Dan rupa-rupanja djumlah pembiajaan ini akan tetap menempati peranan jang penting di tahun-tahun jang akan datang, mengingat akan banjaknja pindjaman-pindjaman luar negeri jang telah ditanda-tangani, jang diharapkan akan direalisir dimasa jang dekat.

Gambar

Tabel 79.(1)
Tabel 80.Perintjian
Tabel 82.Taksiran
Tabel 85.Pindjaman-pin-

Referensi

Dokumen terkait

• Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang tepat tanpa harus ada indikasi untuk pemakaian sarung tangan. • Lepaskan sarung tangan untuk cuci tangan, ketika indikasi   terjadi saat

REKAPITULASI PENILAIAN PBK KEPERAWATAN MATERNITAS II PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN. NAMA MAHASISWA

Dalam rangka pelaksanaan kebijakan Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 72 ayat (1) huruf b

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor : 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota

[r]

kita harus mencegah kerusakan dan melestarikan Cagar Budaya tersebut? Kalau iya, kenapa? Seperti yang telah saya singgung diatas bahwa Cagar Budaya merupakan ciri khas

The research indicates that a lack of attention to the human element of change, especially inconsistent senior management support, a lack of involvement of supervisors and

Buruknya situasi di dalam di negeri ini dalam menyikapi masalah korupsi di bidang kebijakan ekonomi ternyata masih juga ditambah permasalahan atau tekanan-tekanan dari luar atau