Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1
Penelitian Terdahulu
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ada beberapa hal yang telah dianalisa mengenai kualitas layanan VoIP. Pada penelitian sebelumnya membahas mengenai pemasangan dan konfigurasi Asterisk sebagai server SIP guna memfasilitasi kebutuhan layanan call conference melalui fitur
confridge. Penerapan Asterisk pada tugas akhir ini dilakukan di dalam lingkungan
jaringan wireless LAN. Setiap pengguna yang berada dalam cakupan sinyal jaringan wireless ini dapat saling berkomunikasi atau melakukan konferensi melalui perangkat telepon SIP. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian keandalan sistem dan pengujian kualitas suara. Kualitas suara dalam sistem ini tidak begitu baik bila dibandingkan dengan telepon analog. Beberapa aspek kekurangan VoIP adalah waktu tunda, derau suara, gema, dan kehilangan paket data. Hasil dari pengujian kualitas menunjukkan layanan call conference dalam jaringan wireless memiliki nilai MOS 3,2, yang berarti dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi bisa dilakukan dengan normal meskipun ada beberapa kekurangan dari segi kualitas suara yang dihasilkan (Andaltria, 2013).
Pada penelitian lainnya membahas mengenai perancangan dan implementasi VoIP menggunakan transmisi wireless dengan standarisasi IEE 802.11 pada wireless local area network di jaringan lokal atau local community network. Parameter-parameter yang diukur secara objektif dalam menentukan
Penelitian lainnya menguji kinerja signaling protokol untuk proses call set up. Session Initiation Protocol (SIP), protokol yang digunakan untuk
pembentukan panggilan, pemeliharaan dan penghentian di VoIP, serta mengukur kinerja implementasi open source dari SIP. Menggunakan SQgen, serangkaian stres test dilakukan dalam skenario jaringan yang berbeda untuk menganalisis
kinerja, dan menyelidiki alasan keterlambatan dalam bagian yang berbeda dari proses call set up (Adnan, 2012). Penelitian lainnnya menganalisa kinerja isu VoIP berbasis SIP menggunakan IPv4 dan IPv6. Analisis komparatif dilakukan untuk codec suara yang berbeda. Eksperimen ini dilakukan pada testbed jaringan satelit di Centre for Communication System Research ( CCSR ) di University of Surrey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa delay, jitter dan packet loss yang cukup sebanding untuk kedua satelit generasi sekarang dan mendatang. SIP signaling berkinerja buruk di IPv6 dibandingkan dengan IPv4. IPv6 dapat
diadaptasi untuk VoIP melalui satelit generasi berikutnya , tetapi dengan beberapa modifikasi untuk SIP signaling (Ali, 2009).
2.2
Voice Over Internet Protocol (VoIP)
Voice Over Ineternet Protocol (VoIP) merupakan teknologi komunikasi
yang menggunakan jaringan IP untuk melewatkan informasi suara, video, maupun data yang berbentuk paket dari terminal satu menuju terminal lainnya secara real-time (Iskandarsyah, 2003). Berbeda dengan sistem telepon konvensional, pada
sistem VoIP media suara akan dikirimkan sebagai data digital. Perubahan sinyal analog menjadi digital disebut codec. Pengkodean suara merupakan pangalihan kode analog menjadi kode digital agar suara dapat dikirim dalam jaringan komputer (Purbo, 2007).
2.2.1 Protokol Penunjang VoIP
2.2.1.1 Transmission Control Protocol (TCP)
TCP merupakan protokol yang connection-oriented yang artinya menjaga reliabilitas hubungan komunikasi end-to-end. Konsep dasar cara kerja TCP adalah mengirim dan menerima segment-segment informasi dengan panjang data bervariasi pada suatu datagram internet. TCP menjamin reliabilitas hubungan komunikasi karena melakukan perbaikan terhadap data yang rusak, hilang atau kesalahan kirim. Hal ini dilakukan dengan memberikan nomor urut pada setiap data yang dikirimkan dan membutuhkan sinyal jawaban positif dari penerima berupa sinyal ACK (acknowledgment). Jika sinyal ACK ini tidak diterima pada interval pada waktu tertentu, maka data akan dikirimkan kembali. Pada sisi penerima, nomor urut tadi berguna untuk mencegah kesalahan urutan data dan duplikasi data. TCP juga memiliki mekanisme flow control dengan cara mencantumkan informasi dalam sinyal ACK mengenai batas jumlah oktet data yang masih boleh ditransmisikan pada setiap segment yang diterima dengan sukses.
VoIP penanganan paket yang mengalami keterlambatan lebih penting daripada penanganan paket yang hilang (Sutiyadi, 2007).
2.2.1.2 User Datagram Protocol (UDP)
UDP merupakan salah satu protokol utama di atas IP dan merupakan transport protocol yang lebih sederhana dibandingkan dengan TCP. UDP
digunakan untuk situasi yang tidak mementingkan mekanisme reliabilitas. Artinya pada protokol UDP ini komunikasi akan tetap berlangsung tanpa memperdulikan koneksi antara sumber dan tujuan. Protokol UDP juga tidak melakukan perbaikan terhadap paket yang rusak atau hilang pada saat pengiriman paket suara berlangsung. Header UDP hanya berisi empat field yaitu source port, destination port, length dan UDP checksum yang fungsinya hampir sama dengan TCP, namun
fasilitas checksum pada UDP bersifat opsional.
UDP pada VoIP digunakan untuk mengirimkan audio streaming yang dikirimkan secara terus menerus. UDP digunakan pada VoIP karena pada pengiriman audio streaming yang berlangsung terus-menerus lebih mementingkan kecepatan pengiriman paket data agar tiba di tujuan tanpa memperhatikan adanya paket yang hilang walaupun mencapai 50% dari jumlah paket yang dikirimkan. Karena UDP mampu mengirimkan data streaming dengan cepat, maka dalam teknologi VoIP, UDP merupakan salah satu protokol penting yang digunakan sebagai header pada pengiriman data (Sutiyadi, 2007).
2.2.1.3 Internet Protokol (IP)
Internet Protocol (IP) adalah sebuah aturan standar utama yang sering
2.2.2 Format Paket VoIP
Tiap paket VoIP terdiri atas dua bagian, yakni header dan payload (beban). Header terdiri atas IP header, Real-time Transport Protocol (RTP) header, User Datagram Protocol Header. IP header bertugas menyimpan informasi routing untuk mengirimkan paket-paket ke tujuan. Pada tiap header IP disertakan tipe layanan atau type of service (ToS) yang memungkinkan paket tertentu seperti paket suara diperlakukan berbeda dengan paket yang non real time. UDP header memiliki ciri tertentu yaitu tidak menjamin paket akan mencapai tujuan sehingga UDP cocok digunakan pada aplikasi real time yang sangat peka terhadap delay. RTP header adalah header yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan framing dan segmentasi data real time. Seperti UDP, RTP juga mendukung realibilitas paket untuk sampai di tujuan. RTP menggunakan protocol kendali yang mengendalikan RTCP (real-time transport control protocol) yang mengendalikan QoS dan sinkronisasi media stream yang berbeda.
Gambar 2.1 Format Paket VoIP
2.3
Internet Protocol version 4 (IPv4)
Alamat IP versi 4 (sering disebut dengan Alamat IPv4) adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP(Transport Control Protocol)/IP (Internet Protocol) yang menggunakan protokol IP versi 4.
dapat ditampung adalah 256x256x256x256=4.294.967.296 host. Sehingga bila host yang ada diseluruh dunia melebihi kuota tersebut maka dibuatlah IP versi 6
atau IPv6.
2.3.1 IPv4 Paket Header
Gambar 2.2 Header IPv4(Cisco, 2006)
Gambar 2.2 menunjukkan format header paket IP, bisa di lihat paket header IP terdiri dari bermacam-macam field.
1. Version
Version menunjukkan versi IP dari paket tersebut. Field sebesar
4-bit tersebut berisi 0100 mengindikasikan versi 4 (IPv4).
2. Header Length
Header length adalah field 4-bit yang menunjukkan panjang header
suatu paket IP dalam bentuk 32-bit. Panjang minimum IP header adalah 20 octet dan bisa meningkat sampai maksimum 60 octet.
3. Type of Service (TOS)
Type of Service adalah field sebesar 8-bit yang dapat digunakan
hal throughput, delay, reliability. Meski field ini tidak banyak digunakan (semua bit di set 0), akhir-akhir ini protokol OSPF menggunakan field ini untuk TOS routing.
.
Gambar 2.3 Precedence TOS
4. Total Length
Total length adalah field 16-bit yang menentukan panjang total sebuah paket termasuk header dalam format octet. Dengan mengambil header length, penerima bisa menentukan ukuran payload dari sebuah
paket. Karena desimal terbesar yang bisa dicapai oleh 16-bit adalah 65.535, maka kemungkinan ukuran maximum suatu paket adalah 65.535 octet.
5. Identifier
melebihi Maximum Transmission Unit (MTU) medium transmisi yang fragment terlebih dahulu maka router akan membuang paket tersebut dan mengirimkan pesan error kepada pengirim. Fungsi ini bisa digunakan untuk mengetes MTU dalam suatu network.
7. Fragment Offset
Fragment Offset adalah field 13-bit yang menentukan offset,
dalam format 8 octet, dari awal header sampai awal fragment. Karena fragment-fragment kemungkinan datang tidak berurutan, maka field fragment offset memungkinkan potongan-potongan tersebut dapat disusun
kembali sesuai urutannya. jika satu saja fragment hilang dalam perjalanan transmisi, maka paket akan dikirim dan di fragmentasi ulang. Untuk itu, error-prone pada data link bisa menyebabkan delay yang tidak sebanding. Jika fragment hilang disebabkan oleh adanya congestion (trafik padat) maka proses pengiriman ulang semua fragment-fragment paket ini dapat semakin meningkatkan congestion yang sudah ada.
8. Time to Live (TTL)
Time to Live adalah field 8-bit yang akan di set dengan angka
tertentu ketika paket pertama kali di hasilkan. Setiap kali paket di serahkan dari router ke router, maka setiap router akan mengurangi angka ini. Jika pada titik tertentu angka ini mencapai 0, paket akan diabaikan dan pesan error akan dikirimkan pada pengirim. Proses ini mencegah paket-paket
berapa lama waktu delay yang sebenarnya, jadi dalam hal ini TTL sebenarnya adalah hop count. TTL yang direkomendasikan adalah sebesar 64, meski nilai sebesar 15 dan 32 juga sering dipakai.
9. Protocol
Protocol adalah field 8-bit yang memberikan “address” atau nomor
protocol pada protocol transport layer dimana informasi paket ditujukan.
Tabel dibawah ini menunjukkan beberapa penomeran protokol saat ini.
Tabel 2.1 Penomeran protokol
Nomor Protocol
Host-to-Host Layer Protocol
1 Internet Control Message Protocol (ICMP) 2 Internet Group Management Protocol (IGMP)
4 IP in IP (encapsulation)
6 Transmission Control Protocol (TCP)
17 User Datagram Protocol (UDP)
45 Inter-Domain Routing Protocol (IDRP)
46 Resource Reservation Protocol (RSVP) 47 Generic Routing Encapsulation (GRE)
54 NBMA Next Hop Resolution Protocol (NHRP)
88 Cisco Internet Gateway Routing Protocol (IGRP)
89 Open Shortest Path First (OSPF)
10.Header Checksum
Header Checksum adalah field untuk mendeteksi error pada IP
header. Checksum tidak dihitung untuk enkapsulasi data, UDP, TCP,
menghitung kembali jumlah pelengkap 16-bit 1 beserta checksum aslinya. Jika tidak ada error yang terjadi pada perjalanan paket, maka hasil checksum adalah angka 1 semua. Setiap router yang disinggahi
mengurangi angka TTL, karena itu checksum harus dihitung ulang pada setiap router.
11.Source dan Destination Addresses
Source dan Destination Addresses masing-masing adalah field
32-bit IP address dari pengirim paket dan penerima paket. 12.Options
Options adalah field variable-length yang opsional. Biasanya
digunakan untuk tujuan testing. Penggunaannya seringkali adalah untuk :
a. Loose source routing, yang didalamnya terdapat list dari semua IP address dari interface router. Paket harus melintasi semua address ini,
meskipun harus melewati beberapa hop yang lain terlebih dulu.
b. Strict source routing, yang didalamnya juga terdapat list beberapa IP address router. Tidak seperti loose source routing, paket harus
mengikuti jalur persis seperti pada list. Jika next hop bukanlah address yang ada pada list, maka akan terjadi error.
c. Record route menyediakan ruang bagi setiap router untuk memasukkan informasi address dari outgoing interface-nya sehingga semua router yang disinggahi oleh paket tercatat. Record route menyediakan fungsi yang sama seperti trace hanya saja record
route mencatat outgoing interface baik pada jalur ke arah tujuan maupun jalur kembali.
2.3.2 Representasi Alamat IPv4
Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8 bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8 bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255 meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai. Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah
bagian, yakni:
1. Network IDentifier (NetID) atau Network Address
Network identifier digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan dimana host berada. Dalam banyak kasus, sebuah alamat network identifier adalah sama dengan segmen jaringan fisik dengan
batasan yang dibuat dan didefinisikan oleh router IP. Meskipun demikian, ada beberapa kasus dimana beberapa jaringan logis terdapat di dalam sebuah segmen jaringan fisik yang sama dengan menggunakan sebuah praktek yang disebut sebagai multinetting. Semua sistem di dalam sebuah jaringan fisik yang sama harus memiliki alamat network identifier yang sama. Network identifier juga harus bersifat unik dalam sebuah Internetwork. Jika semua node di dalam jaringan logis yang sama tidak
dikonfigurasikan dengan menggunakan network identifier yang sama, maka terjadilah masalah yang disebut dengan routing error. Alamat network identifier tidak boleh bernilai nol atau 255.
2. Host Identifier/HostID atau Host Address
Host Identifier digunakan khusus untuk mengidentifikasikan
2.3.3 Jenis-Jenis Alamat IPv4
Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut: 1. Alamat Unicast
Alamat unicast merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah Internetwork. Alamat unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.
2. Alamat Broadcast
Alamat broadcast merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda.
3. Alamat Multicast
Alamat multicast merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda. Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many.
2.3.4 Kelas-kelas Alamat IPv4
Tabel 2.2 Kelas IP Address version 4
Kelas A 1-126 0xxx xxxx Alamat unicast untuk jaringan
skala besar
Kelas B 128-191 10xx xxxx
Alamat unicast untuk jaringan skala menengah hingga skala
besar
Kelas C 192-223 110x xxxx Alamat unicast untuk jaringan
skala kecil
Kelas D 224-239 1110 xxxx Alamat multicast
Kelas E 240-255 1111 xxxx
Diservasikan, umumnya digunakan sebagai alamat
percobaan (eksperiman)
1. Kelas A
Kelas A hanya menggunakan octet pertama untuk menunjukkan ID jaringan dan menggunakan tiga octet yang lain untuk menunjukkan ID host. Bit high order (bit pertama dari octet pertama) pada kelas ini selalu diset menjadi nol. Karena, bit high-order selalu diset menjadi nol, maka tujuh bit selanjutnya menunjukkan ID jaringan. Tujuh bit ini memungkinkan adanya 127 alamat jaringan. ID jaringan 127 disediakan khusus untuk fungsi umpan balik adapter jaringan sehingga kelas A mempunyai 126 alamat yang tersedia. 24 bit sisanya disediakan untuk penggunaan ID host dari alamat. Tersedia 16.777.214 atau (224) host per jaringan. Karena kelas address ini menyediakan banyak ID host perjaringan, maka penggunaan kelas A diperuntukkan bagi perusahaan yang membutuhkan penyediaan akses host dalam jumlah sangat besar. 2. Kelas B
alamat jaringan. 16 bit sisanya digunakan untuk menyediakan ID host. Kelas B menyediakan 65.534 (216) – dua host per jaringan. Kelas B disediakan untuk jaringan berskala menengah sampai besar.
3. Kelas C
Kelas C menggunakan tiga octet pertama untuk menentukan ID jaringan, sedangkan satu octet sisanya untuk ID host.Bit high-order (tiga bit pertama dari oktet pertama) dari alamat kelas ini selalu diset menjadi
110 (satu-satu-nol). Karena bit high-order diset menjadi satu-satu-nol, maka 21 bit sisanya menunjukkan ID jaringan. 21 bit menyediakan 2.097.152 alamat jaringan. delapan bit sisanya disediakan untuk penggunaan ID host dari alamat. Tersedia 254 (28) – dua host perjaringan. Kelas address diperuntukkan bagi jaringan kecil yang hanya memerlukan nomor host dalam jumlah terbatas.
4. Kelas D
Kelas D digunakan untuk multicasting. Multicasting digunakan untuk mengirim informasi ke nomor host register. Host-host dikelompokkan dengan meregistrasi dirinya kepada router local menggunakan alamat multicast dari range alamat kelas D. Bit hig-order untuk alamat kelas D di-set menjadi satu-satu-satu-nol. Bit sisanya digunakan untuk grup host di jaringan.
5. Kelas E
Kelas E adalah kelas eksperiment yang dipersiapkan untuk penggunaan dimasa yang akan datang. Alamat-alamat di kelas ini di identifikasikan dengan bit high-order nya yang diset menjadi satu-satu-satu- satu.
2.4
Internet Protocol version 6 (IPv6)
Internet Protocol version 6 (IPv6) merupakan generasi baru protocol
ditangani dengan baik oleh IPv4 di masa yang akan datang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah menjadi bagian dari hidup manusia, perangkat-perangkat informasi dan komunikasi akan terus bertambah dan mebutuhkan mekanisme yang lebih baik lagi dan tentunya dalam hal pengalamatan bagi perangkat-perangkat informasi dan komunikasi tersebut. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu latar belakang pengembangan IPv6.
2.4.1 IPv6 Paket Header
Gambar 2.4 Header IPv6(Cisco, 2006)
Gambar 2.4 menunjukkan format header paket IPv6, bisa di lihat paket header IP terdiri dari bermacam-macam field.
1. Version
Seperti pada header IPv4, field 4-bit yang menunjukkan versi IP. Disini, tentu saja di set 0110 untuk menunjukkan versi 6.
2. Traffic Class
Traffic Class berupa field 8-bit yang berkorespondensi dengan field ToS 8-bit pada IPv4. Tetapi dengan evolusi field ToS setelah
ToS yang lama, tetapi penamaannnya lebih mencerminkan penggunaan nilai yang dibawa disini.
3. Flow Label
Flow Label adalah field unik yang hanya dimiliki oleh IPv6.
Tujuan dari field 20-bit ini adalah untuk memungkinkan pelabelan pada aliran traffik tertentu, yaitu, paket-paket yang tidak hanya dihasilkan oleh source yang sama dan menuju ke tujuan yang sama, tetapi paket-paket yang berasosiasi dengan aplikasi yang sama pada source dan destination. Ada beberapa manfaat membeda-bedakan aliran data, mulai dari menyediakan sekat-sekat yang membedakan penanganan servis kelas sampai memastikan bahwa jika pada saat traffik load balancing terdapat lebih dari satu jalur, maka paket-paket dengan label yang sama akan di-forward melalui jalur yang sama untuk mencegah adanya pengurutan
kembali paket-paket yang datang. Flows (atau lebih tepatnya, microflows) biasanya diidentifikasi dengan kombinasi address source dan destination (tujuan) plus port source dan destination.
Akan tetapi untuk mengetahui port source dan destination, sebuah router harus melihat lebih jauh kedalam IP header dan header pada TCP atau UDP (transport layer), hal ini menambah kompleksitas proses forwarding dan mempengaruhi kinerja router. Mencari header transport
layer dalam paket IPv6 bisa jadi persoalan karena adanya extension
header. Sebuah router IPv6 harus mengikuti langkah-langkah melewati
banyak extension header untuk dapat menemukan header transport-layer. Dengan menandai field Flow Label sesuai dengan waktu sebuah paket dibangkitkan, router dapat mengenali sebuah aliran data hanya dengan melihat paket header saja, tidak lebih. Penggunaan field ini masih diperdebatkan, dan router untuk saat ini mengabaikan field ini. Meski demikian field ini menjanjikan fitur QoS (Quality of Service) yang lebih baik.
Payload Length menentukan panjang payload (isi data) yang
dienkapsulasi didalam paket dalam satuan byte. Ingat bahwa, header IPv4 dapat bervariasi panjangnya karena adanya field Options dan Padding. Karena itu, untuk menemukan Payload Length dalam IPv4, nilai dari Total Length harus dikurangi nilai Header Length. Sebaliknya, pada header
paket IPv6 selalu fix sebesar 40 bytes, dan karena itu field Payload Length sudah cukup untuk menentukan awal dan akhir sebuah payload
(data).
Perhatikan juga bahwa field Total Length IPv4 sebesar 16-bit, sedangkan field Payload Length IPv6 sebesar 20-bit. Yang perlu ditekankan disini adalah karena payload yang jauh lebih panjang (1.048.575 bytes, versus 65.535 dalam IPv4) dapat ditentukan dalam field ini, maka paket IPv6 itu sendiri secara teori mampu mengangkut payload yang jauh lebih besar.
5. Next Header
Next Header menentukan header apa yang ada setelah header
paket IPv6. Sangat mirip dengan field Protocol dalam header IPv4, yang juga digunakan dengan tujuan yang sama saat next header adalah header protokol bagian atas. Seperti halnya field IPv4, field ini juga 8-bit. Tetapi pada IPv6, header yang setelah paket header bisa saja bukan merupakan header dari protokol bagian atas, tetapi merupakan extension header. Jadi
nama field next header digunakan untuk mencerminkan jangkauan tanggung jawab yang lebih luas.
2. Hop Limit
Hop Limit berkorespondensi persis dengan field Time to Live IPv4
antrian (pada network modern saat ini, biasanya paket tidak lebih dari satu detik berada pada router) karena itu, TTL selalu menjadi ukuran maksimal hop-hop router yang dilewati sebuah paket sebelum mencapai tujuan. Jika TTL mencapai nilai nol, maka paket akan diabaikan. Hop Limit digunakan dengan tujuan yang sama, hanya penamaannya lebih sesuai untuk fungsi tersebut.
3. Address Source dan Destination
Address source dan destinatioan sama
seperti Source dan Destination address pada IPv4, hanya pada IPv6 field
ini sebesar 128-bit. Yang tidak ada pada header IPv6 adalah field checksum. Meningkatnya kehandalan medium wireless dan fakta
bahwa protokol-protokol bagian atas biasanya memiliki mekanisme error-checking dan recovery sendiri, mungkin menjadi alasan utama checksum pada IPv6 dihilangkan.
2.4.2 Format Alamat
Dalam IPv6, alamat 128-bit akan dibagi ke dalam delapan blok berukuran 16-bit, yang dapat dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal berukuran empat digit. Setiap blok bilangan heksadesimal tersebut akan dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Karenanya, format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan colon-hexadecimal format, berbeda dengan IPv4 yang menggunakan dotted-decimal format. Berikut ini adalah contoh alamat IPv6 dalam bentuk bilangan biner:
0010000111011010000000001101001100000000000000000010111100 1110110000001010101010000000001111111111111110001010001001 110001011010
Untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk notasi colon-hexadecimal format, angka-angka biner di atas harus dibagi ke dalam delapan buah blok
0010000111011010 0000000011010011 0000000000000000 0010111100111011 0000001010101010 0000000011111111 1111111000101000 1001110001011010
Lalu, setiap blok berukuran 16-bit tersebut harus dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal dan setiap bilangan heksadesimal tersebut dipisahkan dengan menggunakan tanda titik dua. Hasil konversinya adalah sebagai berikut :
21DA:00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A
2.4.3 Penyederhanaan Bentuk Alamat
Alamat di atas juga dapat disederhanakan lagi dengan membuang angka nol pada awal setiap blok yang berukuran 16-bit di atas, dengan menyisakan satu digit terakhir. Dengan membuang angka nol, alamat di atas disederhanakan menjadi:
21DA:D3:0:2F3B:2AA:FF:FE28:9C5A
Konvensi pengalamatan IPv6 juga mengizinkan penyederhanaan alamat lebih jauh lagi, yakni dengan membuang banyak karakter nol, pada sebuah alamat yang banyak angka 0-nya. Jika sebuah alamat IPv6 yang direpresentasikan dalam notasi colon-hexadecimal format mengandung beberapa blok 16-bit dengan angka nol, maka alamat tersebut dapat disederhanakan dengan menggunakan tanda dua buah titik dua (::). Untuk menghindari kebingungan, penyederhanaan alamat IPv6 dengan cara ini sebaiknya hanya digunakan sekali saja di dalam satu alamat, karena kemungkinan nantinya pengguna tidak dapat menentukan berapa banyak bit nol yang direpresentasikan oleh setiap tanda dua titik dua (::) yang terdapat
Tabel 2.3 Penyederhanaan pengalamatan IPv6
Alamat asli Alamat asli yang
disederhanakan
000:0000:0002 FF02:0:0:0:0:0:0:2 FF02::2
Untuk menentukan berapa banyak bit bernilai 0 yang dibuang (dan digantikan dengan tanda dua titik dua) dalam sebuah alamat IPv6, dapat dilakukan dengan menghitung berapa banyak blok yang tersedia dalam alamat tersebut, yang kemudian dikurangkan dengan angka delapan, dan angka tersebut dikalikan dengan 16. Sebagai contoh, alamat FF02::2 hanya mengandung dua blok alamat (blok FF02 dan blok dua). Maka, jumlah bit yang dibuang adalah (8-2) x 16 = 96 buah bit.
2.4.4 Format Prefix
Dalam IPv4, sebuah alamat dalam notasi dotted-decimal format dapat direpresentasikan dengan menggunakan angka prefiks yang merujuk kepada subnet mask. IPv6 juga memiliki angka prefiks, tapi tidak digunakan untuk
merujuk kepada subnet mask, karena memang IPv6 tidak mendukung subnet mask. Prefiks adalah sebuah bagian dari alamat IP, di mana bit-bit memiliki
nilai-nilai yang tetap atau bit-bit tersebut merupakan bagian dari sebuah rute atau subnet identifier. Prefiks dalam IPv6 direpesentasikan dengan cara yang sama seperti halnya prefiks alamat IPv4, yaitu [alamat]/[angka panjang prefiks]. Panjang prefiks mementukan jumlah bit terbesar paling kiri yang membuat prefiks subnet. Sebagai contoh, prefiks sebuah alamat IPv6 dapat direpresentasikan
sebagai berikut:
3FFE:2900:D005:F28B::/64
2.4.5 Jenis-Jenis Alamat IPv6
IPv6 mendukung beberapa jenis format prefix, yakni sebagai berikut :
Alamat Unicast, yang menyediakan komunikasi secara point-to-point, secara langsung antara dua host dalam sebuah jaringan.
Alamat Multicast, yang menyediakan metode untuk mengirimkan sebuah paket data ke banyak host yang berada dalam group yang sama. Alamat ini digunakan dalam komunikasi one-to-many.
Alamat Anycast, yang menyediakan metode penyampaian paket data kepada anggota terdekat dari sebuah grup. Alamat ini digunakan dalam komunikasi one-to-one-of-many. Alamat ini juga digunakan hanya sebagai alamat tujuan (destination address) dan diberikan hanya kepada router, bukan kepada host-host biasa.
2.5
Quality of Service (QoS)
Quality of Service (QoS) adalah kemampuan suatu jaringan untuk
menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik data tertentu pada berbagi jenis platform teknologi. QoS merupakan kemampuan untuk menyediakan
prioritas-prioritas yang berbeda untuk aplikasi-aplikasi yang berbeda, pengguna-pengguna yang berbeda dan aliran data yang berbeda-beda pula. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan performa yang baik dalam mentransmisikan aliran data sehingga kualitas pelayanan dari sebuah aplikasi menjadi baik. Aplikasi VoIP merupakan aplikasi real-time, sehinigga tidak dapat mentolerir delay (dalam batasan tertentu) dan packet loss.
2.5.1 Delay
Delay adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah paket data dari pengirim
yang direkomendasikan ITU-T untuk aplikasi suara adalah < 150 ms dan yang masih dapat diterima pengguna adalah 250 ms.
2.5.2 Jitter
Jitter adalah variasi dalam delay yang disebabkan oleh antrian dan persaingan paket di dalam jalur jaringan. Pada VoIP, jitter dapat ditangani dengan mekanisme jitter buffer dengan cara mengumpulkan paket-paket data terlebih dahulu kemudian paket-paket data tersebut dikirim ke penerima dengan delay yang kecil. Standar kualitas yang disarankan ITU-T adalah sebesar < 50 ms.
2.5.3 Packet Loss