• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Situasi dan id yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Situasi dan id yang"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Telur ayam merupakan makanan yang bergizi yang sangat popular dan disukai oleh masyarakat untuk memenuhi protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh. Telur juga dapat ditambahkan pada pembuatan macam-macam makanan. Permintaan masyarakat terhadap telur semakin meningkat sehingga produksi telur juga harus meningkat untuk dapat memenuhi kebutuhan telur masyarakat di Indonesia.

(2)

Di Desa Sidodadi, Lawang Kabupaten Malang terdapat sebuah peternakan ayam petelur yaitu PT Lawang Unggas Sentosa Malang yang merupakan suatu peternakan dengan populasi ternak 140.000 ekor. Peternakan ini didirikan oleh Bapak Heryanto dan rekan-rekannya pada tahun 1996 diatas lahan seluas 7 ha dan terdapat 34 buah kandang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hen Day Production pada ayam yang berbeda umur di peternakan PT Lawang Unggas Sentosa ini?

2. Bagaimana egg weight pada ayam yang berbeda umur di peternakan PT Lawang Unggas Sentosa ini?

3. Bagaimana egg mass pada ayam yang berbeda umur di peternakan PT Lawang Unggas Sentosa ini?

1.3 Tujuan

Tujuan dari kegiatan PKL ini adalah :

1. Untuk mengetahui Hen Day Production pada ayam yang berbeda umur di peternakan PT Lawang Unggas Sentosa ini.

(3)

3. Untuk mengetahui egg mass pada ayam yang berbeda umur di peternakan PT Lawang Unggas Sentosa ini.

1.4 Kegunaan

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Petelur

Bangsa-bangsa ayam yang berproduksi telur tinggi terutama berasal dari Mediterania dan paling terkenal adalah Leghorn, Ancona dan Minorca. White Leghorn barangkali merupakan bangsa ayam ringan yang dipakai paling banyak. Ayam-ayam jantan dan betina dewasa masing-masing berbobot 2,7 kg dan 1,8 kg. Ayam betinanya adalah petelur yang sangat baik dengan efisiensi pengubah makanan yang tinggi, tetapi bangsa ayam ini tidak menghasilkan karkas yang baik. Mereka tampak lebih toleran terhadap panas daripada bangsa-bangsa ayam komersial lainnya (Williamson dan Payne, 1993)

(5)

telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat (Wijaya, 2012).

2.2 Pemberian Pakan dan Minum

Pengadaan pakan di perusahaan peternakan “Populer Farm” didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pakan ayam petelur milik perusahaan tersebut dan tidak dijual untuk umum, dan alasan pembutan ransum sendiri adalah mengurangi biaya pakan kurang lebih sebesar 20% dibandingkan dengan pakan yang membeli dari perusahaan lain, sedangkan ransum yang diproduksi hanya jenis ransum ayam jenis petelur (Sarno dan Dewi, 2007).

Pakan untuk ayam petelur harus mengandung protein, mineral dan vitamin yang berbentuk campuran yaitu butiran dan tepung. Ada beberapa bentuk jenis pakan ayam petelur yang dapat diberikan yaitu:

a) Bentuk butiran dan tepung

(6)

b) Bentuk butiran dan konsentrat protein

Pakan bentuk ini hampir sama dengan butiran-tepung tetapi pakan ini ditambah dengan 26% konsentrat protein dari 20% bentuk pakan tepung. c) Bentuk tepung

Butiran yang dicapur dengan pakan dalam bentuk tepung atau pakan konsentrat protein membuat pakan memiliki rasio yang lengkap. Pakan system ini membutuhkan banyak biaya untuk membeli alat grinder. Pakan dalam bentuk ini dapat meningkatkan palabilitas ayam sehingga dapat meningkatkan produksi telur (Singh and Moore, 1993).

(7)

Jika energi pakan saat fase layer terlalu rendah (kurang dari 2600 kkal), konsumsi pakan lebih banyak sehingga FCR meningkat dan efisiensi pakan menurun. Sebaliknya jika energi pakan terlalu tinggi akan terjadi penurunan konsumsi. Kebutuhan PK dan EM pada fase layer tidak sama, tergantung dari umur ayam, produksi telur, dan konsumsi pakan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu makin sedikit jumlah pakan yang dikonsumsi, kandungan PK dan EM harus ditingkatkan (Harms, Russel dan Sloan., 2000).

Persyaratan mutu pakan yang digunakan untuk ayam petelur dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Standar mutu kandungan pakan ayam petelur

Sumber: SNI 2006

2.3 Perkandangan

(8)

dan nyaman. Beberapa peternakanayam petelur tidak mempunyai cukup kandang sehinggaayam dapat berlarian di lading-ladang pertanian. Umumnya ayam petelur dimasukkan ke dalam kandang baterai (Singh and Moore, 1982).

Kandang supaya mendapat sinar matahari yang cukup, sisi konstruksi kandang selalu dibuat membujur ke arah utara dan selatan, dimana bagian atapnya menghadap timur dan barat supaya bisa terkena sinar matahari, terutama saat pagi hari. Tujuannya adalah agar kandang tidak lembab dan tidak pengap akibat sifat dan cara minum ayam. Selain itu, agar pertukaran udara cukup terjaga sehingga bisa mengurangi bau kotoran dan bau pakan ayam yang memang cukup tajam. Sinar matahari terutama saat pagi hari juga sangat berguna bagi ayam karena tidak terlalu panas, dan banyak mengandung sinar ultraviolet. Sinar matahari ini baik untuk membantu proses pembentukan vitamin D, sebagai disinfektan, dan mempercepat pengeringan kandang sehabis dibersihkan dengan air (Yulianty, 2013).

Atap sistem monitor berfungsi untuk menunjang sistem ventilasi kandang karena mampu mengusir CO2 (udara kotor) dan

memperlancar masuknya O2 ke dalam

(9)

digunakan untuk mengorek pakan, agar ayam lebih nafsu makan. (Setyawan, 2010).

Tipe kandang baterai merupakan sistem yang paling efisien karena produksi telur dan efisiensi pengubahan makanan pada ayam-ayam yang dipelihara dalam sangkar baterai tinggi. Apabila kandang baterai ini dilengkapi dengan alat-alat pemberian pakan, air minum dan pembersihan otomatis maka akan dapat menghemat biaya tenaga kerja. Kandang baterai ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu tingginya biaya yang dibutuhkan untuk membangun kandang dan jumlah telur yang retak relative tinggi. Biaya konstruksi dapat dikurangi apabila sangkar-sangkar dibuat dari bahan bambu atau rotan (Williamson dan Payne, 1993).

2.4 Seleksi dan Culling

(10)

bertelur didalam kandang maka akan semakin banyak kehilangan pakan (Singh and Moore, 1982).

Metode seleksi ayam yang kurang produktif dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

a) Metode Absensi

Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan paling banyak dilakukan oleh peternak. Metode ini dilakukan dengan memberi tanda di baterai pada ayam yang bertelur. Setelah waktu tertentu, ayam sedikit mendapatkan tanda dianggap tidak produktif dan dilakukan culling. b) Dengan mengamati karakteristik fisik ayam

Mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik ayam misalnya jengger dan pial menjadi kecil, kusam dan keriput, kepala yang berubah menjadi gemuk dan lemah, paruh menjadi berwarna kuning, tulang pubis menjadi kaku dan rapat (kurang dari 2 jari), anus menjadi kecil, kering, dan keriput (Alim, 2010).

Culling adalah mengeluarkan ayam-ayam yang tak diinginkan dari kelompok atau kawanannya. Kriteria untuk melakukan culling ialah dengan melihat adanya tanda-tanda kelainan atau cacat yang diderita ayam seperti:

• Mata satu, karena yang sebelah buta atau tertutup akibat suatu infeksi

(11)

• Ayam memang sudah tua

• Ayam pernah sakit (Jaya, 2008). 2.5 Produksi Telur

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah ransum atau pakan karena keunggulan genetik suatu bangsa ternak tidak akan muncul secara optimal jika faktor lingkungan terutama pakan tidak sesuai (Amrullah, 2003).

Keberhasilan peternakan unggas sangat tergantung dari bagaimana pelaksanaan pemeliharaan yang tepat dan cermat yang sesuai dengan keadaan ternaknya, karena pemeliharaan yang tidak tepat pada masa awal, masa pertumbuhan atau masa berproduksi akan mengakibatkan produksi telur yang rendah dan tidak sesuai dengan harapan sehingga akan mengalami kerugian besar (Singh and Moore, 1982).

Kebersihan tempat air pakan dan air minum dapat mempengaruhi produksi telur, karena jika tempat pakan dan air minum kotor konsumsi pakan akan menurun serta dapat menimbulkan bibit-bibit penyakit yang mengakibatkan gangguan kesehatan pada ayam, yang akhirnya menyebabkan produksi telur menurun. air minum harus selalu tersedia, sebab mereka setiap saat 15-20 menit sekali akan minum, apabila mereka kekurangan air produksi telur akan menurun (Nurcholis, Hastuti dan Sutiono, 2009).

(12)

Produktivitas ayam petelur dapat diukur dengan produksi harian dan bulanan. Untuk menghitung produksi telur harian dikenal dengan istilah Hen Day Production. Hen Day Production (HDP) dihitung dari jumlah produksi telur hari itu dibagi dengan jumlah ayam produktif hari itu dikalikan 100%. Produksi telur harian adalah produksi telur dalam suatu kelompok ayam petelur yang didasarkan atas persentase produksi telur dengan jumlah ayam petelur yang hidup selama pencatatan.Tujuan pengukuran produksi telur adalah untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan oleh sekelompok ayam pada umur tertentu (North, 1984).

Kemungkinan Penyebab turunnya produksi telur adalah stress penggantian ransum atau setelah Vaksinasi, terserang penyakit misalnya penyakit EDS (Egg Drom Syndrome), IB (Infectious Bronchitis), atau ND (Newcastle Disease) dan konsumsi air minum kurang, hal ini bisa terjadi karena air tidak sejuk atau tempat minum yang letaknya terlalu rendah, penanggulangannya pindahkan tempat air minum di tempat yang teduh dan diatur agar tempat minumnya setinggi punggung ayam (Putra, 2014).

(13)

berakibat tidak terangsangnya hormon reproduksi agar ayam mulai bertelur (Budi, 2011).

2.5.2 Egg Weight

Egg Weight (berat telur) diperoleh dengan membagi berat telur dengan jumlah telur. Berat telur adalah rata rata berat telur harian yang diproduksi per hari per ayam. Berat telur dapat dipengaruhi oleh bangsa ayam, umur pertama bertelur, temperature lingkungan, tingkat protein dalam pakan, jumlah ayam dalam kelompok dan bobot badan. (North dan Bell, 1990)

Telur dalam kategori sedang mempunyai berat antara 42.9 gram – 52.5 gram. Sedangkan untuk telur kategori besar mempunyai berat antara 52.3 gram – 63.6 gram (Abu, 1995).

2.5.3 Egg Mass

Egg mass merupakan hasil dari perkalian antara persen produksi telur dengan berat rata-rata telur yang menunjukkan tingkat efisiensi dari produksi telur tiap harinya. Egg mass adalah rataan berat telur harian sehingga persentase Hen Day Production akan mempengaruhi egg mass. Egg mass dipengaruhi oleh Hen Day Production dan berat telur, jika salah satu atau kedua faktor semakin tinggi maka egg mass juga semakin meningkat dan sebaliknya (Maylia, 2008).

(14)

yang lebih baik. Massa telur atau egg mass dipengaruhi oleh factor genetika, bobot badan, konsumsi pakan, dan kedewasaan kelamin (Ross, 2001).

2.6 Pengemasan dan Pengiriman Telur

Jika akan mengemas telur, maka perlu diperhatikan persyaratan pengemasan sebagai berikut: 1) bahan kemasan yang digunakan tidak beracun maupun mengeluarkan bau; 2) bahan kemasan harus melindungi kerabang dari tekanan-tekanan dari luar yang mengakibatkan kerusakan; 3) pada kemasan harus dicantumkan : a) nama perusahaan, b) bobot telur dan jumlah butir yang ada dalam kemasam; c) warna kerabang telur ; d) tingkatan mutu; e) jenis telur; serta 4) telur dalam satu kemasan harus mempunyai tingkatan mutu yang sama dan tingkatan bobot yang sama (Kamarasta, 2010).

(15)

dan beragam. Wadah telur yang digunakan bermacam-macam yaitu keranjang bambu, besek, kotak kayu, wadah plastik (ember, keranjang plastik) atau tembikar. Cara penyimpanan telur juga beragam baik dalam waktu maupun tempat penyimpanan. Peternak dalam memasarkan telurnya dapat langsung ke pasar umum atau ke pengumpul tanpa melakukan sortasi lebih dulu. Masyarakat pedesaan meskipun memproduksi telur, mereka jarang mengonsumsi telur tersebut secara langsung, melainkan menggunakannya misalnya untuk membuat kue-kue atau makanan olahan tertentu (Ipang, 2005).

2.7 Kesehatan Ternak dan Sanitasi

Unggas yang telah diberi makan dengan baik dan dikelola dann divaksinasi terhadap penyakit-penyakit lokal terkenal biasanya tetap sehat. Penekanan haruslah pada pencegahan penyakit, tetapi jika ada suatu penyakit unggas yang sakit harus dipisahkan dari unggas-unggas yang sehat, tindaka-tindakan kebersihan (sanitasi) yang ketat harus dilakukan dalam semua kandang dan seorang dokter hewan atau penyuluh harus diberitahukan dengan segera (Williamson dan Payne, 1993).

(16)

hal-hal yang merugikan peternak berkenaan dengan penyebara penyakit (Wiharto, 1991).

Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menular dengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:

Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.

Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit (Agromaret, 2011).

Sanitasi merupakan tindakan pengendalian penyakit melalui kebersihan. Oleh karena itu untuk memperoleh lingkungan yang bersih, higienis dan sehat tindakan sanitasi harus dilaksanakan dengan teratur. Memang harus diakui bahwa rendahnya sanitasi sering menimbulkan peluang yang sangat besar untuk berkembangnya suatu penyakit. Seringkali virus yang virulensinya tinggi sejak DOC tiba. Keganasan seperti ini hanya bisa ditekan dengan tindakan sanitasi dan pengelolaan yang baik (Jaya, 2010)

(17)

Recording adalah suatu usaha yang dikerjakan oleh peternak untuk mencatat gagal atau berhasilnya suatu usaha peternakan. Di bidang usaha peternakan program ini diterapkan hampir pada semua sektor usaha ternak mulai ternak unggas, ternak dan aneka ternak seperti kelinci. Dalam usaha peternakan banyak sekali komponen recording yang harusnya mendapat perhatian antara lain: jumlah populasi, jumlah pemberian pakan, jumlah produksi harian yang dihasilkan, tingkat kematian (mortalitas) ternak yang dipelihara, penyakit yang menyerang, riwayat kesehatan (medical record), obat yang dibutuhkan, vaksinasi yang dibutuhkan dan masih banyak lainnya. Intinya semakin banyak pencatatan yang dilakukan akan semakin baik manajemen usaha yang di jalankan (Duriyat, 2013).

Manfaat dari menggunakan recording dalam usaha peternakan adalah:

a. Mengetahui jumlah populasi akhir. Ini perlu karena bagaimanapun letak keuntungan ditentukan oleh jumlah populasi akhir. Dengan diketahuinya populasi akhir kita juga akan mengetahui jumlah ternak yang mati, hilang, dan sebagainya selama masa pemeliharaan.

b. Untuk bahan pertimbangan dalam penilaian tata laksana yang sedang dilaksanakan. Seperti tingkat pertambahan berat badan (PBB), Feed Consumtion Rate (FCR), jumlah produksi, kesehatan ternak. c. Sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan

(18)

d. Sebagai langkah awal dalam menyusun rencana jangka panjang.

e. Bagi pemerintah berguna untuk penyusunan kebijakan dalam bidang peternakan seperti apakah diperlukan import untuk pemenuhan kebutuhan sehingga produksi tetap seimbang.

f. Mempermudah peternak melakukan evaluasi, mengontrol dan memprediksi tingkat keberhasilan usaha.

(19)

BAB III

METODE DAN KEGIATAN

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan

Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di PT Lawang Unggas Sentosa Desa Klosot, Sidodadi, Lawang. Waktu pelaksanaan PKL adalah mulai tanggal 30 Juni sampai 30 Agustus 2014.

3.2 Khalayak Sasaran

Khalayak Sasaran dalam Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah segenap karyawan dalam kandang, gudang pakan, gudang telur dan semua aspek mulai dari aktivitas pemeliharaan ayam, pemberian pakan, formula, produksi telur, penanganan telur, dan pemasaran telur ayam di PT Lawang Unggas Sentosa.

3.3 Metode Kegiatan

Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapang ini adalah partisipasi aktif dengan melakukan wawancara langsung dan observasi lapang yang disertai dengan foto kegiatan selama PKL.

a) Partisipasi aktif

(20)

Lawang Unggas Sentosa. Partisipasi aktif yang dilakukan selama PKL adalah mengamati cara pengambilan telur, perhitungan telur di gudang telur, penimbangan telur.

b) Observasi

Metode observasi ini digunakan dalam mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun laporan PKL ini. Dari observasi ini didapatkan data mengenai keadaan umum lokasi PKL, sejarah lokasi, dan data-data yang sesuai dengan kondisi di lapang.

c) Wawancara

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan Tanya jawab secara langsung dengan karyawan berdasarkan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya sesuai dengan tujuan kegiatan.

3.4 Analisis Hasil Kegiatan

(21)

BAB IV

HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Kegiatan 4.1.1 Sejarah Perusahaan

Pada tahun 1996 perusahaan peternakan ayam ras petelur berdiri di Dusun Klosod Desa Sidodadi Kecamatan Lawang Kabupaten Malang yang bernama PT. Lawang Unggas Sentosa berdiri diatas tanah seluas 7 hektar yang merupakan perusahaan peternakan ayam ras petelur yang didirikan oleh bapak Herriyanto Wibowo dan rekan-rekan.

Pendirian awal perusahaan peternakan ayam ras petelur yang berdiri di Dusun Klosod Desa Sidodadi Kecamatan Lawang Kabupaten Malang ini tentu tidak mudah, hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain faktor lingkungan, bau, dan tentunya persyaratan-persyaratan perijinan dari pihak terkait utamanya Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur, dokumen dampak lingkungan dan persyaratan perijinan lainnya. Lokasi dari peternakan ini jauh dari perkampungan sehingga warga sekitar tidak terganggu oleh bau dan aktivitas di peternakan.

(22)

sekitar perusahaan ini kebanyakan berpendidikan Sekolah Dasar tentunya akan berpengaruh pada kinerja karena dipengaruh oleh lingkungan pedesaan yang pada umumnya adalah petani.

Kapasitas produksi ayam petelur berjenis ayam Lohman sebesar 10 ton perhari dengan jumlah kandang 34 kandang yang masing-masing kandang mempunyai panjang 100 meter dan lebar 6 meter, kandang ini merupakan kandang baterai dengan sistem open house (kandang terbuka) yang membujur dari timur ke barat. Pada saat ini, ayam yang dipelihara adalah strain Hysex karena produksi telur yang lebih stabil daripada strain Lohman. Meskipun terdapat beberapa kandang yang kosong, produksi telur perharinya dapat mencapai 5 ton. Peternakan PT. Lawang Unggas Sentosa memiliki sebuah kantor staff, tempat penyimpanan obat dan vaksin, gudang penyimpanan telur, gudang penyimpanan pakan, mess, dapur dan mess untuk para pekerja. Lokasi peternakan juga dekat dengan sumber air, terdapat listrik dan memungkinkan untuk pengembangan. Denah lokasi peternakan dapat dilihat pada lampiran 1.

4.1.2 Struktur Organisasi

(23)

peternakan PT. Lawang Unggas Sentosa dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur Organisasi di PT. Lawang Unggas Sentosa

(24)

malam pukul 22.00 – 06.00. Bagian ekspedisi / pengiriman jam kerja mulai pukul 07.30 – 15.30 dan jam istirahat pukul 11.30 – 15.30.

4.1.3 Sarana dan Prasarana di PT. Lawang Unggas Sentosa

Di peternakan ini mempunyai 5 unit mobil yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan di dalam peternakan dan transportasi telur ke para pelanggan. Tiga mobil digunakan untuk mengantarkan telur ke konsumen sedangkan dua mobil lainnya digunakan untuk mengangkut pakan dan telur di dalam perusahaan. Di dalam gudang pakan tedapat 2 unit mixer yang digunakan untuk mencampur pakan dengan kapasitas 1,5 ton dan 2 ton dalam sekali operasi dan 2 unit Hammermill yang digunakan untuk memecah bahan pakan menjadi bahan pakan yang lebih lembut dan terdapat 2 unit timbangan untuk menimbang bahan pakan yang datang dan pakan yang akan diberikan pada ternak. Obat-obatan yang dicampurkan di dalam pakan disimpan di ruangan yang ber AC untuk menghindari kerusakan obat-obatan tersebut terdapat juga lemari es untuk menyimpan vaksin.

(25)

masuk ke area kandang yang berguna untuk sanitasi pekerja.Sumber air berasal dari air sumur.

4.2 Pemberian Pakan dan Minum

Pemberian pakan pada layer dilakukan satu kali sehari pada pukul 07.00. Hal ini bertujuan untuk menghemat tenaga kerja karena dalam 1 kandang terdapat 6000 ayam. Dalam satu kandang pakan diberikan sebanyak 24 karung dengan rata-rata berat 700 kg/ kandang. Air minum yang diberikan pada pagi hari dicampur dengan vitamin sebanyak 100cc per hari menyesuaikan jumlah ayam. Pakan yang diberikan hari ini adalah pakan yang telah di mixing pada 2 hari sebelumnya sedangkan hari ini membuat pakan yang akan diberikan pada 2 hari lagi. Pakan yang diberikan dibuat sendiri dengan formula yang telah disediakan formulator. Pakan yang telah di mixing kemarin diatarkan ke masing-masing kandang menggunakan pick up kemudian sesampainya di kandang pakan akan dimasukkan dan ditata di dalam kandang oleh anak kandang. Pakan yang telah tertata tersebut akan diberikan pada keesokan harinya.

(26)

Cara pemberian pakan pada ayam adalah pakan yang berada di dalam karung dimasukkan ke dalam ember dan diberikan ke tempat pakan ayam. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pakan yang tercecer. Pakan yang digunakan oleh ayam petelur pada peternakan ini berbeda beda sesuai dengan umur masing-masing ayam. Bahan pakan utama yang digunakan adalah jagung, bekatul, bungkil kedelai, MBM (Meat Bone Meal), CPO (Coconut Palm Oil), sedangkan bahan pakan yang lain dan vitamin yang ditambahkan dalam ransum disesuaikan dengan umur dan kondisi ayam tersebut. Ransum pakan yang digunakan pada ayam layer umur 18-33 minggu mempunyai kandungan PK sebesar 19,59% dan ME sebesar 2806 kkal/kg. Ransum untuk ayam umur 34-45 minggu memiliki kandungan PK 18,83 dan ME 2714 kkal/kg. Ransum untuk umur 45-65 minggu mempunyai kandungan PK 18,97% dan ME 2699 kkal/kg sedangkan untuk ayam yang berumur lebih dari 65 minggu ransum pakan mempunyai kandungan PK sebesar 17,16% dan ME 2668 kkal/kg. Ransum pakan ini telah sesuai dengan standar kebutuhan nutrisi untuk ayam petelur yaitu ayam umur 19-35 minggu membutuhkan ransum dengan protein 19%; energi metabolisme 2.800 kkal/kg untuk ayam umur 53 minggu sampai 76 atau 80 minggu membutuhkan protein 18%; energi metabolisme 2750 kkal/kg.

(27)

Tabel 2. Konsumsi Pakan dan Konversi Pakan Pada

Sumber : Data PT. Lawang Unggas Sentosa 2014

Tabel 3. Konsumsi Pakan dan Konversi Pakan Pada Kandang 2

(28)

Tabel 4. Konsumsi Pakan dan Konversi Pakan Pada

Sumber : Data PT. Lawang Unggas Sentosa 2014

Konsumsi makanan penting untuk diketahui untuk memperkirakan rata-rata konsumsi makanan dengan maksud dapat mengatur anggaran dan membeli makanan. Pencatatan konsumsi makanan oleh pemeliharaan unggas dapat juga menunjukkan perubahan-perubahan dalam hal kesehatan dan produktivitas kelompok unggas (Williamson dan Payne, 1993)

(29)

115-diberikan disukai oleh ayam. Pada kandang 2 mempunyai konsumsi pakan yang tinggi karena ayam dalam fase puncak untuk memproduksi telur yang baik dan normal seperti standar telur pada umumnya. Konversi pakan atau Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam petelur yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak daripada sejumlah ransum yang dimakannya (Bappenas, 2010). Konversi pakan pada peternakan ini masih dibawah standar yaitu 2,1 hal ini dapat terjadi disebabkan oleh cuaca, penyakit yang dapat mengganggu produksi telur yang dihasilkan.

4.3 Perkandangan

(30)

ayam yang memang cukup tajam. Sinar matahari terutama saat pagi hari juga sangat berguna bagi ayam karena tidak terlalu panas, dan banyak mengandung sinar ultraviolet. Sinar matahari ini baik untuk membantu proses pembentukan vitamin D, sebagai disinfektan, dan mempercepat pengeringan kandang sehabis dibersihkan dengan air.

Kandang baterai disusun seperti double deck stair step yang dapat menampung 2 ekor ayam dengan lantai kandang terbuat dari kayu dan semen. Luas lahan dari peternakan ini adalah 7 hektar dengan 33 buah kandang manual dan 1 kandang otomatis. Tipe atap yang digunakan pada peternakan ini adalah tipe atap monitor terbuat dari asbes. Menurut Setiawan (2010) atap sistem monitor berfungsi untuk menunjang sistem ventilasi kandang karena mampu mengusir CO2 (udara kotor) dan

memperlancar masuknya O2 ke dalam

kandang.

(31)

kandang W dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Desain kandang Gambar 3. Kandang di PT tipe W Lawang Unggas Sentosa

(32)

Gambar 4. Tempat Pakan dan Minum

(33)

Tabel 5. Ukuran kandang baterai

No Letak Ukuran

1 Panjang 30 cm

2 Lebar 40 cm

3 Tinggi depan 31 cm

4 Tinggi belakang 35 cm

5 jarak antar baterai 95 cm 6 Jarak antar baterai ke tempat

penampungan kotoran untuk baterai bawah

105 cm

7 Jarak antar baterai ke tempat penampungan kotoran untuk baterai atas

185 cm

8 Kemiringan baterai 5-7 cm/ 10o Sumber : Data PT. Lawang Unggas Sentosa 2014

(34)

Hal ini menyebabkan ayam di PT Lawang Unggas Sentosa ini saling menindih satu sama lain sehingga menyebabkan ayam yang tertindih tidak dapat mengkonsumsi pakan dengan baik.

4.4 Seleksi dan Culling

Program culling di PT Lawang Unggas Sentosa dilakukan setiap seminggu sekali atau apabila saat berkeliling untuk meratakan pakan melihat ayam yang mempunyai muka kuning, pucat, tulang dada bengkok, takut orang, kurus, jengger biru, lesu dan tidak nafsu makan maka akan diperiksa dengan melihat tulang pubis dari ayam tersebut. Apabila tulang pubis jaraknya kurang dari 2 jari orang dewasa maka ayam tersebut sudah tidak bisa bertelur lagi dan harus diletakkan di kandang karantina. Menurut Kusumo (2010) Pengertian seleksi dalam dunia peternakan ayam petelur adalah memilih ayam yang berkualitas bagus dalam suatu kelompok ayam dan memisahkan dengan ayam-ayam yang kurang bagus kualitasnya.

(35)

ayam-ayam yang tak diinginkan dari kelompok atau kawanannya. Kriteria untuk melakukan culling ialah dengan melihat adanya tanda-tanda kelainan atau cacat yang diderita ayam seperti:

• Mata satu, karena sebelah buta atau tertutup akibat suatu infeksi.

• Jari melengkug atau tak lengkap, paruh silang • Produksi rendah

• Ayam memang sudah tua • Ayam pernah sakit.

Culling pada ayam petelur mempunyai manfaat yaitu culling dapat mengurangi biaya produksi, culling dapat mengurangi atau mencegah penyebaran penyakit ayam. Beberapa penyakit akan menyebar dari ayam yang sakit kepada ayam-ayam yang sehat. Oleh karena itu segera mengambil ayam-ayam yang sakit dari kawanannya, culling akan menambah produksi, karena ruangan hanya dipakai oleh ayam-ayam yang berproduksi saja.

4.5 Produksi Telur

(36)

bulan atau 60 – 80 minggu. Setelah umur itu produksi telurnya sudah sangat menurun dan sebagai usaha tidak lagi menguntungkan (Pangki, 2013).

Pengambilan telur dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pada pukul 09.00, 13.00, dan 15.00 WIB. Pengambilan dilakukan minimal dua kali sehari supaya telur tidak terlalu lama di kandang.

Pengambilan telur dilakukan dengan menggunakan egg tray yang telah tersedia di masing-masing kandang. Telur diletakkan dengan ujung tumpul di bagian atas. Busa (1997) menjelaskan bahwa ayam buras kebanyakan bertelur setelah ada cahaya matahari. Pada sore hari, telur- telur tersebut sudah terkumpul. Sebelum pemberian pakan pada sore hari, telur-telur tersebut dikumpulkan. Letakkan telur dalam rak telur (egg tray)dengan posisi telur bagian tumpul diletakkan diatas.Egg tray yang telah berisi telur diletakkan di bagian depan kandang siap untuk diangkut ke gudang telur menggunakan pick up atau truck pengangkut telur. Di dalam gudang telur dilakukan pencatatan jumlah butir yang dihasilkan masing-masing kandang setiap harinya, seleksi telur yang dilakukan dengan memisahkan telur pecah atau abnormal dengan telur yang utuh, pengemasan telur dan penimbangan telur.

4.5.1 Hen Day Production

(37)

mengetahui jumlah telur yang dihasilkan oleh sekelompok ayam pada umur tertentu. Produksi telur berhubungan langsung dengan konversi pakan, semakin besar produksi telur (kg) yang dihasilkan semakin kecil nilai konversi pakan.

(38)

Tabel 6 . Data Hen Day Production (HDP) pada kandang 1

Sumber : Data PT. Lawang Unggas Sentosa 2014

Tabel 7. Data Hen Day Production (HDP) pada kandang 2 Umur

48 5522 4535 271,1 82,1 90

49 5497 4638 291,3 84,4 89

50 5672 5010 314,7 88,3 89

(39)

52 5813 4641 284,9 79,8 88

53 5730 4744 290,7 82,8 88

54 5711 4568 281,7 80,0 87

55 5695 4373 271,2 76,8 87

56 5681 4456 278,1 78,4 87

57 5638 4488 278,2 79,6 86

Rata-rata 5675 4609 285 81 88

Sumber : Data PT. Lawang Unggas Sentosa 2014

Tabel 8. Data Hen Day Production (HDP) pada kandang 3

24 6054 4414 215,7 72,9 94

25 6045 4804 257,2 79,5 95

26 6029 5119 288,3 84,9 96

27 6016 4928 278,3 81,9 96

28 6000 5029 277,3 83,8 96

29 5985 5318 297,9 88,9 96

30 5971 5471 313,1 91,6 95

31 5957 5268 309,8 88,4 95

32 5944 5252 314,9 88,4 95

33 5933 5148 307,3 86,8 94

Rata-rata

5994 5075 286 85 95

Sumber : Data PT. Lawang Unggas Sentosa 2014

(40)
(41)

berakibat tidak terangsangnya hormon reproduksi agar ayam mulai bertelur.

Pada kandang 1 hasil Hen Day Production diatas standar, hal ini dapat terjadi karena pada kandang 1 sering dilakukan seleksi dan culling sehingga ayam yang berada pada kandang 1 merupakan ayam yang masih bisa berproduksi telur dengan baik. Pada umur minggu ke 81 ayam pada kandang 1 mulai di afkir dan dijual ke pedagang ayam di pasar. Selain cuaca dan penyakit, faktor lain yang menyebabkan produksi telur menurun adalah formula ransum pakan yang diganti dan jumlahnya yang dikurangi serta pemberian pakan yang tidak merata. Disnak (2012) menjelaskan bahwa produksi telur diketahui telah mencapai puncaknya apabila selama 5 minggu berturut-turut persentase produksi telur sudah tidak mengalami peningkatan lagi. Sesuai dengan pola siklus bertelur, maka setelah mencapai puncak produksi, sedikit demi sedikit jumlah produksi mulai mengalami penurunan secara konstan dalam jangka waktu cukup lama (selama 52-62 minggu sejak pertama kali bertelur). Laju penurunan produksi telur secara normal berkisar antara 0,4-0,5% per minggu. Pada saat ayam berumur 80 minggu, jumlah produksi yang terus menurun sehingga pada kondisi demikian bisa dikatakan ayam siap di afkir.

4.5.2 Egg Weight

(42)

hari per ayam. Berat telur dapat dipengaruhi oleh bangsa ayam, umur pertama bertelur, temperature lingkungan, tingkat protein dalam pakan, jumlah ayam dalam kelompok dan bobot badan. Berikut ini adalah data rata-rata berat telur di PT. Lawang Unggas Sentosa pada tiga kandang yang berbeda umur dapat dilihat pada tabel 9, tabel 10 dan tabel 11.

Tabel 9. Rata-rata egg weight pada produksi telur di kandang 1

Sumber : Data PT. Lawang Unggas Sentosa 2014 Tabel 10. Rata-rata egg weight pada produksi telur di

(43)

52 61,40 63,9

53 61,27 63,9

54 62,01 63,9

55 62,01 64,0

56 62,43 64,0

57 62,00 64,0

Rata-rata 61,77 63,87

Sumber : Data PT. Lawang Unggas Sentosa 2014

Tabel 11. Rata-rata egg weight pada produksi telur di kandang 3

Umur(minggu) Egg weight (gr)

Standart Egg Weight (gr)

24 48,87 57,5

25 53,50 58,4

26 56,33 59,2

27 56,50 59,9

28 55,14 60,5

29 56,01 61,0

30 57,21 61,4

31 58,81 61,8

32 59,97 62,1

33 59,70 62,4

rata-rata 56,21 60,42 Sumber : Data PT. Lawang Unggas Sentosa 2014

(44)

saluran reproduksi yang semakin berkembang. Pada kandang 1, 2 dan 3 mempunyai berat telur 63 gram, 61,77 gram dan 56,21 gram yang telah masuk ke dalam kategori telur besar. Menurut Abu (1995) telur dalam kategori sedang mempunyai berat antara 42.9 – 52.5. Sedangkan untuk telur kategori besar mempunyai berat antara 52.3 – 63.6 gram. Ayam pada kandang 1, 2, dan 3 mempunyai umur yang sudah dewasa dan saluran reproduksi yang telah berkembang sempurna sehingga dapat menghasilkan telur yang mendekati standar. Standar ditetapkan dengan melihat produksi telur ayam yang super bagus sehingga apabila rata-rata berat telur ayam pada suatu peternakan telah mendekati standar yang ditetapkan maka ayam tersebut telah tercukupi semua nutrisi yang dibutuhkan untuk memproduksi telur.

4.5.3 Egg Mass

(45)

Tabel 12. Rata-rata egg mass pada produksi telur di kandang 1

Umur (Minggu) Egg mass (gr/ekor/hari)

74 51,7

75 51,2

76 46,65

77 46,74

78 47,78

79 48,42

80 49,16

81 58,93

82 16,38

Rata-rata 46

Sumber : Data PT. Lawang Unggas Sentosa 2014

Tabel 13. Rata-rata egg mass pada produksi telur di kandang 2

Umur(minggu) Egg mass (gr/ekor/hari)

48 49,09

49 52,98

50 55,49

51 49,87

(46)

53 50,72

54 49,34

55 47,61

56 48,96

57 49,33

Rata-rata 50,24

Sumber : Data PT. Lawang Unggas Sentosa 2014

Tabel 14. Rata-rata egg mass pada produksi telur di kandang 3

Minggu Egg mass (gr/ekor/hari)

24 35,63

25 42,55

26 47,82

27 46,27

28 46,21

29 49,77

30 52,43

31 52,00

32 52,99

33 51,79

rata-rata 47,75

Sumber : Data PT. Lawang Unggas Sentosa 2014

(47)

Mass berkisar 35,4 - 60 g/ekor/hari. Egg mass adalah cara untuk menentukan kemampuan produksi antar galur unggas akibat pemberian pakan dan pengelolaan yang lebih baik.

4.6 Penanganan dan Pemasaran Telur

(48)

Telur abnormal yang biasanya terdapat di peternakan ini antara lain telur dengan isi kuning telur double, telur dengan bintik-bintik, telur dengan warna putih, telur dalam telur dan telur tanpa kerabang. Telur dengan kuning double terjadi karena menurut Ippo (2010) pada waktu pelepasan oleh ovarium, secara bersama-sama jatuh dua atau lebih kuning telur ke dalam infundibulum. Kemudian proses pembentukan telur berjalan sebagaimana mestinya. Telur dengan warna putih dan telur tanpa kerabang merupakan salah satu ciri ayam terinfeksi IB (Infectious Bronchitis). Telur dalam telur dapat terjadi karena oviduct terganggu sehingga telur yang sudah lengkap yang semestinya keluar akan terdorong kembali ke dalam uterus, bersamaan dengan datangnya telur dari istmus yang kemudian mengalami proses penambahan kerabang bersama-sama. Walaupun ini jarang terjadi, menjaga ketenangan ayam merupakan tindakan pencegahan dini yang efektif.

(49)

Pada pengiriman di Jakarta, pengemasan telur menggunakan egg tray plastik. Telur yang akan dikirim ke Jakarta harus dalam kondisi yang utuh dengan bentuk telur yang standar. Telur yang kotor dan bintik-bintik dapat dimasukkan ke dalam kemasan ini asalkan telur masih dalam kondisi yang utuh (tidak retak) dan tidak abnormal. Pengiriman ke Jakarta dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu. Dalam 1 ikat terdapat 8 tumpuk egg tray atau terdapat 240 butir telur dengan berat rata-rata 14-15 kg

Pada pengiriman ke Ambon, kemasan yang digunakan adalah egg tray karton yang terdapat tulisan KITA. Egg tray ini berbeda dengan egg tray pada pengiriman pada Hengky di Surabaya. Telur yang masuk dalam criteria kemasan ini adalah telur yang utuh dengan ukuran yang standar dan tidak retak. Truck yang digunakan untuk mengangkut telur adalah truck yang besar dan dapat diisi dengan 4-5 ton telur. Pengiriman ke Ambon ini dilakukan sebanyak satu kali dalam satu minggu. Jadwalnya pun sering maju mundur karena disesuaikan dengan jadwal kapal laut yang akan menyeberang membawa telur ini ke Ambon. Dalam 1 ikat terdapat 6 tumpukan egg tray atau terdapat 180 butir telur dengan berat rata-rata 10-11 kg

(50)

dan telur akan menjadi retak atau pecah sehingga harus digunakan bahan penyangga atau peredam berupa jerami, sekam padi atau guntingan kertas yang disusun dalam kotak telur.

Gambar 5. Pengemasan Gambar 6. Pengemasan menggunakan menggunakan peti egg tray plastik

(51)

Tabel 15. Data pelanggan dan jadwal pengiriman telur di PT.

JAKARTA Plastik Baik 300 ikat

(8 tumpuk)

SINGGIH Peti Baik 80 peti 800 Rabu, Sabtu

ELLY Peti Baik 400 peti 4.000 Senin

TJONG YEN Peti Baik 400 peti 4.000 Kamis

HANNA Peti/

kertas Retak Menyesuaikan order - Menye-suaikan

(52)

MALENG

GANG Peti Retak Menyesuaikan order - Menye-suaikan

GLINTUNG Peti Retak Menyesuai

kan order - Menye-suaikan

GAYA BARU

Peti Retak Menyesuai kan order

- Menye-suaikan

P. KRUPUK Peti Retak Menyesuai

kan order - Menye-suaikan

P. MIE Peti Retak Menyesuai

kan order - Menye-suaikan

P.SURYO Kertas Retak Menyesuai kan order

- Menye-suaikan

(53)

kotor terkena pecahan telur) lalu dimasukkan ke tempat sterilisasi.

4.7 Kesehatan Ternak dan Sanitasi

(54)

hanya bisa ditekan dengan tindakan sanitasi dan pengelolaan yang baik.

Kotoran-kotoran ayam yang berada dibawah kandang dibersihkan setiap 1 periode sekali yaitu setelah ayam diafkir atau pada saat ayam telah memasuki umur 50 minggu keatas. Apabila pembersihan kotoran ayam dilakukan pada saat ayam masih puncak produksi maka dapat menyebabkan penurunan produksi telur karena ayam stress. Ayam yang mati harus diambil dan dibuang di sumur yang telah disediakan di peternakan. Jika ayam yang mati tidak segera diambil maka akan mempengaruhi kesehatan ayam-ayam lain yang berada disekitarnya.

(55)

Tabel 16. Jadwal vaksin di PT. Lawang Unggas Sentosa Umur/

Hari

Vaksinasi Keterangan

95 ND + IB LIVE AIR MINUM

103 ND + IB + EDS KILLED SUNTIK 0.5 CC

110 AI (H5N1) SUNTIK 0.5 CC

119 CORYZA III (OIL

45 mgg AI (H5N1) SUNTIK 0.5 CC

55 mgg ND + IB LIVE AIR MINUM

55 mgg + 4

ND + IB KILLED SUNTIK 0.5 CC

Sumber: PT. Lawang Unggas Sentosa 2014

Pemberian vitamin dilakukan melalui air minum dan berfungsi untuk meningkatkan produksi ayam serta mencegah ayam stress. Vitamin yang diberikan sesuai dengan umur ayam dan aturan pakai yang telah ditetapkan. Pengobatan ayam dilakukan saat ayam sakit dan kemungkinan dapat disembuhkan. Ayam yang sakitnya terlalu parah tidak dilakukan pengobatan dan hanya dikarantina. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya produksi yang dikeluarkan.

(56)

karantina. Ayam yang terkena ND menghasilkan telur abnormal dan biasanya berwarna putih, penyakit ini belum ada obatnya sehingga untuk mencegah ayam terkena ND dilakukan pemberian vaksin secara teratur. Menurut Wiharto (1991) pada ayam petelur yang terkena virus ini akan mengalami penurunan produksi telur dan dapat kembali normal mungkin setelah 6 minggu, tetapi diikuti dengan banyak telur yang tidak normal dan pada kulit telur yang berwarna sering berubah pucat. Pencegahan terhadap penyakit ini dilakukan dengan memberikan kekebalan terhadap ternak ayam secara vaksinasi.

(57)

sanitasi yang ketat dan pemberian antibiotic dapat membatu dalam pencegahan.

4.8 Recording

Recording yang dilakukan di PT. Lawang Unggas Sentosa ini sudah baik karena dilakukan setiap hari mulai dari pencatatan strain ayam, umur ayam, jumlah populasi ternak, ayam yang mati, ayam afkir, jumlah telur, jumlah telur retak, jenis pakan, konsumsi pakan, konversi pakan, semprot pada kandang ayam, obat dan vitamin yang diberikan pada ayam. Recording dilakukan dengan menggunakan program komputer yang telah tersedia. Recording dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan produksi satiap harinya. Contoh recording dapat dilihar pada lampiran 2. Recording mempunyai fungsi menurut Tiyo (2012) dari recording ini banyak manfaatnya yang kita peroleh seperti:

a. Dapat mengetahui jumlah populasi ternak akhir, data tersebut dapat kita ketahui dari adanya catatan kematian harian yang kemudian kita komulatifkan. Dari jumlah populasi masuk dikurangi data kematian selama pemeliharaan b. Sebagai data untuk evaluasi selama pemeliharaan,

atau sebagai data pembanding sehingga kita dapat mengambil tindakan maupun keputusan

(58)
(59)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

 Ayam mulai berproduksi pada umur 18 minggu, produksi telur terus meningkat sampai ayam berumur 29 minggu setelah itu produksi telur menurun secara perlahan dan ayam diafkir pada umur 80 minggu keatas dan nilai Hen Day Production pada PT. Lawang Unggas Sentosa ini masih dibawah standar karena pakan ayam banyak yang tercecer.

 Ayam pada periode awal produksi menghasilkan telur yang ukurannya lebih kecil dan semakin bertambah umur maka telur yang diproduksi juga semakin besar karena saluran reproduksi yang semakin berkembang dan nilai egg weight di PT. Lawang Unggas ini telah mendekati standar yang ditetapkan sehingga menunjukkan semua kebutuhan nutrisi telah tercukupi.

(60)

5.2 Saran

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi di PT. Lawang
Tabel 2. Konsumsi Pakan dan Konversi Pakan Pada
Tabel 4. Konsumsi Pakan dan Konversi Pakan Pada
Gambar 2. Desain kandang
+7

Referensi

Dokumen terkait

STUD1 HISTOPATOLOGI SALURAN CERNA DAN LIMPA AYAM PETELUR YANG DIBERI BAHAN ANTIGEN EKSKRETORI-SEKRETORI CACING Ascaridia galli DEWASA.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak ayam broiler Kemitraan pada PT unggas cemerlang dengan peternak mandiri (studi kasus: di Kabupaten Bangka

Nilai Hematokrit Rataan nilai hematokrit ayam ras petelur strain Lohman Brown yang dipelihara pada sistem pemeliharaan intensif dan free-range pola continuous dan rotational pada