• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Modal Sosial pada Buruh Gendong dengan Pedagang dan Pembeli di Sub Terminal Agribisnis Jetis Bandungan T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Modal Sosial pada Buruh Gendong dengan Pedagang dan Pembeli di Sub Terminal Agribisnis Jetis Bandungan T1 BAB IV"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

31 BAB IV

GAMBARAN DAERAH PENELITIAN DAN PROFIL STASIUN TERMINAL

AGRIBISNIS JETIS DI BANDUNGAN

4.1 Gambaran Daerah Penelitian

Desa Jetis merupakan wilayah administrasi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Desa Jetis memiliki potensi sebagai daerah pertanian yaitu sebagai sentra sayur dan buah.

4.1.1 Kondisi Geografis

Desa Jetis memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan : - Desa Duren Kecamatan Bandungan dan Desa Mlilir Kecamatan Bandungan

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa 3) Sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Baran Kecamatan Ambarawa 4) Sebelah Barat berbatasan dengan : Kelurahan Bandungan Kecamatan Bandungan Desa Jetis sendiri terbagi dalam beberapa wilayah yaitu sebagai berikut:

 Dusun Ngunut  Dusun Ngasem  Dusun Deso  Dusun Ngawinan  Dusun Krajan  Dusun Jetis

(2)

32 Kabupaten semarang di bawah ini:

Gambar 4.1

Peta Wilayah Desa Jetis Kecamatan Bandungan

Kabupaten Semarang

sumber: Buku Monografi Desa Jetis Tahun 2016 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Dalam peta administrasi Desa Jetis Kecamatan Bandungan tersebut, wilayah Dusun Deso merupakan tempat sentra sayur dan buah serta bunga yang semakin diperkuat dengan keberadaan Sub Terminal Agribisnis Jetis.

(3)

33 mm/Th dan ketinggian 700 M dari Permukaan Laut. Adapun penggunaan lahannya sebagai berikut:

Table 4.1 Penggunaan Lahan di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten

Semarang, Tahun 2016

No Penggunaan Lahan Ha

1 Sawah 194,615

2 Tanah Pekarangan 50,185

3 Tanah Tegalan 23,000

4 Lain-lain 10,965

Jumlah

Sumber: Monografi Desa Jetis, 2016

Berdasarkan data dari tabel 4.1 diatas, maka sebagian besar lahan digunakan untuk sawah. Selanjutnya adalah tanah pekarangan dan tegalan1. Maka berdasarkan penggunaan lahan ini dapat dinyatakan bahwa kegiatan ekonomi masyarakat didominasi oleh kegiatan pertanian.

4.1.2 Keadaan Demografis

Jumlah penduduk yang berdomisili di desa Jetis adalah sebagai berikut:

Table 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Jetis Kec. Bandungan

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

1 Laki-laki 2448

2 Perempuan 2376

3 Jumlah 4824

(4)

34 Berdasarkan data pada table 4.2 di atas maka penduduk desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang di dominasi oleh laki-laki.

4.1.3 Kondisi Ekonomi

Masyarakat desa Jetis memiliki bemacam-macam mata pencaharian yaitu sebagai berikut:

Table 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Jetis Tahun 2016

No Jenis Pekerjaaan Jumlah Penduduk

1 Petani 721

2 Pedagang 365

3 Pegawai Swasta 56

4 Pegawai Negeri 44

5 Buruh 398

6 Wiraswasta 643

7 Lain-lain 366

Sumber: Monografi Desa Jetis Tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel 4.3 tersebut maka jenis pekerjaan terbesar adalah petani. Sektor utama unggulan desa Jetis adalah sector pertanian, peternakan, dan juga sector pariwisata. Dalam sector pertanian, jenis-jenis tanaman yang kelola adalah padi, sayur mayur, palawija, bunga potong dan bunga hias, serta buah-buahan (jeruk, salak, klengkeng, alpukat). Sedangkan untuk peternakan adalah sapi, kambing, unggas (khususnya ayam petelur).

4.2 Profil Stasiun Terminal Agribinis Jetis

4.2.1 Sejarah Stasiun Terminal Agribinis Jetis

(5)

35 bunga. Terletak diwilayah Desa Jetis, Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa tengah. Lokasinya berdekatan dengan wisata Bandungan dan Candi Gedong Songo dengan jarak tempuh ± 30 menit dari ibukota kabupaten ( ± 32 KM ), ± 10 menit dari Ambarawa ( ± 6 KM ), ± 1 jam dari Temanggung ( ± 60 KM ), ± 1,5 jam dari kota Semarang (± 100 KM )

Pada awalnya adalah pasar Bandungan. Kemudian karena sudah tidak layak disebabkan jumlah penghuni atau pedagang yang semakin banyak namun luas lahan sempit yang kemudian menjadikan kemacetan. Maka oleh pemerintah daerah di pindah ke Ngasem menjadi pasar Ngasem atau pasar Jetis. Selanjutnya dirubah menjadi Sub Terminal Agribisnis Jetis. Pembangunan tahap I pada tahun anggaran 1999 – 2000, mulai dioperasikannya tanggal 16 Juli 2001. Pembangunan tahap II pada tahun anggaran 2001 – 2002, ditempati pada tanggal 3 September 2003. Dengan luas tanah 10,850 m2, dengan luas bangunan 2060 .m2 Sub Terminal Agribisnis Jetis merupakan solusi alternatif dari makin berkembangnya pasar sayur tradisional Bandungan.

Pembentukkan Sub Terminal Agribisnis Jetis ini juga di sesuaikan dengan visi dan misi dari Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Semarang. Visinya dalah :’’ terwujudnya pertanian yang tangguh dan mandiri dengan didukung potensi sumber daya alam

dan sumber daya manusia serta terwujudnya kelestarian ekosistem untuk kesejahteraan

masyarakat kabupaten semarang’’.

Sedangkan misinya adalah :

 Meningkatkan produksi pertanian melalui Ketahanan Pangan;

 Meningkatkan pendapatan petani melalui pengembangan jiwa kewirausahan;

(6)

36

 Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan.

Adapun tujuan pembentukan Sub Terminal Agribisnis Jetis adalah untuk meningkatkan ketersediaan pangan dalam jumlah dan mutu yang cukup dengan distribusi dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Mengembangkan Agribisnis tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan yang berwawasan lingkungan guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing yang dapat memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani. Sub Terminal Agribisnis Jetis memiliki beberapa fasilitas penunjang yaitu sebagai berikut:

 Areal parkir 260 m2  R. Grading1Unit  Los sayur4Los  Mushola1Unit  Kios85

(7)

37 Gambar 2 Sub Terminal Agribisnis Jetis tampak depan

Sumber : Data Primer, 2016

Gambar 3 Sarana Yang Disediakan Dalam STA Jetis

Sumber : Data Primer, 2016

(8)

38 Skema 4.1

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA

DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

KABUPATEN SEMARANG

(Perda Kab. Semarang Nomor : 2 Tahun 2011)

(9)

39 4.2.2 Perkembangan Sub Terminal Agribisnis Jetis

Pengelolaan Sub Terminal Agribisnis Jetis oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah STA Jetis yang berada langsung di bawah Dinas Pertanian, Perkebunan, Dan Kehutanan Kabupaten Semarang yang berada di Ungaran. Untuk jam kerja para pegawai UP DTD Jetis. tidak sama dengan jam kerja pegawai dinas lainnya karena di sesuaikan dengan jam operasional STA Jetis yang berlaku setiap hari dari jam 06.00 wib -12.00/01.00 wib pagi. Adapun pengurus UPTD STA Jetis adalah sebagai berikut:

1. Ketua : Jatmiko

2. Wakil Ketua : Suprapto 3. Bendahara : Suprapto 4. Penarik Retribusi : Budi 5. Penarik Retribusi : Madi 6. Penarik Retribusi : Rondian

7. Penarik Retribusi : Wisnu Pramono.

Keenam pegawai inilah yang bertugas dan bertanggungjawab dalam operasional STA Jetis sehari-hari termasuk pemeliharaan dan perawatan, juga pendapatan yang di dapatkan melalui penarikan karcis parkir, retribusi uang kebersihan serta sewa kios atau loss. Penarikan uang dari karcis parkir/tarif retribusi memiliki ketentuan yang telah di atur dalam Perda No 8 Tahun 2011 yakni:

(10)

40 5) Per Truk dan sejenisnya : Rp. 17.500,

Sedangkan tarif retribusi uang kebersihan sebesar Rp. 2000/hari (bagi para pedagang) dan tarif retribusi untuk kios sebesar Rp. 400/M2/hari (bagi pedagang).

Gambar 4. Daftar Harga Karcis Masuk dan Suasana STA Jetis Di Pintu Masuk Dalam Pasar

Sumber : Data Primer. 2016

Komoditas jualan atau yang dipasarkan di STA Jetis bermacam-macam di antaranya: kol, onclang (daun bawang), ledri, taycin, kentang, wortel, tomat, jagung, ubi jalar, cabe merah kriting, cabe merah besar, cabe rawit, sawi, labu jepang, terong, brokoli,kangkung, bayam, selada, dan seterusnya. Selain sayur ada juga bunga Crysant, melati,mawar,sedap malam Regatta, puma, viji, starlion, mata Kerbau, remix dll serta buah pisang, alpokat, dan klengkeng, rambutan.

(11)

41 Pelaku-pelaku pasar dalam STA Jetis sejak pertama di buka adalah :

SPTI ( kuli panggul ) 72 orang yang akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan STA Jetis

Perpak ( Packing )74 orang Jasa Timbang19 orang Pengepul 216 orang Pemasok 270 orang Pemasok Lokal 15 mobil

Demikian proses yang terjadi menyebabkan aktivitas tinggi dalam STA Jetis yang semakin berkembang. Perkembangan STA Jetis membawa dampak positif yaitu membuka banyak lapangan pekerjaan baru serta kebutuhan yang tinggi akan tenaga kerja. Lapangan pekerjaan yang sangat dibutuhkan dalam STA Jetis adalah kuli/buruh. Kuli di STA Jetis di bagi dalam beberapa kelompok yaitu:

 Kuli yang bertugas untuk noto-noto yaitu menata barang dagangan / komoditas jualan yang tiba di STA Jetis

 Kuli timbang yang bertugas untuk mengangkut komoditas dagangan untuk di timbang  Kuli panggul / manol yang bertugas untuk mengangkut komoditas dagangan dari

tengkulak ke penjual dan dari pedagang ke pembeli.

(12)

42 semakin ramai akan kegiatan bongkar muat, penataan dan juga menimbang sayuran, serta tak ketinggalan pula transaksi jual beli berupa tawar menawar harga dan barang dalam hal ini sayuran. Tambah pula kegiatan manol berlalu lalang sambil mengangkut komoditas dagangan dari pemeran pembeli maupun penjual.

Gambar 5. Suasana Pasar STA Jetis saat ada komoditas dagangan datang

(13)
(14)

44 Sehari-harinya pada saat transaksi antar tengkulak selaku pemasok komoditas dagangan dan pedagang sayur di STA Jetis, ada pertukaran peran yang terjadi. Para pedagang akan berperan sebagai pembeli yang membutuhkan komoditas tertentu dari tengkulak dan sebaliknya tengkulak berperan sebagai pihak yang menjual kebutuhan yang di inginkan dalam jumlah serta harga yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pertukaran peran ini hanya terjadi saat komoditas dagangan datang. Selanjutnya adalah peran yang semestinya sesuai bidang kerja masing-masing.

(15)

45 Pembagian tersebut di maksudkan agar teratur tidak ada perebutan tempat, bersih, mencegah adanya perebutan komoditas dagangan dan perebutan pemakaian jasa manol sehingga potensi konflik kecil, menciptakan keamanan bagi semua pelaku pasar. Hal tersebut juga membuat harga komoditas tidak terlalu tinggi melainkan sangat terjangkau karena stok barang banyak dan harga jual yang sama tergangtung jenis komoditas dagangannya. Kemudian keadaan seperti ini menambah nilai lebih STA Jetis bagi pembeli. Sebagian besar pembeli merasa nyaman dan aman membeli komoditas dagangan di STA Jetis. Faktor lainnya adalah komoditas dagangan yang beraneka ragam, harga yang terjangkau, dapat membeli dalam jumlah/partai besar yang langsung diantarkan ke mobilnya oleh manol tanpa harus membayar karena jasa manol dibayarkan oleh pedagang. Pembeli hanya perlu memberitahukan mobilnya sehingga tidak terjadi kesalahan pengantaran barang oleh manol. Pembeli seakan dimanjakan terhadap pelayanan yang di dapatkan yang kemudian mendorong meningkatnya jumlah pembeli dan membawa dampak pada peningkatan jumlah permintaan barang komoditas dagangan. Hal ini seiring juga dengan adanya peningkatan jumlah pedagang. Ini mengindikasikan perkembangan pasar cukup cepat sehingga keadaan ini membuat kebutuhan akan tenaga pekerja kuli juga meningkat yang menghasilkan adanya pertambahan jumlah pekerja kuli di STA Jetis khususnya kuli panggul / manol.

(16)

46 Skema 4.2 Mekanisme Masuk-Keluar Komoditas Dagangan STA Jetis

Sumber: Data Primer, 2016

Dalam skema 4.2 proses yang terjadi membutuhkan beberapa tahap yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Awal

Tahap awal adalah penyediaan komoditas dagangan oleh pemasok. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pemasok adalah pengepul/tengkulak dan petani daerah sekitar (Bandungan). Banyak jenis sayuran yang dimasukan dalam STA Jetis sangat bervariasi. Namun biasanya bila dari petani disesuikan dengan hasil panennya atau dengan kata lain menjual hasil panennya.

2. Tahap Kedua

Tahap ini adalah pengelolaan komoditas dagangan yang telah tersedia. Pada tahap ini, pengepul/tengkulak melakukan pemilihan barang yang bagus atau tidak dibantu oleh kuli bongkar. Pada saat menyortir produk seperti ini biasanya para pedagang akan datang untuk melaukan transaksi. Setelah penyortiran produk selesai maka produk=produk tersebut ditata dan dipacking oleh kuli noto-noto sesuai dengan jumlah dan jenis pesanan para pedagang. selanjutnya akan ditimbang dan diantarkan ke los para pedagang yang memesan dengan menggunakan tenaga kuli panggul/manol. Transaksi pembayaran Pemasok: INPUT: Pengepul/Tengkula k + Petani Pengelolaan:

(17)

47 dilakukan oleh pengepul/tengkulak.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini dapat dikatakan sebagai tahap pemasaran produk-produk yang menjadi komoditas dagangan dalam pasar STA Jetis di Bandungan.

Produk telah berada ditempat berdagang para pedagang siap untuk dijual dan menunggu pembeli. Selanjutnya terjadi transaksi dengan pembeli. Kemudian dengan menyewa jasa kuli panggul/manol maka barang diantarkan ke (bias any) mobil pembeli sesuai dengan jumlah yang diinginkan pembeli. Demikan proses distribusi berlangsung. Bentuk berlangungnya distribusi adalah pembeli biasanya membawa produk-produk komoditas tersebut untuk dijual pada pedagang di pasar-pasar lainnya.

Gambar

Gambar 4.1
Table 4.2  Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Jetis Kec. Bandungan
Table 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Jetis Tahun 2016
Gambar  3 Sarana Yang Disediakan Dalam STA Jetis
+3

Referensi

Dokumen terkait

Ha: Diduga kebijakan dividen dan keputusan investasi terdapat pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan Transportasi yang terdaftar di Bursa

Setelah guru menjelasakan materi di kelas eksperimen, kemudian siswa diberikan sesi review (pengulangan) berupa model make a match untuk mengetahui berhasil atau

Trend dan Issue Keperawatan.

Menurut Dianita Sari 10 faktor perundang-undangan (substansi hukum) tidak menjadi penghambat peran Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) Bandar Lampung

Hal tersebut menunjukan bahwa praktik kerja lapangan mempunyai peran- an dalam kesiapan soft skill siswa SMK bidang keahlian Jasa Boga yang berada di kota Malang

Hasil olahan Marimas telah dimasukan ke dalam moving hopper kemudian selanjutnya dibawa menuju area filler. Di area filler dikondisikan suhu rendah sekitar 27°C hingga 29°C

Potensi bahaya ergonomi berdasarkan aspek sikap kerja terdapat pada proses pembuatan pola, proses penenpelan material , dan proses finishing yaitu ketika pekerja

Hasil pengendalian risiko dari masing-masing aktivitas pekerjaan 10 mesin yang dilakukan berdasarkan hasil wawancara dan observasi, untuk upaya pengendalian pada bagian