• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Rumah Sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan dirumah. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian (Wiku Adisasmito, 2006).

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit).

Berbagai kegiatan rumah sakit menghasilkan bermacam-macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Hal ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit (Adisasmita, 2009).

(2)

(2006) pengelolaan limbah padat medis dan non medis di rumah sakit sangat dibutuhkan bagi kenyamanan dan kebersihan rumah sakit karena dapat memutuskan mata rantai penyebaran penyakit menular, terutama infeksi nosokomial.

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit :

1. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit meliputi:

a. Pelayanan medik b. Pelayanan kefarmasian

c. Pelayanan keperawatan dan kebidanan d. Pelayanan penunjang klinik

e. Pelayanan penunjang nonklinik f. Pelayanan rawat inap

2. Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas B terdiri atas: a. Tenaga medis

b. Tenaga kefarmasian c. Tenaga keperawatan d. Tenaga kesehatan lain e. Tenaga non kesehatan

3. Tenaga medis paling sedikit terdiri atas:

(3)

c. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar

d. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang

e. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain

f. 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis

g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut

4. Jumlah tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

5. Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.

2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit 2.2.1 Tugas Rumah Sakit

(4)

2.2.2 Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. 4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.3 Pengertian Sanitasi Rumah Sakit

Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan Kepmenkes No.1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi : sanitasi pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial psikologi di rumah sakit.

Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).

(5)

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.4 Sampah Rumah Sakit

2.4.1 Pengertian Sampah Rumah Sakit

Menurut Notoatmodjo (2003) sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.

Sampah diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia serta tidak terjadi dengan sendirinya (Mubarak, 2004). Menurut defenisi Word Health Organitation (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).

(6)

Berdasarkan beberapa pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah adalah sesuatu yang berbentuk padat yang tidak digunakan lagi dan berasal dari aktifitas atau kegiatan manusia dan dibuang secara saniter yaitu dengan cara yang dapat diterima oleh umum sehingga diperlukan pelaksanaan pengelolaan limbah padat/sampah yang baik.

2.4.2 Sumber Sampah

Sumber sampah yang dihasilkan dari setiap rumah sakit berbeda. Setiap ruangan atau unit kerja di rumah sakit merupakan penghasil sampah. Jenis sampah dari setiap ruangan berbeda-beda sesuai dengan penggunaan dari setiap ruangan atau unit yang bersangkutan. Sampah yang berasal dari rumah sakit merupakan limbah layanan kesehatan mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium (A.Pruss.A, 2005). Tabel 2.1 Jenis sampah menurut sumbernya

No. Sumber/Area Jenis Sampah

1. Kantor/Administrasi Kertas 2. Unit obstetric dan

ruang perawatan obstetric

Dressing(pembalut/pakaian),sponge(sepon/pengoso k), placenta, ampul, termasuk kapsul perak nitrat, jarum syringe (alat semprot), masker disposable (masker yang dapat dibuang), disposable drapes (tirai/kain yang dapat dibuang), sanitary napkin (serbet), blood lancet disposable (pisau bedah), disposable chateter (alat bedah), disposable unit enema (alat suntik pada usus) disposable diaper (popok) dan underpad (alas/bantalan), dan sarung disposable.

3. Unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan

(7)

(alas/bantalan), sarung bedah. 4. Unit laboratorium,

ruang mayat,

phatology dan

autopsy

Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petri dish, wadah specimen, slide specimen (kaca/alat sorong), jaringan tubuh, organ, dan tulang

5. Unit Isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung buangan nasal (hidung) dan sputum (dahak/air liur), dressing(pembalut/pakaian danbandages(perban), masker disposable (masker yang dapat dibuang), sisa makanan, perlengkapan makan.

6. Unit Perawatan Ampul, jarum disposable dan syringe (alat semprot), kertas dan lain-lain

7. Unit Pelayanan Karton, kertas bungkus, kaleng, botol, sampah dari ruang umum dan pasien, sisa makanan buangan 8. Unit gizi/dapur Sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan

sayuran dan lain-lain 9. Halaman rumah

sakit Sisa pembungkung daun ranting, debu. Sumber : Depkes RI, 2002

2.4.3 Jenis Sampah

Limbah atau sampah rumah sakit dapat dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit menular. Disamping itu, di dalam limbah atau sampah juga mengandung berbagai bahan kimia beracun dan benda-benda tajam lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan cedera (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

(8)

Secara garis besar, jenis sampah dibedakan menjadi dua macam yaitu, sampah medis dan sampah non medis.

1. Sampah medis

Sampah medis atau limbah klinis biasanya berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius dan membahayakan, kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004, klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit terdiri dari limbah infeksius, patologis, sitotoksis, benda tajam, farmasi, kimia, radioaktif, logam yang bertekanan tinggi atau berat dan kontainer bertekanan.

Tabel 2.2 Klasifikasi limbah medis padat yang berasal dari rumah sakit

No Kategori

Limbah Definisi yang DihasilkanContoh Limbah 1. Infeksius Limbah yang terkontaminasi

organisme patogen (bakteri, virus, parasit, atau jamur) yang tidak secara rutin ada lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.

2. Patologis Limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan yang sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.

Bagian tubuh 3. Sitotoksis Terinfeksi atau kontak dengan

(9)

larutan sisa, urine, tinja, muntahan pasien yang mengandung sitotoksis. 4. Benda tajam Merupakan materi yang dapat

menyebabkan luka iris atau luka tusuk. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

5. Farmasi Limbah farmasi mencakup produksi farmasi. Kategori ini juga mencakup barang yang akan di buang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung darah atau cairan, dan ampul obat.

Obat-obatan,

6. Kimia Mengandung zat kimia yang

berbentuk padat, cair, maupun gas yang berasal dari aktivitas diagnostic dan eksperimen serta dari pemeliharaan kebersihan rumah sakit dengan menggunakan desinfektan.

7. Radioaktif Bahan yang terkontaminasi dengan radioisotope yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari : tindakan kedokteran nuklir,

radio immunoassay dan

baakteriologis, dapat berpentuk padat, cair atau gas.

(10)

8. Logam yang bertekanan tinggi/berat

Limbah yang mengandung logam Berat dalam konsetrasi tinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik. Contohnya adalah limbah merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak.

Thermometer, alat pengukur tekanan darah, residu dari ruang pemeriksaan

gigi, dan

sebagainya.

9. Kontainer

bertekanan Limbah yang berasal dari berbagaijenis gas yang digunakan di rumah sakit.

(Sumber: Kepmenkes RI No. 1204, 2004 ) 2. Sampah non medis

Sampah non medis merupakan sampah yang berasal dari kegiatan atau aktifitas di rumah sakit selain sampah medis. Sampah non medis yang dihasilkan dari rumah sakit seperti kertas, karton, plastik, kaleng, botol sisa makanan dan lain-lain yang bersumber dari kantor atau administrasi, unit perlengkapan, ruang tunggu, ruang inap, unit gizi atau dapur, halaman parkir, taman dan unit pelayanan.

2.4.4 Jumlah sampah

Setiap rumah sakit akan menghasilkan sampah medis maupun sampah non medis. Jumlah sampah medis dan sampah non medis yang dihasilkan dari setiap rumah sakit berbeda tergantung pada berbagai faktor seperti jumlah tempat tidur yang tersedia, kapasitas rumah sakit, jumlah staff medis, jenis layanan kesehatan yang diberikan, status ekonomi, sosial dan budaya dari pasien serta kondisi umum letak daerah rumah sakit (Alhumoud, 2007).

(11)

ini akan menentukan jumlah dan volume sarana penampungan lokal yang harus disediakan, pemilihan incinerator dan kapasitasnya dan juga bila rumah sakit memiliki tempat pengolahan sendiri jumlah produksi dapat diproyeksikan untuk memperkirakan pembiayaan dan lain-lain. Dalam pengelolaan sampah, ukuran yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

1. Jumlah Menurut Berat

Jumlah produksi sampah domestik diperkirakan 2 kg per orang per hari. Untuk mendapatkan angka yang lebih tepat sebaiknya dilakukan survei sampah di rumah sakit yang bersangkutan. Jumlah sampah dengan 500 tempat tidur adalah 3,25 kg per pasien per hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

2. Jumlah Disposibel

Meningkatkan jumlah sampah berkaitan erat dengan meningkatkan penggunaan barang disposibel. Daftar barang disposibel merupakan indikator jumlah dan kualitas sampah rumah sakit yang diproduksi. Berat, ukuran dan sifat kimiawi barang-barang disposibel mungkin perlu dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi yang bermanfaat dalam pengelolaan sampah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

3. Jumlah Menurut Volume

(12)

2.5 Peraturan dan Perundangan Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Proses pengelolaan sampah rumah sakit salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan persiapan peraturan, pedoman dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit (Adisasmito, 2007). Peraturan dan perundangan yang telah dibuat oleh pemerintah dan kebijakan yang berasal dari rumah sakit dapat digunakan untuk meminimalkan terjadinya resiko gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan. Rumah sakit di Indonesia dapat menerapkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.

2.6 Manajemen Lingkungan Rumah Sakit

Manajemen lingkungan rumah sakit merupakan manajemen yang tidak statis tetapi sesuatu yang dinamis sehingga diperlukan adaptasi atau penyesuaian bila terjadi perubahan di rumah sakit yang mencakup sumber daya, proses dan kegiatan rumah sakit, misalnya perubahan perundang-undangan dan pengetahuan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi (Adisasmito, 2009 ).

(13)

dan dampak yang telah diidentifikasi dan peran serta karyawan untuk memenuhinya (Adisasmito, 2009).

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 5M, yaitu man, money, machines, method, dan markets (Tjokroamidjojo, 2009)

2.6.1Man(SDM)

Proses pengelolaan sampah rumah sakit diawali oleh perawat dan petugas kebersihan di rumah sakit yang bersangkutan. Semua perawat yang memproduksi sampah medis padat harus bertanggungjawab dalam hal pemilahannya. Agar pada tahap pemilahan dapat dilakukan secara efektif, maka tenaga rumah sakit di setiap tingkatan harus dilibatkan serta staff pendukung dan tenaga kebersihan harus terlatih.

Menurut KepMenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola sampah harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari :

1. Topi/helm 2. Masker

3. Pelindung mata

4. Pakaian panjang (coverall) 5. Apron untuk industri 6. Pelindung kaki/sepatu boot

(14)

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan. Manajemen tidak lepas dari SDM ( sumber daya aktif), koordinasi antar manusia yang dikendalikan untuk mencapai tujuan merupakan proses manajemen yang meliputi 5 (lima) elemen dasar sumber daya manusia :

1. Kegiatan sumber daya untuk mencapai tujuan 2. Proses dilakukan secara rasional

3. Melalui manusia lain

4. Menggunakan metode dan teknik tertentu dalam lingkungan organisasi tertentu

Prinsip-prinsip umum manajemen yang berkaitan dengan sumber daya manusia adalah sebagai berikut:

1. Adanya pembagian kerja, kualitas anggota perlu diperhatikan baik fisik, mental, pendidikan, pengalaman, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Disiplin merupakan ketaatan, kepatuhan untuk mengikuti aturan yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Kewenangan dan tanggung jawab setiap pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai pembagian tugas yang diberikan kepadanya.

(15)

5. Penggajian pegawai dan karyawan sangat menentukan dalam kelancaran tugas.

6. Pusat kewenangan yang berdampak kepada perumusan pertanggung jawaban dalam rangka mencapai tujuan.

7. Mekanisme kerja dalam organisasi sehingga anggota tahu siapa yang menjadi atasan dan bertanggung jawab kepada siapa dan sebaliknya. 8. Keamanan.

9. Inovasi, pengembangan inisiatif dari pekerja agar berkembang kearah perubahan kemajuan.

Hubungan manajemen dengan sumber daya manusia merupakan proses usaha pencapaian tujuan melalui kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan (Marsum dkk, 2009). Pengorganisasian usaha sanitasi rumah sakit harus mencerminkan fungsi dinamis dengan wadah kegiatan terdiri dari unsur:

1. Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit 2. Teknis sanitasi

3. Penunjang layanan sanitasi

Adapun tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit yaitu:

1. Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya. 2. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas

cleaning service.

3. Membagi tugas dan tanggung jawab.

(16)

Petugas yang berwenang dalam pelaksanaan usaha sanitasi rumah sakit merupakan kunci dalam panitia/komite keamanan dan harus melaksanakan tugasnya dalam pengawasan infeksi. Petugas harus melakukan suatu pengamatan (surveilence) sanitasi yang efektif dan melaporkan pelaksanaan programnya kepada pimpinan rumah sakit. Petugas sanitasi rumah sakit menentukan hasil layanan yang paling dominan dalam usaha pelayanan sanitasi rumah sakit. Petugas sebagai pemberi layanan kepada penderita dapat mempengaruhi proses pengobatan. Hubungan psikobiososial penderita dengan petugas maupun dengan pengunjung dapat mempengaruhi hasil penyembuhan, terlebih apabila interaksi faktor biopsikososial ini berproses dalam suasana lingkungan yang bersih, nyaman dan asri (Hapsari, 2010).

Tenaga sanitasi rumah sakit adalah unsur (provider) utama yang bertanggung jawab terhadap layanan sanitasi rumah sakit. Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan tenaga dengan kualifikasi sebagai berikut:

1. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas A dan B (rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, biologi, teknik kimia dan teknik sipil.

(17)

kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) dibidang kesehatan lingkungan.

3. Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan kesehatan lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus berpendidikan sanitarian dan telah mengikuti pelatihan khusus dibidang kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah atau badan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

4. Tenaga sebagaimana yang dimaksud pada butir 1 dan 2, diusahakan mengikuti pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak lain terkait sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku (Depkes RI, 2004).

Tenaga pengelola limbah padat dan cair rumah sakit meliputi : 1. Tenaga pengelola limbah padat

a. Sampah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga perawat khususnya yang menyangkut pemisahan sampah medis dan non medis, sedangkan ruang lain dapat dilakukan oleh tenaga kebersihan.

b. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi SMP dan ditambah latihan khusus.

c. Pengawasan pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.

(18)

a. Tenaga pelaksana meliputi pengawas sistem plumbing dan operator proses pengolahan.

b. Kualifikasi tenaga untuk kegiatan tersebut dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.

c. Kegiatan pengawasan dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi D3 atau D4 ditambah latihan khusus (Depkes RI, 2002).

2.6.2 Money (Pembiayaan)

Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi (Hapsari, 2010).

2.6.3Machines (Sarana dan Prasarana)

(19)

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan untuk jenis tertentu yang memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

2.6.4 Methods(Metode)

Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri (Marsum dkk, 2007).

Upaya pengelolaan limbah rumah sakit dapat dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan, pedoman dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegitan pelayanan rumah sakit termasuk pengelolaan limbahnya, yaitu :

1. Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit. 2. Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.

3. Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran. 4. Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas

(20)

2.6.5Market(Pasar)

Memasarkan kualitas pelayanan, kinerja kerja ke masyarakat luas sangat penting. Sebab bila pemasaran tidak berjalan dengan baik maka akan berdampak pada banyak tidaknya masyarakat yang menggunakan jasa dari rumah sakit tersebut. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti mempromosikan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan dalam suatu produk yang dihasilkan.

Manfaat yang dapat diperoleh jika menerapkan manajemen lingkungan rumah sakit adalah yang terpenting perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dengan mengikuti prosedur yang ada dalam sistem manajemen lingkungan rumah sakit, maka sekaligus akan membantu dalam mematuhi peraturan perundang-undangan dan sistem manajemen yang efektif. Dengan demikian sistem ini merupakan sistem manajemen praktis yang didesain untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara yang efektif - biaya ( cost-effective).

Beberapa manfaat manajemen lingkungan rumah sakit antara lain (Adisasmito, 2009):

1. Perlindungan terhadap lingkungan.

2. Manajemen lingkungan rumah sakit yang lebih baik. 3. Pengembangan sumber daya manusia.

4. Kontuinitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit. 5. Kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan.

(21)

8. Meningkatkan citra rumah sakit.

Komponen-komponen penting dalam sistem manajemen lingkungan rumah sakit antara lain sebagai berikut (Adisasmito, 2009):

1. Dukungan Manajemen

Komponen yang paling penting di dalam menjalankan sistem manajemen lingkungan adalah dukungan dari manajemen puncak. Nilai-nilai yang ditentukan oleh manajemen puncak di dalam kebijakan lingkungan memegang peran yang sangat penting dalam membentuk dan menjalankan sistem manajem lingkungan rumah sakit.

2. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu komponen penting karena apabila gagal dalam membuat perencanaan akan mengalami kendala dalam melakukan kegiatan selanjutnya. Fase perencanaan dari siklus perbaikan berkelanjutan membutuhkan perumusan perencanaan untuk memenuhi tujuan-tujuan dan sasaran kebijakan politik. Perencanaan lingkungan seharusnya memasukkan hal-hal sebagai berikut:

a. Identifikasi aspek-aspek lingkungan dan evaluasi dampak lingkungan. b. Persyaratan-persyaratan legal.

c. Kebijakan lingkungan dan kriteria kinerja internal. d. Tujuan dan sasaran lingkungan.

e. Perencanaan dan program manajemen. 3. Pelaksanaan

(22)

manajemen lingkungan tersebut. Pelaksanaan sistem manajemen lingkungan rumah sakit harus mempertimbangkan hal-hal seperti sumber daya manusia dan biaya, menyinergikan dan mengintegrasikan sistem manajemen lingkungan ke dalam aktivitas rutin rumah sakit, sistem lingkungan manajemen rumah sakit harus mampu mempertanggungjawabkan dan dipertanggungjawabkan, kesadaran mengenai lingkungan dan motivasi, pengetahuan, keterampilan, dan pelatihan, komunikasi, informasi dan pelaporan, pengendalian operasional dan persiapan cara penanganan darurat.

4. Pemeriksaan

Pengawasan dan pengukuran merupakan salah satu cara untuk mengukur kesuksesan dari kinerja lingkungan diorganisasi dan untuk membuat nyata sistem manajemen. Pemeriksaan manajemen merupakan hal yang penting sebab mencerminkan keterlibatan manajemen untuk sistem manajemen lingkungan. 5. Tindakan

(23)

2.7 Pengelolaan Sampah

Peran utama rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah memberikan kesembuhan kepada pasien. Sebagai hasil samping kegiatannya, rumah sakit menghasilkan beberapa bahan buangan berupa limbah padat medis dan limbah padat non medis (Djaya, 1993).

Menurut Azwar dalam Keman (2006) pengelolaan sampah medis dan non medis rumah sakit sangat dibutuhkan bagi kenyamanan dan kebersihan rumah sakit karena dapat memutuskan mata rantai penyebaran penyakit menular, terutama infeksi nosokomial.

Proses pengelolaan sampah yang dilakukan di rumah sakit harus benar dan efektif serta memenuhi persyaratan sanitasi. Pengelolaan sampah ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Dalam pengelolaan sampah rumah sakit, harus disesuaikan dengan kondisi sampah dan kemampuan rumah sakit dalam hal mengelolanya. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyuluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Menurut Kepmenkes RI No. 1204 (2004) pengelolaan limbah medis yaitu rangkaian kegiatan mencakup pemisahan, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan penimbunan limbah medis

(24)

Minimisasi limbah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari kegiatan pelayanan kesehatan dengan cara reduksi pada sumbernya dan pemanfaatan limbah berupa reuse,recycle dan recovery. Minimisasi limbah merupakam pengurangan jumlah limbah yang berasal dari instansi layanan kesehatan dan sarana penelitian dapat didukung melalui penerapan beberapa kebijakan dan praktik tertentu. Konsep minimisasi limbah berupa reduksi limbah langsung dari sumbernya menggunakan pendekatan pencegahan dan teknik yang meliputi perubahan bahan baku (pengelolaan bahan dan modifikasi bahan), perubahan teknologi (modifikasi proses dan teknologi bersih), praktek operasi yang baik (housekeeping,segregasi limbah, preventive maintenance), dan perubahan produk yang tidak berbahaya. Pengelolaan limbah medis dengan minimisasi limbah dapat dilakukan dengan :

1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber. 2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan

kimia yang berbahaya dan beracun.

3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.

4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

(25)

2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.

3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

4. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.

5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi.

6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposible), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.

Tabel 2.3 Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali

Metode sterilisasi Suhu Waktu Kontak

Sterilisasi dengan panas

- Sterilisasi kering dalam oven - poupinel

- Sterilisasi basah dalam autoclave

160oC 7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan

(26)

Tabel 2.4 Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori

Radioaktif Merah timbal denganKantong boks simbol radioaktif

2. Sangat

Infeksius Kuning plastik kuat,Kantong

anti bocor, atau

4. Sitotoksis Ungu Plastik kuat

dan anti bocor

8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

c. Pengumpulan, Pengangkutan dan Penyimpanan limbah medis padat

1. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.

(27)

1. Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat. 2. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan

khusus.

e. Pengolahan dan Pemusnahan

1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.

2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insenerator.

2.7.2 Limbah Padat Non Medis a. Pemilahan dan pewadahan

1. Pewadahan limbah padat non medis harus dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.

2. Tempat pewadahan

a. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang

domestik warna putih.

b. Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah padat melebihi dua ekor per-block grill, perlu dilakukan pengendalian padat.

(28)

1. Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hati, maka harus dilakukan pengendalian.

2. Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang pengganggu yang lain minimal satu bulan sekali.

c. Pengolahan dan pemusnahan

Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis harus dilakukan sesuai persyaratan kesehatan

2.8 Pengaruh Pengelolaan Sampah Rumah Sakit

Rumah sakit menghasilkan sampah medis dan non medis sampah rumah sakit yang berpotensial menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat, lingkungan bahkan rumah sakit itu sendiri.

2.8.1 Pengaruh Terhadap Kesehatan

(29)

Untuk infeksi virus yang serius seperti HIV/AIDS serta hepatitis B dan C, tenaga layanan kesehatan terutama perawat merupakan kelompok yang beresiko paling besar untuk terkena infeksi melalui cedera akibat benda tajam yang terkontaminasi (umumnya jaruk suntik). Risiko serupa juga dihadapi tenaga kesehatan lain di rumah sakit dan pelaksana pengelolaan limbah di luar rumah sakit. Di kalangan pasien dan masyarakat, risiko terkena infeksi tersebut jauh lebih rendah. Namun, beberapa infeksi yang menyebar melalui media lain atau disebabkan oleh agens yang lebih resisten dapat menimbulkan resiko yang bermakna pada masyarakat dan pasien rumah sakit.

Limbah rumah sakit dapat mengandung bermacam-macam mikroorganisme tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah medis tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masih buruk (Said, 1999).

(30)

orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar rumah sakit. Oleh karena itu, rumah sakit wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan benar dengan melaksanakan kegiatan sanitasi rumah sakit (Kusnoputranto.H, 1993).

2.8.2 Pengaruh Terhadap Lingkungan

Dampak yang ditimbulkan limbah rumah sakit akibat pengelolaannya yang tidak baik atau tidak saniter terhadap lingkungan berupa :

1. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan rumah sakit maupun masyarakat luar.

2. Limbah medis yang mengandung berbagai macam, bahan kimia serta benda-benda tajam dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja.

(31)

Gambar

Tabel 2.1 Jenis sampah menurut sumbernya
Tabel 2.2  Klasifikasi limbah medis padat yang berasal dari rumah sakit
Tabel 2.3 Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali
Tabel 2.4 Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori

Referensi

Dokumen terkait

Dosis efektif pada penelitian sebelumnya: 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, dan 400 mg/kgBB Numerik rasio Kerusakan mukosa gaster Sediaan histopatologi dilihat menggunakan

 Defenisi sistem operasi adalah program yang bertindk ssebagai perantara antara user dengan kkomputer hardware. Tujuan sistem operasi  Pengenalan

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa remaja yang berasal dari keluarga bercerai lebih sering terlibat dengan perilaku negatif yang menunjukkan rendahnya kontrol

coli, ekstrak jamur S2-2 fraksi heksan memiliki diameter zona hambat yang jauh lebih besar dibanding fraksi etil asetat.. Hal ini berarti aktivitas antibakteri dari ekstrak jamur

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang

Besides a comprehensive review of the relevant literature and results in the field of analysis and research on mathematics textbooks, Pepin and Haggarty (2001) provide

Komponen awareness memiliki 5 indikator yaitu subjek penelitian memikirkan kembali tentang apa yang diketahu i dari masalah kalkulus yang diberikan (A1),

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan berbagai macam inokulum rhizobium tidak mempengaruhi produksi bahan kering hijauan namun ada kecenderungan peningkatan