• Tidak ada hasil yang ditemukan

Study Dan Aplikasi Efek Medan Elektrik Terhadap Membran Sel Bakteri Escherichia Coli Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Study Dan Aplikasi Efek Medan Elektrik Terhadap Membran Sel Bakteri Escherichia Coli Chapter III V"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan dibeberapa tempat seperti:

1. Fakultas Teknik Elektro USU Laboratorium Tegangan Tinggi.

2. Fakultas Biologi FMIPA USU Laboratorium Mikrobiologi.

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2013.

Di dalam melakukan penelitian terlebih dahulu dipersiapkan peralatan dengan

berbagai tahap yaitu:

1. Penyediaan sumber tegangan tinggi.

2. Penyediaan komponen tegangan tinggi.

3. Penyediaan rangkaian pembentuk pulsa.

4. Penyediaan sela picu/sphere gap,switchingdengantriger device. 5. Penyediaan elektroda yang terbuat dari materialstainless stell. 6. Penyediaan ruang sampel dan

7. Penyediaan sampel.

3.2. Komponen Dan Bahan

Komponen dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan

bagian-bagian dari peralatan unit pembangkit tegangan tinggi impulsa, dan

beberapa peralatan diluar dari unit tersebut dipergunakan untuk mengukur dan

mendukung pengambilan data.

Peralatan pembangkit tegangan tinggi impulsa terdapat di Fakultas Teknik

Laboratorium Tegangan Tinggi, adapun komponennya dan beberapa alat

pengukur untuk mendukung pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Oto transformator.

2. Test transformator.

3. Kabel penyambung.

(2)

5. Capasitor.

6. Dioda.

7. Sela picu atauSphere Gap.

10. Generator tegangan tinggi type YHIG-100KV, 5 KVA. 11. Resistor, Rp = 416 Ω, 140 kV; Rs = 9500Ω, 140 kV. 12. Capasitor, Cs = 6000 pF, 140 kV.

13. Sela picu atauSphere Gap

14. Pemicu.

15. Alat ukur AVO meter.

16. Oscilloscope dan X-Y recorder YEW 3023

Pada penelitian ini kedua elektroda didesain sesuai dengan kebutuhan yang

lebih kecil dari ukuran chamber, tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya loncatan listrik atau efek frigging antara elektroda, adapun gambaran secara fisik yang dipakai dalam penelitian ini adalah seperti gambar 3.2, dibuat dari material

stainless stell dengan bentuk lingkaran, ukuran elektroda negatif d =10 mm dan

elektroda positif d = 6mm, sedangkan ruang sampel berbentuk silinder dengan

tinggi =19 mm, r = 14mm dan tebal = 2mm terbuat dari acrylic ( dielectric strength500 V/mm), seperti gambar 3.3.

3.2.1. Bahan dan Peralatan

Untuk penyediaan peralatan dan bahan yang dilakukan di Fakultas Biologi

FMIPA Laboratorium Mikrobiologi adalah seperti yang terdapat di bawah ini:

a. Cawan petri.

b. Tabung Reaksi.

c. Cultur escericia coli.

d. Larutan MC Farland.

e. H2O(Aquades). f. Larutan NaCl

g. PCA (Plate Count Agar)

(3)

j. Alkohol.

k. Gelas ukur 500ml

l. spidol, kertas label.

m. spatula

n. Beaker glass

3.2.2. Sampel

Sebagai objek pada penelitian ini adalah suatu mikroorganisme yaitu

bakteri escherichia coli, yang telah dikulturkan sebelumnya di Laboratorium Mikrobiologi. Dalam pembuatan sampel dilakukan beberapa proses, seperti

sterilisasi untuk menghindari kontaminasi, metode penghitungan bakteri melalui

pengenceran, yang dilakukan di Fakultas Biologi FMIPA Laboratorium

Mikrobiologi.

3.2.3. Penghitung Jumlah Koloni atauColony Counter

Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang

mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni. Untuk

mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan dengan menghitung

jumlah koloni bakteri. Metode yang biasa digunakan adalah metode pour plate atauhitung cawan. Metode ini mengasumsikan jumlah bakteri yang ditanam pada suatu cawan sama dengan jumlah koloni pada cawan tersebut. Untuk

memudahkan menghitung koloni yang berjumlah ratusan pada metode ini

perhitungan dapat dilakukan dengan cara menghitung hanya seperempat pada

bagian cawan dengan hasil perhitungan jumlah perhitungan tersebut dikalikan

(4)

Gambar 3.1 Alat Penghitung Koloni

3.2.4 Pembangkit Medan Elektrik

Peralatan suatu pembangkit medan elektrik untuk membangkitkan suatu

tegangan tinggi berpulsa dapat dilakukan dengan berbagai metoda, diantaranya

adalah dengan mengumpan rangkaian RC dari suatu sumber tegangan tinggi

(Kerista, 2007). Dalam penelitian ini rangkaian yang dipergunakan adalah generator impul atau rangkaian RLC.

Untuk memperoleh tegangan yang cukup tinggi, kV, dan lebar pulsa yang

sangat sempit maka dapat dilakukan dengan cara mengatur besaran-besaran

komponen pendukung suatu rangkaian, diantaranya adalah: Ototrafo, Test trafo,

Dioda penyearah, Kapasitor C, Resistor Rp, Rs, L dan Ro serta pemicu sphere gap, F. Sehingga tegangan out put pada Vo pada gambar (2.7) adalah sama dengan pada persamaan (2-24). Rancangan secara elektronik pembangkit medan

(5)

Gambar 3.2 Model Rangkaian Penelitian

Adapun sebagai objek dari penggunaan medan elektrik pada penelitian ini

adalah suatu chamber, ruang sampel, yang terbuat dari bahan dielektrik yang berfungsi sebagai komponen kapasitor C.

Sesuai dengan prinsip dasar dari kapasitor C, dimana diantara kedua plat

konduktor dibuat bahan dielektrik, lalu dalam penelitian ini yang menjadi objek

pengamatan adalah bakteri escherichia coli yang merupakan sel, dan sel tersebut terdiri dari membran. Sel bakteri escherichia coli dalam penelitian ini diperlakukan sebagai bahan dielektrik.

Bahan elektroda yang terbuat daristainless stell yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah seperti di bawah ini:

(6)

Dalam penelitian ini chamber atau ruang sampel didesain seperti gambar 3.4 dibawah ini.

Gambar 3.4 Chamber bentuk silinder

3.3. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan suatu prosedur kerja sebagai berikut:

1. Mempersiapkan sumber pembangkit tegangan tinggi dan rangkaian

pembentuk pulsa seperti rangkaian gambar 3.2

2. Membuat suatuchamber, wadah sedemikian rupa sebagai ruang sampel dan dilengkapi dengan elektroda yang terbuat dari stainless

stell dengan ukuran lebih kecil dari wadah seperti gambar 3.3 dan

gambar 3.4.

3. Mempersiapkan, menguji dan menganalisa generator tegangan

tinggi, sphere gap dengan tegangan pemicu dan rangkaian pemulsa, RLC.

4. Memprediksi dan menghitung seberapa besar tegangan elektroda

dan medan elektrik, E serta fluksi densitas, D yang bekerja dalam ruang sampel yang isotropik (homogen linier)

5. Memprediksi dan menentukan seberapa besar medan elektrik dapat

mempengaruhi peningkatan potensial yang dialami membran sel di

dalam ruang sampel.

6. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri

(7)

7. Melakukan eksperimen untuk melihat efek variasi tegangan dengan

set-upsebagai berikut:

Dengan cara bakteri escherichia coliyang berada dalam media air dimasukan kedalam chamber dengan volume 10 ml, lalu ditutup dengan menggunakan bahan acrylic atau bahan dielectrik.

Chamber tersebut diletakkan diantara kedua elektroda lalu diberikan tegangan mulai dari 20 kV, 40 kV, 50 kV, 55 kV

kemudian diamati dengan memasukkan bakteri yang telah

diberikan perlakuan didalam petri sehingga terlihat bacteri yang

bertahan hidup. Setelah diamati lalu dibandingkan dengan kontrol

didalam cawan petri, dan jumlah koloni dihitung dengan menggunakan colony counter atau penghitung jumlah koloni. Dan

flow chartpenelitian dibuat dalam lampiran.

3.4. Distribusi Potensial Dalam Ruang Sampel

Distribusi potensial, V dan medan elektrik,E di dalam ruang sampel yang homogen dapat dianggap serba sama asalkan efek fringging pada tepi kedua elektroda diabaikan. Ruang sampel dua dimensi berikut ini dimodelkan sebagai

sebuah kapasitor plat sejajar. Dengan demikian, distribusi potensial, V adalah sesuai dengan persaman (2-2).

Distribusi dari kedua besaran V dan E dalam model ruang sampel yang berisi bahan dielektrik homogen dapat digambarkan seperti matrik pada Gambar

3.5 sebagai berikut:

Gambar 3.5 Distribusi Garis Ekuipotensial,VMedan Elektrik,ERuang Sampel. Garis equipotensial, V

Garis medan elektrik, E D

+V

(8)

Apabila salah satu elemen matrik pada ruang sampel dalam garis

ekuipotensial V dan garis medan E seperti pada gambar 3.5 diatas, diasumsikan sebagai suatu kapasitor C dengan suatu bahan dielektrik, dalam hal ini campuran

air homogen dengan mikroorganisme, membran sel syaraf di dalam suatu media

dielektrik, maka akan terjadi peningkatan potensial pada membran syaraf tersebut.

Mikroorganisme bakteriescherichia coli yang terdiri dari membran sel di dalam suatu media dielektrik, akan mengalami peningkatan potensial pada

keseluruhan media yang terdapat dalam pengaruh medan elektrik yang terdapat

dalam ruang sampel tersebut. Situasi ini diperlihatkan yang dialami di bawah

medan elektrik seperti Gambar 3.6 berikut.

Gambar 3.6 Model Ruang Sampel

Dari gambar 3.6 di atas, kuat medan elektrik, E dan densitas fluks, D di dalam ruang sampel diakibatkan oleh perbedaan potensial elektroda, Velek,

sehingga terjadi peningkatan potensial pada membran sel sebanding dengan

lapisan membran pada bakteriescherichia coli.

Umumnya setiap organisme mempunyai karakteristik yang spesifik, baik ukuran,

jari-jari, potensial membran normal dan dielektrik relatif sel yang berbeda-beda.

Untuk spesifikasi model ruang sampel seperti gambar 3.6, dimana bentuk

ruang yang dibuat adalah bentuk silinder dengan ukuran yang dibuat adalah,

diameter 28 mm, tinggi 19 mm dan ketebalan bahan material dielektrik dari

(9)

3.5. Faktor Peningkatan Potensial Membran Sel

Peningkatan potensial pada membran sel disebabkan perbedaan potensial,

V yang diberikan diantara kedua elektroda dan timbulnya medan elektrik, E

Peningkatan potensial membran sel, dalam hal ini, diasumsikan sesuai dengan

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun penelitian dari efek medan elektrik terhadap membran sel pada

bakteri Escherichia coli yang dilakukan adalah berdasarkan metoda medan elektrik, peralatan modifikasi dan elektroda yang terbuat dari stainless stell yang dibuat ukuranya lebih kecil dari chamber seperti gambar 3.3 Kemudian modifikasi untuk ruang sampel adalah seperti gambar 3.4.

Prosedur penelitian dilakukan seperti pada subbab 3.3, sehingga dapat ditentukan

hubungan potensial tegangan tinggi impuls pada ruang sampel Velektroda,Velek, dengan intensitas medan elektrik dan akibatnya terhadap potensial transmembran

sel pada bakteri escherichia coli. Adapun hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: .

4.1. Data Hasil Penelitian

Data dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap objek membran sel pada

bakteri escherichia coli, yang diperoleh berdasarkan model rangkaian penelitian, dimana untuk setiap kenaikan tegangan adalah proporsional terhadap peningkatan

intensitas medan elektrik.

Sedangkan efek intensitas medan elektrik yang diatur dengan peningkatan

tegangan terhadap potensial transmembran sel pada bakteri escherichia coli, dilakukan pengamatan pada cawan petri dan penghitungan jumlah bakteri

escherichia coli yang bertahan hidup dengan menggunakan penghitung koloni ataucolony count.

Adapun perlakuan tegangan yang dimulai dari 20 kV, 40kV 50kV dan

55kV yang proporsional dengan peningkatan intensitas medan elektrik terhadap

peningkatan potensial transmembran sel adalah karena pada tegangan tersebut

diperkirakan membran sel telah mengalami rupturesesuai dengan persamaan dan kondisi kritis sel di atas 1,4 volt, dan untuk melihat bahwa terjadinya efek adalah

(11)

Tabel 4.1 Data Pengendalian TeganganVinDanVelekDan Efek Medan Elektrik TerhadapEscherichia coli

No (kV) Colony Forming Unit (CFU)

1 20 331

2 20 318

3 20 307

4 40 330

5 40 290

6 40 279

7 50 293

8 50 240

9 50 232

10 55 243

11 55 212

12 55 225

T = 230C, P = 760 mmHg, n=3 kali perulangan, t = µs, jumlah bakteri= 400 koloni, dc= 0,5, Media air, wadah sampel = petri, lama perlakuan <15 menit.

4.2. Data Foto Dengan Variasi Tegangan

Data dari hasil penelitian dengan variasi tegangan yang proporsional

dengan medan elektrik, E pada elektroda seperti pada tabel 4.1 dan foto seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 4.1 BakteriEscherichia Colidi dalam Petri Sebagai Kontrol

Dari data penelitian di dalam cawan petri yang dbandingkan dengan

variasi tegangan mulai dari 20 kV, 40kV, 50kV dan 55 kv dapat dilihat pada

(12)

Gambar 4.2 Perbandingan Jumlah Koloni BakteriEscherichia Colidi dalam Petri Variasi Tegangan 20 kV, 40kV, 50kV, 55kV.

Dari data gambar 4.1 adalah kontrol yang digunakan sebagai acuan untuk

membandingkan dengan data yang lain yang diberikan perlakuan.

(13)

Gambar 4.4 BakteriEscherichia Colidi dalam Petri Tegangan 40 kV

(14)

Gambar 4.6 BakteriEscherichia Colidi dalam Petri Tegangan 55 kV

4.3. Analisa Data Penelitian Objek

Dari data pada tabel 4.1 dan foto bakteri escherichia coli mulai dari gambar 4.1 sampai dengan 4.5 dalam cawan petri menggambarkan adanya

perubahan jumlah bakteri yang bertahan hidup.

Perubahan yang terjadi terhadap jumlah bakteri escherichia coli yang bertahan hidup disebabkan oleh pengaruh perubahan potensial yang proporsional

terhadap peningkatan intensitas medan elektrik di dalam chamber. Chamber yang

berisi objek penelitian yakni bakteri escherichia coli terdiri dari membran sel bersifat sebagai bahan isolator dan lapisan bilayer yang terdiri dari lemak dan

protein yang berfungsi untuk mengatur keluar masuknya zat yang berperan dalam

aktivasi sel, hereditas dan kelangsungan hidup sel.

Membran sel yang dipengaruhi oleh medan elektrik sampai pada tingkat

potensial transmembran kritis akan mengubah sifat isolator membran menjadi

konduktor, dan yang terjadi adalah terciptanya pori baru yang dapat dilalui oleh

ion-ion dengan bebas tanpa selektifitas membran sel dalam menjaga pengaruh luar

sel yang dapat merusak membran sel, yang dapat menghentikan kehidupan sel dan

sel menjadi tidak normal dan rusak sehingga mengakibatkan kematian bakteri

(15)

ion-elektrik, Eyang kuat sehingga secara kimia, muatan atau ion-ion negatif di dalam membran keluar dari dalam membran dan sebaliknya, reorient, terjadi kreasipore hydrophylic sehingga dapat menghantarkan medan listrik yang menyebabkan membran selirreversibel.

Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan dielektrik(membran sel)yang berisi material lipoprotein dan karbohidrat telah rusak atau terjadi pemaksaan sifat dari

material atau bahan dielektrik (isolator) menjadi konduktor, akibatnya metabolisma dan potensial tubuh sebagai energi aktivasi pada saraf menjadi

terhenti, mati. Gambar 4.6 reorient ion-ion, (A) normal, (B) ionisasi (C) reorient pada membran adalah seperti gambar berikut.

Gambar 4.7. SkemaReorientIon-Ion

Peningkatan potensial elektroda proporsional dengan peningkatan

intensitas medan elektrik E, yang mengakibatkan peningkatan potensial pada membran sel, dimana potensial transmembran di atas 1,4 volt akan mengakibatkan

kondisi kritis pada sel atau terjadinya kerusakan pada membran sel.

Jumlah bakteri escherichia coli yang bertahan hidup berkurang ketika intensitas medan elektrik diberikan lebih tinggi, dengan proses ionisasi lebih

tinggi dan peningkatan konsentrasi ion-ion pada membran sel juga meningkat

sesuai dengan potensi Nernst. Dari tabel 4.1 didapatkan efek perubahan tegangan

(16)

Gambar 4.8 Grafik Jumlah Bakteri yang bertahan hidup

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa efek perubahan peningkatan

tegangan mempengaruhi jumlah yang bertahan hidup semakin berkurang.

Pengurangan ini dikarenakan oleh setiap peningkatan tegangan akan proporsional

terhadap intensitas medan elektrik dan peningkatan potensial transmembran sel.

Dimana peningkatan potensial sampai pada tingkat kritis akan mengakibatkan

kerusakan membran sel dan berakhir kematian sel dan bakteri escherichia coli.

Hubungan peningkatan tegangan terhadap intensitas medan elektrik dapat dilihat

pada gambar 4.15.

Dengan menggunakan persamaan 2.2 didapatkan hubungan antara

tegangan dan intensitas medan elektrik. Nilai intensitas medan elektrik dari

perubahan tegangan yang diberikan dapat diperoleh berdasarkan ukuran chamber

yang dibuat. Nilai-nilai perubahan intensitas medan elektrik dari perubahan

tegangan yang diberikan, dan dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut.

(17)

Tabel 4.2 Hubungan Tegangan dan Medan Elektrik

No Tegangan (Kilo volt) Medan Elektrik, E (kV/cm)

1 20 10,53

2 40 21,09

3 50 26,31

4 55 28,9

Dari tabel 4.2 yaitu hubungan antara tegangan dan intensitas medan

elektrik dapat dilihat bahwa setiap kenaikan tegangan proporsional dengan

kenaikan intensitas medan elektrik. Pada penelitian ini tegangan yang diberikan

terhada p sampel adalah mulai dari tegangan 20 kV, 40 kV, 50 kV dan 55 kV, dari

pemberian tegangan akan mengakibatkan terjadinya medan elektrik di dalam

chamber.

Medan elektrik yang dihasilkan adalah mulai dari 20kV/19mm,

40kV/19mm, 50kV/19mm dan 55kV/19mm. Medan elektrik yang dihasilkan akan

mengakibatkan terjadinya perubahan potensial transmembran sel, dan perubahan

potensial transmembran ini akan mempengaruhi proses yang terjadi dalam

aktifitas membran sel. Dimana aktifitas membran sel dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan.

Kondisi normal pada potensial membran sel adalah antara 0,14 Volt

sampai dengan 1,4 Volt. Pada kondisi normal potensial membran sel aktifitas

membran sel didalam menyeleksi atau sebagai pengatur lalu lintas zat keluar

masuk sel akan berjalan dengan baik, dan sel akan baik.

Dari Tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa perobahan tegangan proporsianal

dengan kenaikan intensitas medan elektrik, kenaikan intensitas medan elektrik

akibat perubahan tegangan tersebut dapat ditunjukkan pada grafik 4.8 sebagai

(18)

Gambar 4.9 Grafik hubungan tegangan dengan medan elektrik

Dari grafik hubungan antara tegangan dan intensitas medan elektrik dapat

menunjukkan bahwa setiap peningkatan tegangan akan meningkatkan intensitas

medan elektrik.

Dari persamaan 2.35 dapat ditentukan hubungan antara potensial transmembran, ΔVs dengan medan elektrik, E. Potensial transmembran akan dipengaruhi oleh intensitas medan elektrik, sedangkan peningkatan medan

elektrik adalah karena peningkatan tegangan.

Peningkatan intensitas medan elektrik yang mengakibatkan peningkatan

potensial transmembran sel dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hubungan Potensial Transmembran (Volt) dengan Medan Elektrik (E)

No Potensial Transmembran, ΔVs(Volt) Medan Elektrik,E kV/cm

1 1,97 10,53

(19)

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hubungan antara intensitas medan

elektrik dan potensial transmembran adalah proporsional, dimana untuk setiap

kenaikan intensitas medan elektrik akan meningkatkan potensial membran sel.

Sedangkan peningkatan potensial transmembran sampai pada tingkat kritis akan

berakibat terhadap membran sel, dimana membran sel akan mengakibatkan

reduksi ketebalan, akan terjadi pengecilan pada membran sel dan menyebabkan

terjadinya peningkatan kreasi pore hydrophylic pada lipid bilayer sehingga terjadi

kebocoran, akibat dari kebocoran maka akan mengakibatkan depolarisasi dan

peningkatan konsentrasi ion-ion positip di dalam dan ion-ion positip di dalam dan

ion-ion negatif keluar dari membran sel.

Membran sel yang mengalami rupture disebabkan oleh karena kondisi potensial membran sel diatas 1,4 volt, kondisi ini adalah bahwa sel telah

mengalami kegagalan fungsi membran sel, membran sel yang sebelumnya

berfungsi untuk memisahkan, mengatur, menyeleksi keluar masuknya unsur-unsur

yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sel, pada kondisi kritis akan

mengakibatkan sel menjadi tidak beerfungsi dan mempengaruhi kelangsungan

hidup sel. Dengan keadaan sedemikian maka yang terjadi adalah kematian sel atau

kematian bakteriescherichia coli.

Dari tabel 4.3 dapat ditunjukkan hubungan antara intensitas medan elektrik

dengan kenaikan potensial transmembran. Dimana setiap kenaikan intensitas

medan elektrik akan menaikkan potensial transmembran, grafik hubungan

kenaikan intensitas dan peningkatan potensial transmembran sel dapat

(20)

Gambar 4.10 Grafik Hubungan Medan Elektrik,E Potensial Transmembran sel

Dari grafik hubungan antara intensitas medan elektrik dengan potensial

transmembran sel di atas didapatkan bahwa setiap kenaikan intensitas medan

elektrik akan berpengaruh terhadap kenaikan potensial transmembran sel.

Potensial transmembran sel adalah potensial atau tegangan yang terdapat dalam

sel.

4. 4. Analisa Rupture Pada Lipid Bilayer.

Dari data tegangan yang diberikan, diawali dengan tegangan 20kV, 40kV,

50 kV dan 55kV bila dibandingkan dengan kontrol telah terjadi efekbreakdown, rupture, kerusakan bahan dielektrik membran sel bakteriescherichia coli.

Sesuai dengan persamaan (2-35), diameter membran sel 0,5µm dapat dibuktikan

dalam kondisi normal yaituΔVs=0,4Vdan dalam kondisi kritisΔVs>1,4V.

Menurut teori bahwa dielektrik rupture terjadinya pemecahan dinding

membran sel sehingga terjadi penonaktifan mikroorganisme, dimana peningkatan

potensial transmembran dengan perturbasi medan elektrik dapat mengakibatkan

efek merusak, dan mereduksi ketebalan dinding sel (Fan, et al., 2006),

10,53

(21)

ΔVs= 0,75 dc E Cosθ

Jika harga medan elektrik, E pada perlakuan mulai dari 20kV/19mm,

40kV/19mm 50kV/19mm dan 55kV/19mm diuji untuk membuktikan kondisi

kritis membran (θ=600) maka diperoleh:

E = ∆௏௦

଴,଻ହ஼௢௦ఏௗ , untuk E = 20kV maka: ∆ܸݏ = 0,75. Cos600.0,5µm.20kV/19mm

= 1,97 V.

Untuk E = 40kV/19mm maka ∆ܸݏ = 2x 1,97V = 3,94V, E = 50kV/19mm maka

∆ܸݏ = 4,93V dan E = 55kV/19mm maka ∆ܸݏ = 5,43V jika dilihat nilai ∆ܸݏ diatas maka semua nilainya diatas kondisi kritis atau sel membran telah

mengalamirupture.

Kondisi ini dapat dijelaskan bahwa terjadi kondisi rupture adalah apabila

intensitas medan elektrik yang sangat kuat, melebihi potensi kritis transmembran

yang akan mengakibatkan reduksi ketebalan, mengecil pada membran dan

menyebabkan terjadinya peningkatan kreasi pore hydrophylic pada Lipid Bilayer sehingga terjadi kebocoran, rusak, rupture, sehingga arus lisrik mengalir dan akhinya memmbran menjadi irreversibel. Akibat terjadi kebocoran maka zat-zat kimia di dalam membran keluar sehingga escherichia coli mati. Dan bila dibandingkan dengan penelitian terdahulu sesuai dengan model simulasi untuk

bakteri umumnya berkisar 25 kV(Tarigan K, 2008)

4.5. Analisa Rangkaian RLC

Rangkaian pembentuk pulsa impuls umumnya dapat dibangun dengan

berbagai bentuk rangkaian seperti, rangkaian generator impuls RC, RLC, MARX

dan sebagainya.

Dalam penelitian ini rangkaian generator impuls adalah dengan

menggunakan rangkaian RLC. Generator ini membutuhkan tegangan tinggi DC

yang tegangan keluarannya dapat diatur, dan yang dipergunakan dalam penelitian

ini memiliki karakteristik dengan proses pelepasan muatan dalam waktu yang

(22)

DC dapat mencapai target atau membran sel dalam waktu yang sangat singkat

yaitu mikrodetik.

Dari gambar 3.2, rangkaian generator ini membutuhkan tegangan tinggi

DC, dimana tegangan tinggi DC dihasilkan dari penyearah atau dioda yang

tegangan keluarannya dapat diatur. Generator pembangkait impuls ini dilengkapi

dengan sela picu F. Sumber tegangan tinggi DC yang melalui resistor RP akan

mengisi kapasitor pemuat C, misalnya dalam hal rangkaian ini tegangan kapasitor

pemuatnya sebesar V. Jika sela picu diopersikan, maka sela elektrodaFterhubung singkat dalam waktu yang sangat singkat. Melalui sela picu ini muatan kapasitor

C dilepaskan ke rangkaian Rs, L, dan R0. Nilai resistor Rp dibuat besar untuk menghambat muatan yang datang dari sumber tegangan tinggi DC selama proses

pelepasan muatan dari kapasitorCberlangsung.

Karena pelepasan muatan dari kapasitor muatan C berlangsung dalam waktu yang sangat singkat dan nilai resistor Rp dibuat besar, maka muatan yang datang dari sumber tegangan DC dapat dianggap tidak ada. Karena itu selama

proses pelepasan muatan, tidak ada muatan yang sempat mengisi kapasitor

muatan C. Artinya, hanya muatan pada kapasitor pemuat C yang dilepaskan ke rangkaianRs,L,danR0.

Dari gambar 2.7 rangkaian Ekuivalen Generator Setelah Sela Picu Bekerja

nilai R, LdanC dapat diatur, tegangan keluaran generator sama dengan tegangan pada resistorR0yaitu

V0 = i R0

Bentuk gelombang yang dihasilkan persamaan 2-19 ditunjukkan pada

gambar 2.8. Dari gambar 2.8 dapat ditentukan lebar pulsa yaitu, mencari titik P

pada muka gelombang yang menunjukkan tegangan pulsa sama dengan 0,3 kali

tegangan puncak Vmaks, karena titik acuan waktu untuk tegangan pulsa petir tidak

sama dengan nol. Lalu dicari titik Q pada muka gelombang yang menunjukkan

tegangan pulsa sama dengan 0,9 kali tegangan puncak Vmaks. Lalu ditarik garis

lurus dari titik P ke titik Q sehingga memotong sumbu waktu. Titik potong garis

(23)

Suatu tegangan pulsa dinyatakan dengan tiga besaran, yaitu tegangan

puncak Vmaks, waktu muka Tf , dan waktu ekor Tt . Dan Tt adalah lamanya berlangsung impuls hubung buka dengan nilai tegangan lebih besar daripada

0,9Vmaks. Beberapa negara telah membakukan waktu muka dan waktu ekor ini.

Menurut IEC, waktu muka dan waktu ekor untuk tegangan impuls petir adalah;

Tf x Tt = 1,2 x 50µs sedangkan waktu muka dan waktu ekor untuk tegangan impuls hubung buka adalahTfxTt= 1,2 x 50µs.

Untuk nilai waktu mencapai tegangan maksimum diperoleh dengan

membuat turunan pertama persamaan 2-19 sama dengan nol (dV/dt=0), hasilnya adalah:

ܶ௙= ିଵିఈln஑

NilaiTf ini disubstitusikan ke dalam persamaan 2-19 yang menghasilkan

ܸ௠௔௞௦ =௏ோ((ିఈమାఈ)భߝ

ഀభ

ഀభషഀమ୪୬ಉమಉభ −ߝഀభషഀమഀమ ୪୬ಉమಉభ

Sedangkan untuk menetukan nilai R, L dan C adalah sebagai berikut.

Dalam merencanakan suatu generator impuls, terlebih dahulu ditentukan

spesifikasi tegangan keluarannya yaitu tegangan puncak (Vmaks), waktu muka gelombang Tf dan waktu ekor gelombang Tt. Disamping itu, ditentukan juga kapasitasnya(W)dan efesiensi tegangan generator (ߟ) yang diinginkan.

Dengan diketahuinya semua spesifikasi di atas, besarnya komponen R, L

dan C dapat ditentukan. Kapasitas generator impuls dinyatakan sebagai energi

yang tersimpan pada kapasitor pemuat, yaitu:

ݓ =ଵ

Dari persamaan 2-25 ini besar kapasitansi kapasitor pemuat C dapat

dihitung. Persamaan 2-22 menyatakan bahwa waktu muka gelombang tegangan

adalah

ܶ௙ =ିଵିఈln஑.

Salah satu instrumen dasar untuk menganalisa besaran – besaran dalam

(24)

adalah dengan menggunakan osiloskop. Berikut ini adalah foto gambar osiloskop

yang menggambarkan pulsa.

Gambar 4.11 osiloskop dan grafik pulsa.

Osiloskop merupakan rangkaian alat untuk pengukuran dan analisa bentuk

gelombang serta gejala lain dalam rangkaian elektronik dengan memanfaatkan

masukan berupa sinyal-sinyal listrik.

Tegangan adalah besaran beda potensial listrik, dinyatakan dalam volts

antara dua titik rangkaian. Tegangan diukur dari puncak kepuncak yaitu dari dari

titik puncak maksimum ke titik puncak minimum. Pengukuran tegangan

dilakukan dengan menghitung jumlah pembagi yang meliputi muka gelombang

pada bagian skala vertikal. Sinyal dapat diatur dengan mengubah–ubah kontrol

vertikal dan pengukuran terbaik dalam skala volts/div. Untuk mengukur

amplitudo puncak ke puncak sinyal sinus menggunakan rumus dibawah ini

Vpp = (jumlah div arah vertikal) x (Volts/div)

Pada saat pengukuran waktu dengan menggunakan skala horizontal pada

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari data yang didapat pada penelitian ini dan dari hasil analisa yang

diperoleh maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut.

5.1. Kesimpulan

1. Dari perlakuan yang diberikan terhadap objek penelitian mulai

dari tegangan 20 kV hingga tegangan 55kV sesuai dengan gambar 4.2

sampai dengan gambar 4.5 dengan intensitas medan elektrik 10.53kV/cm,

21,09kV/cm, 26,31kV/cm dan 28,9 kV/cm terjadinya efek medan elektrik

pada tingkat molekuler, dimana efek dari intensitas medan elektrik

mengakibatkan peningkatan potensial kritis transmembran sel

mengakibatkan reduksi ketebalan, mengecil pada membran sel dan

menyebabkan terjadinya peningkatan kreasi pore hydrophylic pada Lipid Bilayersehingga terjadi kebocoran, rusak, rupture.

2. Efek medan elektrik pada kondisi kritis dimana potensial

transmembran lebih besar dari 1,4kV akan mengakibatkan pengaruh

terhadap membran sel dan akan mengalami rupture dan kematian sel

bakteriescherichia coli.

5.2. Saran

Oleh karena keterbatasan penulis, penelitian ini dilakukan pada

membran sel bakteri dengan menggunakan medan elektrik, maka

diperlukan suatu penelitian tentang aplikasi medan elektrik pada kanker,

Gambar

Gambar 3.1 Alat Penghitung Koloni
Gambar 3.2 Model Rangkaian Penelitian
Gambar 3.4 Chamber bentuk silinder
Gambar 3.5 Distribusi Garis Ekuipotensial,V Medan Elektrik,E Ruang Sampel.
+7

Referensi

Dokumen terkait

SOAL 5-21 ( STANDAR BERNILAI- TAMBAH DAN STANDAR KAIZEN, BIAYA TAK BERNILAI – TAMBAH, VARIENSI VOLUM, KAPASITAS YANG TIDAK DIGUNAKAN ).

Kec.LLG Barat I Kayuara Lubuk Durian Lubuk Tanjung Tanjung Indah Tanjung Aman Lubuk Aman Pelita jaya Bandung Ujung Bandung Kiri Sukajadi Muara Enim.. Kecamatan Lubuklinggau Barat

Berdasarkan dari pengujian yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada sistem informasi monitoring perdagangan, pariwisata dan investasi Indonesia dengan

Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan uji coba penggunaan sistem bioremediasi untuk pengendalian mutu air media pemeliharaan ikan sidat dengan menggunakan

Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit Unit Usaha Bekri.. Kenampakan Brondolan Unit

Berdasar pada latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian yang dicapai yaitu untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi melalui model pembelajaran Concept

a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton adalah lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi seragam yang diikat oleh Mastik

Dokumen apa pun bentuknya pastilah disimpan dengan sebuah metode tertentu, dengan harapan bila dikemudian hari dokumen / data yang terkandung didalam dokumen diperlukan maka