• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan DM Dan Hipertensi Dokter Keluarga[1]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan DM Dan Hipertensi Dokter Keluarga[1]"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1

Laporan Kasus Diabetes Melitus dan Hipertensi

dengan

Pendekatan Kedokteran Keluarga

Disusun Oleh :

Stephanie Angeline

10 2008 079

Kelompok B6

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

PUSKESMAS TANJUNG DUREN SELATAN, JAKARTA BARAT

2011

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan kasih karunia dan rahmat-Nya, sehingga dapat diselesaikannya laporan presentasi kasus dengan judul “Laporan Kasus Diabetes Melitus dan Hipertensi dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas Skill-Lab „Family Folder‟ pada blok 26 Community Medicine.

Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat selesai berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Melda Suryana, M.Epid, sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam membuat laporan,

2. Puskesmas Tanjung Duren Selatan yang turut memberi bantuan data warga, serta ijin.

3. Ibu Nafsiah dan keluarga yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan kunjungan.

4. Para penguji Skill Lab blok 26.

5. dr. Ferina Angelia, selaku Koordinator Semester VI.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis.

Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan setiap pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Tuhan memberkati.

Jakarta, Juli 2011

(3)

3

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul ……….……...….……….….1 Kata Pengantar ………...……..….2 BAB I Pendahuluan ………….………..5 1.1. Latar Belakang ….……….………..….………...5 1.2. Rumusan Masalah ……….……….………..…..…………...7 1.3. Tujuan Penulisan ……….………..……….………...7 1.4. Manfaat Penulisan ………..…..…………...7

1.5. Metode Pengumpulan Data ……….7

BAB II Tinjauan Pustaka………...……….…...…………..9

2.1 Definisi ………...………..…………..……….9 2.2 Klasifikasi ………...…………...…...……….……….……... 9 2.3 Etiologi …...….……….…………..………...…...……….…..……..10 2.4 Patofisiologi ………..………...……..…...…...….11 2.5 Gejala Klinis ...……...………...………..……...13 2.6 Penatalaksanaan………..………...……….……...… 14

BAB III Laporan Kasus ....…...……….…...…..………... 18

3.1 Identitas Pasien ...18

3.2 Riwayat Biologis Keluarga ...18

3.3 Psikologis Keluarga ...18

3.4 Keadaan Rumah/ Lingkungan ...19

3.5 Spiritual Keluarga ...19

3.6 Keadaan Sosial Keluarga ……….……...… 19

3.7 Kultural Keluarga ……….……….……… 19

3.8 Daftar Anggota Keluarga ……….……..…………..………. 19

(4)

4

BAB IV Pembahasan...………...……….…...…………. 23

4.1 Peranan Keluarga dalam mengobati penyakit pasien…………...…………...…. .23

4.2 Penjelasan kepada pasien dan keluarga………….……...………...………… 23

BAB V Penutup ....………...………...………….…...…………. 28

5.1 Kesimpulan ... 28

5.2 Saran ...28

Daftar Pustaka………29

(5)

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini umumnya masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih belum memahami tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti : makanan tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk membakar lemak dan gaya hidup yang salah, seperti : kebiasaan merokok dan minum - minuman keras ataupun mengkonsumsi narkoba yang kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya penyakit Reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Hipertensi, Ginjal dan sebagainya.

Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes Mellitus dan Hipertensi. Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe yang pertama Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus yang tergantung insulin dan yang kedua Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun dengan persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes mellitus. Sedangkan pada kasus diabetes mellitus tipe II sering ditemukan pada usia lebih dari 30 tahun dengan persentase 90% - 95% seluruh penderita diabetes mellitus, obesitas 80% dan non obesitas 20%.

Saat ini, banyak ditemukan juga dalam masyarakat kasus penyakit yang berhubungan dengan alat-alat sistem transportasi. Salah satunya adalah penyakit hipertensi. Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka diastolik (bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara

(6)

6 umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.

Definisi hipertensi menurut WHO 1999 pada intinya sama namun memasukkan kategori terpisah untuk hipertensi sistolik saja (sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg). Populasi lansia cenderung menderita hipertensi sistolik lebih tersendiri, yang secara jelas berkaitan dengan peningkatan risiko MI dan stroke.

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive

Health Care Service yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Prioritas yang harus dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).

Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Dokter keluarga merupakan dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga, dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.

Praktek dokter keluarga adalah praktek kedokteran dalam pelayanan primer dijalankan secara komprehensif yang meliputi pelayanan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan, serta menyeluruh dan memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit.

Dengan pendekatan dokter keluarga, maka pemeliharaan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, dapat dilakukan dengan mengkaji masalah kesehatan keluarga dan individu dalam keluarga dengan mempelajari riwayat penyakit secara komprehensif sehingga pemeliharaan kesehatan dapat dilakukan.

(7)

7 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah :

1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien 2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi

3. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga ditinjau dari aspek fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosial, fungsi penguasaan masalah, dan fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan.

4. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menanganinya.

1.3 Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum.

Laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan pada mata kuliah Skill-Lab Family Folder Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

2. Tujuan khusus

Mahasiswa belajar menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran keluarga dalam mengatasi masalah tidak hanya pada penyakit pasien, tetapi juga faktor psikososial dari keluarga yang mempengaruhi timbulnya penyakit dan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Manfaat untuk Puskesmas

Sebagai sarana kerja sama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi mahasiswa dalam rangkan mengoptimalkan peran Puskesmas.

2. Manfaat untuk mahasiswa

Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan adalah penemuan penderita aktif (Active case finding). Data yang diperlukan dalam pengumpulan data ini adalah data subyektif pada penderita diabetes melitus dan hipertensi dengan wawancara dan kunjungan langsung pada penderita yang

(8)

8 mendatangi puskesmas Tanjung Duren Selatan tentang pola hidup yang selama ini dilakukan, untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari responden, dengan menggunakan alat berupa daftar pertanyaan.

(9)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

 Diabetes Mellitus kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

 Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.

2.2 Klasifikasi

Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe :

 Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus yang tergantung insulin

 Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun dengan persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes mellitus. Sedangkan pada kasus diabetes mellitus tipe II sering ditemukan pada usia lebih dari 30 tahun dengan persentase 90% - 95% seluruh penderita diabetes mellitus, obesitas 80% dan non obesitas 20%.

Bukan DM Puasa Vena < 100

Kapiler < 80 2 jam PP - Gangguan Toleransi Glukosa Puasa Vena 100 - 140 Kapiler 80 - 120 2 jam PP Vena 100 - 140 Kapiler 80 – 120 DM Puasa Vena > 140 Kapiler > 120 2 jam PP Vena > 200 Kapiler > 200

(10)

10

 Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup ± 90% dari kasus hipertensi.

 Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi.

Berdasarkan bentuk hipertensi,yaitu :

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

 Hipertensi campuran (sistolik dan diastolik yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistolik dan diastolik.

Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut.1,2

The Sixth Report of the Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VI) mendefinisikan tekanan darah tinggi pada orang

dewasa sebagai berikut :

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 <80 Normal <130 <85 Tinggi Normal 130-139 85-89 Hipertensi Tahap 1 (ringan) 140-159 90-99 Tahap 2 (sedang) 160-179 100-109 Tahap 3 (berat) ≥180 ≥110 2.3 Etiologi

Diabetes Melitus tipe II :

Gangguan utama terjadi pada volume reseptor (penerima) hormon insulin, yakni sel-sel darah. Dalam diabetes tipe 2 reseptor sel yang merespon

(11)

11 terhadap insulin baik tidak bekerja sepenuhnya atau tidak menyebabkan resistensi insulin sampai untuk menandai.

Hipertensi :

Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak menimbulkan hipertensi.4,5

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.3,4

Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrifi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.4

(12)

12 2.4 Patofisiologi

Diabetes Melitus tipe II :

Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat danterjadi diabetes tipe II.

 Hipertensi :

Teori terkini mengenai hipertensi :

o Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (SNS)

1) Respons maladaptive terhadap stimulasi saraf simpatis.

2) Perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang menetap.

o Peningkatan aktivitas sistem rennin-angiotensin-aldosteron (RAA) 1) Secara langsung menyebabkan vasokonstriksi tetapi juga

meningkatkan aktivitas SNS dan menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat.

2) Memediasi kerusakan organ akhir pad jantung (hipertrofi), pembuluh darah, dan ginjal.

3) Memediasi remodeling arteri (perubahan struktural pada dinding pembuluh darah)

o Defek pada transport garam dan air

1) Gangguan aktivitas peptida natriuretik otak, peptida natriuretik atrial, adrenomedulin, urodilatin, dan endotelin.

(13)

13 2) Berhubungan dengan asupan diet kalsium, magnesium, dan

kalium yang rendah.1,2

2.5 Gejala Klinis

 Diabetes Melitus tipe II :

o Meningkatnya nafsu makan.

Gejala meningkatnya nafsu makan sering disebut juga poliphagi. Gejala ini muncul karena berkurangnya cadangan gula di dalam tubuh, walaupun sebenarnya kadar gula dalam darah tinggi. Hal ini disebabkan ketidakmampuan insulin dalam mendistribusikan gula sebagai sumber energi dalam tubuh sehingga membuat tubuh merasa lemas. Akibatnya penderita diabetes sering muncul keinginan untuk makan terus menerus.

o Rasa haus meningkat

Gejala meningkatnya rasa haus disebut juga polidipsi. Gejala ini muncul akibat tubuh terlalu banyak mengeluarkan urine sehingga keinginan untuk minum terus menerus tidak dapat dihindari sebagai pengganti cairan yang keluar. Rasa haus ini akan muncul terus menerus selama kadar gula dalam darah tidak terkontrol dengan baik. Sebaliknya minum secara terus menerus dapat menyebabkan penderita ingin buang air kecil terus menerus.

o Peningkatan buang air kecil

Gejala meningkatnya buang air kecil disebut juga poliuri. Banyaknya urine yang dikeluarkan disebabkan karena berlebihnya kadar gula dalam darah sehingga dapat merangsang tubuh untuk mengeluarkan kelebihan gula tersebut melalui ginjal bersama urine (air kencing). Gejala ini biasanya sering muncul pada malam hari ketika penderita diabetes sedang istirahat malam, dimana pada saat itu kadar gula dalam darah relatif lebih tinggi daripada siang hari.

(14)

14 Hampir semua penderita penyakit diabetes mengalami gejala kelelahan. Gejala ini timbul karena di dalam jaringan tubuh terjadi kekurangan suplai gula darah akibat terhambat di pembuluh darah. Di sisi lain, gula darah yang menumpuk pada pembuluh darah akan mengakibatkan darah menjadi kental dan alirannya menjadi lambat sehingga menyebabkan gangguan suplai oksigen yang dibawa oleh darah. Padahal tubuh memerlukan oksigen untuk membakar gula dalam darah menjadi energi. Akibat kekurangan oksigen itulah muncul gejala kelelahan. Biasanya penderita diabetes mengalami gejala ini tanpa diketahui penyebabnya dan menganggapnya sebagai kelelahan karena habis bekerja. Akibatnya mereka hanya membiarkan gejala ini hanya dengan minum obat anti lelah atau multivitamin. Mereka tidak sadar bahwa mereka telah mengidap penyakit diabetes.

o Mengalami infeksi yang penyembuhannya lambat atau sering.

Gejala khas lainnya yang ditimbulkan oleh diabetes yaitu jika penderita mengalami luka pada bagian tubuh, maka proses penyembuhannya berjalan lambat. Lambatnya proses penyembuhan tersebut disebabkan menyempitnya pembuluh darah sehingga suplai darah menjadi berkurang. Karena suplai darah yang berkurang, kuman dapat menginfeksi dan menyebar lebih cepat. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka dapat menyebabkan kebusukan pada luka yang pada akhirnya harus dilakukan tindakan amputasi agar tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain.

 Hipertensi :

Biasanya tidak bergejala pada stadium awal; bila TD meningkat secara akut, pasien dapat mengalami epistaksis, sakit kepala, penglihatan kabur, tinnitus, pusing, defisit neurologis transien atau angina; bila perkembangan gejala lebih lambat, pasien dapat datang dengan gejala yang berhubungan dengan kerusakan organ akhir, seperti gagal jantung kongestif, stroke, gagal ginjal, atau retinopati.1

(15)

15 2.6 Penatalaksanaan

 Diabetes Melitus tipe II :

Diabetes adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara tuntas. Hal yang dapat kita lakukan hanya mencegah agar jangan sampai terserang diabetes. Karena diabetes itu merupakan penyakit turunan, beberapa orang tidak dapat menghindarinya, melainkan hanya bisa mencegah supaya diabetes yang diidapnya tidak memburuk.

o Makanan seimbang

Pengaturan makan dengan penekanan pada pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan , jenis, dan jumlah makan.

o Diet sehat

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan terapi diabetes, diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak sesuai dengan kecukupan gizi yang baik.

o Olahraga

Untuk mencegah diabetes, anda perlu melakukan latihan dengan teratur 3-4 kali seminggu. Latihan yang dianjurkan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung.

o Tingkat kadar gula darah

Tingkat atau kadar gula darah sekarang dapat di ukur secara akurat dengan alat bernama glucose-meter alat ini menerakan ukuran dalam hitungan milligrams per deciliter.

o Pengobatan dengan terapi insulin adalah jalan pengobatan terhadap penderita penyakit diabetes dalam arti lain terapi insulin adalah penyuntikan insulin ke dalam tubuh hanya dilakukan terhadap pasien diabetes tipe 1 atau tipe 2 yang sudah akut. Selain dengan cara diatas kita dapat menggunakan cara terapi insulin yaitu :

1. Insulin Dasar

Yaitu insulin yang diproduksi pankreas untuk mengontrol tingkat glukose di antara jam makan (pada saat tubuh tidak sedang makan) dan pada malam hari (waktu tidur) atau ketika tubuh dalam keadaan puasa (tidak menerima makanan dan minuman).

(16)

16 Yakni Insulin yang diproduksi pada saat tubuh sedang menerima makanan– minuman (ketika seseorang sedang makan-minum). Insulin ini diproduksi sesuai dengan banyaknya glukose yang diterima tubuh di tengah-tengah aksi makan dan minum.

Adapun pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung pada: 1.Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya.

2.Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya.

3. Aktifitas harian penderita.

4. Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya.

 Hipertensi :

Pada dasarnya penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi meliputi terapi farmakologik dan non farmakologik. Terapi non farmakologi antara lain dengan mengubah pola hidup antara lain dengan mengurangi asupan garam, alkohol, rokok, menurunkan berat badan, melakukan olah raga secara teratur, mengendalikan stress, emosi dan lebih tawakal. Dan terapi farmakologik ditentukan oleh jenis hipertensi berdasarkan faktor resiko.3

Pilihan obat :

 Hipertensi tanpa komplikasi : Diuretik, Beta bloker, penghambat kanal kalsium.  Indikasi tertentu : Inhibitor ACE, penghambat reseptor, Angiostensin II, alfa

bloker, beta bloker, antagonis Ca, diuretic.  Indikasi yang sesuai :

(1)diabetes mellitus type 1 dengan proteinuria : inhibitor ACE. (2) Gagal jantung : inhibitor ACE, diuretic.

(3) Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca, dihidropiridin kerja lama. (4) Infark miokard : beta bloker (non-ISA), inhibitor ACE (dengan disfungsi sistolik).3,4

Setelah keberhasilan dalam menontrol tekanan darah selama setahun, terutama bila terjadi modifikasi gaya hidup yang bermakna, pasien hipertensi

(17)

17 tanpa komplikasi dapat dipertimbangkan untuk menjalani terapi pengurangan, meliputi :

- Pengurangan obat harus dilakukan secara perlahan dengan tindak lanjut yang ketat.

- Pasien harus selalu diperiksa secara teratur karena hipertensi dapat kembali setelah beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelah obat dihentikan.5

Terapi yang adekuat secara bermakna menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, dan gagal jantung kongestif. Keberhasilan terapi bergantung pada pendidikan pasien, pemilihan obat yang tepat, tindak lanjut yang cermat, dan pembahasan strategi secara berulang bersama pasien.5

(18)

18

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

a) Nama : Ibu Nafsiah

b) TTL : Tangerang, 2 Februari 1956 c) Umur : 55 tahun

d) Jenis Kelamin : Perempuan

e) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga f) Pendidikan : SD tidak tamat g) Agama : Islam

h) Alamat : Jln. Sekretaris RT.015 RW.007

Kelurahan : Tanjung Duren Utara, Kecamatan : Grogol Petamburan, Jakarta Barat

3.2 Riwayat Biologis Keluarga

a) Keadaan kesehatan sekarang : Baik b) Kebersihan perorangan : Sedang

c) Penyakit yang sedang diderita : Diabetes Melitus dan Hipertensi d) Penyakit keturunan : Tidak ada

e) Penyakit kronis/menular : Tidak ada f) Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada

g) Pola makan : Baik

h) Pola istirahat : Baik

i) Jumlah anggota keluarga : 3 orang

3.3 Psikologis Keluarga

a) Kebiasaan Buruk : Tidak ada

b) Pengambilan keputusan : Bapak, setelah musyawarah dengan keluarga c) Ketergantungan obat : Tidak ada

d) Tempat mencari pelayanan : Puskesmas kesehatan

(19)

19 3.4 Keadaan Rumah/ Lingkungan

a) Jenis bangunan : Kamar Kontrakan Bulanan, Permanen b) Lantai rumah : Keramik

c) Luas rumah : 3x2 = 6 m2

d) Penerangan : Kurang

e) Kebersihan : Sedang

f) Ventilasi : Kurang

g) Dapur : Tidak ada

h) Jamban keluarga : Tidak ada i) Sumber Air Minum : Air isi ulang j) Sumber pencemaran air : Tidak ada k) Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada l) Sistem pembuangan air : Ada limbah

m) Tempat pembuangan sampah : Ada n) Sanitasi lingkungan : Kurang

3.5 Spiritual Keluarga

a) Ketaatan beribadah : Baik b) Keyakinan tentang kesehatan : Baik

3.6 Keadaan Sosial Keluarga

a) Tingkat pendidikan : Rendah b) Hubungan antaranggota keluarga : Baik c) Hubungan dengan orang lain : Baik d) Kegiatan organisasi sosial : Sedang

e) Keadaan ekonomi : Kurang

3.7 Kultural Keluarga

a) Adat yang berpengaruh : Jawa, namun tidak terlalu berpengaruh

(20)

20

Nama Hubungan

dengan KK

Jenis Kelamin Keadaan Kesehatan

Keadaan Gizi

Bp. Nur Efendi KK Laki-laki Baik Baik

Ny. Nafsiah Istri Perempuan DM,

Hipertensi

Baik

Hajidah Anak* Laki-laki Baik Baik

Hariri Anak* Laki-laki Baik Baik

Nunung Anak* Perempuan Baik Baik

Wartini Anak* Perempuan Baik Baik

Wahyu Anak* Laki-laki Baik Baik

Heri Mulyana Anak* Laki-laki Baik Baik

Iis Novianti Anak* Perempuan Baik Baik

Iin Novianti Anak* Perempuan Baik Baik

Asep Anak* Laki-laki Baik Baik

Ria Anak Perempuan Baik Baik

Sri Ayu Anak (alm. ) Perempuan Baik -

* = Sudah berkeluarga, dan tidak tinggal serumah dengan pasien.

3.9 Anamnesis

A. Keluhan utama : Pusing

B. Keluhan tambahan: Pegal dan kaku pada leher dan bahu C. Riwayat Penyakit Sekarang :

 Diabetes Tipe II ,GDP= 198 mmol/dL

 Hipertensi, tekanan darahnya mencapai 170/100 mmHg. Pasien rajin kontrol ke puskesmas.

D. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat hipertensi : dibenarkan, sejak pasien setelah melahirkan anak ke-3 Riwayat penyakit jantung : disangkal

(21)

21 Riwayat penyakit kuning : disangkal

Riwayat penyakit paru : disangkal

Riwayat penyakit diabetes : dibenarkan, sejak 3 tahun lalu E. Riwayat Penyakit Keluarga :

Menurut garis keturunan langsung dari pasien, pasien tidak mengetahui riwayat kesehatan keluarganya (orang tua) pasien karena orang tua pasien telah meninggal sejak pasien masih berumur 2 tahun. Jadi, tidak dapat diketahui apakah diabetes dan hipertensi yang diderita pasien adalah penyakin keturunan atau tidak.

F. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : TD : 170/100 mmHg RR : 24 x/menit Nadi : 80 x/menit Suhu : 37 ºC G. Pemeriksaan Penunjang :

Glukosa Darah : Puasa 198 mg/dL

Alasan pemeriksaan penunjang ini yang disarankan adalah untuk memastikan diagnosis, menyingkirkan DD, follow up dan rencana terapi.

H. Diagnosis Penyakit : Diabetes Melitus dan Hipertensi

I. Diagnosis Keluarga :

Dalam keluarga pasien, status kesehatan semua keluarga pasien baik.

J. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit : a. Promotif :

 Meningkatkan kesadaran pasien terhadap kesehatannya, dengan memotivasi pasien untuk tetap terus beraktifitas atau berolahraga yang ringan, misal berjalan kaki pada pagi hari.

(22)

22

 Mendorong keluarga pasien untuk mendukung pengobatan yang dijalani pasien.

 Memberikan pengertian pada pasien bahwa penyakit yang diderita dapat dikontrol untuk mencegah timbulnya komplikasi.

b. Preventif :

 Mengupayakan pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung kadar gula dan garam yang tinggi atau makanan yang mengandung banyak lemak, dan memperbanyak makan serat, seperti buah dan sayuran.

 Meminum obat-obatan secara teratur untuk mencegah timbulnya gejala. c. Kuratif :

 Pihak Puskesmas tetap terus memberi pengobatan setiap kali pasien datang untuk memeriksakan kesehatannya. Obat yang diberikan adalah Nifedipine dan Glibenclamid.

d. Rehabilitatif :

 Mengupayakan pasien untuk tetap terus memeriksakan dirinya ke Puskesmas agar tekanan darah tetap terkontrol dan tetap memotivasi pasien agar menelan obat yang diberi secara teratur.

K. Prognosis : a. Penyakit :

Bila pasien teratur meminum obat yang diberikan dan selalu memeriksa tekanan darahnya ke Puskesmas secara teratur, dan didukung dengan pola hidup sehat yang baik maka prognosis penyakit pasien adalah baik (dubia et bonam).

b. Keluarga :

Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga pasien serta keluarga yang sangat mendukung kesehatan pasien dapat membuat suasana keluarga yang sehat jasmani dan rohani dan prognosisnya baik untuk pasien maupun keluarganya.

c. Masyarakat :

Adanya hubungan sosial yang baik antar masyarakat di tempat pasien tinggal yang sangat mendukung kesehatan pasien dapat membesarkan hati pasien untuk mengontrol penyakitnya. Prognosisnya dubya ad bonam untuk pasien maupun masyarakat.

(23)

23

BAB IV

PEMBAHASAN

Strategi penyelesaian masalah pasien ini

4.1. Peranan keluarga dalam mengobati penyakit pasien:

 Peran keluarga sudah cukup baik terutama pasien yang sering diingatkan agar istirahat teratur, makan dikontrol, dan tidak lupa untuk minum obat.

 Peran lainnya ialah dengan mengontrol pola makan pasien yang terkadang sulit mengikuti anjuran diet dari dokter. Akan tetapi terkadang sulit untuk menyesuaikan jenis makanan pasien dengan keluarga lainnya. Hal inilah yang menjadi kendala.

 Kondisi lingkungan perumahan: menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Kurang terdapat semua syarat rumah sehat seperti jamban keluarga. Pembuangan limbah, sarana air minum yang bersih dan baik, system pembuangan air yang baik, ventilasi masih kurang. Persyaratan minimal seorang tinggal dalam rumah belum terpenuhi yaitu dalam luas 6 m2 tinggal 3 orang, dengan estimasi seorang layak menghuni bangunan 3 x 3 m. Rumah tempat tinggal pasien juga tidak memiliki dapur, yang juga kurang terjaga kebersihan tempat dan alat-alat memasak yang digunakan. Tetapi ditinjau dari lingkungan sekitar hunian pasien, masyarakat kurang menjaga sanitasi lingkungan.

 Keadaan sosial-ekonomi pasien dalam penyembuhan penyakit, sudah baik karena ada usaha untuk kondisi pasien yang baik pernah berobat ke rumah sakit. Pasien memiliki kartu miskin dari pemerintah. Pasien dan keluarga memiliki kesadaran untuk memeriksakan diri secara tepat dan tidak menunda penyakit sampai parah. Keadaan sosialisasi pasien dengan kerabat masyarakat sekitar cukup baik. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor positif bagi kesehatan pasien.

4.2.Penjelasan kepada pasien dan keluarga:

 Tentang penyakitnya

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang dapat diturunkan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui dan mencegahnya. Meski kadang dilihat sebelah mata oleh

(24)

24 pasien, diabetes memiliki berbagai komplikasi yang cukup mengganggu. Diabetes meliputi multi system yaitu saraf, gastrointestinal dan lainnya. Maka dari itu, sedikit keluhan yang dirasakan oleh pasien harus diwaspadai sedini mungkin dengan memeriksakan diri ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya. Yang terpenting dalam pengobatan diabetes adalah membuat kadar gula darah terkontrol, tidak melebihi batas normal. Semakin tinggi angka, maka lebih banyak komplikasinya.

 Tentang upaya pengendaliannya

Yang terpenting dalam pengendalian yang dilakukan ialah mengkonsumsi obat-obatan yang diberi oleh dokter. Pengendalian terpenting dalam diabetes mellitus ialah pengendalian pola makan. Mengurangi karbohidrat, makanan yang asin, berlemak dan manis. Upaya pengendalian dari dalam diri pasien sendiri sudah cukup baik yaitu dengan menghentikan kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol sejak sakit. Diperlukan juga olahraga ringan demi menjaga kebugaran. Tetapi perlu diperhatikan keamanannya karena pernah mengalami riwayat jatuh.

 Peran keluarga

Peran keluarga sangat besar khususnya suami dan anak pasien. Peran keluarga sudah baik, terlihat saat melakukan kunjungan sang anak memperhatikan pasien dengan mengunjungi dokter untuk berkonsultasi. Selain itu, pengawasan terhadap konsumsi obat telah dilakukan dengan baik.

 Cara Makan Obat

Dikarenakan obat yang diberikan lebih dari satu, maka perlu diatur jadwal konsumsi obat sehingga menjadi teratur. Obat yang diberikan ada 2 buah, yaitu Glibenclamid dan Nifedipin. Obat juga disarankan jangan sampai lupa dimakan. Oleh karena itu diperlukan pengawasan ekstra dari anggota keluarga sehingga tidak terjadi kesalahan dalam konsumsi obat.

 Kasiat obat dan cara kerjanya :

o Glibenclamid merupakan golongan Sulfonilurea, Obat ini bekerja dengan menghambat ATP-sensitif saluran kalium di pankreas sel beta. Penghambatan ini menyebabkan sel membran depolarisasi , yang menyebabkan tegangan tergantung pada saluran kalsium untuk membuka, yang

(25)

25 menyebabkan peningkatan intraseluler kalsium dalam sel beta , yang merangsang pengeluaran insulin.

o Nifedipin merupakan obat yang diresepkan, digunakan untuk mengobati beberapa jenis nyeri dada (angina) dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Obat tersedia dalam tablet dan kapsul. Disarankan Nifedipin harus diambil pada waktu yang sama setiap hari untuk mempertahankan kestabilan normotensi.

 Berapa lama harus minum obat

Disarankan untuk selalu minum obat untuk mengontrol penyakit dan mencegah komplikasi.

 Kapan harus kontrol lagi

Dianjurkan untuk melakukan kontrol 2 minggu sekali jika memungkinkan. Namun jika tidak memungkinkan, kontrol setiap bulan sekali masih diijinkan.

 Efek samping obat :

o Glibenclamid :

 Kadang-kadang terjadi gangguan saluran cerna seperti: mual, muntah dan nyeri epigastrik.

 Sakit kepala, demam, reaksi alergi pada kulit. o Nifedipine :

 Kadang-kadang mengakibatkan mual, sakit kepala, palpilasi, takikardia, lemah, edema, hipotensi, reaksi hipersensitif.

 Umumnya timbul pada awal pengobatan bersifat sedang dan sementara.

 Hiperplasia gingival timbul pada kasus-kasus isolasi selama terapi jangka panjang, yang hilang bila pengobatan dihentikan.

Gangguan fungsi hati (intrahepalik cholestalis, kenaikan transaminase) jarang terjadi dan reversibel pada penghentian obat.

 Pada pria lanjut usia, pemberian jangka panjang dapat menyebabkan pembesaran kelenjar mammae (ginekomastia) yang hilang bila pengobatan dihentikan.

(26)

26

 Diet yang Harus Dilakukan

Diet merupakan hal penting dalam management diabetes mellitus tipe 2 yaitu ABC ( A1c, blood pressure dan kolesterol). Yang harus dipantau ialah AiC karena untuk mengetahui keseimbangan masukan makanan, aktivitas fisik dan obat yang diberikan. Diet yang baik diperlukan agar diabetes menjadi terkontrol. Akan tetapi perlu didukung oleh faktor lainnya seperti aktivitas fisik dan dosis obat yang tepat. Hal ini diperlukan untuk mengontrol kadar gula darah dan mengurangi resiko komplikasi dari diabetes. Selain itu diperlukan pula untuk memantau berat badan.

Diet yang tepat ialah makan dengan konsisten, sedikit namun sering. Pasien yang mengkonsumsi obat diabetes oral lebih fleksibel dalam mengatur waktu makan. Banyak pasien DM tipe 2 memiliki berat berlebih, sehingga mengurangi sebagian kecil dari ebrat badan akan menyebabkan insulin lebih efektif. Dilakukan dengan makan rendah kalori. Biasanya pengurangan berat yang aman dilakukan ialah setengah sampai 1 kg per miggu yaitu dengan mengurangi 500-1000 kalori dari total kalori. Selain itu, makan buah dan sayur sehingga banyak terkandung vitamin.

 Olahraga yang dilakukan dan caranya

Aktivitas fisik dapat membantu untuk menurunkan berat badan dan menjaganya. Aktivitas yang dilakukan juga harus ringan sehingga mengurangi resiko hipoglikemia. Apabila dirasakan mulai lemas sebagai tanda penurunan kadar gula darah, maka konsumsi sedikit makanan untuk menjaga. Olahraga yang dapat dilakukan ialah senam kesegaran, jalan pagi santai. Olahraga tidak harus berat dan lama tetapi rutin dilakukan. Disamping itu juga diperlukan menjaga keamanan saat berolahraga.

o Berolahraga teratur dapat menyerap dan menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi. Olah raga yang dimaksud adalah gerak jalan, berenang, naik sepeda dan tidak dianjurkan melakukan olah raga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi (sesuai kemampuan dan ekonomi pasien) karena latihan yang berat dapat menimbulkan hipertensi.

o Merangkai hidup yang positif. Hal ini dimaksudkan agar seseorang mengurangi tekanan atau beban stres dengan cara mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah yang mengganjal dalam hati. Komunikasi dengan orang dapat membuat hati menjadi lega dan dari sini dapat timbul ide untuk menyelesaikan masalah.

(27)

27 o Latihan relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan jiwa. Kendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai dan menyenangkan, mendengarkan musik dan bernyanyi sehingga mengurangi respons susunan saraf pusat melalui penurunan aktivitas simpatetik sehingga tekanan darah dapat diturunkan.

(28)

28

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Diagnosis pada pasien ini adalah hipertensi derajat II terkontrol dan diabetes mellitus. Keberhasilan dalam penatalaksanaan penyakit sangat bergantung pada motivasi dan perhatian keluarga terhadap penyakit pasien.

5.2 Saran a) Puskesmas

Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat khususnya penyakit yang tergolong kronis dan berat.

b) Pasien

 Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya, sehingga mengurangi beban pikirannya.

 Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya dan tetap menjaga kesehatan melalui pola hidup sehat dan minum obat secara teratur.

(29)

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Brashers V.L. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Manajemen. Ed.2 . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.1-3.

2. Price S.A, Wilson LM, editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.(1) h.631-6.

3. Harrison. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Ed.13. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC; 2000.(3).h.1128-39.

4. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed.4. Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.h.1503-4.

5. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.3. Jilid I. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius FKUI; 2001.h.434-5.

(30)

30

LAMPIRAN

Foto 1. Tangga kecil menuju kamar kontrakan Ibu Nafsiah.

Foto 2. Gang sempit menuju kamar kontrakan Ibu Nafsiah

Foto 3. Bersama Ibu Nafsiah, anak dan cucu

yang kebetulan sedang berkunjung. Foto 4. Tempat tidur Ibu Nafsiah

Foto 5. Dapur sempit yang digunakan bersama penghuni kontrakan yang lain

Foto 6. Makanan sehari-hari berupa tahu tempe

(31)

31 Foto 7. Jamban yang digunakan bersama

penghuni kontrakan yang lain

Foto 8. Kamar Mandi yang digunakan bersama penghuni kontrakan yang lain

Foto 9. Televisi, hiburan sederhana Ibu Nafsiah saat berkumpul bersama keluarga.

Foto 9. Puskesmas Tanjung Duren Selatan tempat Ibu Nafsiah berobat dan mengontrol penyakitnya.

Gambar

Foto  1.  Tangga  kecil  menuju  kamar  kontrakan Ibu Nafsiah.
Foto 8. Kamar Mandi yang digunakan  bersama penghuni kontrakan yang lain

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka pencapaian pembangunan di bidang kesehatan dan peningkatan mutu pelaksanaan program- program kesehatan diperlukan adanya Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan

persetujuan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis (89%) dan komunikasi matematis (77%), sikap siswa yang menunjukkan kesukaan terhadap pembelajaran

Berdasarkan perhitungan amortisasi dapat disimpulkan bahwa dengan penyajian Intellectual Capital yang diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan PT PLN (Persero) Distribusi Jawa

Dfliarapkan dari hasil penelitian ini dapat diketahui besarnya variasi jenis yang terdapat antar jenis tegakan maupun di bawah tajuk tegakan yang sejenis, yang pada akhirnya

maka Pokja 5 (lima) Unit Layanan Pengadaan Kordinator Wilayah Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara menetapkan Pemenang pada Paket tersebut di atas sebagai berikut

Dalam perencanaan dimensi hidrolis dari Intake sampai dengan pipa pesat harus mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan tinggi energi pada peralihan masuk,

Kebutuhan sehubungan dengan bahan katoda yang digunakan dalam SOFC termasuk aktifitas elektrokimia yang baik, konduktifitas elektronik yang tinggi, porositas yang sesuai dan

Sampel dalam penelitian ini juga harus memenuhi kriteria inklusi: Ibu yang mempunyai bayi berumur 8-10 bulan dan memeriksakan diri ke Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta, bayi