• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran PHBS Rumah Tangga Warga Dusun Deres yang Bekerja sebagai Pemulung di TPA Blondo dengan Kejadian ISPA T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran PHBS Rumah Tangga Warga Dusun Deres yang Bekerja sebagai Pemulung di TPA Blondo dengan Kejadian ISPA T1 BAB II"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

9

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Perilaku

2.1.1 Definisi Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan jika dilihat dari segi biologis. Oleh sebab itu semua makhluk hidup berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas sendiri-sendiri. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Soekidjo Notoadmodjo, 2003 : 114 dalam Muliawan, 2008). Definisi lain menyebutkan perilaku merupakan respon atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya organisme (Robert Kwick, 1974 dalam Nanda 2015). Kemudian, organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau stimulus-organisme-respon

(Skinner, 1938 dalam Nanda, 2015). 2.1.2 Bentuk Perilaku

(2)

dari luar subyek tersebut. Skinner, 1938 yang dikutip dari Soekidjo Notoadmodjo, 2003 : 118 dalam Muliawan, 2008 mengemukakan perilaku merupakan hasil dari hubungan antara perangsang (stimulus) dengan tanggapan (respon) dari respon. Perilaku membedakan adanya dua respon, yakni :

1. Respondent response atau reflexive response

Respondent response yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Respondent response (respondent behavior) ini mencakup emosi respon atau emotional behavior.

2. Operant response atau instrumental response

Operant response yaitu respon yang timbul dan perkembangannya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang tersebut mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan. Operant response atau instrumental response berbentuk dua macam yaitu :

2.1) Betuk pasif

Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain.

2.2) Bentuk aktif

(3)

2.1.3 Pengertian Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Soekidjo Notoadmodjo, 2003 : 117 dalam Muliawan, 2008).

Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit (Depkes RI 2002 : 3 dalam Muliawan, 2008).

2.1.4 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Beckermemuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, dan membedakannya menjadi tiga, (Soekidjo Notoadmodjo, 2010 dalam Maaruf, 2014)yaitu :

1) Perilaku sehat (health behavior)

Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, antara lain :

a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet) b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup

c. Tidak merokok dan meminum minuman keras serta menggunakan narkoba

(4)

e. Pengendalian atau manajemen stress

f. Perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan

2) Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan lainnya. Pada saat orang sakit atau anaknya sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain : a. Didiamkan saja (no action)

b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment/self medication).

c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi 2, yakni : tradisional dan pelayanan kesehatan modern atau professional.

3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles), yang mencakup hak-haknya (rights), dan kewajiban sebagai orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit antara lain :

(5)

b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan c. Mengetahui haknya sebagai pasien antara lain

memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi

d. Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya

2.1.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1) Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

(6)

Kesehatan di masyarakat (Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI, 2016).

2) Indikator PHBS

Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktivitas pokok yang dijalankan telah sesuai dengan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan(Depkes RI 2002 : 21, dalam Muliawan 2008). Indikator merupakan suatu alat ukur menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

2.1.6 PHBSPada Tatanan Rumah Tangga

1) Definisi PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga

PHBS di tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota keluarga agar sadar, mau dan mampu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006 : 3, dalam Mulyawan, 2008).

2) Indikator PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga

(7)

adalah suatu alat ukur atau merupakan suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga. Indikator PHBS tatanan rumah tangga diarahkan pada aspek program prioritas yaitu :

1. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) 2. Gizi

3. Kesehatan lingkungan 4. Gaya hidup

5. Upaya kesehatan masyarakat

Indikator PHBS tatanan rumah tangga yang digunakan di Jawa Tengah terdapat 16 variabel, yang terdiri dari 10 indikator nasional dan 6 indikator lokal Jawa Tengah.

2.1) Indikator Nasional

1. Bagi ibu hamil pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga/petugas kesehatan

2. Bagi rumah tangga yang memiliki bayi, bayi mendapat ASI eksklusif (0-6 bulan)

3. Anggota rumah tangga mengonsumsi beranekaragam makanan dalam jumlah cukup untuk mencapai gizi seimbang 4. Anggota rumah tangga menggunakan/memanfaatkan air

bersih

(8)

6. Anggota rumah tangga menempati rumah minimal 9 m2 per orang

7. Anggota rumah tangga menggunakan lantai rumah kedap air 8. Anggota rumah tangga melakukan aktivitas fisik/olahraga 9. Anggota rumah tangga tidak merokok

10. Anggota rumah tangga menjadi pesrta JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan)

2.2) Indikator Lokal Jawa Tengah 1. Penimbangan balita

2. Anggota rumah membuang sampah pada tempat yang semestinya

3. Anggota rumah tangga terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB

4. Anggota rumah tangga tidak minum miras dan tidak menyalahgunakan Narkoba

5. Anggota rumah tangga menggosok gigi minimal 2 kali sehari 6. Anggota rumah tangga melakukan PSN (Pemberantasan

Sarang Nyamuk) (Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga Dinkes Jateng 2010, dalam Auliya 2012).

(9)

Daerah (UPTD) maka telah dikembangkan menjadi 16 indikator yang dapat digunakan untuk rnengukur perilaku sehat yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 PHBS Tatanan Rumah Tangga Provinsi Jawa Tengah

No Indikator Pertanyaan Indikator

I KIA dan Gizi

1 Persalinan oleh Nakes

Pertolongan oleh tenaga kesehatan (bidan,dokter) dan bagi rumah tangga yang tidak/belum pernah hamil/mengerti kalau hamil harus diperiksa oleh tenaga kesehatan 2 K4 Memeriksakan kehamilan minimal 4× selama kehamilan dan bagi rumah tangga yang tidak mempunyai ibu hamil, mengerti maksud dari K4 (memeriksakankehamilan minimal 4×)

3 ASI Eksklusif Bayi memperoleh ASI eksklusif sejak usia 0-6 bulan tanpa makanan tambahan lain dan bagi rumah tangga yang tidak mempunyai bayi mengerti tentang ASI eksklusif

4 Penimbangan Balita

Balita ditimbang secara teratur dan bagi rumah tangga yang tidak mempunyai balita mengerti tentang penimbangan balita contohnya di posyandu

5 Gizi Mengonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah cukup dengan gizi seimbang (mengganti menu makanan setiap hari)

II Kesehatan Lingkungan

6 Air bersih Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari

7 Jamban sehat Menggunakan jamban sehat (leher angsa dengan septictank dan terjaga kebersihannya)

8 Sampah Membuang sampah pada tempatnya 9 Lantai rumah Menggunakan lantai rumah kedap air

III Gaya Hidup

10 Aktivitas fisik Melakukan olahraga/aktivitas fisik (bersepeda, berjalan kaki, mencangkul, menyapu, dan kegiatan rumah tangga lainnya)

(10)

merokok merokok atau tidak merokok di dalam rumah, dan rumah bebas dari asap rokok 12 Cuci tangan Mencuci tangan menggunakan sabun

sebelum makan dan sesudah BAB 13 Kesehatan

gigi dan mulut

Menggosok gigi minimal 2x sehari (masing-masing anggota keluarga memiliki 1 sikat gigi)

14 Tidak miras/ narkoba

Anggota rumah tangga tidak meminum minuman keras/miras dan tidak menyalahgunakan narkoba

IV Upaya Kesehatan Masyarakat

15 Dana sehat Anggota rumah tangga menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) misalnya dana sehat

16 PSN Melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) minimal seminggu sekali

(Tim Field Lab UNS, 2013) 2.3) Tinjauan Tentang 16 indikator PHBS Jawa Tengah

2.3.1 Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

(11)

Jika melakukan empat kali pemeriksaan kehamilan kepada petugas kesehatan terlatih, persalinan dilakukan di tempat yang memiliki fasilitas peralatan cukup serta ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter, dan atau bidan dan dilakukan pemeriksaan secara berkala terhadap ibu dan bayi selama 24 jam setelah kelahiran. Jika ibu sudah siap akan melahirkan, ia dianjurkan untuk didampingi oleh orang yang ia pilih sendiri untuk membantunya selama proses dan sesudah kelahiran. Secara khusus pendamping dapat membantu dalam tiga hal, yaitu memberi makan dan minum, membantu teknik pernafasan yang sesuai dengan tahapan proses kelahiran, serta membantu mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan sesuai dengan nasihat penolong persalinan terlatih (Kemenkes, 2010).

2.3.2 Pemeriksaan Kehamilan Minimal 4 Kali (K4)

(12)

Ketika kehidupan ibu muda mulai aktif, mereka memerlukan informasi tentang kehamilan dan risiko penyakit menular seksual, termasuk HIV. Mereka hendaknya mampu mengenal gejala awal kehamilan. Bila ternyata hamil, mereka harus dibantu untuk mendapatkan perawatan kehamilan sejak awal kehamilan dari petugas kesehatan terlatih. Ia harus belajar juga tentang tahap-tahap kehamilan yang normal dan bagaimana cara merawat kesehatan diri sendiri serta bayinya selama hamil, selain mengetahui pula tanda bahaya kehamilan (Kemenkes, 2010).

Ibu hamil sekurang-kurangnya melakukan empat kali kunjungan pemeriksaan kehamilan kepada petugas kesehatan terlatih. Pemeriksaan kehamilan yang pertama harus dilakukan sesegera mungkin. Sebaiknya dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Pemeriksaan kedua pada trimester kedua dan dua kali pemeriksaan pada trimester ketiga (Kemenkes, 2010).

2.3.3 Pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif

(13)

serta melindungi terhadap penyakit. ASI mengandung keseimbangan gizi sempurna untuk bayi, berbeda dengan susu formula, susu bubuk atau susu hewan (Kemenkes, 2010).

Bayi usia0–6 bulan tidak memerlukan air atau makanan lainnya (seperti air teh, jus, air gula, air anggur, air beras, susu lain, atau bubur), bahkan walaupun berada di daerah yang beriklim

panas sekalipun, ASI sudah dianggap memenuhi seluruh kebutuhan bayi (Kemenkes, 2010).

ASI mudah dicerna bayi. Berbeda dengan susu formula yang berasal dari susu hewan yang lambat dan lebih dicerna. Dibandingkan dengan susu formula. ASI dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit, karena ASI mengandung antibodi untuk kekebalan anak. Zat antibodi ini tidak terdapat dalam jenis susu yang lain (Kemenkes, 2010).

(14)

2.3.4 Penimbangan Balita Secara Teratur

Seorang anak seharusnya tumbuh dan bertambah berat badannya dengan pesat. Sejak lahir sampai dengan usia dua tahun, anak seharusnya ditimbang secara teratur untuk mengetahui pertumbuhannya. Setelah balita ditimbang selanjutnya akan dicatat di buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau buku KMS (Kartu

Menuju Sehat). Dari buku tersebut akan terlihat perkembangannya naik atau tidak naik (Aldila, 2015).

Penimbangan balita sangat bermanfaat untuk mengetahui apakah balita memiliki tumbuh kembang sehat, selain itu mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita. Balita dengan berat badan selama dua bulan berurut-urut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai gizi buruk dapat segera dirujuk ke puskemas (Aldila, 2015).

1.3.5 Mengonsumsi Beraneka Ragam Makanan Dalam Jumlah Cukup Dengan Gizi Seimbang

(15)

Mengonsumsi beranekaragam makanan dalam prinsip ini selain keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Berbagai makanan yang dikonsumsi beragam baik antar kelompok pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah) maupun dalam setiap kelompok pangan (Kemenkes, 2014).

Contoh - contoh kelompok pangan:

1. Makanan pokok antara lain: Beras, kentang, singkong, ubi jalar, jagung, talas, sagu, sukun.

2. Lauk pauk sumber protein antara lain: Ikan, telur, unggas, daging, susu dan kacang-kacangan serta hasil olahannya (tahu dan tempe).

3. Sayuran adalah sayuran hijau dan sayuran berwarna lainnya. 4. Buah-buahan adalah buah yang berwarna (Kemenkes, 2014).

2.3.6 Penggunaan Air Bersih

(16)

memiliki konstruksi yang baik dan terpelihara. Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu agar bibit penyakit mati. Pengolahan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti memasak sampai mendidih, menjemur di bawah terik matahari (sodis), membubuhkan disinfektan, menyaring dengan saringan pasir (bio sand filter) (Kemenkes, 2014).

Keluarga dan masyarakat dapat memelihara sumber air dengan cara :

1. Membuat sumur gali berbibir dengan lantai yang kedap air, sumur diberi tutup, dan memasang pompa tangan atau pompa listrik.

2. Menghindarkan pencemaran sumber air dari tinja dan air buangan rumah tangga.

3. Membuat jamban dengan jarak minimum 10 meter jauhnya dari sumur gali.

4. Gayung, tali, dan ember untuk menyimpan air sebaiknya diletakkan di tempat yang bersih dan tidak di tanah.

5. Kandang binatang peliharaan tidak dibuat di dekat sumber air dan tempat tinggal keluarga.

6. Hindarkan penggunaan pestisida atau bahan kimia di dekat sumber air.

(17)

Keluarga dapat menjaga kebersihan air di rumah dengan cara:

1. Menyimpan air minum di bak yang bersih dan tertutup.

2. Mengambil air bersih dari bak hanya dengan gayung yang bersih.

3. Memasang kran di bak air dan membersihkan tempat

penampungan air minimal satu kali seminggu.

4. Melarang siapa pun memasukkan tangan ke dalam bak atau langsung minum dari bak.

5. Menjauhkan binatang dari penyimpanan air (Kemenkes,2014).

2.3.7 Penggunaan Jamban Sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas ruang jongkok/tempat duduk yang dilengkapi dengan tempat penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Penggunaan jamban bermanfaat untuk menjaga lingkungan tetap bersih, sehat, dan tidak berbau. Jamban mencegah pencemaran sumber air yang ada di sekitarnya (Aldila, 2014).

(18)

dan masuknya lalat (jika jambannya bukan jamban leher angsa), dan tersedia sabun untuk cuci tangan. Jika tidak ada jamban, tinja harus dikubur. Keberadaan jamban harus dipelihara agar tetap bersih dan sehat. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air. Di dalam jamban tidak ada kotoran terlihat, tidak ada serangga dan tikus berkeliaran. Jamban harus memiliki syarat kesehatan, diantaranya:

1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter). 2. Tidak berbau

3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus 4. Tidak mencemari tanah sekitarnya

5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan 6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung 7. Penerangan dan ventilasi yang cukup 8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai

9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih (Aldila, 2015).

2.3.8 Pembuangan Sampah

(19)

mungkin mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga dengan melakukan 3R:Reduce, Reuse, Recycle (Mengurangi, Memanfaatkan kembali, Mendaur ulang), misalnya dengan membuat pupuk kompos (Kemenkes, 2014).

Pemeliharaan kebersihan rumah tangga dan sekitarnya, yang bebas dari tinja, sampah dan air limbah, membantu

pencegahan penyakit seperti diare, demam berdarah, dan malaria. Air limbah rumah tangga dapat dibuang secara aman dengan membuat saluran pembuangan yang tertutup dan tidak menimbulkan genangan air di sekitarnya sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak serangga atau mencemari lingkungan dan air bersih (Kemenkes, 2014).

2.3.9 Penggunaan Lantai Rumah Kedap Air

(20)

yang rusak, selain itu mengeluarkan gas-gas seperti redon (Kusnoputranto 2000 dalam Aldila 2015).

Rumah dengan kondisi lantai yang tidak permanen mempunyai kontribusi yang besar terhadap penyakit pernapasan, karena debu yang dihasilkan dari lantai tanah terhirup dan menempel pada saluran pernapasan. Akumulasi debu tersebut

akan menyebabkan elastisitas paru menurun dan menyebabkan kesukaran bernapas (Nurjazuli 2009 dalam Aldila 2015).

2.3.10 Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari

Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari, sehingga dapat menyehatkan jantung, paru-paru dan organ tubuh lainnya. Jika lebih banyak waktu yang digunakan untuk beraktivitas fisik maka manfaat yang diperoleh juga lebih banyak (Aldila, 2015).

(21)

rohani, dan sosial. Beberapa keuntungan dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur diantanya:

1. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosisi, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis, dll

2. Berat badan terkendali

2. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat

3. Bentuk tubuh menjadi bagus 4. Lebih percaya diri

5. Lebih bertenaga dan bugar

6. Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik (Aldila, 2015).

2.3.11 Perilaku Merokok

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang menjadi kebutuhan dasar derajat kesehatan masyarakat, salah satu aspeknya adalah tidak ada anggota keluarga yang merokok. Namun dalam kenyataannya, meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih ditolerir oleh masyarakat (BKKBN, 2007).

(22)

tar yang bersifat karsinogenik. Beberapa risiko kesehatan bagi perokok berdasarkan hasil Survei Sosial EkonomiNasional tahun 2004 antara lain :

 Menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru kronik dan

emfisima pada tahun 2001,

 Merokok merupakan penyebab dari sekitar 5% stroke di

Indonesia.

 Wanita yang merokok mungkin mengalami penurunan atau

penundaan kemampuan hamil, pada pria meningkatkan risiko impotensi sebesar 50%.

 Ibu hamil yang merokok selama masa kehamilan ataupun

terkena asap rokok dirumah atau di lingkungannya beresiko mengalami proses kelahiran yang bermasalah.

 Seorang bukan perokok yang menikah dengan perokok

mempunyai risiko kanker paru sebesar 20–30% lebih tinggi daripada mereka yang pasangannya bukan perokok dan juga risiko mendapatkan penyakit jantung.

 Lebih dari 43 juta anak Indonesia berusia 0–14 tahun tinggal

(23)

2.3.12 Perilaku Mencuci Tangan

Kedua tangan kita sangat penting untuk membantu menyelesaikan berbagai pekerjaan. Makan dan minum sangat membutuhkan kerja dari tangan. Jika tangan kotor maka tubuh akan sangat berisiko terhadap masuknya mikroorganisme. Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan/mengurangi

mikroorganisme yang menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Dengan menggunakan sabun, kuman yang menempel di tangan dapat mati

terbunuh (Aldila, 2015).

Kebiasaan cuci tangan sebelum makan menggunakan air dan sabun memiliki peranan penting dalam kaitannya dengan pencegahan penyakit. Karena dengan mencuci tangan menggunakan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri, dan parasit lainnya pada kedua tangan. Berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan cuci tangan menggunakan sabun diantaranya diare, kolera, disentri, typus, kecacingan, penyakit kulit, flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan ISPA (Aldila, 2015).

(24)

1. Saat tangan terasa kotor (setelah memegang uang, binatang, berkebun, dll)

2. Setelah buang air besar

3. Setelah menceboki bayi atau anak 4. Sebelum makan dan menyuapi anak 5. Sebelum memegang makanan 6. Sebelum menyusui bayi 7. Sebelum menyuapi anak

7. Setelah bersin, batuk, dan membuang ingus

8. Setelah bermain, memegang, dan memberi makan hewan peliharaan (Aldila, 2015).

2.3.13 Kesehatan Gigi dan Mulut

Menjaga kebersihan gigi dan mulut setiap hari dengan benar merupakan tindakan pencegahan paling utama terhadap penyakit gigi dan mulut khususnya karies gigi dan penyakit periodontal. Untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, maka tindakan paling tepat untuk dilaksanakan adalah menyikat gigi. Menyikat gigi sebaiknya dilakukan secara teratur 2 kali sehari yaitu pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur (PPGI NTT, 2016).

(25)

tersebut dipakai oleh orang lain. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak bergantian dalam memakai sikat gigi atau satu orang harus memakai satu sikat gigi (Moestavi, 2016).

2.3.14 MengonsumsiMinuman Keras dan Narkoba

Kandungan minuman beralkohol yaitu metanol bila dicerna

tubuh akan menjadi formaldehyde atau formalin yang beracun, berbahaya bagi kesehatan. Reaksinya dapat merusak jaringan saraf pusat, otak, pencernaan, hingga kasus kebutaan, terang dr. Eka Viora. Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp.J (K) menyatakan bahwa pada dasarnya kebiasaan minum minuman beralkohol sangat merugikan kesehatan. Terlalu banyak konsumsi alkohol sendiri dapat menurunkan kemampuan berpikir dan gangguan perilaku. Jika konsumsi berlebihan, bisa menyebabkan seseorang hilang kesadaran, kejang, hingga meninggal dunia. Penyakit serius lainnya yang disebabkan oleh alkohol diantaranya, tukak lambung, kerusakan pada hati, hingga komplikasi gangguan psikiatri berat (Kemenkes, 2016).

2.3.15 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

(26)

setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu (Depkes, 2016).

Jaminan Kesehatan nasional (JKN) BPJS, mempunyai multi manfaat, secara medis dan maupun non medis. Ia mempunyai manfaat secara komprehensif; yakni pelayanan yang diberikan bersifat paripurna mulai dari preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Seluruh pelayanan tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya iuran bagi peserta. Promotif dan preventif yang diberikan bagi upaya kesehatan perorangan (personal care) (Depkes, 2016).

2.3.16 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Untuk mencegah anak-anak dan anggota keluarga lainnya terserang penyakit demam berdarah (DBD), maka dapat dilakukan 3M Plus:

(27)

c. Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan, atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, seperti kaleng bekas, plastik bekas, dan lain-lain. d. Plus.

1. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung, dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali.

2. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.

3. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan lain-lain misalnya dengan tanah.

4. Membersihkan/mengeringkan tempat-tempat yang dapat menampung air, seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekarangan, kebun, dan lain-lain. 5. Melakukan larvasidasi, yaitu membubuhkan bubuk

pembunuh nyamuk (abate atau lainnya) di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air.

6. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.

7. Memasang kawat kasa di jendela dan tempat yang terbuka.

(28)

2.2 Tinjauan Mengenai pemulung

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemulung adalah orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta memanfaatkan barang bekas (seperti puntung rokok) dengan menjualnya kepada pengusaha yang akan mengolahnya kembali menjadi barang komoditas (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Pemulung adalah orang yang mengumpulkan bahan-bahan bekas dari berbagai lokasi pembuangan sampah yang masih bisa dimanfaatkan untuk mengawali proses penyalurannya ke tempat-tempat produksi (daur ulang) (Wurdjinem, 2001 dalam Taufik, 2013). Jika dilihat tempat pemulung bekerja sangat tidak memenuhi standar kesehatan dan lingkungan terkesan kumuh. Faktor yang ikut menentukan seseorang bekerja sebagai pemulung antara lain dalah tingkat pendidikan yang rendah serta keterbatasan pada modal maupun skill yang mereka miliki (Taufik, 2013).

(29)

2.3 Tinjauan Tentang TPA

TPA merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik (SATKER PLPP Jateng). TPAadalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah. TPA merupakan mata rantai terakhir dari pengolahan sampah perkotaan sebagai sarana untuk menimbun atau mengolah sampah. Proses sampah itu sendiri mulai dari timbulnya di sumber – pengumpulan – pemindahan/pengangkutan – pengolahan – pembuangan (TPA Wisata Edukasi Talangangung, 2016).

2.3.1 Gambaran Mengenai TPA Blondo

TPA Blondo adalah salah satu lokasi pembuangan akhir sampah yang berlokasi di Dusun Blondo, Desa Kandangan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Lokasi TPA berjarak kurang lebih 2,5 km dari jalan regional Semarang–Bawen.

(30)

TPAberupa jalan aspal dengan kondisi cukup baik meskipun di beberapa titik terdapat lubang di tengah jalan. Penduduk terdekat dari lokasi TPA berjarak kurang lebih 600 meter. TPA Blondo direncanakan menggunakan lahan seluas kurang lebih 9 hektar. Sedangkan sekarang yang digunakan baru sekitar 5 hektar (Dinas Cipta Karya Perumahan dan Kebersihan Kabupaten Semarang, 2011).

(31)

2.4 Tinjauan Mengenai ISPA

2.4.1 Definisi ISPA

ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. Namun demikian, di dalam pedoman ini, ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia (WHO, 2008).

2.4.2 Klasifikasi ISPA

Menurut Ditjen P2PL 2009 dan Depkes 2002 dalam Aldila 2015, penyakit ISPA diklasifikasikan menjadi tiga, diantaranya : a. ISPA Ringan

(32)

b. ISPA Sedang

ISPA sedang memiliki tanda dan gejala seperti ISPA ringan namun ditambah satu atau lebih gejala berikut seperti pernapasan yang cepat lebih dari 50 kali/menit atau lebih (tanda utama) pada umur <1 tahun dan 40 kali/menit pada umur 1–5 tahun, panas 390 C atau lebih, wheezing,

tenggorokan berwarna merah, telinga sakit dan mengeluarkan cairan, timbul bercak di kulit menyerupai campak, dan pernapasan berbunyi mencuit-cuit dan seperti mengorok. c. ISPA Berat

ISPA berat memiliki tanda dan gejala seperti ISPA sedang namun ditambah satu atau lebih dari tanda dan gejala seperti penarikan dada ke dalam pada saat menarik napas sebagai tanda utama, adanya stidor atau mengeluarkan napas seperti mengorok, serta tidak ada nafsu makan.

2.4.3 Etiologi

(33)

sedangkan, untuk virus diantaranya Influenza dan Sinsitialvirus. Organisme penyebab ISPA tadi kemudian akan masuk dan menempel pada saluran pernapasan atas sehingga terjadi peradangan yang disertai demam. Infeksi dapat menjalar ke paru-paru dan menyebabkan pernapasan terhambat, kekurangan oksigen, sehingga menyebabkan kejang bahkan jika tidak segera mendapatkan pertolongan akan menyebabkan kematian.

2.4.4 Patogenesis

ISPA sebagai penyakit menular sebagaian besar ditularkan melalui droplet, kontak langsung, termasuk kontaminasi tangan yang diikuti oleh inokulasi tidak sengaja dan aerolsol pernapasan infeksius dalam jarak dekat (WHO, 2007 dalam Aldila, 2015). Selain itu menurut P2PL 2009 dalam Aldila 2015, ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke dalam saluran pernapasan.

(34)

Gambar 2.1. Manajemen Penyakit Berbasis Lingkungan

Perjalanan klinik penyakit ISPA dimulai dengan interaksi antara virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernapasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran napas bergerak ke atas mendorong virus kearah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus dapat merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan. Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan peningkatan aktivitas kelenjar mukus, yang banyak terdapat pada dinding saluran pernapasan. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut dapat menimbulkan gejala batuk sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Media Transmisi Sumber

Penyakit

Komponen Lingkungan

Penduduk Sakit atau Sehat

(35)

Adanya infeksi virus merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernapasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran paernapasan atas seperti Streptococcus pneumonia, Haemophylus influenza, dan Staphylococcus menyerang mukosa yang telah rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran pernapasan sehingga timbul sesak napas dan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya faktor-faktor seperti cuaca dingin dan malnutrisi.

(36)

2.4.5 Tanda dan Gejala

Menurut Depkes RI 2007 dalam Aldila 2015, setelah virus muncul dan berkembangbiak, anak akan mengalami beberapa gejala dan tanda yang mudah dikenali, diantaranya:

a. Hidung ingusan (pertama kali ingusnya jernih, kemudian kental dan sedikit berwarna)

b. Bersin-bersin

c. Demam ringan (38,3–38,90C), khususnya pada malam hari

d. Penurunan nafsu makan e. Mata merah

f. Nyeri tenggorok dan sulit menelan g. Batuk

h. Peka rangsang yang hilang timbul i. Pembesaran kelenjar yang ringan

(37)

2.4.6 Faktor yang Mempengaruhi ISPA

Banyak faktor yang berperan dalam kejadian ISPA baik itu fakor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

2.4.6.1 Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh balita yang memberikan pengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA pada balita. Faktor intrinsik adalah faktor yang meningkatkan kerentanan (suscepbility) penjamu terhadap kuman penyebab faktor ini terdiri dari status gizi balita, status imunisasi balita, riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan umur balita (Notoatmodjo, Soekidjo, 2003:121 dalam Aldila, 2015).

a. Status Imunisasi

(38)

kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh(Notoatmodjo, Soekidjo, 2003:121 dalam Aldila, 2015). b. Riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat badan lahir menentukan pertumbuhan, perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan BBLRmempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama pada bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan. Menurut Almatsier, apabila daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun, maka sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga mudah terserang infeksi. Pada hal ini dapat mengakibatkan kematian(Notoatmodjo, Soekidjo, 2003:121 dalam Aldila, 2015).

c. Status Gizi

(39)

sosial ekonomi rendah (kemiskinan), pola asuh yang tidak memadahi (pengetahuan dan ketrampilan ibu mengenai gizi masih rendah), sanitasi dan pelayanan kesehatan dasar yang kurang memadahi. Balita dengan gizi buruk atau kurang (malnutrisi) akan lebih mudah terkena penyakit infeksi dibandingkan dengan balita dengan gizi baik, hal ini disebabkan karena gizi kurang berhubungan positif terhadap daya tahan tubuh(Notoatmodjo, Soekidjo, 2003:121 dalam Aldila, 2015).

2.4.6.2 Faktor Ekstrinsik

(40)

a. Status ekonomi

Status ekonomi sulit untuk dibatasi. Hubungan dengan kesehatan juga kurang nyata. Namun yang jelas adalah kemiskinan erat hubungannya dengan penyakit, hanya sulit dianalisa yang mana sebab dan yang mana akibat. Status ekonomi menentukan kualitas makanan, kepadatan hunian, gizi, taraf pendidikan, fasilitas air besih, sanitasi, dan kesehatan(Notoatmodjo, Soekidjo, 2003:121 dalam Aldila, 2015).

b. Pendidikan

(41)

sekolah, atau universitas. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah dalam bentuk lingkungan keluarga. Pendidikan ini berlangsung tanpa pendidik, tanpa suatu program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, dan tanpa evaluasi yang formal dalam bentuk ujian(Notoatmodjo, Soekidjo, 2003:121 dalam Aldila, 2015).

c. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang terpenting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, Soekidjo, 2003:121 dalam Aldila, 2015).

d. Perilaku

(42)

2.4.7 Petanalaksanaan ISPA

Prinsip penanganan ISPA secara umum adalah: 1. Istirahat yang cukup minimal 8 jam perhari

2. Memberikan makanan yang bergizi tinggi. Sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.

3. Memberikan asupan cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak. Selain itu memberikan asupan cairan diberikan untuk mencegah bertambah parahnya penyakit karena kekurangan cairan.

4. Memberikan obat batuk yang aman. Contohnya obat batuk herbal. Selain itu ramuan tradisional juga dapat digunakan, yang terdiri dari jeruk nipis setengah sendok teh yang dicampur dengan kecap atau madu, diberikan 3 kali sehari. 5. Mengatasi panas atau demam dengan memberikan

parasetamol yang diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Selain itu juga bisa menggunakan kompres dengan kain bersih yang dicelupkan pada air (tidak perlu air es).

6. Pemeriksaan ISPA oleh dokter, apabila penderita memiliki gejala ISPA sedang sampai berat.

(43)

2.4.8 Pencegahan ISPA

Cara-cara untuk mencegah penyakit ISPA adalah: 1. Hindari paparan udara tercemar

Udara yang sudah tercemar polusi menjadi salah satu hal yang penting untuk dihindari. Apabila berada di wilayah yang memiliki udara berpolusi maka penting untuk menggunakan face mask/ masker khusus dengan system filter yang mampu mengoptimalkan penyaringan udara yang dihirup dan menekan asupan udara berpolusi dalam pernafasan.

2. Hindari interaksi dengan pengidap ISPA

Proses penularan bakteri atau virus penyebab ISPA bisa dengan mudah terjadi hanya melalui udara. Penularan terjadi hanya melalui partikel kecil yang keluar dari pasien ISPA ketika batuk atau bersin.

3. Hindari merokok

Rokok mengandung begitu banyak toksin dan asapnya mengandung banyak mineral dan logam berbahaya yang ketika terhirup bisa meracuni pernafasan. Zat-zat berbahaya dalam kandungan rokok dapat menurunkan fungsi pertahanan tubuh dalam melawan virus dan bakteri.

4. Tingkatkan daya tahan tubuh

(44)

system pertahanan tubuh ketimbang dengan pengobatan medis. Karenanya cara terbaik melawan ISPA adalah dengan meningkatkan kondisi pertahanan tubuh seperti dengan memaksimalkan konsumsi makanan dengan vitamin C yang tinggi dengan kadar antioksidan tinggi yang baik untuk daya tahan tubuh seperti flavonoid, terpenoid atau antosianin. 5. Hindari makanan dengan kadar toksin tinggi

(45)

2.5 Kerangka Teori

v

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber : Nanda 2015 tentang konsep perilaku, Muliawan 2008 tentang perilaku kesehatan dan PHBS nasional lokal spesifik, Tim Field Lab UNS 2013 tentang strata PHBS tatanan rumah tangga Jawa Tengah, Kementrian Kesehatan RI 2011, Taufik 2013, SATKER PLPP Jateng 2016.

(46)

2.6 Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis, penelitian tentang Gambaran PHBS Rumah Tangga Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai Pemulung di TPA Blondo dengan kejadian ISPA belum pernah dilakukan di Kota Salatiga. Penelitian ini difokuskan kepada bagaimana gambaran PHBS rumah tangga warga Dusun Deres yang bekerja sebagai pemulung di TPA Blondo. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah :

Tabel 2.2 Keaslian Penelitian

No. Peneliti Judul Penelitian Desain Penelitian

2. Mayoritas responden adalah perempuan (87,7%)

3. Jenis pekerjaan terbanyak adalah pemulung sebanyak 45 responden (55,5%) sedangkan pekerjaan terendah adalah pegawai sebanyak 2 responden (2,46%).

4. Tingkat pendidikan terbesar adalah tamat SD sebanyak 24 responden (29,6%)

(47)

terbanyak adalah dengan jumlah anggota keluarga 2-4 orang sebanyak 49 responden (60,5%)

6. Angka tertinggi jumlah penghsilan rata-rata adalah Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.00,00

7. Kategori Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat di sekitar TPA Putri Cempo termasuk sehat paripurna sebanyak 41 responden (50,6%)

berumur antara 18 – 40 tahun sebanyak 52 responden (74,3%)

2. Sebagian besar rsponden tingkat pendidikannya yaitu SMA sebanyak 30 responden (42,9%)

(48)

Kelurahan Parangloe Kecamatan Tamalanrea Kota Makasar

Deskriptif orang (16,3%)

2. Berdasarkan kelompok umur, maka kelompok umur yang paling sedikit adalah kelompok umur <20 tahun dan kelompok umur >50 tahun dengan presentase yang hampir sama (4,9% dan 8,0%)

3. Berdasarkan pendidikan responden, maka yang paling banyak adalah berlatar pendidikan tamat SD/MI yaitu sebanyak 105 orang (30%) dan yang paling sedikit adalah dengan latar belakang pendidikan tamat Akademi/PT yang hanya 10 orang (2,8%).

4. Berdasarkan pekerjaan, maka yang paling banyak adalah tidak bekerja/IRT yaitu sebanyak 244 orang (69,7%) dan yang paling sedikit adalah TNI/Polri dan nelayan yang masing-masing hanya 1 orang (0,3%).

5. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, penolong persalinan paling banyak dilakukan oleh dokter yaitu 160 orang (45,7%), kemudian diikuti oleh dukun yaitu 100 orang (28,6%) dan bidan yaitu 90 orang (25,7%).

(49)

tidak memiliki bayi atau balita sebanyak 79 orang (22,6%). Dari 271 responden yang memiliki bayi atau balita sebanyak 247 orang (91,1%) yang memberikan ASI eksklusif, sedangkan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 24 orang (8,9%).

7. Sumber air bersih yang paling banyak digunakan oleh responden adalah ledeng/PDAM yaitu sebanyak 326 orang (93,1%), sedangkan hanya 8 orang (2,3%) yang menggunakan sumur gali sebagai sumber air bersih.

8. Dari 350 responden sebanyak 287 orang (82%) yang memiliki jamban di dalam rumah sedangkan sisanya yaitu 63 orang (18%) tidak memiliki jamban. Sebanyak 317 orang menggunakan jamban sehat, sedangkan yang tidak menggunakan jamban sehat ada 33 orang (9,4%).

(50)

paling jarang dilakukan adalah mengubur benda-benda yang dapat menampung air hujan yaitu hanya 7 orang (2%). 10. Dari 350 responden sebanyak 233 orang (66,6%) yang makan sayur setiap hari sedangkan yang tidak makan sayur setiap hari ada 117 orang (33,4%). 11. Aktivitas fisik yang paling sering dilakukan oleh responden setiap hari adalah berjalan kaki yaitu sebanyak 345 orang (98,6%), kemudian berturut-turut naik turun tangga sebanyak 140 orang (40%) dan membersihkan rumah sebanyak 71 orang orang (20,3%). 12. Sebanyak 252 orang (72%) memiliki anggota keluarga yang merokok sedangkan sisanya yaitu 98 orang (28%) memiliki anggota keluarga yang tidak merokok.

(51)
(52)

Gambar

Tabel 2.1 PHBS Tatanan Rumah Tangga Provinsi Jawa Tengah
gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.1. Manajemen Penyakit Berbasis Lingkungan
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan di Kota Tanjungpinang, tepatnya pada Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Mikro Kota TanjungPinang, karena penulis melihat masih banyak

Kedua produk crackers diuji tingkat kesukaannya dengan menggunakan uji hedonik meliputi warna, aroma, rasa, kerenyahan, dan produk yang lebih disukai selanjutnya

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai pemberian level protein dalam ransum dan penambahan lama pencahayaan di malam hari yang tepat untuk

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang ayam (model panggung), timbangan, sprayer, ember, thermometer, buku, pisau, tempat pakan, tempat minum

Selain menggunakan data sekunder, pengembangan model simulasi sistem dinamik juga didasarkan atas faktor-faktor konversi, serta data berbagai hasil penelitian terdahulu baik dari

Tingginya angka golput ini menunjukkan apatisme dari masyarakat di tengah pesta demokrasi, karena sesungguhnya pemilu merupakan wahana bagi warga negara untuk menggunakan hak

HUBUNGAN PERBANDINGAN TOTAL NITROGEN DAN TOTAL FOSFOR DENGAN KELIMPAHAN CHRYSOPHYTA DI PERAIRAN WADUK PANGLIMA BESAR

Pada saat berada dalam keadaan flow , individu akan merasa bahwa kemampuan yang ia miliki mampu menyelesaikan tuntutan aktifitas yang tengah ia lakukan, mengetahui