Pr of DR. A. YUSUF IMAM SUJA’I, MP
E K O N O M I M A N A J E R I A L :
PENERAPAN FUNGSI DEMAN – SUPLAI DAN PRODUKSI
Dalam
KEBIJAKSANAAN BISNIS
Pr of DR. A. YUSUF IMAM SUJA’I, MP
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
EKONOMI MANAJERIAL
Organisasi bisnis selalu dihadapkan pada diorganisasikan sedemikian rupa sehingga mampu memberikan manfaat semaksimal mungkin.
Alat yang dapat digunakan untuk membantu manajer dalam pemecahan problema bisnis adalah metodologi ekonomi manajerial.
Ekonomi Manajerial adalah ilmu yang
menerapkan dan memadukan konsep dan
metodologi ekonomi serta teori pengambilan keputusan dalam bisnis untuk memecahkan berbagai problema manajerial.
Konsep ekonomi antara lain meliputi perilaku produsen, perilaku konsumen, struktur pasar, dan
teori harga. Teori pengambilan keputusan
Y = f (X)
(Mempunyai nilai maksimum dan atau minimum)
FIRST ORDER CONDITION :
dY
= 0 akan diperoleh Xi
dX
SECOND ORDER CNDITION :
d2Y
a) < 0 maka Xi absis titik maks
dX2 dan Ymak = f ( Xi )
x=xi
d2Y
b) > 0 maka Xi absis titik minimum
dX2 dan Ymin = f ( Xi )
x=xi
d2Y
c) = 0 Maka Xi absis titik belok
dX2 dan YB = f ( Xi )
x=xi
Gambar 2
Peran Unit-unit Dalam Perusahaan Dalam Upaya Memaksimumkan Nilai Perusahaan
MEMAKSIMUMKAN NILAI PERUSAHAAN
MEMAKSIMUMKAN LABA
UNIT PRO-DUKSI
UNIT PEMA-SARAN
UNIT KEUA-NGAN
UNIT SDM
UNIT ADM
OPTIMAALISASI PENGAMBILAN
MODEL EKONOMI
P = p(Q)
TR = Q x P TR = Q x p(Q)
TC = c(Q)
Pr of DR. A. YUSUF IMAM SUJA’I, MP
APLIKASI DEMAND & SUPPLY
D alam
KEBIJAKSANAAN
DI BIDANG HARGA DAN PENJUALAN
MODEL EKONOMI
P = p(Q)
TR = Q x P TR = Q x p(Q)
TC = c(Q)
= TR – TC = Q p(Q) - c(Q)
Tujuan utama perusahaan adalah
memaksi-mumkan nilai perusahaan. Untuk bisa
memaksimumkan nilai perusahaan, penjualan hendaknya dilaksanakan secara optimal sehingga menghasilkan keuntungan maksimum
Model alat analisis yang dapat digunakan untuk menetapkan keputusan penjualan optimal adalah Fungsi Permintaan, Fungsi Penawaran dan Fungsi Biaya.
Fungsi – fungsi tersebut harus diestimasi melalui research dengan menganalisis hubungan antara jumlah produk terjual, harga dan total biaya.
Dengan tersedianya fungsi-fungsi permintaan, penawaran dan biaya, dan dengan menggunakan kaidah optimasi, dapat diidentifikasi jumlah produk yang harus dijual agar menghasilkan keuntungan maksimum.
Permintaan (quantity of demand) didifinisikan sebagai jumlah barang dan jasa yang akan dibeli oleh konsumen pada tingkat harga dan dalam periode tertentu.
Periode bisa perupa hari (permintaan per hari), bulan (permintaan per bulan) atau tahun (permintaan per tahun) dan periode-periode lainnya.
Ada dua jenis permintaan yaitu (1) permintaan individual dan (2) permintaan pasar
Permintaan individual adalah permintaan terhadap suatu barang dan jasa oleh perorangan.
Permintaan pasar merupakan penjumlahan seluruh permintaan individual dalam suatu pasar.
Gambar 4
Permintaan Individual dan Permintaan Pasar
P P P
Q Q Q QA QB QD
Permintaan Permintaan Permintaan pasar Individual A individual B merupakan total permintaan individual
Fungsi Permintaan menunjukkan hubungan fungsi antara jumlah barang yang diminta oleh pasar dengan berbagai faktor (variabel) yang mempengaruhinya. Berbagai variabel tersebut dapat dikelompollan ke dalam :
Variabel Strategis, antara lain : Harga barang itu sendiri (P)
Periklanan (A)
Kualitas barang (K)
Desain barang (S)
Saluran distribusi (C)
Variabel Konsumen, antara lain : Pendapatan konsumen (Y)
Selera konsumen (T)
Pendidikan konsumen (Ed) Umur konsumen (U)
Ekspektasi harga barang yang akan datang (PE)
Variabel Pesaing, antara lain : Harga barang substitusi (PS) Harga barang komplementer (PC) Harga barang-barang lain (PL)
Periklanan perusahaan pesaing (AK)
Saluran distribusi perusahaan pesaing (CK) Kualitas produk pesaing (KK)
Desain produk pesaing (SK)
Selain harga jual barang dan jasa (P), variabel pengaruh lainnya disebut variabel penentu permintaan.
QDX = F{PX, PS, PC, A, K, S, C, Y, T, E, PE, QE, YE, CK, KK, AK }
Tabel 1
Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan beberapa variabel penentu pada periode tertentu
No Variabel Penentu Notasi Sifat hubungan
1 Harga produk PX Negatif 2 Harga produk substitusi PS Positif 3 Harga prod komplementer PC Negatif
4 Promosi A Positif
5 Kualitas produk K Positif 6 Desain produk S Positif 7 Saluran distriusi C Positif 8 Pendapatan konsumen Y Positif (br. nornal)
Negatif (br. nferior) 9 Rasa/selera T Positif
10 Pendidikan E Positif
11 Ekspektasi konsumen pada
harga yang akan datang PE Positif
12 Ekspektasi konsumen pada
tersedianya produk jad QE Negatif
13 Ekspektasi pendapatan kon-
sumen y.a.d YE Positif
Pengaruh variabel harga barang sendiri, menye-babkan perubahan harga dan permintaan karena harga bergerak sepanjang kurve
Pengaruh variabel penentu akan menyebabkan berubahnya harga dan permintaan karena berge-sernya kurve permintaan kekiri (bila hubungannya negatif) dan ke kanan bila hubungannya positif)
Penawaran merupakan sejumlah barang dan jasa yang ingin disediakan oleh perusahaan (produsen) untuk dijual pada harga dan periode tertentu.
Fungsi penawaran merupakan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan oleh pemasok dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa variabel yang mempengaruhi jumlah barang/jasa yang ditawarkan antara lain :
Harga barang & jasa yang ditawarkan (P)
Harga masukan yang digunakan dalam produksi (PI)
Harga barang & jasa substitusi (PS) Harga barang & jasa komplementer (PC)
Ekspektasi produsen pada harga barang & jasa yang ditawarkan di masa yang akan datang (PE) Jumlah perusahaan yang pemproduksi barang &
jasa sejenis (N) 4 Harga produk komplementer PC Positif 5 Ekspektasi harga PE Negatif 6 Teknologi yang tersedia Tn Positif 7 Banyaknya produsen sejenis N Positif 8 Pertumbuhan Ekonomi G Positif 9 Kondisi Politik L Positif
10 Keamanan A Positif
Perubahan variabel penentu penawaran akan menyebabkan kurve penawaran bergeser ke kiri (bila hubungannya negatif) atau ke kanan (bila hubungannya positif)
Gambar – 6 : Penawaran Individual dan Penawaran Pasar
P P P
Q Q Q
QA QB QS
Penawaran Penawaran Penawaran Individual individual pasar (total Produsen A Produsen B penawaran
individual
Contoh 2 :
Berdasarkan hasil riset, perubahan jumlah penawaran bulanan mobil station “Avanza” di Jawa, yang didasarkan pada bebagai variabel pengaruhh yaitu perubahan harga Avanza (PV), harga Senia (PS), upah tenaga kerja (W),
suku bunga pinjaman (i). Model fungsi penawaran Avanza hasil analisis dinyatakan sebagai berikut :
QSV = 325 + 5 P – 0,2 PL - 10 W - 10 i
QSV = jumlah permintaan Avanza dalam ribuan unit
PV = harga Avanza (Rp. juta)
W = upah tenaga kerja (Rp. juta) PL = harga Grand Livina (Rp. juta)
i = suku bunga pinjaman (%) Bilamana :
Harga Grand Livina (PL) - Rp. 145 juta
Upah Tenaga Kerja (W) - Rp. 25 juta Suku Bunga Bank (i) - 10 %
QSV = 325 + 5 PV – 0,2 (145) - 10 (25) – 100 (0.1)
QSV = 36 + 5 PV
Tabel 4 Skedul Penawaran : QSV = 36 + 5 PV
Penjualan Harga PV (Rp. juta) Kuantitas : QSV (ribuan unit)
A 120 636
B 130 686
C 140 736
D 150 786
E 160 836
F 170 886
Gambar 6 : Kurva Penawaran Avanza Berdasarkan Fungsi Penawaran QSV = 36 + 5 PV
PV
170
160
150
140
130
120
0 Q/t 636 686 736 786 836 886
Pada pasar, terjadi interaksi (tarik menarik) antara permintaan dan penawaran, sehingga pada suatu harga tertentu jumlah barang dan jasa yang ditawarkan sama dengan jumlah barang dan jasa yang diminta. Pada kondisi ini dinamakan market equilibrium (ekuilibrium pasar) atas barang dan jasa tersebut
Gambar 7 Ekuilibrium Pasar
P (SU)
Excess supply QS = a + b P
P1
A B
P0 E
P2 F G
Excess demand
QD = m + n P
0 Q0 Q/bulan (Unit) Berdasarkan contoh terdahulu tentang permintaan
QDV = 616 – 1,2 PV
QSV = 36 + 1,8 PV
Ekuilibrium terjadi saat QDV = QSV
Jadi 616 – 1,2 PV = 36 + 1,8 PV
4 PV = 580
PV = Rp. 145 juta
QDV = 616 – 1,2 (145) = 442 ribu unit
Gambar 8 Ekuilibrium Pasar Avanza
P (Rp.juta)
QS = 36 + 1,8 P
145 E
QD = 616 - 1,2 P
0 442 Q/bln
Elastisitas permintaan didifinisikan sebagai persen perubahan jumlah permintaan dibagi persen perubahan harga barang.
ARC ELASTICITY (ELASTISITAS BUSUR)
% perubahan Q
EX = ……… 1
% perubahan Xi
Qt – Qt-1
½ (Qt + Qt-1)
EX =
Xt – Xt-1
½ (Xt + Xt-1)
Qt – Qt-1 Xt + Xt-1
EX = x ………. 2
Xt – Xt-1 Qt + Qt-1
POINT ELASTICIRY (ELASTISITAS TITIK)
Bilamana X mendekati 0 berarti Xt = Xt-1, ½
(Xt+Xt-1) = X, maka Q juga mendekati 0 dan Qt
= Qt-1 serta ½ (Qt+Qt-1) = Q. Rumus elastisitas
permintaan 2.6 dapat ditulis menjadi :
Q X dQ X
EXi = Limit x = x
Xi 0 Xi Q dXi Q
Jenis-jenis Elastisitas Permintaan :
Berdasarkan faktor (variabel) yang mempengaruhi jumlah permintaan barang/jasa, dikenal beberapa jenis Elastisitas Permintaan, yaitu :
OWN PRICE OLASTICITY OF DEMAND
Elastisitas Permintaan Q terhadap harga barang/jasa jbs (Own Price Elasticity of Demand, dirumuskan sebagai :
Point Elasticity :
dQ P
EP = x ……… 3
dP Q
Arc Elasticity :
Qt – Qt-1 Pt + Pt-1
EP = x ……… 4
Pt – Pt-1 Qt + Qt-1
CROSS PRICE ELASTICITY OF DEMAND
Elastisitas Permintaan Q terhadap Harga barang/jasa lain atau Cross Price Elasticity of Demand. Misalnya Elastisitas permintaan barang/jasa Q karena perubahan harga barang Y dirumuskan sebagai :
Point Elasticity :
dQ PY
EQ/Y = x ………...………….………. 5
dPY Q
Arc Elasticity :
Qt – Qt-1 PXt + PXt-1
EQ/Y = x ……...…….. 6
Ada dua kemungkinan nilai Cross Price Elasticity of Demand, yaitu :
Bilamana EX/Y > 0 (positif) mmengindikasikan
bahwa barang X dan barang Y merupakan dua jenis barang yang saling bersubstitusi
Bilamana EX/Y < 0 (negatif) menunjukkan
bahwa barang X dan barang Y merupakan dua jenis barang yang saling komplementer
Elastisitas Permintaan Q terhadap perubahan faktor Xi dirumuskan sebagai :
Point Elasticity :
dQ Xi
EQ/Y = x ………..…..………. 7
dXi Q
Arc Elasticity :
Qt – Qt-1 Xit + Xit-1
EQ/Y = x ..……….…... 8
Xit – Xit-1 Qt + Qt-1
Faktor lain Xi bisa berupa vriabel-variabel penentu
permintaan lainnya baik variabel strategis, variabel konsumen maupun variabel pesaing. Nilai elastisitas permintaan apakah negatif atau positif, tergantung dan searah dengan hubungan antara jumlah permintaan dengan variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan sebagaimana Tabel 1
Berikut ini diberikan beberapa contoh penerapan Elastisitas Permintaan dalam upaya pemecahan problema bisnis
Contoh 4
Untuk memperjelas bagaimana menghitung elastisitas permintaan terhadap perubahan harga baik elastisitas titik maupun elastisitas busur. Perhatikan kembali contoh Fungsi Permintaan mobil Avanza yaitu QDV = 616 – 1,2 PV yang kurvenya
Gambar 8 : Kurva Permintaan Avanza QDV = 616 – 1,2PV
P
170 F {412 ; 170}
145 G {442 ; 145}
130 B {460 ; 130}
0 412 442 460 Q/bln
Elastisitas Harga di Titik F :
QDV = 616 – 1,2 PV
Pada saat harga PF = 170, QF = 616 – 1,2 (170) = 412
dQ PF
EF = x = - 1,2 ( 170/412) = - 0,495
dP QF
Elastisitas Harga di Titik B
QDV = 616 – 1,2 PV
Pada saat harga P = 130, Q = 616 – 1,2 (130) = 460 .
dQ P
EP = x = - 1,2 ( 130/460) = - 0,339
dP Q
Elastisitas harga dari titik F ke titik B (arc elasticity)
Pada titik FA : QF = 412 dan PA = 170 SU
Pada titik B : QB = 460 dan PB = 130 SU
QB – QF PB + PF 460 - 412 130 + 170
EP = x = x
PB – PF QB + QF 130 – 170 460 + 412
EP = (-1,2) ( 300/872) = – 0,413
Contoh 5
Checkers’ Pizza melakukan promosi kupon yang menawarkan pemotongan harga sebesar $ 5 dari harga rutinnya. Pencetakan kupon dan biaya distribusi pelanggan. Dalam periode terakhir sebelum berakhirnya masa promosi itu, kupon dipergunakan 40 % dari semua pembelian dan penjualan mingguan meningkat menjadi 15.000 pizza.
a. Hitunglah elastisitas harga busur yang disiratkan oleh tanggapan awal terhadap kenaikan harga Chekers’ pizza
b. Hitung penurunan harga efektif yang dihasilkan dari promosi kupon
c. Berdasarkan penurunan harga yang dikaitkan dengan promosi kupon tersebut, dan dengan mengasumsikan tidak adanya perubahan dalam elastisitas harga dari permintaan, hitung elastisitas busur dari periklanan
Penurunan harga efektif = (10.000 – 12.000)/12.000 = 16,67 %
Contoh 6
Permintaan kopi bubuk “Kapal Karam” diasumsikan 10 ton per minggu dengan harga Rp. 12 juta/ton. Pemerintah akan menetapkan kenaikan harga eceran gula dari Rp.4 juta / ton menjadi Rp. 4,5 juta / ton. Tentu saja produsen kopi bubuk “Kapal Karam” kawatir akan berpengaruh pada volume penjualan produknya. Oleh karena itu ia melakukan survei. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Elastisitas Harga Silang Kopi Bubuk ”Kapal Karam” terhadap harga gula yaitu EK/G = -1,5. Bilamana kebijaksanaan itu
dilaksanakan, berapa penurunan penjualan kopi bubuk “Kapal Karam” tersebut per minggu ?
Jawab 6
QK2 – QK1 PG2 + PG1
EK/G = x
PG2 – PG1 QK2 – QK1
QK1 = 10 ton QK2 = ?
PG1 = Rp. 4 juta/ton PG2 = Rp. 4,5 juta/ton
EK/G = -1,5
QK2 – QK1 PG2 + PG1
-1,5 = x PG2 – PG1 QK2 + QK1
QK2 – 10 4,5 + 4,0
-1,5 = x 4,5 – 4,0 QK2 + 10
8,5 (QK2 – 10)
-1,5 = 0,5 (QK2 + 10)
-0,75 QK2 – 7,5 = 8,5 QK2 – 85
9,25 QK2 = 77,5
QK2 = 8,378 ton
Contoh 7
Dua jenis produk rokok kretek filter yaitu Surya-12 (PT Gudang Garam) dan Djarum Super (PT. Djarum
Kudus) adalah dua jenis produk yang dalam kasus ini diasumsikan satu level dan saling bersubstitusi. Data hipotetik kedua jenis rokok pada satu wilayah pemasaran tertentu adalah sebagai berikut :
Sampai akhir Desember 2005, ketika harga Surya-12 Rp. 47.500/slop, omset penjualan Djarum Super pada
periode yang sama mencapai 10.000 slop/hari pada harga yang berlaku di pasar tersebut. PT. Gudang Garam merencakan menaikkan harga Surya-12 pada tahun 2006 menjadi Rp. 49.500/slop. Naiknya harga Surya-12 ini diperkirakan akan mempengaruhi volume penjualan Djarum Super. Bilamana elastisitas permintaan silang Djarum Super terhadap perubahan harga Surya-12 (ED/S) = 1,25 dan diasumsikan harga
rokok Jarum Super tidak berubah dan faktor-faktor pengaruh lainnya konstan, berapakah volume penjualan Djarum Super di wilayah pemasaran ini setelah ada kenaikan harga Surya-12,
Jawab 7
Misal volume penjualan Djarum Super setelah kebijaksanaan harga oleh PT. GGRM adalah QD2
PG1 = Rp. 47.500 QD1 = 10.000 sLOP
PG2 = Rp. 49.500 QD2 = ?
QD2 - 10.000 49.500 + 47.500
ED/S = x
49.500 – 47.500 QD2 + 10.000
97.000 (QD2 – 10.000)
1,25 =
2.000 (QD2 + 10.000)
48,5 (QD2 – 10.000)
1,25 =
(QD2 + 10.000)
1,25 (QD2 + 10.000) = 48,5 (QD2 – 10.000)
1,25 QD2 + 12.500 = 48,5 QD2 - 485.000
47,25 QD2 = 497.500
Manajemen dalam pengambilan keputusan penjualan diasumsikan bertindak rasional, artinya dalam keputusan yang berkenaan dengan harga dan penjualan, ditujukan untuk mencapai penjualan optimal yaitu penjualan yang memaksimumkan laba.
Untuk mengidentifikasi penjualan yang memaksi-mumkan laba dapat dilakukan dengan
pendekatan marjinalitas.
Teori ekonomi menjelaskan bahwa suatu penjualan akan menghasilkan laba maksimum bilamana Marginal Revenue (MR) sama dengan Marginal Cost (MC). Teori ini bisa dibuktikan sebagai berikut :
a) Berdasarkan pendekatan teori ekonomi kuantitas permintaan merupakan fungsi dari harga atau Q = q(P) dan dengan pendekatan matematika fungsi permintaan dapat juga dinyatakan harga sebagai fungsi permintaan atau P = p (Q).
b) Penerimaan penjualan atau Total Revenue ( R ) sama dengan harga kali jumlah barang terjual atau R = P x Q sehingga Total Revenue ( R ) merupakan fungsi dari kuantitas permintaan atau R = r (Q).
c) Total Biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang untuk periode dan/atau kapasitas produksi/penjualan tertentu jumlahnya tetap, sedang biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah secara proporsional dengan perubahan jumlah produksi/penjualan. Dengan demikian Total Biaya (C) merupakan fungsi dari kuantitas permintaan dapat ditulis sebagai C = c (Q).
d) Laba diperoleh dari Total Revenue (R) dikurang Total Cost (C) dapat ditulis sebagai
= R – C, di mana R = r(Q) dan C = c(Q) sehingga = r(Q) - c(Q).
Laba maksimum tercapai bilamana : d/dQ = 0
d dr(Q) dc(Q)
dr(Q) dc(Q) – = 0 dQ dQ
dr(Q) dc(Q)
= ……… (a) dQ dQ
dr(Q)
= Marginal Revenue (MR) dQ
dc(Q)
= Marginal Cost (MC) dQ
sehingga persamaan (a) menjadi MR = MC yang merupakan sarat tercapainya laba maksimum.
Syarat Tercapainya Laba Maksimum
MR = MC
KEBIJAKSANAAN HARGA DAN PENJUALAN PADA PASAR MONOPOLI
Karakteristik yang mendasar dari Pasar Monopoli, bahwa harga ditentukan oleh Monopolist (penjual) sehingga harga selalu berubah-ubah (variable) sesuai dengan keinginan dan kebijaksanaan
Monopolist Harga barang/jasa dalam pasar monopoli merupakan fungsi dari kuantitas permintaan serta dirumuskan sebagai P = a + bQ di mana nilai b < 0.
Penjualan yang memaksimumkan laba dianalisis sebagai berikut :
Harga : AR = P = a + bQ Revenue : R = PQ
R = (a + bQ) Q R = aQ + bQ2
MR = dR/dQ = a + 2Bq
Gambar 9 Laba Maksimum pada Pasar Monopoli
P (SU)
MC
A B
AC
D C F
E
0 QM G H Q/t
MR AR = P = Demand
AR = Average Revenue = P = a + bQ (b < 0) MR = Marginal Revenue, grafiknya memotong sumbu
horizontal sedemikian rupa sehingga OG = GH, hal ini karena slope MR yaitu 2b dua kali dari slope AR yaitu b.
AC = Average Total Cost
MC = Marginal Cost memotong AC pada titik F yang merupakan titik minimum AC. MR dan MC berpotongan di titik E, sehingga pada titik E, MR = MC. Bila melalui titik E ditarik garis proyeksi pada sumbu horizontal, ia memotong AC di titik C dan memotong AR di titik B.
OQM = jumlah penjualan barang/jasa yang
memaksi-mumkan laba dengan harga sebesar OA dan cost per unit (average cost) sebesar OD.
TR = OA x OQM = luas empat persegi panjang
OABQM
TC = OD x OQM = luas empat persegi panjang
ODCQM
MAK = TR – TC = luas empat persegi panjang
Contoh 8
Manajemen perusahaan ingin mendapatkan informasi tentang harga, penjualan, penerimaan penjualan (revenue) dan laba (profit) pada masa-masa lalu sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijaksanaan penjualan optimal yang akan datang. Departemen Research & Development melakukan penelitian dengan mengumpulkan data mingguan di suatu wilayah pemasaran tertentu yang
jumlah barang terjual, harga, laba dan total biaya. c) Keuntungan maksimum (mak) serta jumlah barang
terjual, harga, penerimaan penjualan, dan total biaya
Jawab 8
R = 160 Q – 4 Q2
Fungsi Keuntungan : = R – C
= 160 Q – 4 Q2 – (30 + 20 Q)
= - 30 + 140 Q – 4 Q2
b) Pada saat Penerimaan Penjualan maksimum
Total Revenue :
R = 160 Q – 4 Q2 untuk Q = 17,5 Unit maka R = 160 (17,5) – 4 (17,52) = 1575
R = 1.575 SU
KEBIJAKSANAAN HARGA DAN PENJUALAN PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
Asumsi Pasar Persaingan Sempurna, adalah : a. banyak penjual dan pembeli,
b. setiap penjual dan pembeli memiliki informasi pasar yang sama,
c. penjual dan pembeli bebas keluar/masuk pasar (adanya mobilitas yang lancar),
d. tidak ada biaya transportasi untuk mobilitas barang dan jasa,
e. penjual dan pembeli adalah price taker, artinya tidak seorangpun baik penjual maupun pembeli yang dapat mempengaruhi dan merubah harga pasar yang terjadi dengan kata lain harga barang dan jasa dalam persingan sempurna adalah konstan dan
f) produknya yang diperjual belikan homogen.
Dari lima asumsi di atas, harga yang konstan merupakan ciri yang mendasar dari Pasar Persaingan Sempurna
Penjualan yang memaksimumkan laba pada pasar persaingan sempurna dianalisis sebagai berikut : Harga : AR = Demand = P = c
Laba maksimum tercapai bilamana MR = MC
Laba maksimum pada Pasar Persaingan Sempurna sebagaimana Gambar 10 berikut ini :
Gambar 10 Laba Maksimum pada Pasar Monopoli
P (SU)
R = MC MC
A B MR = AR = P
AC C
D C
0 QM Q / t
OQM = jumlah penjualan barang/jasa yang
memaksi-mumkan laba dengan harga sebesar OA dan cost per unit (average cost) sebesar OD.
TR = OA x OQM = luas empat persegi panjang OABQM
TC = OD x OQM = luas empat persegi panjang ODCQM
MAK = TR – TC = luas empat persegi panjang ABCD
Contoh 9
Misal suatu produk dijual dengan harga Rp. 500/Unit dan biaya dinyatakan sebagai C = 20 - 25 Q + ¼ Q2
Syarat laba maksimum : MR = AR = MC AR = Rp. 500 dan MC = 25 – 0,5 Q 500 = -25 + 0,5 Q
0,5Q = 525
Q = 1050 unit
R = 1050 x 500 SU
R = 525.000 SU
C = 20 – 25 Q + ¼ Q2 Q = 1050 maka
C = 20 – 25 (1050) + ¼ (10502)
C = 249.395 SU
Laba :
= R – C
= 525.000 SU – 249.395 SU
HUBUNGAN ANTARA HARGA, TOTAL REVENUE, MARGINAL REVENUE DAN ELASTISITAS
Hubungan antara Harga, Total Revenue, Marginal Revenue dan Elastisitas Permintaan dapat digunakan sebagai alat pengendalian dalam kebijaksanaan harga dan penjualan.
Perhatikan analisis berikut ini :
TR = PQ dimana P = f(Q)
dTR dQ dP MR = = P + Q
dQ dQ dQ
dP MR = P + Q
dQ
Q dP MR = P 1 +
P Q
1 MR = P 1 + - E
1
MR = P 1 - ... 9 E
Dari persamaan (9), dapat dianalisis tiga kemungkinan hubungan antara TR, MR dan Elastisitas harga, yaitu :
a. Bilamana EP =1 (unitary elasticity), maka
(1 – 1/EP) = 0, sehingga MR = 0, dan sesuai
dengan teori marjinalitas, pada saat MR = 0, maka TR mencapai maksimum
b. Bilamana EP> 1 (elastis), maka (1 – 1/EP) >
0, sehingga MR > 0, dan sesuai dengan teori marjinalitas, pada saat MR > 0, maka TR pada kondisi increasing (menaik)
c. Bilamana EP< 1 (elastic), maka (1 – 1/EP) <
0, sehingga MR < 0, dan sesuai dengan teori marjinalitas, pada saat MR < 0, maka TR pada kondisi decreasing (menurun)
Gambar - 11 : Hubungan antara Revenue, Marginal Revenue, Harga dan Elastisitas Harga
P EP = 1
P1 EP > 1
P3
P0
EP < 1
P2
0 Q/t MR Demand
TR
TR0
TR3
TR2
TR1
0 Q1 Q0 Q2 Q/t
Pada saat EP > 1 (elastis), MR > 0 dan kurve
TR menaik (increasing). Pada wilayah ini ketika harga produk P1 diturunkan menjadi P0, volume
penjualan naik dari Q1 menjadi Q0 sehingga TR1
naik menjadi TR0 (TR maksimum).
Pada saat EP< 1 (inelastis), MR < 0 dan kurve
TR menurun (decreasing). Pada wilayah ini ketika harga produk P2 dinaikkan menjadi P0, volume
penjualan turun dari Q2 menjadi Q0 tetapi TR naik
dari TR2 menjadi TR0 (TR maksimum)
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis ini adalah sebagai berikut :
a. Pada pasar monopoli, bila demannya elastis
EP > 1 maka untuk menaikkan penerimaan
penjualan, harga sebaiknya diturunkan
b. Pada pasar monopoli, bila demannya tidak elastis EP < 1 maka untuk menaikkan
Ilustrasi 10
Dalam usaha untuk mengurangi persediaan model akhir yang berlebih Perusahaan Harrison Ford menawarkan pemotongan harga 2,5 % dari harga rata-rata untuk mobil “Mustang” yang dijual selama bulan Agustus. Tanggapan pelanggan sangat antusias, sehingga penjualan meningkat 10 % dibandingkan dengan tingkat penjualan bulan sebelumnya.
a. Hitung elastisitas harga titik dari permintaan akan mobil “Mustang” Harrison Ford ini
b. Hitung harga per unit yang memaksimumkan laba jika Harrison Ford memiliki biaya tetap sebesar $ 9.000 dan juga mengeluarkan biaya penjualan (variabel) $ 375 per unit.
Jawab 10
TC = 9000 + 375 Q
P/P = - 2,5 % dan Q/Q = 10 %
dQ/Q 10 a. E = =
dP/P -2,5
E = - 4
b Harga Mustang yang memaksimumkan laba :
Laba maksimum : MR = MC
MC = MR = 375
TR = PQ
dTR dQ dP MR = = P + Q
dQ dQ dQ
dP MR = P + Q
dQ
Q dP MR = P 1 +
P dQ
1 MR = P 1 + -E
1
MR = P 1 - MR = 0,75 P 4
0,75 P = 375 penurunan harga tersebut volume penjualan rokok mengalami kenaikan dari 8.750 slop menjadi 9.875 slop.
a. Hitung Elastisitas harga busur dari penurunan penjualan rokok tersebut.
b. Kenaikan volume penjualan rokok tersebut masih dirasakan belum memadai, oleh karena itu Manajemen merencanakan penurunan harga lagi menjadi Rp. 39.000,-/slop dengan harapan volume penjualan lebih meningkat lagi sehingga penerimaan penjualan meningkat. Menurut Saudara apakah kebijkan penurunan harga menjadi Rp. 39.000,-/slop sudah tepat atau
b Kebijakan menurunkan harga menjadi 39.000 SU Kebijakan harga untuk meningkatkan penerimaan penjualan, harus dmemperhatikan elastisitas permintaan. Bila permintaan inelastis ( E < 1 ), maka kebijakan menurunkan harga berdampak pada menurunnya penerimaan penjualan. Bilamana permintaan elastis ( E > 1), maka kebijakan menurunkan harga berdampak pada kenaikan penerimaan penjualan.
dQ P
E = x dP Q
P = 39.000 SU dan Q = ?
Untuk menghitung Q bila harga 39.000 SU, perlu dicari persamaan permintaan sbb. :
Misal Q = a + b P
Pada titik penjualan I { 8750 ; 45.000}
8750 = a + 45000 b
Pada titik Penjualan II { 9875 ; 40.500 }
9875 = a + 40500 b
8750 = a + 45000 b
9875 = a + 40500 b
-1125 = 0 + 4500 b
b = - 0,25
8750 = a + 45000 b
8750 = a + 45000 (-0,25)
a = 20.000
Jadi fungsi permintaan :
Q = 20.000 - 0,25 P dQ/dP = - 0,25
P = 39.000 SU
Q = 20.000 – 0,25 (39.000)
Q = 10.250
dQ P
E = x dP Q
39.000 E = -0,25 x
10.250
E = - 0,95 (Permintaan inelastis)
Q = 20.000 - 0,25 P
0,25 P = 20.000 - Q
P = 80.000 - 4 Q
R = 80.000 Q – 4 Q2 untuk Q = 9.8750
R = 80.000 (9.875) – 0,25 (9.8752)
R = 399.937.500 SU untuk Q = 10.250
Q = 10.250
R = 80.000 (10250) – 0,25 (102502) R = 399.750.000 SU
Jadi dengan menurunkan harga dari 40.500 SU menjadi 39.000 SU terjadi penurunan harga dari 399.937.500 SU menjadi 399.750.000 SU atau menurun sebesar 187.500 SU
Contoh 12
Tepung terigu dan telur ayam adalah 2 bahan baku utama untuk membuat produk makanan seperti mie,
roti dan produk makanan lainnya. Ketika harga telur Rp. 6000 ribu per ton, permintaan tepung terigu
produksi PT.Bogasari mencapai 1500 ribu ton per minggu. Kenaikan harga konsentrat / makanan ayam membawa dampak naiknya harga telur menjadi Rp. 6.500 ribu per ton. PT. Bogasari mengkawatirkan bahwa kenaikan harga telur ini akan berimbas pada menurunnya permintaan tepung terigu. Untuk mengetahui seberapa jauh penurunan permintaan tepung terigu atas kenaikan harga telur tersebut, maka Departemen Research & Development (R & D ) PT. Bogasari melakukan riset dengan mengumpulkan data variasi permintaan mingguan tepung terigu pada berbagai variasi harga telur. Hasilnya memperlihatkan bahwa Elastisitas Silang permintaan tepung terigu terhadap perubahan harga telur adalah :
25 EG/T = –
Pertanyaan :
a. Bila diasumsikan bahwa semua industri yang menggunakan bahan baku tepung terigu dan telur mempertahankan kualitas produknya dan semua faktor penentu permintaan tepung terigu selain harga telur ayam adalah konstan :
a.1 Berapakah permintaan tepung terigu per minggu akibat kenaikan harga telur tersebut ?
a.2 Berapa ton penurunan permintaan tepung terigu per minggu ?
b. Bila fungsi permintaan tepung terigu per minggu adalah Q = 6000 - 1,25 P di mana Q = jumlah permintaan tepung terigu per minggu dan P = harga tepung terigu per ton :
b.1 Berapakah harga tepung terigu per ton (P1)
sebelum harga telur naik dan berapa Total Penerimaan Penjualannya (TR1 ) ?
b.2 Berapa pula harga tepung terigu per ton (P2)
setelah harga telur naik dan berapa Total Penerimaan Penjualannya (TR2)
b.3 Berapa Elastisitas Busur (Arc Elasticity of Demand) tepung terigu pada saat harga telur naik dari Rp. 6000 ribu per ton menjadi Rp. 6500 ribu per ton.
b.4 Hitung Elastisitas Harga Permintaan (Own Price Elasticity of Demand) tepung terigu pada saat harganya P2. Apakah masih
memungkinkan menaikkan harga tepung terigu P2 untuk meningkatkan Total
Penerimaan Penjualan (TR) tepung terigu ? Berikan alasannya jawaban Saudara
b.5 Berapa jumlah terigu terjual (Q3), harga (P3),
dan penerimaan penjualan (TR3) pada saat
penerimaan penjualan mencapai maksimum ? Berapa % penurunan harga dari P2 menjadi
Jawab 12
Jawaban a
PT1 = Rp. 6000 dan QG1 = 1500
PT2 = Rp. 6500 dan QG2 =
25 EG/T = -
11
QG2 – QG1 PT2 + PT1 25
x = - PT2 – PT1 QG2 + QG1 11
QG2 – 1500 6500 + 6000 25
x = - 6500 – 6000 QG2 + 1500 11
25(QG2 – 1500) 25
= - QG2 + 1500 11
11(QG2 – 1500) = - (QG2 + 1500)
12 QG2 = 15.000
QG2 = 1.250
Penurunan permintaan = 250 ribu ton per minggu
Jawaban b
b1. Harga tepung terigu sebelum harga telur naik
Demand tepung terigu : Q = 6000 – 1,25 P
1,25 P = 6000 – Q
P = 4800 – 0,8 Q
Q1 = 1500 ribu ton maka
P1 = Rp. 3600 ribu per ton
TR1 = Q1 x P1 = Rp. 3600 ribu x 1500 ribu
TR1 = Rp. 5.400 milyar
b2. Harga tepung terigu setelah harga telur naik
Q = 6000 – 1,25 P
Q2 = 1250 ribu ton maka
P2 = 4800 – 0,8 (1250)
P2 = 4800 – 1000
P2 = Rp. 3800 ribu per ton
TR2 = Q2 x P2 = Rp. 3800 ribu x 1250 ribu
b3. Elastisitas Busur Permintaan Tepung Terigu :
1250 – 1500 6500 + 6000 E1-2 = x = - 2,273
6500 – 6000 1250 + 1500
E1-2 = - 2,273
b4. Own Price Elasticity of Demand Terigu pada saat Harganya Rp. 3800 ribu per ton
E = (dQ/dP) (3800/1250) = (-1,25) (3,04)
E = 3,8
Untuk menaikkan penerimaan penjualan harga tepung treigu diturunkan karena E > 1
b.5 Pada saat penerimaan penjualan maksimum
Q3 = ½ (6000) = 3000 ribu ton
P = 4800 – 0,8 Q
TR = P x Q
TR = (4800 – 0,8 Q)(Q)
TR = 4800 Q - 0,8 Q2
MR = 4800 - 1,6 Q = 0
1,6Q = 4800
Q = 3000 ribu ton
P = 4800 – 0,8 Q untuk Q = 3000
P = 4800 – 0,8 x 3000
P3 = Rp. 2400 ribu per ton
TR = 3000 ribu ton x Rp. 2400 ribu = Rp. 7200 milyar.
Penurunan harga = (3800 – 2400) / 3800 = 36,84
Price Discrimination (diskriminasi harga) adalah menjual satu jenis produk pada dua wilayah pasar yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan harga yang berbeda.
Tujuan produsen melaksanakan strategi diskriminasi harga adalah untuk meningkatkan penerimaan penjualan (TR) dengan cara memanfaatkan surplus konsumen sebanyak mungkin sehingga penjualan mencapai seoptimal mungkin..
Surplus konsumen adalah adalah konsumen potensial yang diharapkan akan mengkonsumsi produknya.
Alat analisis yang digunakan dalam melaksanakan strategi diskriminasi harga adalah Demand Elasticity (Elastisitas Permintaan)
Gambar 12 berikut ini memberikan gambaran adanya surplus konsumen serta memanfaatkannya
Gambar 12 Penarikan Surplus Konsumen dengan Strategi Diskriminasi Harga
P P
MC P2 MC
P1
AC
P0
AC
AR AR
0 Q0 Q/t 0 Q2 Q1 Q0 Q/t
MR MR (a) (b)
Segitiga yang diaransir (Gambar 12.a) adalah surplus konsumen. Pelaksanaan strategi diskriminasi harga di wilayah pemasaran lain (Gambar 12.b) dengan menaikkan harga menjadi P1 dan P2.
Untuk melaksanakan diskriminasi harga pada dua pasar yang memiliki karakteristik yang berbeda saratnya adalah :
1. Dua pasar tersebut terpisah sedemikian rupa sehingga dua pasar tersebut merupakan separated market, artinya pembeli pada pasar yang satu tidak dapat menjualnya lagi pada pasar yang lain dengan maksud mencari keuntungan.
2. Masing-masing pasar memiliki elastisitas harga terhadap permintaan barang tersebut berbeda.
Untuk menjelaskan bagaimana melaksanakan kebijksanaan diskriminasi harga, dimisalkan pada :
a. Pasar-1 dijual sejumlah Q1 unit produk
dengan harga P1 dan pada Pasar-2 dijual
sejumlah Q2 unit produk dengan harga P2,
sehingga total penjualan adalah Q = Q1 + Q2
b. Penerimaan di Pasar-1 :
TR1 = P1Q1 P1 = f1(Q1)
TR1 = Q1 f1(Q1) TR1 = r1(Q)
c. Penerimaan di Pasar-2 :
TR2 = P2Q2 P2 = f2(Q2)
TR2 = Q2 f2(Q1) TR2 = r2(Q)
d. Total penerimaan :
TR = TR1 + TR2
TR = r1(Q1) + r2(Q2)
e. Total Biaya :
TC = c(Q1 + Q2) Q = Q1 + Q2
TC = c(Q)
f. Keuntungan :
= R - C
= r1(Q1) + r2(Q2) – c(Q1 + Q2) = r1(Q1) + r2(Q2) – c(Q)
SYARAT TERCAPAINYA KEUNTUNGAN MAKSIMUM PADA DISKRIMINASI HARGA :
First Order Condition :
d/dQ1 = 0 dan d/dQ2 = 0
d dr1(Q1) dc(Q1 + Q2)
= - = 0 dQ1 dQ1 d(Q1 + Q2)
d dr2(Q1) dc(Q1 + Q2)
Persamaan 10 merupakan syarat pertama (First Order Condition) untuk memaksimumkan strategii Diskriminasi Harga
1. Pada pasar yang Demand Elasticity-nya lebih besar dari pasar yang lain, produk dijual dengan harga yang lebih rendah.
Secara grafis mekanisme kebijaksanaan diskriminasi harga pada dua pasar yang terpisah (separate market) seperti Gambar - 13 berikut ini :
Gambar - 13 Kebijaksanaan Diskriminasi Harga pada dua pasar terpisah
P P
P1
P2
D2
D1
0 Q1.1 Q1.2 0 Q2.1 Q2.2
MR1 MR2
E1 < E2
P1 > P2
Ilustrasi 13
Misalnya produsen menjual produknya di dua pasar terpisah yaitu Pasar-1 dan Pasar-2. Analisis data pada masing-masing pasar tentang hubungan antara harga barang, jumlah barang dan total biaya menghasilkan persamaan demand dan biaya sbb. :
Fungsi Pasar-1 Pasar-2
Demand P1 = 80 – 5 Q1 P2 = 180 – 20 Q2
Biaya TC = 50 + 20 (Q1 + Q2) atau TC = 50 + 20 Q
Jika diinginkan laba maksimum, berapakah jumlah dan harga Q di masing-masing pasar harus dijual serta keuntungannya ?
Jawab - 13
P1 = 80 – 5 Q1 TR1 = P1 Q1 = (80 Q1 – 5Q1) Q1
TR1 = (80 Q1 – 5Q12
MR1 = 80 – 10 Q1
P2 = 180 – 20 Q2
TR2 = P2Q2 = (180 Q2 – 20Q2) Q2
TR2 = 180 Q2 – 20Q22
MR2 = 180 – 40 Q2
Syarat profit maksimum : MR1 = MR2 = MC
80 – 10 Q1 = 180 – 40 Q2 = 20
80 – 10 Q1 = 20
10 Q1 = 60 Q1 = 6 unit
180 – 40 Q2 = 20
40 Q2 = 160 Q2 = 4 unit
P1 = 80 – 5 Q1 untuk Q1 = 6 unit, maka :
P1 = 80 – 5(6) P1 = 50 SU
P2 = 180 – 20 Q2 Untuk Q2 = 4 unit maka
P2 = 180 – 20(4) P2 = 100 SU
R1 = 80 Q1 – 5Q12 Untuk Q1 = 6 unit maka
R1 = 80 (6) – 5(62) R1 = 300 SU
R2 = 180 Q2 – 20Q22 Untuk Q2 = 4 unit maka
R2 = 180(4) – 20(42) R2 = 400 SU
Elastisitas di Pasar-1 dan di Pasar -2 : dP1/dQ1 = - 5 dQ1/dP1 = - 1/5
E1 = (dQ1/dP1)(p1/Q1) = - 0,2 x 50/6 E1 = - 1,667
dP2/dQ2 = - 20 dQ2/dP2 = - 0,05
E2 = (dQ2/dP2)(P2/Q2) = - 0,05 x 100/4 E2 = - 1,250
C = 50 + 20 (Q1 + Q2)
Untuk Q1 = 6 unit dan Q2 = 4 unit maka :
C = 50 + 20 (6 + 4)
C = 250 SU
Keuntungan :
Pr of DR. A. YUSUF IMAM SUJA’I, MP
APLIKASI FUNGSI PRODUKSI
D alam
KEBIJAKSANAAN DI BIDANG
PRODUKSI DAN PENJUALAN
Produksi adalah penciptaan barang dan jasa dari berbagai input atau sumberdaya, seperti : tenaga kerja (labor), mesin dan perlengkapan lainnya, tanah, bahan baku dan bahan pembantu dan sumberdaya lainnya.
Dengan sumber daya yang terbatas, produsen dalam memproduksi sesuatu barang tidak hanya sekedar memproses input menjadi barang jadi (produksi / keluaran), tetapi lebih dari itu aktivitas berproduksi yang dilakukan harus mampu menciptakan nilai guna dan nilai tambah (value added) dari input yang digunakan
Input tetap merupakan input yang sampai dengan kapasitas produksi tertentu jumlah penggunaannya tidak terpengaruh oleh jumlah produk yang dihasilkan. Misalnya : peralatan produksi (mesin-mesin), bangunan pabrik, dan tanah.
Input variabel adalah input yang jumlah penggunaannya berubah-ubah proporsional dengan perubahan jumlah produk yang dihasilkan. Misal : bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, dan modal kerja.
Sistem dan teknologi merupakan suatu metode yang mengintegrasikan berbagai input dengan proporsi sedemikian rupa sehingga dengan sejumlah berbagai input tertentu menghasilkan produk maksimum dan / atau pada sejumlah produk tertentu menggunakan berbagai masukan minimum.
Sistem dan teknologi produksi secara matematis tercermin dalam bentuk hubungan fungsional antara poroduk (output) dengan input yang disebut sebagai Fungsi Produksi
Fungsi Produksi berbentuk model persamaan matematika yang menunjukkan hubungan antara produksi (output) dengan seperangkat input yang digunakan dan mencerminkan sistim atau teknologi produksi
Kurve Fungsi Produksi merupakan tempat kedudukan titik-titik produksi maksimum yang dihasilkan oleh sejumlah input tertentu
atau
Kurve Fungsi Produksi merupakan tempat kedudukan titik-titik produksi tertentu yang menggunakan input minimum.
Q = f(X1, X2, X3, ……. Xn)
di mana :
Q = produksi (output)
Xi = input ke i ( i = 1, 2, 3 ……..n)
Misal :
Selanjutnya untuk penyederhanaan analisis, selain
Dalam teori produksi dikenal adanya Fungsi Produksi Jangka Pendek (Short-Run Production Function / SRPF) dan Fungsi Produksi Jangka Panjang (Long-Run Production Function / LRPF)
Terminologi Short-Run dan Long-Run dalam Fungsi Produksi bukan didasarkan pada jangka waktu, tetapi lebih didasarkan pada sifat dari masukan yang digunakan dalam fungsi produksi.
Long-Run Production Function adalah fungsi produksi bilamana semua inputnya bersifat variabel
: Q = f( L, K )
Short-Run Production Function adalah fungsi produksi bilamana sebagian inputnya atau paling tidak salah satu inputnya bersifat tetap (fixed) : Q = f( L, K ) input K adalah tetap (fixed)
(Short-Run Production Funtion)
Fungsi produksi jangka pendek (SRPF) adalah fungsi produksi di mana sebagian atau salah satu input yang digunakan bersifat konstan (fixed)
Untuk penyederhanaan analisis, misal digunakan dua input yaitu Labor (L) dan Kapital yang konstan (K), maka bentuk umum fungsi produksi jangka pendek adalah :
Q = f( L, K ) dapat ditulis Q = f( L )
TOTAL PRODUCT
Total produk adalah Q yaitu sejumlah produk yang dihasilkan oleh sejumlah masukan L
perubahan total produk yang dihasilkan (Q) dibagi
dengan perubahan jumlah masukan yang digunakan ( L ) atau MPL = Q / L dan input
Sebagai contoh berikut ini disajikan skedul produksi yang menggunakan berbagai jumlah masukan L dan masukan K konstan yaitu 5 unit
Tabel 1 : Skedul Produksi (K konstan yaitu 5 unit)
L Q APL L Q MPL
0 0 - - - -
1 71 71 1 71 71 2 160 80 1 89 89 3 261 87 1 121 121 4 368 92 1 107 107
5 475 95 1 107 107
6 576 96 1 101 101 7 665 95 1 89 89 8 736 92 1 71 71 9 783 87 1 47 47 10 800 80 1 17 17 11 781 71 1 -19 -19 12 720 60 1 -61 -61
TOTAL PRODUCT (Q)
Product Total Q semakin meningkat dengan meningkatnya penggunaan masukan L dan mencapai Q maksimum (800 unit) pada penggunaan L = 10 unit. Penambahan penggu-naan input L selanjutnya akan menurunkan product total (L=11 unit menghasilkan Q=781 unit dan L=12 unit menghasilkan Q = 720 unit).
AVERAGE PRODUCT (APL)
APL meningkat sejalan dengan meningkatnya
penggunaan L dari L = 1 unit s.d L = 6 unit, kemudian dengan semakin bertambahnya penggunaan L, APL semakin menurun. APL
maksimum = 96 unit terjadi pada saat penggunaan L = 6 unit
MARGINAL PRODUCT (MPL)
Mula-mula MPL semakin meningkat dengan
bertambahnya penggunaan L sehingga mencapai MPL tertinggi yaitu 107 unit pada saat
penggunaan L = 4 unit dan L = 5 unit. Penambahan L selanjutnya akan menurunkan MPL
HUBUNGAN Q DENGAN MPL
Hubungan antara Total Product (Q) dengan Marginal Product (MPL) dapat menjelaskan kondisi
SRPF dalam 3 tingkatan (level) :
INCREASING MARGINAL PRODUCT (IMP)
IMP terjadi pada level penggunaan input L dari 1 unit s.d 4 unit. Pada kondisi IMP Total Product (Q) semakin meningkat dengan pertambahan yang semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya penggunaan input L, sehingga MPL semakin
meningkat.
DIMINISHING MARGINAL PRODUCT (DiMP) DiMP terjadi pada level penggunaan input L dari 5 unit s.d 10 unit. Pada kondisi DMP, Total Product (Q) semakin meningkat dengan pertambahan yang semakin menurun sejalan dengan bertambahnya penggunaan input L, sehingga MPL semakin
menurun. Pada kondisi ini berlaku hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang atau The Law of Diminishing Product.
DECREASING PRODUCT (DeMP)
DeMP terjadi pada level setelah penggunaan input L yang menghasilkan Total Product (Q) maksimum. Pada kondisi DeMP, Total Product (Q) semakin menurun dengan bertambahnya penggunaan input L, sehingga Marginal Product (MPL) < 0 (negatif)
MAXIMUM PRODUCT
Pada saat Marginal Procuct MPL = 0, Total
Product (Q) mencapai maksimum (800 unit lebih), saat penggunaan L antara 10 dengan 11 unit (10 unit < L < 11 unit )
HUBUNGAN ANTARA MPL DENGAN APL
Pada level penggunaan input dari L = 1 unit sampai dengan penggunaan input L = 6 unit ( APL maksimum = 96 unit) maka MPL > APL dan
kemudian pada level penggunaan input L, berikutnya (dengan semakin bertambahnya penggunaan input L ) maka MPL < APL.
Menurut teori, ketika APL mencapai maksimum,
kurvenya memotong kurve MPL sehingga pada saat
nilai APL maksimum maka APL = MPL
Maksimum MPL terjadi pada penggunaan input L
Elastisitas Produksi terhadap perubahan input L (EL) dirumuskan sebagai :
Q L EL = x
L Q
Q L 1 = APL sehingga =
L Q APL
selanjutnya :
Q
= MPL
L
sehingga :
MPL
EL =
APL
Gambar 2 :
Total, Average and Marginal Product
Q
800 736 665 576
475
368
261
160
71
MENGIDENTIFIKASI
TOTAL PRODUKSI MAKSIMUM
Mengidentifikasi Produk Maksimum yang diha-silkan oleh seperangkat input yang digunakan merupakan hal yang penting bagi seorang produsen agar ia bisa mengevaluasi apakah aktivitas produksi yang telah dilaksanakan selama ini sudah efisien atau belum.
Langkah-langkah untuk mengidentifikasi produk maksimum adalah :
Pertama :
Mengumpulkan data jumlah penggunaan input dan produk yang dihasilkan sebanyak mungkin.
Kedua :
Entry data ke dalam program statistik (misalnya SPSS), data kemudian diplot dalam Scatter Diagram (diagram pencar) untuk menentukan model fungsi produksi yang sesuai.
Ketiga :
Mengestimasi fungsi produksi berdasarkan data penggunaan input dan produk yang dihasilkan
Ilustrasi 1
Berikut ini data observasi selama 3 tahun terakhir dari PT. XX yang memproduksi “jaket kulit”
Tabel 2
Obs L Q Obs L Q
Pertanyaan :
1) Tentukan estimasi model fungsi produksi
2) Berapa unit L yang digunakan agar mengha-11, hasil Scatter Diagramnya adalah sbb. :
L function). Dengan menggunakan program SPSS 11, maka model fungsi produksi estimasi adalah :
Q = -0.935 L3 + 10.771 L2 + 63.631 L + 4.37
- 21.0662
443.7764 + 728.5805 L1,2 =- 5.556
- 21.0662 34.2397 L1,2 =
- 5.556
L1 = ( -21.0662 + 34.2397 ) / (-5.556)
L1 = - 2.3710403 -2.37 unit (tidak terpakai)
L1 = ( -21.0662 - 34.2397 ) / (-5.556)
L2 = 9.954265659 9.95 unit
Second order condition :
d2Q
= - 5.556 L2 + 21.066 dL2
d2Q
= - 5.556 (9.95) + 21.066 = -34.2162 < 0 dL2 L = 9.96
Jadi penggunaan L = 9.95 unit akan memaksimumkan total Q
Q = -0.926 L3 + 10.533 L2 + 65.567 L Untuk L = 9.95 maka :
Qmak = - 0.926 (9.95)3 + 10.533 (9.95)2 + 65.567 (9.95)
Qmak = - 912.179334 + 1042.79333 + 652.39165
Qmak = 783.005649 unit 783.00 Unit
Ilustrasi 2
Misalkan hasil estimasi fungsi produksi adalah Q = - 2 L3 + 45 L2 + 600 L
Pertanyaan :
1. Sampai dengan penggunaan L berapa Total Produk naik dengan kondisi increasing Marginal Product ?
2. Penggunaan L dari dan sampai berapa unit Total Produk naik dengan kondisi diminishing Marginal Product ?
3. Pada saat penggunaan L berapa Total Produk maksimum ?
4. Berapa L yang digunakan ketika rata-rata produksi untuk masukan L mencapai maksimum
Jawab 2 :
Q = -2 L3 + 45 L2 + 600 L
dQ/dL = MPL = - 6 L2 + 90 L + 600
1) Daerah di mana produksi naik dengan kondisi Increasing Marginal Product adalah ketika kurve Marginal Product naik sampai mencapai maksimum. Marginal Product mulai dari penggunaan L = 0 unit sampai dengan penggunaan L = 7.5 unit
2) Penggunaan L sehingga Total Product naik dengan kondisi “Diminishing Marginal Product” ketika kurve MPL setelah berkurang (Diminishing Marginal Product) pada saat penggunaan L > 7,5 Unit sampai dengan penggunaan L = 20 unit
4) Penggunaan L ketika APL maksimum :
Q = -2 L3 + 45 L2 + 600 L
APL = Q/L = (-2 L3 + 45 L2 + 600 L ) / L
APL = -2 L2 + 45 L + 600
Syarat APL maksimum :
First Order Condition : dAPL /dL = 0
Second Order Condition :
d2Q
< 0 dL2
APL = -2 L2 + 45 L + 600
dAPL / dL = -4 L + 45 = 0
4 L = 45
L = 11.25 Unit
Jadi bila digunakan L = 11.25 unit akan memaksi-mumkan APL
APL = -2 L2 + 45 L + 600, untuk L = 11.25 Unit, maka
Maksimum APL = - 2 (11.25)2 + 45 (11.25) + 600
= 853.125
Tabel 4 Cross Ceck Q = - 2 L3 + 45 L2 + 600 L
L Q APL L Q MPL
0 0 0
1 643 643 1 643 643
2 1364 682 1 721 721
4 2992 748 2 1628 814
6 4788 798 2 1796 898
7 5719 817 1 931 931
7.5 6187.5 825 0.5 468.5 937
8 6656 832 0.5 468.5 937
10 8500 850 2 1844 922
11 9383 853 1 883 883
11.25 9597.66 853.13 0.25 214.66 858.63
12 10224 852 0.75 626.34 835.12
16 12928 808 4 2704 676
18 13716 762 2 788 394
19.9 13999.25 703.48 1.9 283.25 149.08
20 14000 700 0.1 0.75 7.5
20.1 13999.25 696.48 0.1 -0.75 -7.5
Short-Run Total Cost bukan didasarkan pada panjang pendeknya waktu tetapi dicirikan oleh adanya Total Fixed Cost (TFC) disamping Total Variable Cost (TVC) : TC = TFC + TVC
Total Variable Cost terkait dengan pembiayaan input variabel dan jumlahnya berubah-ubah sejalan dengan perubahan produk yang dihasilkan.
Gambar 5 : TFC, TVC dan TC
Average Cost sama dengan Total Cost dibagi Total Product yang dihasilkan ( AC = TC/Q)
SHORT- RUN MARGINAL COST
Short-Run Marginal Cost (SMC) adalah angka yang menunjukkan pertambahan Total Cost per satu unit pertambahan Produk :
TC dTC SMC = =
Q dQ
Ilustrasi 6
Kita gunakan data pada Ilustrasi 3
Tabel 7
Q TC Q TC SMC = TC/Q
0 1.000.000 - - -
196 1.200.000 196 200.000 1020.41
464 1.400.000 268 200.000 764.27
756 1.600.000 292 200.000 684.93
1024 1.800.000 268 200.000 735.29
1296 2.200.000 272 400.000 1470.59
Gambar 6 AFC, AVC, AC dan MC
AC
MC
SMC
ATC
MATC AVC
MAvC
0 Q
SMC = Short-Run Marginal Cost ATC = Average Total Cost ( AC) AFC = Average Fixed Cost
Ilustrasi 7
Isi sel kosong pada tabel berikut ini (Ma -Tho : 353)
Produksi optimum adalah sejumlah produk yang dihasilkan oleh sejumlah input serta memberikan keuntungan maksimum.
Keuntungan sama dengan Total Revenue minus Total Biaya.
PRODUKSI OPTIMUM
Gambar 7
Q
M QM
QO
O Q = f(L)
QB B
w/P
0 LB LO LM L
MPL
QM = Total Product Maksimum
QO = Total Product Optimum (Total Product yang
memberikan Keuntungan Maksimum
QB = Total Product saat MPL mencapai maksimum w MPL = P
Ilustrasi 8
Msal hasil observasi data produksi menghasilkan Fungsi Produksi Estimasi Q = - L3 + 12 L2 + 144 L. Harga input L Rp. 90 ribu, dan harga Produk Q Rp. 15 ribu. Biaya tetap Rp. 15,000 ribu.
Pertanyaan :
1. Agar tercapai keuntungan maksimum, berapakah a. Input L yang digunakan
b. Keuntungan maksimum
c. Total Produk yang dihasilkan
d. Average Product (APL) dan biayanya.
2. Ketika mencapai Average Product maksimum, berapakah :
a. Jumlah input L yang digunakan b. APL maksimum dan Total Produk(Q)
c. Keuntungan
3. Ketika Total Produk mencapai maksimum, berapakah :
a. Jumlah input L yang digunakan b. Total Produk Maksimum
Jawab 8
1. Agar tercapai keuntungan maksimum
a) Q = - L3 + 12 L2 + 144 L P = 15
Total Penerimaan penjualan produksi R = P x Q R = 15 (- L3 + 12 L2 + 144 L)
R = - 15 L3 + 180 L2 + 2160 L
C = 15000 + 90 L ( C = Total Biaya Produksi ) Keuntungan = R – C
= - 15 L3 + 180 L2 + 2160 L – ( 15000 + 90 L)
= - 15 L3 + 180 L2 + 2070 L - 15000
Agar tercapai keuntungan maksimum, syaratnya : First order condition : d/dL = 0
Second order condition : d2/dL2 < 0
= - 15 L3 + 180 L2 + 2070 L - 15000
d/dL = - 45 L2 + 360 L + 2070 d2/dL2 = - 90 L + 360
First order condition :
- 45 L2 + 360 L + 2070 = 0
- L2 + 8 L + 46 = 0
- 8
82 – (4)(-1)(46) L1,2 =2( -1 )
- 8
248 L1,2 =-2
- 8 15.748 L1,2 =
-2
- 8 + 15.748
L1 = = - 3.874 (tidak digunakan)
-2
- 8 - 15.748
L1 = = 11.874
-2
Second order condition :
d2
= - 90 L + 360 dL2
d2Q
Jadi L = 11.874 unit akan memaksimumkan total keuntungan
= - 15 L3 + 180 L2 + 2070 L - 15000 unt L = 11.874 maka :
-mak = - 15 (11.874)3 + 180 (11.874)2 + 2070 (11.874) - 15000
b) -mak = Rp. 9845.65 ribu
c) Q = - L3 + 12 L2 + 144 L unt L = 11.874 maka :
Q = - 11.8743 + 12 (11.8742 ) + 144 (11.874)
Q = 1727.621
d) APL = 1727.621 : 11.874 = 145.50
2) Ketika mencapai APL maksimum
a. Q = - L3 + 12 L2 + 144 L APL = Q/L = - L2 + 12 L + 144
Sjarat APL maksimum : dAPL / dL = 0
APL = - L2 + 12 L + 144
dAPL / dL = - 2 L + 12 = 0
- 2 L + 12 = 0 2 L = 12 L = 6
APL = - L2 + 12 L + 144
unt L = 6
APL = - 62 + 12 x 6 + 144 APL = 180 unit
b. Total Produk
Q = L x APL = 6 x 180
Q = 1080
c. Keuntungan :
= 1080 x Rp. 15 – ( 6 x Rp. 90 + Rp. 15000 ) = Rp. 660 ribu
3) Ketika Total Produksi mencapai maksimum
a. Q = - L3 + 12 L2 + 144 L Q = - L3 + 12 L2 + 144 L MPL = -3 L2 + 24 L + 144
dMPL / dL = - 6 L + 24
Syarat agar Q mencapai maksimum :
-3 L2 + 24 L + 144 = 0 L2 - 8 L - 48 = 0 (L+ 4)(L – 12 ) = 0 L + 4 = 0
L1 = - 4 (tidak digunakan)
L – 12 = 0 L2 = 12
Second order condition : dMPL
= - 6 L + 24 dL
dMPL
= - 6 (12) + 24 = - 48 < 0 dL L = 12
Jadi L = 12 unit akan memaksimumkan total produk
b. Q = - L3 + 12 L2 + 144 L, untuk L = 12 maka : Qmak = - (12)3 + 12 (12)2 + 144 (12)
Qmak = 1728 unit
c. Average Product :
APL = Q / L = 1728 / 12 = 144 unit
d. Keuntungan :
= 1728 x Rp. 15 – ( 12 x Rp. 90 + Rp. 15000 ) = Rp. 9840 ribu
Tabel 9 Resume
Kondisi
-maks Q-maks APL-maks
L 11.874 Unt 12 unt 6 Unt
Q 1727.621 Unt 1728 Unt 1080 Unt
Rp. 9845.65 Rp. 9840 Rp. 660
Ilustrasi 9
Isi sel yang kosong pada tabel berikut ini
L Q APL MPL
Misalnya suatu produksi menggunakan 3 input yaitu Labor (L), Capital Stock (K) dan Material (Bahan Baku/Pembantu) = M. Untuk K = 8 unit (konstan), hasil estimasi fungsi produksi dinyatakan sebagai berikut : Q = - L2 + 2,5M2 -10LM + 80L + 15M
.
22L = 110 L = 5 unit
2L + 10M – 80 = 0, untuk L = 5 10 + 10M – 80 = 0
10M = 70 M = 7
Q = - L2 + 2,5M2 -10LM + 80L + 15M unt uk L = 5 dan M = 7
Q = - 52 + 2,5 (72) – 10(5)(7) + 80(5) + 15(7)
Q = 252,5 unit
Ilustrasi 10
Tabel berikut menunjukkan Total Produk yang dihasilkan dari kombinasi penggunaan L dan K (K konstan)
Unit of Capital Unit of
Labor K=1 K=2 K=3 K=4 1 50 120 160 180 2 110 260 360 290 3 150 360 510 560 4 170 430 630 690 5 160 480 710 790
a. Hitung MPL dan APL bila kapital konstan sebanyak 2 unit.
Ketika APL meningkat bagaimana hubungan antara APL
dengan MPL. Apa yang terjadi bila APL menurun
b. Hitung MPL untuk setiap level Capital Stock (K).
Bagaimana MPL pada penggunaan L = 2 unit sejalan
dengan kenaikan Capital Stock ? Mengapa ?
Jawab 10
a. K = 2 unit
l L Q L MPL APL
1 1 120 120 120 120.0 2 1 260 140 140 130.0 3 1 360 100 100 120.0 4 1 430 70 70 107.5 5 1 480 50 50 96.0
Ketika APL meningkat MPL juga meningkat dan MPL > APL.
Bilamana APL menurun, MPL juga menurun dan MPL < APL
K=1 K=2 K=3 K=4 L
Q MPL Q MPL Q MPL Q MPL
1 50 50 120 120 160 160 180 180
2 110 60 260 140 360 200 390 210
3 150 40 360 100 510 150 560 170
4 170 20 430 70 630 120 690 130
5 180 10 480 50 710 80 790 100
Mulai dari penggunaan L = 2 unit di semua level penggunaan K, MPL pada penggunaan L = 2 MPL memupnyai nilai paling
tinggi. Hal ini karena mulai dari penggunaan L = 2 untuk setiap level penggunaan K terjadi kondisi kenaikan produksi dengan pertambahan yang semakin berkurang (Diminishing Marginal Product) .
SHORT – RUN PRODUCTION FUNCTION
Gambar 8 Q
M
O
B
0 L
MPL
APL
APL
0 LB LO LM L