METODE PENELITIAN
Desain penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan metode survey dengan tujuan mencari data dan fakta mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi inovasi program Sapta Pesona oleh pengelola/pimpinan dan karyawan hotel di Jakarta Timur. Metode survey merupakan metode yang dilakukan untuk menggambarkan keadaan sesuai fakta yang dikumpulkan. Penelitian ini akan menguraikan fakta-fakta da n informasi yang diperoleh di lapangan, baik langsung maupun tidak langsung.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, kuisioner dan wawancara. Observasi, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek untuk keperluan pencarian data tentang adopsi inovasi Program Sapta Pesona oleh pengelola dan karyawan hotel di Jakarta Timur. Kuisioner atau daftar pertanyaan yang digunakan mengarah kepada adopsi inovasi rogram Sapta Pesona oleh pengelola dan karyawan hotel di Jakarta Timur, bagaimana pengetahuan, persesi dan adopsi mereka terhadap inovasi program Sapta Pesona.
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada hotel berbintang dan hotel tidak berbintang yang berada di kawasan Jakarta Timur dan merupakan hotel yang berada di Daerah Tujuan Wisata (DTW) binaan Dinas Pariwisata Jakarta Timur sebagaimana terlihat pada Gambar 7. Penelitian berlangsung mulai Bulan April sampai dengan Agustus 2012.
Populasi dan sampel
Populasi adalah kelompok besar individu yang memiliki karakteristik umum yang sama, sedangkan sampel adalah sekelompok individu yang diperoleh dari kelompok yang lebih besar guna mewakili kondisi populasi atau untuk generalisasi hasil. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengelola/pimpinan dan karyawan Hotel Bintang dan Non Bintang/Akomodasi yang ada di Jakarta Timur yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan program sapta pesona dan terdaftar di Dinas Pariwisata Jakarta Timur mulai tahun 2004 s.d. 2011. Sampel yang diambil adalah pengelola/penanggung jawab dan karyawan hotel yang bertanggung jawab langsung terhadap program sapta pesona.
Keseluruhan jumlah fasilitas dan penunjang usaha pariwisata di Jakarta Timur, kerangka sampling dan proses pengambilan sampel disajikan dalam tabel berikut (Tabel 4 – 6):
Tabel 4 Jumlah jenis fasilitas penunjang usaha pariwisata Jakarta Timur pada Tahun 2004 s.d. 2011 Usaha Pariwisata 2004 2005 2006 2007 2008 s.d. 2011 Panti Pijat 24 24 17 19 20 Billiar 30 34 16 18 18 Bioskop 14 4 3 5 5 Diskotik 1 1 - - - Padang Golf 2 2 2 2 2 Kolam Renang 4 5 2 5 5 Kawasan Wisata 2 2 2 2 2 Wisata Belanja - - - 7 18 Musik Hidup-Karaoke 6 7 2 4 4 Hotel Berbintang 5 5 5 5 5
Hotel Tak Berbintang 21 21 21 20 20
Motel 7 4 4 4 4
Biro Perjalanan 15 15 17 19 34
Kerangka sampling penelitian sebagaimana pada Tabel berikut: Tabel 5 Kerangka sampling penelitian No. Kategori Hotel Populasi Jumlah Sample
Hotel
Jumlah
Responden Keterangan
A. Hotel Bintang 5 2 30 dipilih secara acak
Pengelola/Pimpinan dan
Karyawan
diambil acak dari hotel yang berbeda
B. Hotel Non Bintang
(Akomodasi) 25 12 72 dipilih secara acak
Pengelola/Pimpinan dan Karyawan
diambil acak dari hotel yang berbeda
Jumlah 30 14 102
Berdasarkan kerangka sampling, lokasi hotel ditentukan secara acak berdasarkan lokasi di seluruh wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Jumlah sampel/responden pada masing-masing hotel ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah pengelola dan karyawan yang berkaitan atau terlibat langsung dengan program sapta pesona. Jumlah sampel dalam penelitian ditentukan dengan rumus slovin. Keterangan: n : Jumlah sampel N : Jumlah Populasi α : Taraf kesalahan (0,05) n = N___ N (α)2 +1
Secara rinci, proses pengambilan sampel sebagai responden dalam penelitian ini disajikan dalam gambar berikut:
Pengembangan Instrumen Penelitian
Jenis data
Jenis data dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Data primer berupa hasil kuesioner dan wawancara untuk memperoleh data mengenai ciri pribadi dan kondisi lingkungan usaha hotel yang diduga mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan adopsi inovasi pengelola hotel terhadap program sapta pesona. Skala pengukuran dalam penelitian ini sebagian besar meliputi skala ordinal, serta sebagian skala nominal dan rasio. Data sekunder berupa dokumen-dokumen yang dapat mendukung data penelitian.
Variabel penelitian
Variabel/peubah penelitian terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel tidak bebas (dependent) sebagai berikut:
(1). Variabel bebas (x), yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel tidak bebas (y). Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari:
(a). Ciri pribadi (x1), yaitu faktor yang melekat dalam diri individu (pengelola hotel) yang terdiri dari sub variabel: usia, pendidikan, pengalaman berusaha, intensitas komunikasi, keanggotaan kelompok, kemampuan mengendalikan resiko, dan keterampilan teknis.
Hotel Bintang n = 2 hotel Hotel Bintang N = 5 hotel Hotel Non Bintang N = 25 Hotel Non Bintang n = 12 hotel Total sampel (n) = 102 30 Responden 72 Responden Hotel Jakarta Timur Hotel Bintang N = 33 Hotel Non Bintang
N = 87
(b). Faktor lingkungan usaha hotel (x2), yang terdiri dari sub variabel: kebijakan pemda, skala usaha, modal keuangan, modal tenaga kerja, sarana usaha, prasarana usaha, lokasi usaha dan kompetitor.
(2). Variabel tidak bebas (y), terdiri dari:
(a). Pengetahuan pengelola dan karyawan hotel mengenai program Sapta Pesona (y1) yang meliputi pengertian terhadap unsur-unsur Sapta Pesona keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keramahan dan kenangan. (b). Persepsi pengelola dan karyawan hotel terhadap ciri inovasi program
Sapta Pesona, (y2) yang meliputi keuntungan relatif, kerumitan, kesesuaian, kemungkinan dicoba dan kemudahan dilihat hasilnya.
(c). Proses adopsi pengelola dan karyawan hotel terhadap inovasi program Sapta Pesona,(y3) yang meliputi keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keramahan dan kenangan.
Definisi operasional
(1). Ciri pribadi pengelola/manajer dan karyawan hotel adalah ciri-ciri dari dalam diri pribadi pengelola/manajer dan karyawan di Jakarta Timur yang diduga berhubungan dengan adopsi pengelola/manajer dan karyawan dalam usaha hotel di Jakarta Timur.
(2). Usia, adalah lamanya (tahun) hidup responden yang dihitung sejak dilahirkan sampai dengan saat wawancara/penelitian dilakukan.
(3). Pendidikan, adalah lamanya (tahun) pendidikan formal dan jenis pelatihan yang pernah diikuti responden pada saat dilakukan wawancara.
(4). Lama bekerja, adalah jumlah tahun lamanya responden bekerja di bidang perhotelan, diukur dari lamanya tahun dari awal sampai saat dilaksanakan penelitian.
(5). Intensitas komunikasi, adalah derajat tingkat frekuensi komunikasi, lamanya interaksi, sumber informasi (penyuluh, media massa, dan kegiatan pertemuan). Termasuk bentuk interaksi dengan sumber informasi, dan jenis komunikasi (personal, kelompok, dan massa) yang paling sering diikuti sampai saat wawancara/penelitian dilaksanakan.
(6). Keanggotaan kelompok, adalah keterlibatan responden dalam kelompok formal dan atau kelompok informal, meliputi nama kelompok, status/kedudukan, lamanya keikutsertaan dalam kelompok, dan frekuensi pertemuan yang diadakan kelompok.
(7). Keberanian mengambil risiko adalah risiko yang paling sering dihadapi responden, dampaknya terhadap pengembangan usaha rumah makan, jenis risiko yang mampu dihadapi, dan usaha yang dilakukan terhadap risiko yang tidak mampu dihadapi. Termasuk keputusan yang akan diambil responden jika usahanya menghadapi kemerosotan ataupun keuntungan besar, dan sikap keberanian mengambil risiko pada beberapa kasus dalam pengelolaan hotel.
(8). Keterampilan teknis adalah keterampilan yang meliputi pemahaman dan kompetensi dalam aktifitas yang spesifik berkaitan dengan suatu metode, proses, dan prosedur tertentu yang bersifat teknis terkait dengan fungsi
manajemen dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
(9). Lingkungan usaha hotel adalah lingkungan usaha yang memiliki keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan didalam maupun di luar hotel.
(10). Kebijaksanaan Pemda yaitu adanya kebijakan pemerintah daerah yang mengatur program sata pesona dinyatakan dalam jumlah kebijakan tentang program tersebut.
(11). Skala usaha/luas hotel yaitu kapasitas kamar/tempat tidur, atau jumlah karyawan yang merupakan karakter dari skala usaha mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat produktifitas. Maka hal ini akan pula berpengaruh pada kemauan, kemampuan, dan kesempatan pengelola hotel dalam mengadopsi suatu inovasi.
(12). Modal keuangan merupakan karakteristik finansial hotel berupa tersedianya modal keuangan bagi usaha hotel dinyatakan dalam besaran modal dan asal modal apakah dari perorangan atau dari bank.
(13). Modal tenaga kerja yaitu tersedianya modal tenaga kerja bagi hotel berupa sumber daya manusia, diukur dari segi kecukupan jumlah, kualitas tenaga kerjanya ditinjau dari segi pendidikan (formal dan pelatihan) dan keterampilan yang dimiliki.
(14). Sarana usaha yaitu seluruh fasilitas utama untuk kebutuhan operasional hotel dalam mendukung keuasan pelanggannya. Sarana yang dimaksud dikelompokan menjadi tiga terdiri dari: (a) sarana pokok yaitu peralatan hotel (kamar, toilet, ruangan rapat, lobby, parkir,keamanan dan internet); (b) sarana pelengkap yaitu jenis perabot hotel lainnya (meja, kursi, dan lemari/meja tempat rapat, sarana perlengkapan kantor, infokus); (c) sarana penunjang yaitu perlengkapan lenan (sheet/siprey bersih), meja kerja (perlengkapan alat tulis, kertas dan asbak), dan perlengkapan (sarana penunjang untuk kebutuhan tamu).
(15). Prasarana usaha adalah seluruh fasilitas penunjang untuk kelancaran operasional rumah makan dan kepuasan pelayanan bagi pelanggannya, terdiri dari instalasi komunikasi, PLN, gas, air bersih, penampungan sampah dan saluran limbah, fasilitas taman parkir, fasilitas penunjang keselamatan kerja, dan fasilitas ibadah.
(16). Lokasi usaha adalah kondisi lokasi/letak usaha hotel dinilai dari strategis atau tidaknya dengan indikator kedekatan dengan target pasar, sumber perolehan bahan baku, dan dampak lingkungan terhadap citra perusahaan. (17). Kompetitor adalah iklim usaha berupa persaingan antara
pengusaha-pengusaha kecil dengan pengusaha-pengusaha perhotelan, dinyatakan dalam bagaimana pengembangan kemitraan yang terjadi yang memungkinkan persaingan sehat.
(18). Pengetahuan mengenai program Sapta Pesona adalah pengetahuan pengelola dan karyawan hotel terhadap kebijakan, tujuan, unsur-unsur dan manfaat sapta pesona.
(19). Persepsi terhadap ciri inovasi program Sapta Pesona adalah anggapan/pendapat/interpretasi dan penilaian pengelola dan karyawan hotel terhadap ciri inovasi program Sapta Pesona.
(20). Keuntungan relatif adalah tingkatan dimana suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya. Seringkali keuntungan relatif dinyatakan dalam bentuk keuntungan ekonomis.
(21). Kesesuaian adalah sejauh mana inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. Ide yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang kompatibel.
(22). Kompleksitas adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Semakin rumit suatu inovasi bagi seseorang, semakin lambat diadopsi.
(23). Triabilitas adalah adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. Inovasi yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu.
(24). Observabilitas (dapat diamati) adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Observabilitas suatu inovasi menurut anggapan anggota sistem sosial berhubungan positif dengan kecepatan adopsinya.
(25). Adopsi pengelola dan karyawan hotel adalah ikut sertanya responden dalam memanfaatkan konsep Sapta Pesona (yang terdiri dari 7 unsur sebagaimana telah disebutkan) dengan mengambil inisiatif sendiri untuk melakukan tindakan sebagai dampak dari adopsi inovasi program Sapta Pesona.
(26). Keamanan adalah salah satu unsur sapta pesona yang bertujuan menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat menikmati kunjungannya kesuatu destinasi wisata. Bentuk aksi dalam sapta pesona keamanan antara lain adalah: (1) tidak mengganggu wisatawan; (2) menolong dan melindungi wisatawan; (3) bersahabat terhadap wisatawan; (4) memelihara keamanan lingkungan; (5) membantu memberi informasi kepada wisatawan; (6) menjaga lingkungan yang bebas dari bahaya penyakit menular; dan (7) meminimalkan risiko kecelakaan dalam penggunaan fasilitas publik.
(27). Ketertiban adalah adalah salah satu unsur sapta pesona yang bertujuan menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan. Bentuk aksi sapta pesona ketertiban antara lain adalah: (1) mewujudkan budaya antri; (2) memelihara lingkungan dengan mentaati peraturan yang berlaku; (3) disiplin /tepat waktu; (4) menjaga keteraturan, kerapian dan kelancaran; serta (5) semua sisi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat menunjukkan keteraturan yang tinggi.
(28). Kebersihan adalah salah satu unsur sapta pesona yang bertujuan menciptakan lingkungan yang bersih bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan higienis bagi wisatawan. Bentuk aksi dalam sata pesona kebersihan antara lain: (1) tidak membuang sampah/limbah sembarangan; (2) turut menjaga kebersihan sarana dan lingkungan; (3) menyiapkan perlengkapan penyajian makanan dan minuman yang bersih; dan (5) pakaian dan penampilan petugas bersih dan rapi.
(29). Kesejukan adalah salah satu unsur sapta pesona yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan sejuk bagi berlangsungnya
kegiatan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman, sejuk, sehingga menimbulkan rasa betah bagi wisatawan, sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan yang lebih panjang. Bentuk aksi sapta pesona kesejukan antara lain: (1) melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon; (2) memelihara lingkungan hotel tetap hijau; dan (3) menjaga kondisi sejuk dalam ruangan umum, hotel, penginapan, dan tempat lainnya.
(30). Keindahan adalah salah satu unsur sapta pesona yang bertujuan menciptakan lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatawan, sehingga mendorong promosi ke kalangan/pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang. Bentuk aksi sapta pesona keindahan antara lain: (1) menjaga keindahan lingkungan hotel dalam tatanan yang alami dan harmoni; (2) menata lingkungan hotel secara teratur, tertib dan serasi serta menjaga karakter kelokalan; dan menjaga keindahan vegetasi, tanaman hias dan peneduh sebagai elemen estetika lingkungan yang bersifat natural.
(31). Keramah-tamahan adalah salah satu unsur sapta pesona yang bertujuan menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di rumah sendiri bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas. Bentuk aksi sapta pesona keramah-tamahan antara lain: (1) bersikap sebagai tuan rumah yang baik dan rela membantu wisatawan; (2) memberi informasi tentang adat istiadat secara sopan; (3) para petugas bisa menampilkan sikap dan perilaku yang terpuji; dan (4) menampilkan senyum dan keramah-tamahan yang tulus.
(32). Kenangan adalah salah satu unsur sapta pesona yang bertujuan menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak wisatawan, dan menumbuhkan motivasi untuk kunjungan ulang. Bentuk aksi sapta pesona kenangan antara lain: (1) menggali dan mengangkat keunikan budaya lokal; (2) menyajikan makanan dan minuman khas lokal yang bersih, sehat dan menarik; dan (3) menyediakan cinderamata yang menarik, unik/khas serta mudah dibawa.
Matriks pengembangan instrumen
Instrumen yang dipakai pada penelitian adalah kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan peubah dalam penelitian. Daftar pertanyaan untuk peubah yang berhubungan dengan tingkat adopsi pengelola hotel di Jakarta Timur, terdiri atas ciri pribadi pengelola meliputi: umur, pendidikan formal, intensitas komunikasi, dan keanggotaan kelompok. Ciri usaha pengelola Hotel meliputi: skala usaha, pengalaman usaha, kewirausahaan, dan keterampilan manajerial. Daftar pertanyaan peubah interevening, adopsi inovasi serta peubah terikat, yakni sikap pengelola usaha hotel di Jakarta Timur. Berikut disajikan matrik pengembangan instrumen secara rinci:
Tabel 6 Peubah, indikator, dan skala data
Peubah Sub Peubah Definisi Indikator Skala
Data
Ciri Pribadi (X1)
Umur Umur resonden dari lahir sampai saat penelitian dinyatakan dalam jumlah tahun
Karakteristik umur Rasio
Pendidikan formal
Tingkat pendidikan formal responden dinyatakan dalam jumlah tahun mengikuti pendidikan formal Karakteristik pendidikan formal Rasio Pendidikan non formal
Pelatihan yang pernah atau sedang diikuti responden
Frekuensi pelatihan yang pernah/sedang diikuti dalam 3 tahun terakhir.
Ordinal Pengalaman Usaha Lamanya responden melakukan usaha hotel/bekerja di hotel
Jumlah lamanya tahun dalam melakukan kegiatan usaha hotel
Rasio
Intensitas Komunikasi
Intensitas kontak & kualitas komunikasi antara responden dengan sumber
Jenis sumber informasi Nominal
Frekuensi dan lamanya berinteraksi
Rasio
Bentuk interaksi pada sumber informasi
Nominal
Bentuk komunikasi yang dipilih untuk diikuti.
Nominal Keanggotaan kelompok Keikutsertaan responden dalam kegiatan kelompok professional PHRI (persatuan hotel restoran Indonesia)
Keikutsertaan dan
keaktifan dalam kelompok
Ordinal
Status dalam kelompok Ordinal Frekuensi pertemuan Rasio Kemampuan
Mengendalikan Risiko
Kemampuan mengendalikan
Risiko yang muncul pada Pengembangan usaha hotel Kemampuan mengenali dan mengendalikan hambatan/gangguan lain Ordinal
Jenis risiko yang sering dihadapi
Nominal
Jenis hambatan lain yang sering dihadapi Nominal Keterampilan Teknis Keterampilan teknis dalam
mengelola tenaga kerja.
jenis keterampilan yang dikuasai dalam pengelolaan usaha
Tabel 6 Peubah, indikator, dan skala data (lanjutan)
Peubah Sub Peubah Definisi Indikator Skala
Data
Keterampilan teknis berkaitan
metode, proses, dan prosedur dalam:
- kesesuaian kerja dengan prosedur - penilaian kinerja - evaluasi & umpan
balik kepuasan pelanggan Ordinal Ciri Lingkungan Usaha (X2) Kebijakan Pemda
Adanya kebijakan Pemda setempat yang
mendukung sapta pesona dan keberlangsungan usaha
- Kebijakan yang memadai
ordinal
Skala Usaha Skala usaha hotel yang dikelola/tempat bekerja responden pada saat penelitian dilakukan
Skala usaha mendukung dilaksanakannya program sapta pesona
Ordinal
Data skala usaha Luas total bangunan Rasio
Jumlah karyawan Rasio
Kapasitas berdasarkan jumlah kamar tersedia Jumlah ruang rapat
Rasio
Rasio Jumlah pengunjung harian
yang memperoleh pelayanan
Rasio
Jumlah omzet yang diperoleh per-hari
Rasio
Modal keuangan Gambaran mengenai modal yang dikelola dan keterlibatan pada lembaga keuangan dalam investasi awal &
pengembangan usaha
Asal modal keuangan Ordinal
Tingkat kecukupan besaran modal keuangan Rasio Tingkat kecukupan besaran Modal investasi Rasio Lembaga keuangan sumber modal usaha Ordinal
Tingkat kemudahan dalam memperoleh modal dari lembaga keuangan
Tabel 6 Peubah, indikator, dan skala data (lanjutan)
Peubah Sub Peubah Definisi Indikator Skala
Data
Modal tenaga kerja
Kondisi modal tenaga kerja dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilan.
Tenaga kerja memadai dalam pelaksanaan kegiatan hotel
Ordinal
Asal tenaga kerja Nominal Status kepegawaian
karyawan
Nominal
Kesesuaian pendidikan (formal dan non formal) dengan kebutuhan Frekuensi pemberian pelatihan karyawan
Ordinal
Rasio
Sarana usaha Kondisi sarana usaha Kecukupan dan kelayakan sarana usaha
Ordinal
Jumlah frekuensi kegiatan inventarisasi peralatan
Rasio
Prasarana usaha Kondisi prasarana usaha Kecukupan dan kelayakan prasarana usaha
Ordinal
Lokasi usaha Pengaruh lokasi usaha yang terhadap tingkat kunjungan
Tingkat strategis menurut Pengunjung dekat kerja/wisata
Ordinal
Pengaruh lokasi terhadap tingkat kunjungan tamu
Ordinal
Kondisi lingkungan Ordinal Kompetitor Bentuk persaingan hotel
dengan kompetitor usaha sejenis
Bentuk persaingan: produk, harga, pelayanan, dan promosi
Ordinal
Strategi dalam menghadapi Persaingan Ordinal Pengetahuan Program Sapta Pesona (Y1) Kebijakan sapta pesona Pengetahuan resonden tentang kebijakan sapta pesona Tingkat pengetahuan responden tentang kebijakan pemerintah di bidang pariwisata Ordinal Tingkat pengetahuan responden tentang kebijakan sapta pesona
Ordinal
Tujuan sapta pesona
Pengetahuan resonden tentang tujuan Sapta Pesona
Tingkat pengetahuan responden tentang kebijakan sapta pesona
Ordinal Unsur-unsur Sapta Pesona Pengetahuan resonden tentang unsure-unsur sapta pesona Tingkat pengetahuan responden tentang tujuan sapta pesona
Ordinal
Manfaat Sapta Pesona
Pengetahuan resonden tentang manfaat sapta pesona
Tingkat pengetahuan responden tentang tujuan sapta pesona Ordinal Persepsi terhadap ciri inovasi Sapta Pesona (Y2) Keuntungan Relatif
Pendapat dan penilaian terhadap keuntungan adanya program sapta pesona
Inovasi sapta pesona yang di anggap menguntungkan responden.
Tabel 6 Peubah, indikator, dan skala data (lanjutan)
Peubah Sub Peubah Definisi Indikator Skala
Data
Kerumitan Pendapat/interpretasi dan penilaian pengelola dan karyawan hotel terhadap sejauh mana inovasi dianggap mudah untuk diterima dan diterapkan.
Inovasi sapta pesona yang di anggap tidak rumit oleh responden sehingga bisa di terima
Ordinal
Kesesuaian Pendapat/interpretasi dan penilaian pengelola dan karyawan hotel dimana suatu inovasi sesuai untuk diterima dan diterapkan.
Sapta pesona yang di anggap responden memiliki kesesuaian Ordinal Kemungkinan dicoba Pendapat/interpretasi dan penilaian pengelola dan karyawan hotel terhadap inovasi dimana inovasi dapat dicoba. Inovasi yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu
Inovasi sapta pesona oleh responden dapat di pahami dan dicoba
Ordinal
Kemudahan dilihat hasilnya
Pendapat/interpretasi dan penilaian pengelola dan karyawan hotel terhadap inovasi (sapta pesona) dapat diamati.
Inovasi sapta pesona oleh responden dapat diamati (di observasi)
Ordinal
Adopsi Program Sapta
Pesona (Y3)
Keamanan Adopsi resonden dalam unsur keamanan yaitu menciptakan lingkungan yang aman bagi
wisatawan dan
berlangsungnya kegiatan
1. Tindakan untuk tidak mengganggu wisatawan, 2. Tindakan untuk menolong dan melindungi wisatawan Ordinal kepariwisataan, sehingga
wisatawan tidak merasa cemas dan dapat
menikmati kunjungannya kesuatu destinasi wisata.
3. Tindakan untuk bersahabat terhadap wisatawan, 4. Tindakan untuk memelihara keamanan lingkungan, 5. Tindakan untuk membantu memberi informasi kepada wisatawan 6. Tindakan untuk menjaga lingkungan yang bebas dari bahaya penyakit menular, 7. Tindakan untuk meminimalkan risiko kecelakaan dalam penggunaan fasilitas publik
Tabel 6 Peubah, indikator, dan skala data (lanjutan)
Peubah Sub Peubah Definisi Indikator Skala
Data
Kebertiban Adopsi resonden dalam unsur keamanan yaitu menciptakan lingkungan yang tertib bagi
berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan
1. Tindakan untuk mewujudkan budaya antri. 2. Tindakan untuk memelihara lingkungan dengan mentaati peraturan yang berlaku 3. Tindakan untuk disiplin waktu/tepat waktu
4. Tindakan untuk serba teratur, rapi dan lancar 5. Tindakan untuk semua
sisi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat menunjukkan keteraturan yang tinggi Ordinal
Kebersihan Adopsi resonden dalam unsur keamanan yaitu menciptakan lingkungan yang bersih bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan higienis bagi wisatawan
1. Tidak membuang sampah/ limbah sembarangan 2. Menjaga kebersihan
sarana dan lingkungan objek dan daya tarik wisata,
3. Menyiapkan sajian makanan dan minuman yang higienis,
4. Menyiapkan
perlengkapan makanan /minuman yang bersih, 5. Berakaian dan
berpenampilan bersih dan rapi
Ordinal
Kesejukan Adopsi resonden dalam unsur kesejukan yaitu menciptakan lingkungan yang nyaman dan sejuk bagi berlangsungnya 1. Tindakan untuk melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon Ordinal kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman, sejuk, sehingga menimbulkan rasa “betah” bagi wisatawan, sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan yang lebih panjang
2. Tindakan untuk memelihara
penghijauan di objek dan daya tarik wisata serta jalur wisata
3. Tindakan untuk
menjaga kondisi sejuk dalam ruangan umum, hotel, penginapan, restoran dan alat transportasi dan tempat lainnya
Tabel 6 Peubah, indikator, dan skala data (lanjutan)
Peubah Sub Peubah Definisi Indikator Skala
Data
Keindahan Adopsi resonden dalam unsur keindahan yaitu menciptakan lingkungan yang indah bagi
berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatawan, sehingga mendorong promosi ke kalangan/pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang
1. Tindakan untuk menjaga keindahan objek dan daya tarik wisata dalam tatanan yang alami dan harmoni 2. Tindakan untuk
menata tempat tinggal dan lingkungan secara teratur, tertib dan serasi serta menjaga karakter kelokala 3. Tindakan untuk
menjaga keindahan vegetasi, tanaman hias dan peneduh sebagai elemen estetika lingkungan yang bersifat natural
Ordinal
Keramahan Adopsi responden dalam unsur keramahan yaitu menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di ”rumah sendiri” bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas
1. Tindakan bersikap sebagai tuan rumah yang baik dan rela membantu wisatawan 2. Tindakan memberi
informasi secara sopan 3. Tindakan
menampilkan sikap dan perilaku yang terpuji 4. Tindakan menampilkan senyum dan keramah-tamahan yang tulus Ordinal
Kenangan Adopsi resonden dalam unsur kenangan yaitu menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman
perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak wisatawan, dan menumbuhkan motivasi untuk kunjungan ulang 1. Tindakan untuk menggali dan mengangkat keunikan budaya local 2. Tindakan untuk menyajikan makanan dan minuman khas lokal yang bersih, sehat dan menarik 3. Tindakan untuk
menyediakan cinderamata yang menarik, unik/khas serta mudah dibawa
Kisi-kisi instrumen
Instrumen penelitian berupa kuesioner terdiri dari 86 pertanyaan dengan rincian, 21 (dua puluh satu) pertanyaaan untuk ciri pribadi; 18 (delapan belas) pertanyaan untuk ciri lingkungan usaha; 5 (lima) pertanyaan untuk pengetahuan tentang sapta pesona; 8 (delapan) pertanyaan untuk persepsi ciri inovasi; dan 34 (tiga puluh empat) pertanyaan untuk adopsi inovasi program sapta pesona. Secara rinci dapat diuraikan dalam tabel berikut : (disajikan dalam lampiran)
Uji kualitas data instrumen
Validitas instrumen adalah validitas pengukuran variabel. Makna validitas dalam suatu instrumen tercermin dari pertanyaan? Apakah kita sungguh-sungguh mengukur hal yang memang ingin kita ukur?” (Kerlinger, 2004). Instrumen yang sahih atau valid, berarti memiliki validitas tinggi, demikian pula sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan sahih, apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau mengungkapkan data dari peubah yang diteliti secara tepat (Hasan, 2002).
Penelitian ini menggunakan teknik validitas konstruk (construct validity), dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) penyesuaian daftar pertanyaan dengan esensi kerangka konsep yang diperoleh dalam kajian pustaka, terutama yang berfokus pada variabel dan indikator-indikator yang diteliti; (2) memeriksa butir tes satu persatu untuk mengetahui hubungannya dengan tujuan yang ingin diukur; dan (3) konsultasi dengan dosen pembimbing dan pihak lain memahami tentang materi alat ukur.
Reliabilitas atau keandalan adalah ketepatan instrumen pengukur (Kerlinger, 2004). Keandalan juga berarti konsistensi internal suatu test atau alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Suatu instrumen yang andal adalah instrument yang jika digunakan untuk mengukur himpunan obyek yang sama berulangkali akan memperoleh hasil yang sama atau serupa pula. Hasil uji instrumen disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 7 Hasil uji instrumen penelitian Variabel Jumlah item Skala ordinal Uji reliabilitas Keterangan
Uji validitas Keterangan Ciri Pribadi 21 1-4 0.687 Reliabel 0.201* - 0.613** Valid Ciri Lingkungan Usaha 18 1-4 0.765 Sangat reliabel 0.302** - 0.678** Valid Pengetahuan Tentang Sapta Pesona 5 1-4 0.905 Sangat reliabel 0.714** - 0.930** Valid Persepsi Terhadap Sapta Pesona 8 1-4 0.892 Sangat reliabel 0.595** - 0.829** Valid Adopsi Inovasi Program Sapta Pesona 34 1-4 0.961 Sangat reliabel 0.236** - 0.809** Valid
Dari hasil uji tersebut di atas dapat diketahui bahwa semua item dalam instrumen tergolong reliabel dan sangat reliabel serta valid pada level signifikan dan sangat signifikan. Hanya terdapat 1 item yang tidak valid pada ciri individu yaitu lama bekerja pengelola/pimpinan dan karyawan hotel.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari mengisi kuisoner, dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (quisioner) yang telah disiapkan dan pengamatan di lapangan. Untuk data sekunder diperoleh dan dikumpulkan dengan cara peninjauan studi kepustakaan dan dari instansi terkait.
Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dari beberapa hotel bintang dan non bintang diolah melalui tahapan editing, coding, dan tabulasi dengan interval yang dihasilkan pada masing-masing hasil pengukuran. Data yang diperoleh, diolah dan analisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Pengolahan data yang diperoleh secara tabulasi dan uji korelasi Rank Spearman pada α = 0,05 atau α = 0,01. Analisa tabulasi digunakan untuk mengetahui adopsi inovasi program sapta pesona hotel di Jakarta Timur. Berikut adalah rumus/persamaan korelasi Rank Spearman:
N 6
Σ
di2 i =1 rs = 1- n (n2 – 1)Pengujian hipotesis menggunakan statistik non parametrik untuk mengukur keeratan hubungan antara ciri pribadi pengelola dan karyawan hotel dan ciri lingkungan usaha hotel dengan pengetahuan, persepsi dan proses adopsi program Sapta Pesona oleh pengelola dan karyawan hotel. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan analisis uji korelasi Rank Spearman pada α = 0,05 atau α =
0,01 (Siegel, 1992) dan untuk memudahkan pengolahan data digunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Science) 20.0.
Keterangan:
rs = Koefisien korelasi spearman di = Selisih antar jenjang