• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK PEMARKAHAN WAKTU DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA BALI: STUDI KONTRASTIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK PEMARKAHAN WAKTU DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA BALI: STUDI KONTRASTIF"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

xi ABSTRAK

PEMARKAHAN WAKTU DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA BALI: STUDI KONTRASTIF

Penelitian ini merupakan penelitian tipologi intralingual berupa studi kontrastif terhadap pemarkahan waktu dalam bahasa Jepang (BJ) dan bahasa Bali (BB). Pemarkahan waktu yang diteliti berfokus pada pemarkahan fungsi adverbial temporal. Teori utama yang digunakan adalah teori tipologi bahasa yang didukung oleh teori morfologi, semantik, dan sintaksis. Selain itu, digunakan pula teori tentang klasifikasi adverbial temporal berdasarkan fungsi semantisnya yang dikemukakan oleh Haspelmath (1997) dan dikembangkan oleh Pan (2010).

Penelitian ini menggunakan data tulis sebagai data utama dan data intuitif sebagai data tambahan. Data tulis didapat dari teks-teks naratif berupa cerita pendek dan cerita bersambung dari kumpulan cerpen dan surat kabar mingguan Bali Orti. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak yang dibantu dengan teknik catat. Data intuitif dibuat dengan menggunakan teknik elisitasi.

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Sebelum dikontraskan dengan menggunakan metode padan translasional, tiap-tiap bahasa dianalisis dengan menggunakan metode agih dan metode padan referensial, ortografis, dan pragmatik. Metode agih diterapkan dengan menggunakan teknik bagi unsur langsung dan empat teknik lanjutan lainnya, yaitu teknik lesap, teknik ganti, teknik perluas, teknik balik.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa baik BB maupun BJ memiliki variasi leksikal yang kaya. BJ kaya akan kosakata yang berkaitan dengan periode waktu kualitatif, khususnya kosakata yang menyatakan musim dan bagian hari. BB kaya akan kosakata yang berkaitan dengan nama unit kalender karena perhitungan waktu yang digunakan masyarakat Bali tidak hanya menggunakan tahun Masehi seperti yang digunakan juga oleh masyarakat Jepang, tetapi juga menggunakan tahun Saka yang memiliki sistem dan tata cara penghitungan waktu yang rumit.

Secara umum, fungsi semantis adverbial temporal dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu lokasi temporal, jangkauan temporal, frekuensi, dan fungsi semantis lainnya. Dari dua puluh satu fungsi semantis yang dibandingkan, BJ dan BB masing-masing memiliki dua puluh fungsi semantis. BJ tidak memiliki fungsi semantis jarak prospektif, sedangkan BB tidak memiliki pemarkah fungsi semantis medial. Pemarkah dalam BB berfungsi sebagai preposisi, sedangkan pemarkah BJ berfungsi sebagai posposisi.

Pemarkahan argumen inti dalam BJ menyebabkan keleluasaan posisi fungsi adverbial temporal di antara O dan V. Hal yang sama tidak ditemukan dalam BB. O dan V tidak bisa dipisahkan oleh adverbial temporal. Adverbial temporal dalam BJ tidak bisa mengisi posisi di akhir klausa, sedangkan adverbial temporal BB bisa mengisi posisi di akhir klausa. Fungsi adverbial dalam BB juga dipengaruhi oleh kedefinitan konsituen-konstituen pengisi fungsi adverbial temporal.

Kata Kunci: tipologi bahasa, pemarkahan waktu, fungsi adverbial temporal, bahasa Jepang, bahasa Bali

(2)

xii ABSTRACT

A CONTRASTIVE STUDY OF TEMPORAL MARKINGS IN JAPANESE AND BALINESE LANGUAGE

This research is a study of intralingual typology in the form of a contrastive study on temporal markings in Japanese (BJ) and Balinese language (BB). The focus of the study is on the markings of the adverbial temporal functions. The main theory used is the theory of language typology supported by morphological, semantic, and syntactic theory. In addition, the theory of adverbial temporal classifications based on the semantic functions proposed by Haspelmath (1997) which was later developed by Pan (2010) is also used.

This study used written data as the main data and intuitive data was used as additional data. The written data was taken from narrative texts in the form of short stories and serial stories from a collection of short stories and the weekly newspaper, Bali Orti. The data was collected by using the reading method supported by note-taking technique. Intuitive data was collected through an interview method using elicitation technique.

The data was analyzed using a descriptive-qualitative method. Before a contrastive analysis has been done using the translational equivalent method, each language was analyzed by using a number of methods, such as transformation, referential equivalent, orthographic, and pragmatic method. The transformation method is applied by using techniques for direct constituency tests and four other advanced techniques, such as deletion, substitution, extension, and alternating order technique.

The result of data analysis showed that both BB and BJ have rich lexical variations. BJ is rich in vocabulary relating to qualitative time periods, especially the vocabulary that related to the seasons and parts of the day. BB is rich in vocabulary related to the name of calendar unit because the time calculation used by the Balinese people is not only the Christian year as it is used by the Japanese community, but Balinese also use the Saka year which has complex systems and procedures of calculating the time.

In general, the adverbial temporal semantic functions can be classified into four categories, namely temporal location, temporal sequence, frequency, and other semantic functions. Of the twenty-one semantically comparable functions, BJ and BB each have only twenty semantic functions. BJ does not have a prospective distance semantic function, whereas BB does not have a medial semantic marker function. Markers in BB function as prepositions, while BJ markers function as postpositions.

The marking of the core argument in BJ causes the flexibility of the position of the adverbial temporal function between O and V. The same is not found in BB in that the O and V cannot be separated by an adverbial temporal. The adverbial temporal in BJ cannot be a final constituent of the clause, while the adverbial temporal BB can fill the position at end of the clause. The adverbial function in BB is also influenced by the definiteness of the constituent fulfilling the adverbial temporal function

Keywords: language typology, time marking, adverbial temporal function, Japanese language, Balinese language

(3)

xlviii DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

MOTTO UNIVERSITAS UDAYANA ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

RINGKASAN ... xiii

SUMMARY ... xxxi

DAFTAR ISI ... xlviii DAFTAR TABEL ... liii DAFTAR GAMBAR ... lv DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH ... lvi BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 11 1.3 Tujuan Penelitian ... 12 1.3.1 Tujuan Umum ... 12 1.3.2 Tujuan Khusus ... 13 1.4 Manfaat Penelitian ... 13 1.4.1 Manfaat Teoretis ... 13 1.4.2 Manfaat Praktis ... 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... 15

2.1 Tinjauan Pustaka ... 15 2.2 Konsep ... 21 2.2.1 Waktu ... 21 2.2.2 Leksikon Temporal ... 22 2.2.3 Verba ... 23 2.2.4 Frasa Temporal ... 23 2.2.5 Klausa Temporal ... 24 2.3 Kerangka Teori ... 25

2.3.1 Model Penelitian Tipologi Linguistik ... 26

2.3.2 Jenis Penelitian Tipologi ... 27

2.3.2.1 Tipologi Leksikal ... 27

2.3.2.2 Tipologi Gramatikal ... 29

(4)

xlix BAB III

METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Pendekatan Penelitian ... 44

3.2 Lokasi Penelitian ... 45

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 46

3.3.1 Jenis Data ... 46

3.3.2 Sumber Data ... 47

3.4 Instrumen Penelitian ... 48

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.6 Metode dan Teknik Analisis data ... 40

3.6.1 Metode Agih ... 51

3.6.2 Metode Padan ... 57

3.6.2.1 Metode Padan Referensial ... 58

3.6.2.2 Metode Padan Translasional ... 59

3.6.2.3 Metode Padan Ortografis ... 59

3.6.2.4 Metode Padan Pragmatis ... 60

3.7 Metode dan teknik Penyajian Hasil Analisis ... 60

BAB IV FITUR GRAMATIKAL DAN TINGKAT TUTUR DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA BALI ... 61

4.1 Fitur Gramatikal ... 61

4.1.1 Verba BJ dan BB ... 61

4.1.1.1 Verba BJ ... 62

4.1.1.2 Verba BB ... 64

4.1.2 Struktur Frasa BJ dan BB ... 67

4.1.2.1 Struktur Frasa BJ ... 68

4.1.2.2 Struktur Frasa BB ... 71

4.1.3 Struktur Klausa BJ dan BB ... 74

4.1.3.1 Struktur Klausa BJ ... 74

4.1.3.2 Struktur Klauasa BB ... 78

4.1.4 Kedefinitan dalam BJ dan BB ... 80

4.1.4.1 Kedefinitan dalam BJ ... 80

4.1.4.1 Kedefinitan dalam BB ... 81

4.2 Tingkat Tutur BJ dan BB ... 83

4.2.1 Tingkat Tutur BJ ... 83

4.2.2 Tingkat Tutur BB ... 87

BAB V SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI ADVERBIAL TEMPORAL DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA BALI ... 90

5.1 Sistem Penanggalan dan Perhitungan Waktu di Jepang dan Bali ... 90

5.2 Periode Waktu Kanonis ... 94

5.2.1 Unit Waktu ... 100

5.2.2 Nama Unit Kalender ... 104

(5)

l

5.3 Makna Satuan Lingual Pengisi Fungsi Adverbial Temporal ... 107

5.3.1 Satuan Lingual yang Menunjukkan Makna Pergantian Waktu ... 107

5.3.2 Satuan Lingual yang Menunjukkan Makna Rentang Waktu Spesifik ... 110

5.3.3 Satuan Lingual yang Menunjukkan Makna Frekuensi ... 111

5.3.4 Satuan Lingual yang Menunjukkan Makna Durasi ... 112

5.3.5 Satuan Lingual yang Menunjukkan Makna Ekspektasi ... 113

5.4 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Adverbial Temporal ... 113

5.4.1 Satuan Lingual Kata sebagai Pengisi Fungsi Adverbial Temporal ... 113

5.4.1.1 Kata Sederhana ... 114

5.4.1.2 Kata Kompleks ... 116

5.4.2 Satuan Lingual Frasa sebagai Pengisi Fungsi Adverbial Temporal ... 120

5.4.3 Satuan Lingual Klausa sebagai Pengisi Fungsi Adverbial Temporal .... 121

5.5 Rangkuman Satuan Lingual Pengisi Fungsi Adverbial Temporal ... 123

BAB VI PEMARKAHAN ADVERBIAL TEMPORAL BAHASA JEPANG DAN BAHASA BALI BERDASARKAN FUNGSI SEMANTIS ... 125

6.1 Pemarkahan Fungsi Semantis Adverbial Temporal BJ ... 128

6.1.1 Pemarkahan Fungsi Semantis Lokasi Temporal BJ ... 129

6.1.1.1 Pemarkahan Fungsi Semantis Lokasi Simultan BJ ... 129

6.1.1.2 Pemarkahan Fungsi Semantis Lokasi Sekuensial BJ ... 132

6.1.1.3 Pemarkahan Fungsi Semantis Duratif Sekuensial BJ ... 133

6.1.1.4 Pemarkahan Fungsi Semantis Jarak Temporal BJ ... 135

6.1.2 Pemarkahan Fungsi Semantis Jangkauan Temporal BJ ... 137

6.1.2.1 Pemarkahan Fungsi Semantis Jangkauan Atelis BJ ... 138

6.1.2.2 Pemarkahan Fungsi Semantis Jangkauan Telis BJ ... 138

6.1.2.3 Pemarkahan Fungsi Semantis Jarak Posterior BJ ... 139

6.1.3 Pemarkahan Fungsi Semantis Frekuensi BJ ... 140

6.1.3.1 Pemarkahan Fungsi Semantis Frekuensi Kuantifikasi BJ ... 140

6.1.3.2 Pemarkahan Fungsi Semantis Frekuensi Kardinal BJ ... 141

6.1.3.3 Pemarkahan Fungsi Semantis Frekuensi Proporsional BJ ... 142

6.1.4 Pemarkahan Fungsi Semantis Klasifikasi Lainnya dalam BJ ... 143

6.1.4.1 Pemarkahan Fungsi Semantis Medial BJ ... 144

6.1.4.2 Pemarkahan Fungsi Semantis Aproksimatif BJ ... 145

6.1.4.3 Pemarkahan Fungsi Semantis Perduratif BJ ... 146

6.1.4.4 Pemarkahan Fungsi Semantis Durasional BJ ... 146

6.1.4.5 Pemarkahan Fungsi Semantis Punktual BJ ... 147

6.1.4.6 Pemarkahan Fungsi Semantis Sekuensial BJ ... 147

6.1.4.7 Pemarkahan Fungsi Semantis Repetitif BJ ... 148

6.1.4.8 Pemarkahan Fungsi Semantis Jangkauan Purposif BJ ... 149

6.1.5 Rangkuman Pemarkahan Fungsi Semantis Adverbial Temporal BJ ... 149

6.2 Pemarkahan Fungsi Semantis Adverbial Temporal BB ... 152

6.2.1 Pemarkahan Fungsi Semantis Lokasi Temporal BB ... 152

6.2.1.1 Pemarkahan Fungsi Semantis Lokasi Simultan BB ... 152

6.2.1.2 Pemarkahan Fungsi Semantis Lokasi Sekuensial BB ... 174

(6)

li

6.2.1.4 Pemarkahan Fungsi Semantis Jarak Temporal BB ... 188

6.2.2 Pemarkahan Fungsi Semantis Jangkauan Temporal BB ... 193

6.2.2.1 Pemarkahan Fungsi Semantis Jangkauan Atelis BB ... 194

6.2.2.2 Pemarkahan Fungsi Semantis Jangkauan Telis BB ... 196

6.2.2.3 Pemarkahan Fungsi Semantis Jarak Posterior BB ... 197

6.2.3 Pemarkahan Fungsi Semantis Frekuensi BB ... 197

6.2.3.1 Pemarkahan Fungsi Semantis Frekuensi Kuantifikasi BB ... 198

6.2.3.2 Pemarkahan Fungsi Semantis Frekuensi Kardinal BB ... 201

6.2.3.3 Pemarkahan Fungsi Semantis Frekuensi Proporsional BB ... 202

6.2.4 Pemarkahan Fungsi Semantis Klasifikasi Lainnya dalam BB ... 204

6.2.4.1 Pemarkahan Fungsi Semantis Medial BB ... 206

6.2.4.2 Pemarkahan Fungsi Semantis Aproksimatif BB ... 206

6.2.4.3 Pemarkahan Fungsi Semantis Perduratif BB ... 207

6.2.4.4 Pemarkahan Fungsi Semantis Durasional BB ... 208

6.2.4.5 Pemarkahan Fungsi Semantis Punktual BB ... 209

6.2.4.6 Pemarkahan Fungsi Semantis Sekuensial BB ... 210

6.2.4.7 Pemarkahan Fungsi Semantis Repetitif BB ... 211

6.2.4.8 Pemarkahan Fungsi Semantis Jangkauan Purposif BB ... 212

6.2.5 Rangkuman Pemarkahan Fungsi Semantis Adverbial Temporal BB .... 213

BAB VII REALISASI GRAMATIKAL FUNGSI ADVERBIAL TEMPORAL BAHASA JEPANG DAN BAHASA BALI ... 216

7.1 Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Kalimat BJ dan BB ... 216

7.1.1 Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Kalimat BJ ... 216

7.1.2 Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Kalimat BB ... 219

7.1.3 Rangkuman Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Kalimat BJ dan BB ... 221

7.2 Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Klausa BJ dan BB ... 222

7.2.1 Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Klausa BJ ... 222

7.2.1.1 Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Klausa Intransitif BJ ... 222

7.2.1.2 Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Klausa Transitif BJ ... 225

7.2.1.3 Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Klausa Kopula BJ ... 228

7.2.1.4 Rangkuman Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Klausa BJ ... 229

7.2.2 Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Klausa BB ... 230

7.2.2.1 Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Klausa Intransitif BB ... 231

7.2.2.2 Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Klausa Transitif BB ... 232

7.2.2.3 Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Klausa Tanpa Verba BB ... 234

7.2.2.4 Rangkuman Posisi Fungsi Adverbial Temporal dalam Klausa BB .... 235

7.3 Kedefinitan Fungsi Adverbial Temporal BJ dan BB ... 236

7.3.1 Kedefinitan Fungsi Adverbial Temporal dalam BJ ... 237

7.3.1.1 Jenis Kedefinitan Fungsi Adverbial Temporal BJ ... 237

7.3.1.2 Fungsi Kedefinitan dalam Fungsi Adverbial Temporal BJ ... 237

7.3.1.3 Rangkuman Kedefinitan Fungsi Adverbial Temporal BJ ... 239

7.3.2 Kedefinitan Fungsi Adverbial Temporal dalam BB ... 239

(7)

lii

7.3.2.2 Posisi Sufiks Definite –é pada Adverbial Temporal

dengan Pemarkah Fungsi Semantisnya ... 244

7.3.2.3 Fungsi Kedefinitan dalam Fungsi Adverbial Temporal BB ... 248

7.3.2.4 Rangkuman Kedefinitan Fungsi Adverbial Temporal BJ ... 250

BAB VIII TEMUAN ... 252

8.1 Temuan Tipologi Leksikal ... 252

8.2 Temuan Tipologi Gramatikal ... 256

BAB IX SIMPULAN DAN SARAN ... 259

9.1 Simpulan ... 259

9.2 Saran ... 263

DAFTAR PUSTAKA ... 264

(8)

liii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi semantis utama untuk adverbial temporal ... 32

Tabel 2.2 Tipe-tipe struktur klausa ... 39

Tabel 4.1 Konjugasi kelompok godan dōshi ... 62

Tabel 4.2 Konjugasi kelompok ichidan dōshi ... 63

Tabel 4.3 Konjugasi kelompok henkaku dōshi ... 63

Tabel 4.4 Penggunaan sufiks –ang untuk membentuk verba ... 65

Tabel 4.5 Penggunaan sufiks –in untuk membentuk verba ... 65

Tabel 4.6 Penggunaan prefiks ma- untuk membentuk verba aktif ... 66

Tabel 4.7 Proses nasalisasi verba dasar BB ... 67

Tabel 4.8 Penambahan sufiks definit –é pada bentuk dasar ... 82

Tabel 4.9 Pilihan leksikal sonkeigo dan kenjogo dalam bentuk biasa ... 84

Tabel 4.10 Pilihan leksikal sonkeigo dan kenjogo dalam bentuk sopan ... 85

Tabel 4.11 Konstruksi gramatikal verba bentuk hormat ... 86

Tabel 4.12 Perubahan tingkat tutur karena perbedaan kata tugas ... 88

Tabel 5.1 Nama-nama tahun di Jepang ... 93

Tabel 5.2 Periode waktu kanonis dalam bahasa Inggris ... 95

Tabel 5.3 Periode waktu kanonis bahasa Jepang ... 96

Tabel 5.4 Periode waktu kanonis bahasa Bali ... 99

Tabel 5.5 Perbandingan penyebutan angka untuk referensi waktu punktual dan durasi dalam BB ... 103

Tabel 5.6 Satuan lingual yang menunjukkan makna pergantian waktu dalam BJ ... 108

Tabel 5.7 Satuan lingual yang menunjukkan makna pergantian waktu dalam BB ... 110

Tabel 5.8 Satuan lingual bermakna frekuensi dalam BJ dan BB ... 112

Tabel 5.9 Satuan lingual bermakna durasi dalam BJ dan BB ... 112

Tabel 5.10 Satuan lingual bermakna durasi dalam BJ dan BB ... 113

Tabel 5.11 Kelas kata adverbia pengisi fungsi adverbial temporal BJ dan BB ... 114

Tabel 5.12 Kelas kata nomina pengisi fungsi adverbial temporal BJ dan BB ... 115

Tabel 5.13 Proses nasalisasi untuk makna ‘setiap’ dalam BB ... 117

Tabel 5.14 Proses afiksasi untuk menyatakan makna komparatif ... 118

Tabel 5.15 Proses verbalisasi kata temporal ... 119

Tabel 5.16 Perbandingan pembentukan frasa temporal BJ dan BB ... 120

Tabel 6.1 Pemarkahan fungsi semantis lokasi simultan BJ ... 129

Tabel 6.2 Pemarkahan fungsi semantis lokasi sekuensial BJ ... 132

Tabel 6.3 Pemarkahan fungsi semantis duratif sekuensial BJ ... 134

Tabel 6.4 Pemarkahan fungsi semantis jarak temporal BJ ... 136

Tabel 6.5 Pemarkahan fungsi semantis jangkauan temporal BJ ... 137

Tabel 6.6 Pemarkahan fungsi semantis frekuensi BJ ... 140

Tabel 6.7 Pemarkah fungsi semantis untuk klasifikasi lainnya dalam BJ ... 144

(9)

liv

Tabel 6.8 Rangkuman pemarkah fungsi adverbial temporal BJ

berdasarkan fungsi semantisnya ... 151

Tabel 6.9 Pemarkahan fungsi semantis lokasi simultan BB ... 153

Tabel 6.10 Pemarkahan fungsi semantis lokasi sekuensial BB ... 174

Tabel 6.11 Pemarkahan fungsi semantis duratif sekuensial BB ... 181

Tabel 6.12 Pemarkahan fungsi semantis jarak temporal BB ... 190

Tabel 6.13 Pemarkahan fungsi semantis jangkauan temporal BB ... 193

Tabel 6.14 Pemarkahan fungsi semantis frekuensi BB ... 198

Tabel 6.15 Pemarkah fungsi semantis untuk klasifikasi lainnya dalam BB ... 205

Tabel 6.16 Rangkuman pemarkah fungsi adverbial temporal BB berdasarkan fungsi semantisnya ... 214

Tabel 7.1 Perbandingan posisi adverbial temporal dalam kalimat BJ dan BB ... 222

Tabel 7.2 Posisi fungsi adverbial temporal dalam klausa BJ ... 230

Tabel 7.3 Posisi fungsi adverbial temporal dalam klausa BB ... 236

Tabel 7.4 Bentuk definit pemarkah adverbial temporal ... 244

(10)

lv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Garis waktu yang unidirectional ... 22

Gambar 2.2 Klasifikasi fungsi semantis adverbial temporal ... 35

Gambar 2.3 Model penelitan ... 43

Gambar 3.1 Peta lokasi pulau bali ... 46

Gambar 5.1 Waktu dalam 24 Jam yang dinamai dengan nama-nama shio .. 92

Gambar 6.1 Contoh analisis fungsi semantis adverbial temporal untuk situasi yang dilokasikan ... 126

Gambar 6.2 Contoh analisis fungsi semantis adverbial temporal untuk situasi yang dikuantifikasikan ... 127

(11)

lvi

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

1JMK Pronomina persona 1 jamak

1TG Pronomina persona 1 tunggal

2TG Pronomina persona 2 tunggal

3TG Pronomina persona 3 tunggal

A Agen, subjek klausa transitif

AKU Akusatif

APL Aplikatif

ASPK Aspek

BB Bahasa Bali

BJ Bahasa Jepang

BKN LAMP Bukan Lampau

BTK SMBNG Bentuk Sambung

BTK PMNTN Bentuk Permintaan

CC Complement Clause (Klausa Komplemen)

CKMN Chuukyuu kara Manabu Nihongo

CS Clausa Subject (Subjek Klausa)

DEF Definit

FAdv Frasa Adverbial

FN Frasa Nominal

GEN Genitif

INTR Intransitif

JKMN Joukyuu kara Manabu Nihongo

KAUS Kausatif

KOP Kopula

LAMP Lampau

LIG Ligatur

MIU Mou Ichido Umareru

N Nasal NEG Negasi NOM Nominatif NOMI Nominalisator O Objek P Predikat

P.KOMP Pemarkah Komplemen

P.TANYA Pemarkah kalimat tanya

PAS Pasif

POS Posesif

REDUP Reduplikasi

REL Relatif (pemarkah klausa relatif)

S Subjek

(12)

lvii

SHU Shuujoshi (partikel di akhir kalimat yang mengandung makna pertanyaan, larangan, kesan, kekaguman, atau lainnya)

TOP Topik

VCS Verbless Clause Subject (Subjek klausa tanpa verba) VCC Verbless Clause Complement (Komplemen klausa tanpa

verba) V Verba VER Verbalisator ‘ ’ arti * tidak gramatikal + wajib dengan Ø zero ( ) opsional

(13)

lviii

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

1JMK Pronomina persona 1 jamak

1TG Pronomina persona 1 tunggal

2TG Pronomina persona 2 tunggal

3TG Pronomina persona 3 tunggal

A Agen, subjek klausa transitif

AKU Akusatif

ASPK Aspek

BB Bahasa Bali

BJ Bahasa Jepang

BKN LAMP Bukan Lampau

BTK SMBNG Bentuk Sambung

BTK PMNTN Bentuk Permintaan

CC Complement Clause (Klausa Komplemen)

CKMN Chuukyuu kara Manabu Nihongo

CS Clausa Subject (Subjek Klausa)

DEF Definit

FAdv Frasa Adverbial

FN Frasa Nominal

GEN Genitif

JKMN Joukyuu kara Manabu Nihongo

KAUS Kausatif

KOP Kopula

LAMP Lampau

LIG Ligatur

MIO Mou Ichido Umareru

N Nasal NEG Negasi NOM Nominatif NOMI Nominalisator O Objek P Predikat

P.KOMP Pemarkah Komplemen

P.TANYA Pemarkah kalimat tanya

PAS Pasif

POS Posesif

REL Relatif (pemarkah klausa relatif)

S Subjek

SAP Sapaan

SHU Shuujoshi (partikel di akhir kalimat yang mengandung makna pertanyaan, larangan, kesan, kekaguman, atau lainnya)

(14)

lix

VCS Verbless Clause Subject (Subjek klausa tanpa verba) VCC Verbless Clause Complement (Komplemen klausa tanpa

verba) V Verba ‘ ’ arti * tidak gramatikal + wajib dengan Ø zero

(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Bahasa memungkinkan manusia melakukan komunikasi dalam berinteraksi antarmanusia. Palmer (1999:3) memandang bahasa sebagai permainan simbol verbal yang digunakan untuk menjelaskan fenomena berdasarkan pada gambaran terhadap sesuatu yang tidak hanya dipikirkan, tetapi juga dirasakan dan dialami.

Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga memiliki fungsi sosial yang sangat penting. Variasi bahasa yang digunakan seseorang merupakan sebuah penanda penting jati diri orang itu (Blake, 2008:1). Sapir (1929) menyatakan bahwa tidak ada dua bahasa di dunia yang benar-benar sama untuk merefleksikan realitas sosial yang berbeda.

Suatu bahasa yang hidup dalam suatu kehidupan sosial tertentu dikatakan memiliki karakter yang berbeda dengan bahasa lain yang hidup dalam suatu kehidupan sosial lainnya. Kehidupan sosial tersebut tentunya didukung oleh suatu kelompok masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda. Oleh karena itu, bahasa sangat berkaitan dengan budaya dan pola pikir masyarakat pendukungnya. Hal tersebut terlihat dalam Bahasa Jepang (BJ) yang didukung oleh masyarakat Jepang dan Bahasa Bali (BB) yang didukung oleh masyarakat Bali.

(16)

2

Masyarakat Jepang dan masyarakat Bali merupakan masyarakat yang sama-sama berada di Asia dan masyarakat yang sangat percaya dengan adanya dewa-dewa. Mereka sangat menjaga hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Kesamaan ini tidak serta merta menjadikan cara berpikir orang Jepang dan orang Bali benar-benar sama karena bagaimanapun juga tiap-tiap kelompok masyarakat ini memiliki kebudayaan yang berbeda. Tompenaars dan Tunner (1998, 8—11) menyatakan bahwa salah satu dimensi kebudayaan yang dapat membedakan suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya adalah sikap terhadap waktu.

Dalam buku-buku cerita sejarah Jepang, penanda waktu tidak ditunjukkan dengan jam seperti sekarang, melainkan dengan nama-nama binatang dan tanda-tanda alam lainnya, seperti matahari terbit dan matahari terbenam. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eratnya hubungan antara masyarakat Jepang dengan alam. Selain itu, sistem kekaisaran di Jepang sangat erat kaitannya dengan sistem penamaan tahun. Nama tahun berubah sesuai dengan perubahan kaisar di Jepang.

Mirip dengan Jepang, masyarakat Bali pun pada awalnya tidak mengenal jam, pemarkahan waktu ditunjukkan dengan tanda-tanda alam. Perhitungan hari baik dan hari buruk dilakukan berdasarkan sistem wariga dan sistem perhitungan berdasarkan kemunculan bulan, yaitu bulan purnama dan bulan mari (tilem). Kedua sistem ini terdapat dalam tahun Saka yang diadopsi dari India.

Perbedaan letak geografis Jepang dan Bali menunjukkan bahwa Jepang merupakan daerah subtropis yang memiliki empat musim dan Bali merupakan daerah tropis yang memiliki dua musim. Hal ini berpengaruh pada kosakata

(17)

3

mengenai waktu yang terdapat dalam BJ dan BB. Pengaruh budaya Cina pada masyarakat Jepang dan pengaruh budaya India dalam masyarakat Bali menyebabkan adanya perbedaan dalam pemarkahan waktu dalam BJ dan BB, khususnya kosakata yang berkaitan dengan temporal.

Masuknya pengaruh dari barat berupa penggunaan kalender Masehi dan penggunaan jam dengan angka dengan titik pusatnya di Greenwich, Inggris, menambahkan variasi leksikal dalam kosakata BJ dan BB yang berfungsi untuk menunjukkan waktu. Maruyama (2006:158) membagi waktu menjadi tiga, yaitu waktu jam, waktu alam, dan waktu peristiwa/kejadian. Waktu jam merupakan waktu yang secara objektif ditunjukkan oleh jam dan tidak terpengaruh oleh pergerakan alam. Waktu alam merupakan waktu yang ditentukan oleh perubahan alam di bumi, misalnya waktu matahari terbit, matahari terbenam, dan pergantian musim. Waktu peristiwa/kejadian adalah waktu yang nyata digunakan oleh orang-orang untuk melakukan aktivitas dalam kehidupannya.

Dengan meminjam istilah conseptual time dan linguistic time dari Gagnon dan Lapalme (1996), maka pembagian waktu menurut Maruyama (2006) dapat dikatakan berkaitan dengan istilah conseptual time, sedangkan pembagian waktu secara linguistik, baik secara gramatikal maupun leksikal, berkaitan dengan istilah linguistic time. Mengingat penelitian ini adalah penelitian linguistik, waktu yang dibahas dalam penelitian ini adalah waktu yang dilihat dari sudut pandang linguistik, khususnya pemarkahan waktu yang ditunjukkan oleh fungsi adverbial temporal dalam BJ dan BB. Namun, satuan lingual pengisi fungsi adverbial temporal tersebut merupakan bentuk-bentuk pemarkah waktu secara konseptual,

(18)

4

baik berupa waktu jam, alam, maupun peristiwa. Adanya perbedaan dan beberapa persamaan budaya dan geografis antara Jepang dan Bali memungkinkan adanya perbedaan dan persamaan pada kosakata yang berkaitan dengan waktu dalam BJ dan BB.

BJ adalah bahasa nasional yang digunakan oleh masyarakat Jepang. Dalam sejarah perkembangannya, BJ dapat dikelompokkan menjadi empat periode, yaitu Taiko Nihongo (bahasa Jepang Proto) yang dimulai sejak 1200 SM, Kodai Nihongo (bahasa Jepang Kuno) sejak sebelum dimulainya zaman Nara sekitar tahun 710 M, Kindai Nihongo (bahasa Jepang Pertengahan) yang dimulai pada zaman Muromachi tahun 1392 M, dan Gendai Nihongo (bahasa Jepang Modern) sejak tahun Showa 20 atau tahun 1945 M. Masa peralihan dari bahasa Jepang Pertengahan menuju bahasa Jepang Modern terjadi sejak pertengahan tahun Meiji sampai tahun Showa 20 atau sekitar tahun 1889 M sampai 1945 M (Shizumi dkk., 2006: 84). Restorasi Meiji yang memberi kesempatan sebesar-besarnya pada orang asing untuk memasuki Jepang membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan bahasa Jepang akibat masuknya pengaruh bahasa asing dalam masyarakat Jepang.

Pada tahun 1986, jumlah penutur BJ di Jepang sebanyak 121 juta jiwa (Shibatani, 1996: 89). Jumlah tersebut terus meningkat sehingga pada tahun 2010 menjadi sekitar 127 juta jiwa di Jepang. Apabila ditambahkan dengan penutur di luar Jepang, maka jumlah penutur BJ pada tahun 2010 adalah 128.056.940 jiwa (Lewis dkk., 2015).

(19)

5

BB merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia. Dalam sejarah perkembangan kosakatanya, diketahui bahwa BB tertulis pertama yang ditemukan oleh Goris (1954) adalah bahasa Bali Kuno yang terdapat pada prasasti bertarikh 804 Saka (882 Masehi) di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Bahasa Bali Kuno ini mendapat banyak pengaruh dari bahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya, BB mendapat banyak pengaruh bahasa Jawa Kuno dan disusul oleh Jawa Tengahan sehingga terjadi perubahan BB, yaitu dari bahasa Bali Kuno menjadi bahasa Bali Tengahan. Bahasa Bali Tengahan berubah menjadi bahasa Bali Baru setelah masuknya Belanda ke Buleleng pada tahun 1850-an yang menyebabkan banyaknya pengaruh bahasa Belanda dan bahasa Melayu (Indonesia) (Bawa, 2002: 9—13).

Dewasa ini, BB yang digunakan oleh sebagian besar orang Bali, baik yang berdomisili di Bali maupun di luar Bali adalah bahasa Bali Baru. Berdasarkan sensus tahun 2010, penutur BB berjumlah 3.330.000 termasuk 7.000 penutur di Sulawesi Selatan, imigran penutur di Nusa Tenggara Barat, dan Pulau Lombok (Lewis dkk., 2015). Selain di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat, penutur bahasa Bali juga tersebar di Lampung dan daerah lain di Indonesia.

Berdasarkan perbandingan jumlah penutur dan penyebarannya, BJ memiliki jumlah penutur yang lebih banyak serta penyebaran yang lebih luas dibandingkan dengan BB. Penutur BJ tersebar hampir di seluruh dunia, sedangkan penutur BB sebagian besar masih berada dalam lingkup wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(20)

6

Secara tipologis, berdasarkan pola urutan kata dalam suatu bahasa, bahasa-bahasa di dunia dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu subjek-objek-verba, subjek-verba-objek, dan verba-subjek-objek (Eifring & Theil, 2005). BJ merupakan bahasa yang termasuk ke dalam kelompok bahasa dengan pola urutan kata objek-verba, sedangkan BB termasuk ke dalam kelompok subjek-verba-objek. Artinya, kalimat dalam BJ memiliki verba yang letaknya di akhir kalimat setelah objek, sedangkan kalimat dalam BB memiliki verba yang letaknya di tengah kalimat sebelum objek.

Berdasarkan tipologi morfologis, Schleicher (1859) mengelompokkan bahasa-bahasa di dunia menjadi tiga, yaitu isolasi, aglutinatif, dan infleksional (dalam Shibatani & Bynon, 1995; Croft, 2006). Dari ketiga jenis bahasa berdasarkan tipologi morfologis tersebut, BJ dan BB termasuk ke dalam kelompok bahasa agglutinatif. Artinya, dalam BJ dan BB terdapat afiks-afiks yang berperan dalam pembentukan kata.

Sebagai bahasa agglutinatif, BJ memiliki kategori gramatikal berupa aspek dan kala yang ditunjukkan dengan penambahan afiks di akhir verba yang digunakan sebagai predikat. Namun, proses afiksasi dalam BB tidak membentuk verba untuk menunjukkan aspek dan kala seperti dalam BJ. Proses afiksasi yang berkaitan dengan waktu dalam BB terjadi pada kata pengisi fungsi adverbial temporal. Contoh (1-1) menunjukkan konjugasi pada verba predikat BJ.

1 - 1 電車 の 窓 が、 の 光 を

Densha no mado ga, asa no hikari wo Kereta GEN jendela NOM, pagi GEN sinar AKU

うけ-て、 キラキラ を 光っていた。

uke-te, kirakira wo hikat-teita. menerima, kelap-kelip AKU bersinar-ASP

(21)

7

‘Jendela kereta, bersinar berkelap-kelip terkena sinar pagi.’

(MGNT, 1981: 22) Contoh (1-1) terdiri dari dua klausa dengan salah satu subjeknya lesap. Kalimat tersebut terbentuk dari klausa densha no mado ga asa no hikari wo ukeru ‘jendela kereta terkena sinar (matahari) pagi’ dan densha no mado ga kira-kira wo hikatte ita ‘jendela kereta bersinar berkelap-kelip’. Pada kalimat tersebut terdapat dua verba, yaitu ukeru ‘menerima’ dan hikaru ‘bersinar’. Verba pertama, yaitu ukeru ‘menerima’ muncul dalam bentuk sambung ukete ‘menerima’ karena berada di tengah kalimat, sedangkan verba kedua hikaru ‘bersinar’ mengalami konjugasi menjadi bentuk hikatte ita untuk menunjukkan aspek. Aspek dan kala sebagai kategori gramatikal dalam BJ ditunjukkan oleh konjugasi verba yang posisinya berada di akhir kalimat.

Contoh (1-2) dan (1-3) menunjukkan adanya proses afiksasi pada nomina pemarkah waktu dalam BB yang mengubah nomina menjadi verba.

1 - 2 Mangkin sampun sayan wengi.

Sekarang sudah semakin malam

‘Sekarang sudah semakin malam.’

(Bali Orti, 22 Novémber 2015: 17)

1 - 3 Mangkin sampun nyansan ngwengiang.

Sekarang sudah semakin N-malam-KAUS

‘Sekarang sebenarnya sudah semakin bertambah malam.’

(Bali Orti, 22 Novémber 2015: 17) Predikat pada contoh (1-2) diisi oleh nomina wengi ‘malam’ yang dimodifikasi oleh sayan ‘semakin’. Nomina wengi ‘malam’ mengalami proses morfologis, yaitu nasalisasi dan afiksasi dengan penambahan sufiks –ang. Kedua proses ini secara bersama-sama berfungsi sebagai pembentuk verba sehingga

(22)

8

bentuk ngwengiang ‘semakin malam’ pada contoh (1-3) merupakan verba yang diturunkan dari nomina wengi ‘malam’.

Perbandingan pemarkahan waktu antara BJ dan BB juga dapat dilihat pada contoh (1-4) dan (1-5).

1 - 4 今、 完全に 眠気 が 消えた。

Ima kanzen ni nemuke ga kie-ta

Sekarang sempurna kantuk NOM hilang-ASPK

‘Sekarang kantuk (saya) benar-benar hilang.’

(MIU, 2011: 7) 1 - 5 Ngantos jam dasa wengi wau pada usan malagaran.

Sampai jam sepuluh malam baru semua selesai makan ‘Sampai pukul sepuluh malam baru semuanya selesai makan.’

(Bali Orti, 21 April 2013: 7) Pada contoh (1-4) yang merupakan klausa dalam BJ, pemarkahan waktu dilakukan melalui fungsi adverbial ima ‘sekarang’. Fungsi adverbial ima ‘sekarang’ pada kalimat tersebut diterangkan lagi dengan penambahan sufiks –ta pada verba kie(ru) ‘hilang’ sehingga verba tersebut menjadi bentuk kie(ta) ‘telah hilang’. Sufiks –ta lazim dikenal sebagai pemarkah kala lampau, tetapi pada kalimat (1-4) sufiks berfungsi sebagai pemarkah aspek perfektif karena fungsi adverbial temporal yang muncul pada kalimat tersebut tidak menunjukkan suatu situasi yang terjadi pada waktu lampau. Pada contoh (1-5), pemarkahan waktu BB ditunjukkan oleh adverbial temporal yang diisi oleh frasa Ngantos jam dasa wengi ‘sampai pukul sepuluh malam’ dan wau ‘baru’. Selain itu, verba predikat malagaran juga dimodifikasi oleh kata usan ‘selesai’ yang menunjukkan aspek perfektif.

Berdasarkan penjelasan tersebut, pemarkahan waktu BJ pada contoh (1-4) dapat dikatakan sebagai pemarkahan waktu secara leksikal dan gramatikal.

(23)

9

Pemarkahan secara leksikal ditunjukkan oleh fungsi adverbial temporal ima ‘sekarang’, sedangkan pemarkahan secara gramatikal ditunjukkan oleh infleksi verba kie(ru) ‘hilang’ menjadi verba kie(ta) ‘telah hilang’ dengan penambahan sufiks –ta pada morfem {kie-} yang merupakan akar verba tersebut.

Dalam BJ, terdapat variasi pemarkahan waktu akibat penggunaan beberapa jenis huruf untuk menuliskan bahasanya. Huruf hiragana dan katakana melambangkan bunyi, sedangkan huruf kanji melambangkan makna. Sebuah kanji dengan makna yang sama dapat dibaca dengan cara baca yang berbeda. Untuk menunjukkan arti ‘malam ini’, ada dua cara yang bisa digunakan, yaitu dengan menggunakan kata 今晩 konban ‘malam ini’ atau frasa 今日の夜 kyou no yoru ‘malam hari ini’. Kata 今晩 konban terdiri dari dua huruf kanji, yaitu 今 ima ‘sekarang’ dan 晩 ban ‘malam’, sedangkan frasa 今日の夜 kyou no yoru ‘malam hari ini’ terdiri dari dua kata 今日 kyou ‘hari ini’ 夜 yoru ‘malam’ dan sebuah partikel genitif の no.

Variasi leksikal akibat penggunaan huruf yang berbeda tidak terdapat dalam BB. Variasi leksikal yang berkaitan dengan waktu dalam BB disebabkan oleh adanya tingkat tutur, misalnya untuk menyatakan waktu yang bermakna ‘sekarang’, disampaikan dengan kata jani, mangkin. Jani ‘sekarang’ dipergunakan sebagai bahasa biasa, sedangkan mangkin ‘sekarang’ adalah bahasa sopan.

Baik dalam BJ maupun BB, pemarkahan waktu yang mengisi fungsi adverbial dalam kalimat dapat dinyatakan dengan sebuah kata, sebuah frasa, atau sebuah klausa (Dixon, 2010:120). Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.

(24)

10

1) dengan sebuah kata,

dalam BJ, misalnya ashita ‘besok’, sugu ‘segera’, sengetsu ‘bulan lalu’; dalam BB, misalnya tuni ‘tadi’, nyanan ‘nanti’, peteng ‘malam’;

2) dengan sebuah frasa,

dalam BJ, misalnya nichiyoubi ni ‘pada hari Minggu’, kinou no yoru ‘kemarin malam’; dalam BB, misalnya buin mani semengan ‘besok pagi’, nyanan peteng ‘nanti malam’;

3) dengan sebuah klausa,

dalam BJ, misalnya kanojo ga kuru mae ni ‘sebelum dia datang’; dalam BB, misalnya disubané suud madaar ‘pada saat setelah selesai makan’.

Permasalahan mengenai waktu tidak hanya terbatas pada pembahasan secara leksikal dan gramatikal. Kata, frasa, atau klausa pemarkah waktu dapat diklasifikasi secara semantis berdasarkan makna yang dimilikinya, misalnya sebagai pemarkah waktu yang menunjukkan lokasi simultan, durasi, anterior, dan posterior.

Pembahasan mengenai waktu yang sangat luas tentunya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat apalagi jika penelitian tersebut merupakan penelitian tipologi yang melibatkan dua bahasa. Penelitian seperti itu tentunya membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, pada penelitian ini, pembahasan mengenai waktu dibatasi hanya pada pemarkahan waktu dalam BJ dan BB yang dilihat dari eksistensi fungsi adverbial temporal dalam suatu klausa dan kalimat.

(25)

11

Pembahasan tersebut dilakukan berdasarkan fungsi semantis yang dimiliki oleh fungsi adverbial temporal pada BJ dan BB.

Pembahasan pemarkahan waktu tidak didasarkan pada pembagian makna aspek dan kala sebagai kategori gramatikal, melainkan didasarkan pada makna semantis satuan lingual yang memiliki potensi sebagai pengisi fungsi adverbial. Aspek dan kala pada penelitian ini hanya sebagai pendukung analisis pemarkahan waktu yang ditunjukkan oleh fungsi adverbial temporal tersebut.

Pembahasan awal dilakukan dengan membandingkan satuan lingual yang berpotensi sebagai pengisi fungsi adverbial temporal dalam BJ dan BB. Pembahasan selanjutnya dilakukan dengan melihat hubungan antara fungsi adverbial temporal dengan situasi yang dinyatakan dalam klausa atau kalimat berdasarkan klasifikasi fungsi semantis adverbial temporal yang dikemukakan oleh Haspelmath (1997) dan Pan (2010).

Perbandingan pemarkahan waktu BJ dan BB dilanjutkan dengan membandingkan struktur klausa atau kalimat yang mengandung fungsi adverbial temporal tersebut. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori tipologi linguistik sebagai teori utama dan teori morfologi dan sintaksis sebagai pendukung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

(26)

12

1. Bagaimanakah perbandingan satuan lingual pengisi fungsi adverbial temporal dalam BJ dan BB?

2. Bagaimanakah perbandingan pemarkahan waktu berdasarkan klasifikasi fungsi semantis adverbial temporal dalam BJ dan BB?

3. Bagaimanakah perbandingan realisasi gramatikal yang meliputi pola urutan kata dan kedefinitan yang ditunjukkan oleh fungsi adverbial temporal dalam BJ dan BB?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan Umum

Berkaitan dengan topik penelitian yang berhubungan dengan pemahaman waktu dalam BJ dan BB, secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memahami perbandingan pemarkahan waktu dalam BJ dan BB. Berdasarkan klasifikasi tipologis, penelitian ini bertujuan untuk menentukan tipe-tipe struktural yang terdapat dalam BB dan BJ dalam hal pemarkahan waktu, baik secara leksikal maupun gramatikal. Hasil analisis tersebut selanjutkan dibandingkan secara tipologis. Penelitian ini juga bertujuan untuk mencari persamaan umum yang terdapat dalam BJ dan BB dalam memarkahi waktu berdasarkan generalisasi tipologis.

(27)

13

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus, tujuan penelitian ini dapat disesuaikan dengan rumusan masalah yang ada. Tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Menjelaskan perbandingan satuan lingual pengisi fungsi adverbial temporal dalam BJ dan BB.

2. Menjelaskan perbandingan pemarkahan waktu berdasarkan klasifikasi fungsi semantis adverbial temporal dalam BJ dan BB.

3. Menjelaskan perbandingan realisasi gramatikal yang meliputi pola urutan kata dan kedefinitan yang ditunjukkan oleh fungsi adverbial temporal dalam BJ dan BB.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu linguistik, khususnya bidang tipologi linguistik untuk mencari persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam bahasa-bahasa di dunia. Secara khusus, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan studi kontrastif BJ dan BB sehingga pada tahun-tahun mendatang, penelitian serupa dapat terus dikembangkan dengan melihat aspek lain dalam ruang lingkup ilmu linguistik yang sangat luas.

(28)

14

Penelitian ini juga bermanfaat dalam pengembangan teori morfologi, sintaksis, dan semantik karena ketiga teori ini digunakan juga sebagai acuan dalam penelitian bidang tipologi. Hasil penelitian berupa pemarkahan waktu dalam klausa dan kalimat BJ dan BB diharapkan mampu digunakan sebagai acuan dalam penelitian pemarkahan waktu dalam bahasa lain.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk digunakan sebagai acuan dalam memahami penggunaan bahasa, khususnya yang mengandung pemarkahan waktu dalam BJ dan BB. Dengan pemahaman tersebut diharapkan penutur kedua bahasa dapat lebih saling memahami sehingga tidak terjadi kesalahan pemahaman maksud yang ingin disampaikan penutur kepada petutur yang memiliki latar belakang bahasa yang berbeda.

Penelitian ini juga sangat bermanfaat bagi pengembangan pengajaran BJ dan BB, khususnya dalam pembelajaran BJ bagi penutur berbahasa Bali. Dengan adanya penelitian ini, pemahaman terhadap BJ bagi penutur BB dapat lebih mudah dilakukan karena pembelajar dapat melihat perbandingan yang ada dan dapat segera menyadari perbedaan yang ada. Manfaat ini menjadi hal yang sangat penting mengingat dewasa ini jumlah pembelajar BJ di Bali semakin meningkat. Selain itu, jika dilihat dari aspek BB, penelitian ini memberi kontribusi yang tidak kecil dalam upaya pelestarian bahasa daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus

Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 069/KMA/SK/V/2009 perubahan pertama atas keputusan Ketua MA RI Nomor 71/KMA/SK/V/2008 Tentang Ketentuan Penegakan Disiplin Kerja

Bagi Penyedia Jasa atau Pemilik Kapal yang sedang menjalani pemeriksaan oleh instansi yang terkait, antara lain pihak kepolisian, TNI, Bea Cukai, Perpajakan, atas dugaan

Madrasah Diniyah Takmiliyah, (Kemenag.. menggunakan cara-cara lama yang dikembangkan dengan menggunakan intuisi, atau berdasarkan pengalaman sejawat atau pengalaman

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi masyarakat dan pengelola/pemerintah adalah memberikan alternatif strategi dan program pengelolaan air limbah domestik

Singapura mengikuti Monetary Authority of Singapore (MAS) dimana jika karyawan melakukan fraud atau tindakan kriminal yang merugikan perusahaan maka bukan

Pengelompokan organisasi Perangkat Daerah didasarkan pada konsepsi pembentukan organisasi yang terdiri atas 5 (lima) elemen, yaitu kepala Daerah, sekretaris Daerah

Mudah mengenali anggota dan membedakan Club Motor CB Smile Surabaya dengan kelompok-kelompok bermotor yang lain karena mereka menggunakan beberapa atribut club seperti