• Tidak ada hasil yang ditemukan

Thyrotoxic Periodic Paralysis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Thyrotoxic Periodic Paralysis"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

THYROTOXIC PERIODIC PARALYSIS

Melati Silvanni Nasution, M Aron Pase, Santi Syafril, Dharma Lindarto, Guntur Ginting Divisi Endokrinologi & Metabolik FK USU-RSUPHAM

Definisi

Thyrotoxic periodic paralysis (TPP) adalah paralisis lokal ataupun general yang

terjadi secara episodik dan berulang disertai dengan hipokalemia dan memiliki kaitan dengan

komplikasi tirotoksikosis.1,2 TPP merupakan suatu kondisi yang serius dan merupakan

komplikasi hipertiroidisme yang berpotensi fatal akibat dari perpindahan kalium dalam

jumlah besar dari ruang ekstraseluler ke intraseluler. Keadaan ini lebih sering dijumpai pada

laki-laki keturunan Asia. Kebanyakan dari pasien-pasien TPP ini justru tidak mengalami

secara jelas gejala dan tanda hipertiroidisme.2,3

Epidemiologi

TPP merupakan suatu komplikasi tirotoksikosis yang cukup dikenal pada populasi

masyarakat di Asia termasuk Cina, Jepang, Vietnam, Filipina dan Korea. Angka kejadinnya

pada pasien dengan tirotoksikosis di jepang dan cina adalah 1,8 dan 1,9%.3 Sedangkan secara

keseluruhan, di Asia dijumpai insidensi TPP sebanyak 2% dari seluruh populasi penderita

tirotoksikosis.4 Angka kejadian secara keseluruhan di seluruh wilayah negara-negara Barat

tidak diketahui, namun di Amerika Utara, angka kejadiannya pada pasien tirotoksikosis

dilaporkan sebesar 0,1-0,2%. Beberapa kasus yang terjadi secara sporadis pernah dilaporkan

pada penduduk ras Kaukasia, Afro-Amerika, Indian-Amerika, serta Hispanik. Populasi

masyarakat Indian-Amerika diperkirakan memiliki resiko lebih tinggi terhadap kejadian TPP,

hal ini disebabkan adanya bukti bahwa nenek moyang masyarakat indian-amerika berasal

(2)

Meskipun tirotoksikosis sendiri lebih banyak dijumpai pada populasi wanita, namun

angka kejadian TPP sendiri lebih sering dijumpai pada laki-laki. Di Cina pada tahun 1967,

TPP terjadi pada 13% pasien tirotoksikosis sedangkan pada wanita hanya 0,17%. Pada tahun

1957, beberapa publikasi menuliskan insidensi TPP pada penderita tirotoksikosis di Jepang

yakni 8,67% pada pria dan 0,4% pada wanita. Secara keseluruhan, rasio angka kejadian TPP

antara laki-laki dan perempuan adalah sebesar 17:1 hingga 70:1. Namun belakangan ini

terdapat penurunan insidensi TPP di jepang pada tahun 1991 yakni sebesar 4,4% pada

laki-laki dan 0,04% pada perempuan.2,3

Patogenesis

Patogenesis TPP hingga saat ini masih belum jelas. Hipokalemia terjadi sebagai

akibat perpindahan kalium yang masif dari kompartemen ekstraseluler ke intraseluler

terutama sel otot. Hal ini terjadi diyakini sebagai akibat peningkatan aktifitas pompa

natrium-kalium-adenosin trifosfatase (Na/K-ATPase) (gambar 1). Berbagai data menunjukkan adanya

peningkatan dalam jumlah serta aktifitas pompa Na/K-ATPase pada pasien TPP. Peningkatan

jumlah dan aktifitas tersebut berbeda signifikan dengan pasien tirotoksikosis tanpa TPP. Jika

keadaan tirotoksikosisnya telah berhasil dikendalikan, maka aktifitas Na/K-ATPase akan

kembali pada kadar yang serupa dengan orang normal. Hormon tiroid dapat meningkatkan

aktifitas Na/K-ATPase pada otot rangka, hati dan ginjal sehingga menyebabkan influks

kalium ke ruang intraseluler. Subunit Na/K-ATPase yang terutama diekspresikan pada

keadaan ini antara lain subunit α1, α2, β1, β2, dan β4. Pada kelima gen subunit ini terlihat

adanya peningkatan aktifitas thyroid hormone-responsive elements (TREs). Peningkatan

aktifitas Na/K-ATPase oleh hormon tiroid ini terjadi melalui mekanisme transkripisional dan

(3)

Gambar 1. Mekanisme kelemahan otot akut pada thyrotoxic periodic paralysis. Dikutip dari: Lam L, Nair R J, Tingle L. Thyrotoxic periodic paralysis. Proc (Ba yl Univ Med Cent) 2006;19:126–129

Peningkatan aktifitas dan jumlah pompa Na/K-ATPase dan pengaruhnya terhadap

kecepatan influks kalium semestinya dapat diimbangi dengan proses homeostasis dimana

efluks kalium juga seharusnya meningkat. Oleh karena itu, seharusnya terdapat faktor lain

yang berperan dimana pada TPP terjadi pula gangguan proses efluks kalium. Beberapa studi

menunjukkan pada kasus TPP dan FHPP terjadi penurunan efluks kalium melalui gerbang

Kir pada sel-sel otot interkostal. Selain itu, diketahui bahwa insulin dan katekolamin juga

ternyata tidak hanya meningkatkan kerja Na/K-ATPase namun memiliki efek menghambat

gerbang Kir juga. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terdapat mutasi gen yang

mengkode gerbang Kir yang spesifik pada otot rangka yakni Kir2.6 pada pasien TPP. Hal ini

(4)

Gambar 2. Penurunan jumlah gerbang efluks kalium. Peningkatan aktifitas Na/K-ATPase menyebabkan

hipokalemia inisial, sementara penurunan gerbang keluar Kir disebabkan oleh hipokalemia inisial itu sendiri,

mutasi yang mengakibatkan penurunan fungsi, serta inhibisi hormon (insulin, adrenergik) sehingga kalium

terperangkap dalam sel. Dikutip dari : Vijayakumar A, Ashwath G, Thimmappa D. Thyrotoxic periodic

paralysis: clinical challenges. Hindawi Publishing Corporation. Journal of Thyroid Research Volume 2014,

Article ID 649502, 6 pages http://dx.doi.org/10.1155/2014/649502

Selain itu, hormon tiroid juga dapat mempengaruhi Na/K-ATPase melalui rangsangan katekolamin. Hal ini dikarenakan pada tirotoksikosis, terdapat peningkatan respon β

-adrenergik, sehingga pengobatan dengan agen penghambat β-adrenergik non-selektif dapat

mencegah dan mengobati serangan paralisis. Selain peningkatan respon adrenergik, pada

pasien TPP terdapat respon insulin yang berlebihan terhadap masukan glukosa oral

dibandingkan dengan pasien dengan tirotoksikosis tanpa TPP. Insulin telah diketahui mampu

untuk meningkatkan aktifitas Na/K-ATPase, oleh karena itu dapat dimengerti bagaimana

insulin dapat menyebabkan influks kalium ke intrasel. Respon hirperinsulinemia inilah yang

menjelaskan hubungan antara TPP dengan riwayat konsumsi makanan berkarbohidrat tinggi

ataupun cemilan-cemilan manis. Selanjutnya, olahraga merupakan suatu keadaan yang dapat

melepaskan kalium ke ekstrasel dari sel-sel otot rangka sedangkan istrahat akan mendorong

(5)

dapat mencetuskan terjadinya serangan paralisis dan bila olahraga tetap dilanjutkan, maka

serangan paralisis dapat dicegah.2,3

Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa pasien-pasien TPP memiliki beberapa faktor

predisposisi (pemicu) yang dapat meningkatkan aktifitas Na/K-ATPase, baik melalui

rangsangan hormon tiroid secara langsung, ataupun secara tidak langsung melalui stimulasi

adrenergik, insulin dan aktifitas fisik.3

Gambaran Klinis

Pasien TPP biasanya laki-laki dewasa berusia 20-40 tahun, namun demikian ada pula

yang melaporkan kejadiannya pada usia remaja. Serangannya berupa kelemahan otot mulai

dari ringan hingga kelumpuhan total yang bersifat episodik, sementara dan berulang (tabel 1).

2,3

Tabel 1. Diagnosis TPP

Manifestasi klinis TPP

Gambaran umum

Laki-laki usia dewasa muda (20-40 tahun)

Sporadis, tidak ditemukan anggota keluarga yang memiliki gejala yang serupa

Paralisis akut berulang yang kembali sembuh sempurna

Keterlibatan anggota gerak > batang tubuh

Dipicu oleh asupan karbohidrat dalam jumlah besar, diet tinggi garam, alkohol serta aktifitas fisikberat

Riwayat hipertiroidisme pada keluarga

Gambaran klinis hipertiroidisme (lebih sering tidak terlalu jelas)

Pemeriksaan Laboratorium

Hipokalemia, hipofosfatemia serta hipomagnesemia (ringan)

Keseimbangan asam basa normal

Jumlah ekskresi kalium rendah (rasio kalium dan kreatinin urin rendah, TTKG rendah)

Hipofoasfaturia

Hiperkalsiuria

Pemeriksaan tiroid abnormal (TSH rendah, T4 dan T3 total maupun bebas meningkat, ambilan T3 meningkat)

Elektrodiagnostik

Elektrokardiograf

(6)

Perubahan terkait hipokalemia : gelombang U prominen, interval PR memanjang, amplitudo gelombang

P meningkat, kompleks QRS melebar

Blok atrioventrikuler derajat satu

Aritmia atrium dan ventrikuler

Elektromiografi : gabungan potensial aksi otot gelombang rendah tanpa adanya perubahan setelah

pemberian epinefrin

TTKG : transtubular potassium gradien (merupakan indeks semikuantitatif aktifitas sekretori kalium yang dapat dihitung dengan rumus [K+ urin/(osmolalitas urin/osmolalitas plasma)]/K+ plasma); TSH : Thyroid stimulating hormone; T4: tiroksin serum: T3: triiodotironin. Dikutip dari: Vijayakumar A, Ashwath G, Thimmappa D. Thyrotoxic periodic paralysis: clinical challenges. Hindawi Publishing Corporation. Journal of

Thyroid Research Volume 2014, Article ID 649502, 6 pages http://dx.doi.org/10.1155/2014/649502.

Goldberger ZD. An electrocardiogram triad in thyrotoxic periodic paralysis. Circulation. 2007;115:e179-e180. doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA.106.652396.

Keterlibatan otot-otot proksimal lebih berat dibanding dengan otot-otot distal. Gejala

yang muncul awalnya menyerang ekstremitas bawah kemudian berlanjut ke otot panggul dan

ekstremitas atas. Fungsi sensoris tidak terganggu. Otot-otot yang terlibat bisa saja tidak

simetris. Kelumpuhan yang terjadi saat pasien datang ke dokter dapat berupa tetraparesis

yang menyerupai sindroma Gullain-Barre, mielitis transversum serta kompresi akut sumsum

tulang ataupun histeria. Fungsi saluran cerna dan saluran kemih tidak pernah terganggu.

Otot-otot pernafasan jarang terlibat namun kelumpuhan total Otot-otot-Otot-otot pernafasan serta mata

pernah dilaporkan pada serangan yang berat. durasi serangan dapat berlangsung dalam

beberapa jam hingga 72 jam, dimana terdapat episode sembuh sempurna di antara serangan.

Serangan yang terjadi dapat didahului dengan gejala-gejala prodromal seperti nyeri, kram,

serta kaku pada otot yang terlibat. Pada kebanyakan pasien, didapati penurunan yang nyata

bahkan menghilangnya refleks tendon dalam.3

Serangan TPP biasanya muncul beberapa jam setelah pasien makan dalam jumlah

yang banyak, cemilan-cemilan manis, alkohol, aktiitas fisik berat ataupun saat bangun pagi

hari. Serangan yang terjadi akibat dipicu oleh olahraga yang berat terjadi bukan di saat

pasien tersebut berolahraga namun saat pasien beristirahat, dan serangan tersebut bisa saja

(7)

jumlah kasus pada tiap musim kemungkinan terjadi akibat adanya peningkatan jumlah

aktifitas di luar rumah atau jumlah konsumsi minuman yang manis saat musim panas. TPP

hanya terjadi jika pasien dalam kondisi hipertiroidisme. Jika kadar hormon tiroid sudah

mencapai nilai normal (eutiroid), maka serangan tidak akan muncul. Kelumpuhan yang

terjadi pada TPP mirip dengan gejala yang juga terjadi pada familial hypokalemic periodic

paralysis (FHPP) kecuali bahwa pada TPP terdapat bukti hipertiroidisme (tabel 2).3,4 Selain

itu, TPP merupakan suatu kondisi yang diturunkan secara autosomal dominan pada ras

kaukasia sedangkan TPP merupakan suatu penyakit yang sporadis dan jarang diturunkan

secara familial.2,3

Tabel 2. Perbedaan antara TPP dan FHPP

TPP FHPP

Berkaitan dengan SNPs dari Cav1.1

(-476A  G, intron 2 nt 57G 

Mutasi Cav1.1 (R5258H, R1239H,

R1239G), Nav1.4 (R669H,

R672G, R672H), Kv3.4 (R83H)

TPP : Thyrotoxic periodic paralysis, FHPP : Familial hypokalemic periodic paralysis. Dikutip dari: Lam L, Nair R J, Tingle L. Thyrotoxic periodic paralysis. Proc (Bayl Univ Med Cent) 2006;19:126–129

Pemeriksaan Penunjang

Hipertiroidisme

Adanya bukti hipertiroidisme merupakan perbedaan yang mendasar antara TPP dan

FHPP. Hormon tiroid pada sebagian besar pasien TPP hanya meningkat sedikit. Studi-studi

sebelumnya menunjukkan hanya 10% penderita TPP dengan gejala tirotoksikosis, sedangkan

(8)

pemeriksaan. Mayoritas kasus hipertiroidisme yang berkaitan dengan TPP adalah penyakit

Graves, meskipun kondisi lain seperti tiroiditis, struma nodular toksik, adenoma toksik,

tumor pituitari yang mensekresi TSH, mengkonsumsi preparat T4, serta kesalahan dalam

pemberian Iodine dapat pula bertindak sebagai penyebab.3

Elektrolit

Tanda utama dari TPP adalah hipokalemia. Nilai kalium pada saat pemeriksaan awal

biasanya kurang dari 3 mmol/liter bahkan bisa mencapai 1,1 mmol/liter. Kadang-kadang,

apabila pasien telah memasuki fase penyembuhan dari paralisisnya, kalium serum dapat

kembali normal. Hipokalemia terjadi bukan akibat kehilangan kalium dari tubuh melainkan

akibat perpindahan yang masif ke dalam sel. Ekskresi kalium urin pada keadaan ini normal

atau justru rendah, sementara keseimbangan asam basa juga normal. Demikian pula tidak

dijumpai kehilangan kalium dari feses pada keadaan ini. beratnya paralisis memiliki korelasi

positif dengan beratnya hipokalemia, namun beratnya hipokalemia tidak memiliki kaitan

dengan beratnya tirotoksikosis ataupun tingginya kadar hormon tiroid. Aritmia ventrikuler

yang mengancam jiwa dan berakibat fatal akibat hipokalemia pernah dilaporkan.3

Selain hipokalemia, dapat pula terjadi hipofosfatemia dan hipomagnesemia.

Hipofosfatemia yang terjadi bervariasi mulai dari ringan hingga sedang (0,36-0,77

mmol/liter). Kadar fosfat serum ini dapat kembali normal jika pasien telah memasuki fase

penyembuhan meskipun tanpa suplementasi. Hal ini telah dipastikan berdasarkan terjadinya

hiperfosfatemia rebound pada pasien yang telah memasuki fase penyembuhan setelah

sebelumnya mendapat terapi preparat fosfat. Pada TPP, hipofosfatemia yang terjadi

kemungkinan akibat influks fosfat ke dalam sel mengikuti proses transport masuknya kalium.

Proses terjadinya hipomagnesemia juga hampir sama dengan hipofosfatemia, namun influks

(9)

dilepas selama adanya stress. Pemeriksaan elektrolit urin akan didapat hiperkalsiuruia serta

hipofosfaturia.3,4

Pada duapertiga TPP dapat dijumpai juga adanya peningkatan kadar kreatinin

fosfokinase yang berasal dari otot, khususnya jika faktor pemicunya adalah aktifitas fisik.

Komplikasi berupa rhabdomiolisis juga dapat terjadi pada serangan yang berat.3

Pemeriksaan elektrodiagnostik

Elektromiogram (EMG) yang dilakukan saat kelemahan/kelumpuhan spontan sedang

berlangsung akan menunjukkan gambaran khas perubahan miopati dengan gambaran

penurunan amplitudo potensial aksi gabungan otot rangka, hal ini tidak akan berubah setelah

pemberian/stimulasi epinefrin. Sintem konduksi syaraf dalam keadaan ini terlihat normal

termasuk juga tidak terdapat keterlibatan sistem syaraf tepi. Sama halnya dengan FHPP, uji

latihan dapat menghasilkan abnormalitas pada gambaran EMG pada saat munculnya

paralisis. Gangguan respon otot ini, dapat membaik jika pasien dalam keadaan eutiroid.3

Gambaran abnormal pada elektrokargiogram (EKG) lebih banyak dijumpai pada TPP

dibandingkan pada hypokalemic periodic paralysis akibat penyebab lainnya.

Kelainan-kelainan EKG yang dapat ditemukan pada TPP antara lain : sinus takikardia, gelombang U

yang menonjol, pemanjangan interval PR, peningkatan amplitudo gelombang P, peningkatan

voltase QRS, kompleks QRS yang melebar, aritmia ventrikel, serta blok atriventrikuler

(10)

Gambar 3. EKG 12 sadapan memperlihatkan irama sinus takikardia, pemanjangan interval PR : 240 ms

(sebagian gelombang P tertutupi oleh kompleks gelombang repolarisasi sebelumnya), depresi segmen ST serta

pemanjangan interval QT-U : 440 ms. Dikutip dari: Goldberger ZD. An electrocardiogram triad in thyrotoxic

periodic paralysis. Circulation. 2007;115:e179-e180. doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA.106.652396

Diagnosa Banding

Diagnosa banding kelumpuhan akut/paralisis yang terjadi tanpa mengetahui nilai

kalium serum dapat mencakup pada gangguan tautan neuromuskuler, penyakit-penyakit saraf

spinalis, polineuropati, miopati akut primer serta gangguan psikiatrik maupun gangguan

fungsional (tabel 3).8

Tabel 3. Diagnosa banding kelumpuhan akut

Diagnosa banding kelumpuhan akut

Gangguan tautan neuromuskuler

Myasthenia gravis

Intoksikasi organofosfat

Intoksikasi botulismus

Sindroma Eaton-Lambert

Penyakit saraf spinalis

Mielitis transversal

Poliomielitis

Tumor metastasis

(11)

Sklerosis lateral amiotropik

Dikutip dari : Wimmer PJ, Mannow AE, Bredenderg AE. Thyrotoxic periodic paralysis. Hospital Physician,

July 2001; hal 53-57 , 69.

Diagnosa banding hipokalemia dapat dilihat berdasarkan proses terjadinya

hipokalemia tersebut. Kalium dapat berkurang akibat pergeseran trans-seluler, kehilangan

kalium melalui ginjal ataupun gastrointestinal (tabel 3). Secara umum paralisis periodik

hipokalemik (hypoPP) dapat dibagi menjadi hypoPP familial dan non-familial. hypoPP

familial lebih banyak terjadi ada kelompok ras kaukasia non-hispanik sedangkan hypoPP

non-familial termasuk juga TPP seperti telah disebutkan lebih banyak pada negara -negara

Asia.4,5

Tabel 4. Diagnosa banding paralisis hipokalemik

Proses ketidakseimbangan kalium Penyebab

Pergeseran tran-seluler Obat-obatan (tokolitik, toksisitas teofilin, toksisitas kloroquin,

kelebihan dosis insulin

Thyrotoxic periodic paralysis Familial periodic paralysis Sporadic periodic paralysis Keracunan barium

Kehilangan kalium melalui ginjal Obat-obatan : diuretik

Hiperaldosteronisme primer

(12)

Sindroma Bartter, sindroma Gitelman

Renal tubular asidosis

Lain-lain : Sindroma nefrotik, nekrosis tubular akut, ketoasidosis

diabetik, serta ureterosigmoidostomi

Kehilangan kalium melalui saluran

gatrointestinal

Penyakit celiac,

Tropical sprue

Diare infeksius : enteritis karena Salmonella, enteritis karena Strongyloides, enterokolitis karena Yersinia

Sindroma short bowel

Dikutip dari : Vijayakumar A, Ashwath G, Thimmappa D. Thyrotoxic periodic paralysis: clinical challenges.

Hindawi Publishing Corporation. Journal of Thyroid Research Volume 2014, Article ID 649502, 6 pages

http://dx.doi.org/10.1155/2014/649502. Wimmer PJ, Mannow AE, Bredenderg AE. Thyrotoxic periodic

paralysis. Hospital Physician, July 2001; hal 53-57 , 69.

Penatalaksanaan

Pada saat serangan paralisis dan disertai hipokalemia yang nyata, pemberian

suplementasi kalium klorida (KCl) dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi berat

kardiopulmonal. KCl yang diberikan dapat melalui jalur intravena, oral maupun keduanya

(tabel 3). Dosis KCl yang diperlukan bervariasi mulai dari 40-200 mEq per hari. Penelitian

memperlihatkan bahwa waktu yang diperlukan untuk mencapai fase pemulihan lebih cepat

dicapai dengan pemberian suplementasi kalium dibandingkan dengan pemberian infus saline

saja, meskipun terdapat pula penelitian lain yang memperlihatkan tidak ada korelasi yang

signifikan antara dosis kalium yang diberikan dengan nilai awal kalium serta pulihnya

kelemahan otot. Pemberiran kalium dalam jumlah yang terlalu besar dapat menyebabkan

hiperkalemia rebound pada masa pemulihan dimana kalium masuk kembali ke intravaskular.

Dalam sebuah studi disebutkan bahwa 40% pasien yang diberikan infus KCl mengalami

hiperkalemia rebound khususnya yang mendapat KCl >90 mEq pada 24 jam pertama,

sedangkan pemberian KCl <50 mEq jarang menyebabkan hiperkalemia rebound. Pemberian

(13)

komplikasi kardiopulmonal. Pemberian suplemen kalium dalam rangka profilaksis tidak

bermanfaat dan tidak dianjurkan dalam mencegah serangan paralisis berikutnya.3,9

Tabel 5. Penanganan TPP

Penanganan TPP

Penanganan kegawatdaruratan

Pengganti Kalium

KCl 10 mEq/jam iv dan/atau KCl 2 g tiap jam oral

Pantau kadar kalium serum, hindari hiperkalemia rebound Propanolol 3-4mg/kgbb oral

Cegah serangan ulang

Hindari faktor pencetus (asupan karbohidrat jumlah besar, tinggi garam, alkohol, aktifitas fisik berat)

hingga keadaan eutiroid tercapai

Propanolol 20-80 mg tiap 8 jam oral

Tentukan penyebab TPP

Terapi definitif terhadap hipertiroidisme dengan obat anti-hipertiroid/tiroidektomi/radioiodin

Dikutip dari: Lam L, Nair R J, Tingle L. Thyrotoxic periodic paralysis. Proc (Bayl Univ Med Cent) 2006;19:126–129

Pemberian propanolol (penghambat adrenergik-β nonselektif) baik secara oral

maupun intravena dapat digunakan sebagai terapi pilihan untuk mengurangi gejala paralisis

tanpa kekhawatiran munculnya hiperkalemia rebound serta peningkatan fosfat serum. Dalam

sebuah uji coba, pemberian propanolol oral dosis tinggi (3-4 mg/kgbb) dapat menghentikan

serangan paralisis dengan cepat. Selain itu, propanolol juga terbukti mampu mencegah

serangan paralisis bahkan setelah konsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak. Propanolol

harus tetap diberikan sampai dicapai kondisi eutiroid.3,4

Mempertahankan pasien dalam kondisi eutiroid merupakan penatalaksaan yang utama

pada pasien TPP. Sebab serangan paralisis pada TPP tidak pernah terjadi pada keadaan

eutiroid. Penyebab hipertiroid harus segera diidentifikasi. Terapi defenitif seperti iodin

radioaktif ataupun tiroidektomi harus dilakukan jika penyebabnya diketahui adalah penyakit

(14)

menghindari berbagai faktor pencetus seperti konsumsi karbohidrat dalam jumlah tinggi, diet

tinggi garam, minuman alkohol, serta olahraga/aktifitas yang terlampau berat hingga kondisi

hipertiroid telah teratasi. Penghambat-β nonselektif perlu diberikan bersamaan dengan

preparat antitiroid baik di awal pengobatan ataupun setelah tindakan pemberian radioaktif

iodin namun belum mencapai kondisi eutiroid.3

Kesimpulan

TPP merupakan kondisi yang lebih sering dijumpai di Asia. Diagnosis pada awal

pemeriksaan cenderung terlambat akibat gambaran klinis tirotoksikosis yang sering tidak

jelas dan gambaran paralisis yang mirip dengan tipe paralisis lain yang lebih sering terjadi.

Diagnosis dan penanganan yang cepat sangat diperlukan untuk menghindari komplikasi

kardiopulmonal. TPP merupakan suatu kondisi penyakit yang dapat ditangani secara baik jika

(15)

Daftar Pustaka

1. “Thyrotoxic periodic paralysis”, Dorland’s illustrated medical dictionary, 32nd ed.

Elsevier Saunders, Philadelphia 2012.

2. Kung AWC (2006). Thyrotoxic periodic paralysis: A diagnostic challange.The Journal of

Clinical Endocrinology & Metabolism 91(7):2490–2495. doi: 10.1210/jc.2006-0356

3. Lam L, Nair R J, Tingle L. Thyrotoxic periodic paralysis. Proc (Bayl Univ Med Cent)

2006;19:126–129

4. Ling SH, Huang CL. Mechanism of thyrotoxic periodic paralysis. American Society of

Nephrology. 23: ccc–ccc, 2012. doi: 10.1681/ASN.2012010046

5. Vijayakumar A, Ashwath G, Thimmappa D. Thyrotoxic periodic paralysis: clinical

challenges. Hindawi Publishing Corporation. Journal of Thyroid Research Volume 2014,

Article ID 649502, 6 pages http://dx.doi.org/10.1155/2014/649502

6. Goldberger ZD. An electrocardiogram triad in thyrotoxic periodic paralysis. Circulation.

2007;115:e179-e180. doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA.106.652396

7. Wimmer PJ, Mannow AE, Bredenderg AE. Thyrotoxic periodic paralysis. Hospital

Physician, July 2001; hal 53-57 , 69.

8. Lulsegged A, Wlodek C, Rossi M. Thyrotoxic periodic paralysis. Case reports and an

up-to-date review of the literature. Hindawi Publishing Corporation. Case Reports in

Endocrinology. Volume 2011, Article ID 867475, 4 pages. doi:10.1155/2011/867475

9. McFadzean AJS, Yeung R. (1967). Periodic paralysis complicating thyrotoxicosis in

Gambar

Gambar 1. Mekanisme kelemahan otot akut pada Tingle L. Thyrotoxic periodic paralysis. thyrotoxic periodic paralysis
Gambar 2. Penurunan jumlah gerbang efluks kalium. Peningkatan aktifitas Na/K-ATPase menyebabkan
Gambar 3. EKG 12 sadapan memperlihatkan irama sinus takikardia, pemanjangan interval PR : 240 ms
Tabel 4. Diagnosa banding paralisis hipokalemik

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip dasar dari kromatografi gas yaitu dengan menginjeksi campuran ke dalam injector kemudian campuran tersebut dibawa oleh gas pembawa menuju kolom tempat terjadinya

Pertama-tama, orang harus mengeluarkan uang yang banyak, termasuk pajak yang tinggi, untuk membeli mobil, memiliki surat ijin, membayar bensin, oli dan biaya perawatan pun

Pengamanan aset atas pengelolaan barang milik daerah pada Kabupaten Gorontalo sudah baik terutama pada indikator yang mempunyai pengaruh, memberikan alasan logis

-Bukti pelaksanaan prtemuan monitoring &amp; evaluasi kinerja melibatkan linprog &amp; linsek -bukti2 saran inovatif dari linprog &amp; Linsek -Bukti keterlibatandlm

Menimbang terlebih dahulu, bahwa dari surat gugatan Penggugat dapat disimpulkan bahwa pada pokoknya adalah memohon agar Pengadilan menjatuhkan talak Tergugat atas

yan ang g ak akan an se seiim mba bang ng de deng ngan an ar arus us k kas as m mas asuk uk y yan ang g dihasilkan dari in!estasi&#34; rus kas yang mengambil

Nilai realisasi (dari penerimaan kas berhubungan dengan account Nilai realisasi (dari penerimaan kas berhubungan dengan account ang lebih tua). ang lebih