• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Studi Kuasi Eksperimen ke Siswa Kelas VII F SMP YAS Bandung Tahun Ajaran 2016/2017)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(Studi Kuasi Eksperimen ke Siswa Kelas VII F SMP YAS Bandung Tahun Ajaran 2016/2017)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL EXPERIENTIAL LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI

SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen ke Siswa Kelas VII F SMP YAS

Bandung Tahun Ajaran 2016/2017)

Anisza Syella Fitry

1)

, Rahman

2)

, Yayat Sudaryat

3)

Email: aniszaanggara@gmail.com; rahmanprofupi@gmail.com; yayat.sudaryat@upi.edu.

Departemen Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang dalam penelitian ini yaitu kurangnya kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung tahun ajaran 2016/2017 sebelum menggunakan model pembelajaran Experiential Learning, kemampuan menulis pengalaman pribadi sesudah menggunakan model pembelajaran Experiential Learning, peningkatan kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung tahun ajaran 2016/2017 antara sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran Experiential Learning, dan signifikansi model pembelajaran Experiential Learning dalam menulis pengalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung tahun ajaran 2016/2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dengan desain one group pretest and postest design. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data yang menggambarkan peningkatan kemampuan siswa antara pretest dan posttest. Dalam pretest, ada 2 siswa atau 4,5% siswa yang mencapai mencapai nilai ≥ 75, sedangkan dalam posttest, jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 75 dalam menulis pengalaman pribadi meningkat menjadi 39 siswa atau sebesar 88%. Berdasarkan hasil uji t, terbukti bahwa thitung (14, 46) > ttabel (2, 41), artinya hipotesis kerja

(Ha) diterima, sedangkan hipotesis nol (H0) ditolak. Berdasarkan hasil penelitian, dapat

dikatakan bahwa model pembelajaran Experiential Learning secara signifikan bisa meningkatkan kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung tahun ajaran 2016/2017.

Kata Kunci: Experiental Learning, menulis pengalaman pribadi.

MODÉL EXPERIENTIAL LEARNING

DINA PANGAJARAN NULIS PANGALAMAN PRIBADI SISWA

(Studi Kuasi Ékspérimén ka Siswa Kelas VII F SMP YAS

Bandung Taun Ajaran 2016/2017)

ABSTRAK

                                                                                                                         

1)Panulis Utama

2)Panulis Pananggung Jawab 1 3)Panulis Pananggung Jawab 2

(2)

Kasang tukang dina ieu panalungtikan nyaéta kurangna kamampuh nulis pangalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung taun ajaran 2016/2017. Ieu panalungtikan miboga tujuan pikeun ngadéskripsikeun kamampuh nulis pangalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung taun ajaran 2016/2017 saméméh maké modél pangajaran Experiential Learning, kamampuh nulis pangalaman pribadi sabada maké modél pangajaran Experiential Learning, ngaronjatna kamampuh nulis pangalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung taun ajaran 2016/2017 saméméh jeung sabada maké modél pangajaran Experiential Learning, jeung signifikansi modél pangajaran Experiential Learning dina ngaronjatkeun kamampuh nulis pangalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung taun ajaran 2016/2017. Métodeu anu digunakeun dina ieu panalungtikan nya éta métodeu studi kuasi ékspérimén, kalawan desain “one group pretest and postest design”. Téhnik nu digunakeun dina ieu panalungtikan nyaéta téhnik tés. Dumasar kana hasil panalungtikan, kapaluruh data nu ngagambarkeun ngaronjatna kamampuh siswa antara pretest jeung posttest. Dina pretest, aya 2 urang atawa 4,5 % siswa nu ngahontal peunteun ≥ 75, sedengkeun dina posttest, jumlah siswa nu ngahontal peunteun ≥ 75 nulis pangalaman pribadi ngaronjat jadi 39 siswa atawa 88%. Dumasar hasil uji t, yén titung (14,

46) > ttabél (2, 41), hartina hipotésis kerja (Ha) ditarima, sedengkeun hipotésis nol (H0) ditolak.

Dumasar hasil panalungtikan, bisa dicindekkeun yén modél pangajaran Experiential Learning sacara signifikan bisa ngaronjatkeun kamampuh nulis pangalaman pribadi kelas VII F SMP YAS Bandung taun ajaran 2016/2017.

Kecap Galeuh: Experiental Learning, nulis pangalaman pribadi.

MODEL OF EXPERIENTIAL LEARNING

PERSONAL EXPERIENCE IN LEARNING STUDENT

WRITING

(Quasi Experimental Study to VII F Grade Students

SMP YAS Bandung Academic Year 2016/2017)

ABSTRACT

This research is based on the lack of ability to write a personal experience. of VII F grade students in SMP YAS Bandung academic year 2016/2017. This study has the objective to describe the students' ability to write a personal experience of VII F grade students in SMP YAS Bandung academic year 2016/2017 before and after Experiential Learning model is applied, the increasing of writing ability personal experience of VII F grade students in SMP YAS Bandung academic year 2016/2017 before and after Experiential Learning model is applied, and the significance of Experiential Learning model to increase writing ability in personal experience of VII F grade students in SMP YAS Bandung academic year 2016/2017. The method used in this research is quasi-experimental with pre-test and post-test group design. The technique used in this study is the techniques test. Based on the result of the study, the increasing of student’s ability is gathered from the data of pre-test and post-test. In pre-test, students who have not been able to write a personal experience counted a lot, there are 2 students or 4.5% students who achieve ≥ 75, meanwhile in post-test, the number of students who get ≥ 75 in writing personal experience are increase until 39 students or 88%. Based on the result of the t-test, shown that tvalue (14, 46) > ttable (2, 41), it means

that the working hypothesis (Ha) is accepted, meanwhile the zero hypothesis (H0) is rejected. From

the result of the study, it can be said that model of Experiential Learning is able to increase the ability in writing in personal experience of VII F grade students in SMP YAS Bandung academic year 2016/2017.

(3)

Keywords: Experiental Learning, writing personal experience

Pembelajaran Bahasa sangat penting diterapkan di sekolah. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yaitu menulis. Menulis termasuk aspek paling sulit bagi siswa di sekolah. Hal ini dapat dipahami sebab dalam menulis siswa harus menyampaikan isi hati, pikiran, dan keinginannya dalam rangkaian tulisan yang tersusun rapih supaya dapat dipahami oleh si pembaca. Dalam pembelajaran menulis di sekolah ada berbagai hal yang bisa dituliskan, diantaranya pengalaman pribadi. Saat belajar menulis pengalaman pribadi siswa akan mudah menyalurkan idenya karena dapat menyampaikan apa saja yang pernah dialami oleh dirinya. Pembelajaran menulis pengalaman pribadi sudah tertera dalam Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) yang dituliskan dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat nomor 69 Tahun 2013. Isi dari peraturan tersebut yaitu tentang pembelajaran muatan lokal bahasa dan sastra daerah untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Pembelajaran pengalaman pribadi ada dalam kompetensi dasar, 7.4.4

Menyusun dan menanggapi teks PENGALAMAN PRIBADI sesuai dengan kaidah-kaidahnya secara lisan dan tulisan.

Menurut hasil observasi awal di lapangan, kemampuan siswa menulis pengalaman pribadi semakin kesini semakin rendah. Hal itu terlihat dalam data penelitian siswa dalam menulis pengalaman pribadi sulit mencari ide, kurang menguasai kosa kata karena siswa kurang memahami bahasa Sunda, siswa belum paham betul hakikat menulis pengalaman, serta bagaimana langkah-langkah menulis pengalaman pribadi. Siswa lebih mementingkan panjang pendeknya karangan bukan kualitas isi karangan. Selain itu, bisa jadi kurangnya kemampuan siswa dalam menulis karena guru menggunakan pola belajar yang

selama ini dilaksanakan sipatnya masih konvensional.

Masalah yang disampaikan di atas sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar. Dalam pra- penelitian ditemukan guru hanya menjelaskan melalui teknik ceramah yang tidak aplikatif. Hal ini mengakibatkan siswa hanya mendapatkan teorinya saja tidak dengan praktek membuat tulisan dalam bentuk pengalaman pribadi.

Guru basa Sunda harus mempunyai keterampilan yang bagus agar dalam praktek ketika mengajar tidak mengakibatkan siswa yang ada di kelas jadi tidak semangat belajar. Maka dari itu, sangat penting menggunakan model pembelajaran ketika mengajar di kelas.

Joyce & Well (dalam Rahman 2012, hlm. 9) mendefinisikan modél pembelajaran (modél of teaching) adalah suatu perencanaan yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya.

Model pembelajaran diharapkan jadi alternatif untuk mengatasi masalah kurangnya kemampuan siswa dalam menulis. Model pembelajaran Experiential

Learning dipilih karena model ini

diharapkan bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis pengalaman pribadi.

Penelitian mengenai model pembelajaran Experiential Learning untuk meningkatkan kemampuan nulis sudah dilaksanakan sebelumnya. Hal itu terlihat dalam beberapa penelitian, seperti penelitian Dian Ludiawati ( 2011) mengenai “Penerapan Model Experiential

Learning dalam Pembrlajaran Menulis Teks Berita pada Siswa Kelas VIII SMP Kartika XIX Bandung”. Hasilnya

(4)

menyebutkan bahwa model Experiential

Learning bisa meningkatkan kemampuan

siswa dalam menulis. Penelitian Purnami dan Rohyati (2013) dalam jurnal penelitiannya mengenai “Implementasi

Metode Experiential Learning dalam Pengembangan Softskills Mahasiswa yang Menunjang Integrasi Teknologi, Manajemen, dan Bisnis. Hasilnya menyebutkan bahwa modél Experiential

Learning bisa mengembangkan softskill

mahasiswa dalam téhnologi, manajemén, dan bisnis juga dijadikeun selaku

fasilitator yang bisa membantu siswa

dalam belajar melalui apa saja yang pernah dialami. Oleh karena itu, metode ini sejalan dengan proses pembelajaran. Penelitian ini juga akan menguji keefektifan model Experiential Learning dalam menulis. Bahan yang ditulisnya yaitu pengalaman pribadi.

Sesudah menelusuri persoalan-persoalan mengenai kurangnya kemampuan siswa dalam menulis, guru basa Sunda harus terampil dalam membuat suasana belajar yang kreatif, menarik hati, dan menyenangkan. Utamanya dalam merubah cara mengajar melalui model-model pembelajaran yang lebih modern, kreatif, dan inovatif sesuai dengan materi ajar yang akan disampaikan kepada siswa.

Menulis merupakan materi ajar yang juga produktif dan ekspresif. Menulis merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan melalui kalimat-kalimat dalam bahasa tertulis dengan sistematis Susanto (2013, hlm. 7).

Selain menulis mempunyai tujuan dan fungsi, menulis juga mempunyai manfaat. Menurut Akhadiah dalam Nurjanah (2008, hlm. 7), kagiatan menulis mempunyai beberapa manfaat seperti kegiatan menulis, yang menulis bisa mengetahui juga ingat dalam kemampuan atau potensi tulisan sendiri, yang menulis bisa mengetahui sampai ke mana batasan kemampuan dirinya mengenai suatu topik, yang menulis bisa mengembangkan ide-ide atau gagasan-gagasannya, yang menulis terlatih dalam menghubungkan dan

membandingkan fakta yang akan jadi bahan tulisannya, dengan kegiatan menulis lebih banyak mencari informasi yang ada hubungannya dengan topik yang ditulis, dengan adanya kegiatan nulis, bisa meluaskan pengetahuan yang menulis, yang menulis bisa menjelaskan masalah-masalah yang belum jelas, yang menulis bisa menilai ide dengan lebih objektif, yang menulis akan lebih mudah mengatasi masalahnya, yang menulis akan terdorong untuk bekajar lebih aktif juga kreatif, yang menulis diharapkan bisa menemukan juga mengatasi masalah, yang menulis akan menimbulkan kebiasaan bagi diri penulis yaitu terlatih berfikir kritis juga menggunakan bahasa yang sistematis.

Modél experiential learning pertama dikenalkan oleh David Kolb di Tahun 1984 dalam bukunya yang berjudul

“Experience as the source of learning and development”. Cahyani (2012, hlm. 164)

mendefinisikan Experiential Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Salah satu hakikat model experiential

learning yaitu memberi kemudahan

kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara aktif, sebab pengalaman mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar. Model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai pusat dalam kegiatan pembelajaran, siswa diajak ikut serta secara langsung ke lapangan memanfaatkan dunia sekelilingnya untuk mendapatkan pengalaman, menyelesaikan masalah yang dihadapinya serta mengungkapkan hasil pengalaman dalam bentuk tulisan.

Menurut David Kolb (Fathurrohman, 2015, hlm. 133) langkah-langkah dalam model experiential learning yaitu: Mengalami (experience), saling berbagi pengalaman (share), menganalisis pengalaman (procces), menghubungkan pengalaman dan situasi yang sebenarnya

(5)

situasi yang sama atau level yang lebih tinggi (apply).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain

“One Group Pretest and postest”. Metode

yang dipakai yaitu kuasi eksperimen. Dalam desain penelitian ini, tes dilakukan dua kali yaitu sebelum eksperimen disebut

pretest (O1), dan sesudah eksperimen disebut postest (O2). Bedanya antara O1

dan O2 yaitu O1 – O2 diartikan sebagai

efek dari treatment atau eksperimen (Arikunto, 2013, hlm. 78). Desain penelitian dapat dilihat di bawah ini. Grup Pre-test Perlakuan Post-tes Eksperimen O1 X O2 Keterangan:

O1: nilai tes awal (pretest)

X: perlakuan menggunakan model pembelajaran

Experiential Learning

O2: nilai tes akhir (posttest)

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data yaitu teknik tes. Tes dilaksanakan dua kali, yaitu pretest dan posttest. Pretest dilaksanakan sebelum perlakuan (treatment), tujuannya untuk mengetahui menulis pengalaman pribadi sebelum memakai model pembelajaran

Experiential Learning, sedangkan postest

dilaksanakan sesudah perlakuan (treatment), tujuannya untuk mengetahui kemampuan menulis pegalaman pribadi sesudah mamakai model pembelajaran

Experiential Learning. Tes tulis yang

dipakai yaitu tes aplikatif (penerapan) yang diharapkan adanya kemampuan menerapkan pengetahuan teoritis siswa dalam kegiatan praktis dan konkrit. Tes ini dipilih karena dianggap bisa mengetahui kemampuan hasil belajar menulis pegalaman pribadi secara objéktif. Data tersebut diolah untuk mengetahui hasil dari prosis pembelajaran menulis pegalaman pribadi sebelum dan sesudah menggukan

model pembelajaran Experiential Learning.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Salah satu hakikat model Experiential

Learning yaitu memberi kemudahan

kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara aktif, sebab pengalaman mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar.

Di bawah ini dibahas mengenai kemampuan menulis pegalaman pribadi sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran Experiential Learning,

meningkatnya dan beda signifikasi sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran Experiential Learning.

Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi Sebelum Menggunakan Model

Experiential Learning

Dari hasil analisis kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung Tahun ajaran 2016/2017 sebelum menggunakan model pembelajaran Experiential Learning

terlihat bahwa siswa belum mampuh menulis pegalaman pribadi. Hal ini terlihat dari hasil pretest yang dimana dari 44 siswa atau 95,5 % mendapat nilai <75 termasuk kedalam kategori belum mampu menulis pengalaman pribadi. Apabila melihat dari setiap aspek penilaian, termasuk kategori sedang-cukup. Hasil rata-rata prates yaitu 56,7. Artinya, siswa belum mampuh menulis pengalaman pribadi.

Kemampuan menulis pengalaman pribadi menurut aspek penilaian isi dari hasil pretest yaitu termasuk dalam kategori sedang-cukup. Rata-rata skornya 17,6 (58%). Artinya, karangan pengalaman pribadi siswa dalam isi cerita kurang substantif, gagasan yang ada dalam tulisan terbatas, serta kurang relavan dengan judul.

Kamampuh nulis pangalaman pribadi menurut aspek organisasi dari hasil pretest yaitu termasuk dalam kategori sedang-cukup, Rata-rata skornya 12,1 (61%).

(6)

Artinya, karangan pengalaman pribadi siswa tidak lengkap serta kurang tepat, dan urutannya tidak tersusun.

Kemampuan menulis pengalaman pribadi menurut aspek kosa kata dari hasil

pretest yaitu termasuk dalam kategori

sedang-cukup, Rata-rata skornya 12 (60%). Artinya, kosa kata yang ditulis oleh siswa kurang tepat, kurang efektif, dan kurang menguasai dalam memilih kata.

Kemampuan menulis pengalaman pribadi menurut aspek bahasa dari hasil

pretest yaitu termasuk dalam kategori

sedang-cukup, Rata-rata skornya 12,1 (48%). Artinya, dalam memakai bahasa dan menyusun kalimat masih susah, sehingga menyebabkan salak makna.

Kemampuan menulis pengalaman pribadi menurut aspek mekanik dari hasil

pretest yaitu termasuk dalam kategori

cukup-baik, Rata-rata skornya 3 (60%). Artinya, siswa kurang menguasai aturan penulisan, kadangkala terdapat kasalahan ejahan.

Kemampuan Menulis Pengalaman

Pribadi Sesudah Menggunakan Model

Experiential Learning

Dari hasil analisis kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung taun ajaran 2016/2017 sesudah menggunakan model pembelajaran Experiential Learning

terlihat bahwa siswa mampuh menulis pengalaman pribadi. Hal ini terlihat dari hasil posttest yang dimana dari 44 siswa 5 siswa atau 11% mendapat nilai <75 termasuk kedalam kategori belum mampu menulis pengalaman pribadi, sedangkan 39 siswa atau 88% mendapat nilai ≥75 termasuk kedalam kategori mampu menulis pengalaman pribadi. Apabila melihat dari setiap aspek penilaian, termasuk kategori cukup-baik. Hasil rata-rata prates yaitu 77,8, artinya siswa mampuh menulis pengalaman pribadi.

Kemampuan menulis pengalaman pribadi menurut aspek penilaian isi cerita dari hasil posttest yaitu termasuk dalam kategori cukup baik. Rata-rata skornya

22,1 (74%). Artinya, karangan pengalaman pribadi yang ditulis oleh siswa dapat dimengerti, penuh gagasan, sesuai dengan topik, relavan dengan masalah tapi kurang lengkap.

Kemampuan menulis pengalaman pribadi menurut aspek organisasi dari hasil

posttest yaitu termasuk dalam kategori

cukup baik. Rata-rata skornya 16,9 (84%). Artinya, karangan pangalaman pribadi siswa kurang lancar, kurang sistematis, tapi katémbong ide utamana, urutanna logis tapi teu lengkep.

Kemampuan menulis pengalaman pribadi menurut aspek kosa kecap dari hasil posttest yaitu termasuk dalam kategori cukup baik. Rata-rata skornya 16,7 (84%). Artinya, struktur kalimat yang ditulis oleh siswa tepat, kata-kata nya éféktif, dan sedikit kasalahannya.

Kemampuan menulis pengalaman pribadi menurut aspek basa dari hasil

posttest yaitu termasuk dalam kategori

cukup baik. Rata-rata skornya 18,5 (74%). Artinya, siswa dalam menyusun kalimat masih sulit, sedikit kasalahan dalam tata bahasa, tapi tidak merubah makna.

Kemampuan menulis pengalaman pribadi menurut aspek mékanik dari hasil

posttest yaitu termasuk dalam kategori

cukup baik. Rata-rata skornya 3,6 (72%). Artinya, siswa kurang menguasai aturan penulisan, kadang-kadang ada kesalahan ejahan.

Meningkatnya Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi Menggunakan Model Experiential Learning

Untuk mengetahui meningkat tidaknya kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa dilakukan uji gain dari hasil pretest dan posttest. Hasil dari uji gain digunakan sebagai gambaran mengenai pengaruh digunakannya model pembelajaran

Experiential Learning untuk meningkatkan

kemampuan menulis pegalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung tahun ajaran 2016/2017. Apabila dilihat dari hasil rata-rata pretest dan posttest, nilai siswa meningkat dari 56,7% jadi

(7)

77,8%. Artinya, besar pengaruh model pembelajaran Experiential Learning dalam meningkatkan kemampuan nulis pegalaman pribadi yaitu 21,1%.

Kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa berdasarkan aspek penilaian isi dari hasil pretest yaitu termasuk kedalam kategori sedang-cukup, rata-rata skornya 17,6 (58%). Sesudah menggunakan model experiential learning hasil menulis pengalaman pribadi meningkat, termasuk kedalam kategori cukup-baik, rata-rata skornya 22,1 (74%). Karangan pengalaman pribadi yang ditulis siswa dapat dipahami, bisa mengembangkan kata kuncinya, penuh dengan gagasan, sesuai dengan topik, relavan dengan masalah tapi kurang lengkap. Artinya, besar pengaruh model pembelajaran Experiential Learning

dalam meningkatkan aspek isi cerita menulis pengalaman pribadi siswa yaitu 4,5 (15%).

Kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa berdasarkan aspek organisasi dari hasil pretest yaitu termasuk kedalam kategori sedang-cukup, rata-rata skornya 12,1 (61%). Sesudah menggunakan model

experiential learning hasil menulis

pengalaman pribadi meningkat, termasuk kedalam kategori cukup-baik, rata-rata skornya 16,9 (84%). Karangan pengalaman pribadi yang ditulis siswa kurang lancar, kurang sistematis, tapi sudah terlihan ide utamanya, urutannya logis tapi tidak lengkep. Artinya, besar pengaruh model pembelajaran Experiential

Learning dalam meningkatkan aspek

organisasi nulis pegalaman pribadi siswa yaitu 4,8(24%).

Kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa berdasarkan aspek kosa kecap dari hasil pretest yaitu termasuk kedalam kategori sedang-cukup, rata-rata skornya 12 (60%). Sesudah menggunakan model Experiential Learning hasil menulis pengalaman pribadi meningkat, termasuk kedalam kategori cukup-baik, rata-rata skornya 16,7 (84%). Kosa kata yang ditulis siswa kurang luas, struktur

kalimat yang ditulis sudah tepat, kalimatnya efektif, dan sedikit kasalahanyna. Artinya, besar pengaruh model pembelajaran Experiential Learning dalam meningkatkan aspek kosa kata nulis pegalaman pribadi siswa yaitu 4,7 (23%).

Kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa berdasarkan aspek mekanik dari hasil pretest yaitu termasuk kedalam kategori sedang-cukup, rata-rata skornya 3 (60%). Sesudah menggunakan model

experiential learning hasil menulis

pengalaman pribadi meningkat, termasuk kedalam kategori cukup-baik, rata-rata skornya 3,6 (72%). Siswa kurang menguasaiaturan penulisan, kadang-kadang ada kesalahan ejahan tapi sudah terlihat kerapihan tulisanya. Artinya, besar pengaruh model pembelajaran Experiential

Learning dalam meningkatkan aspek

mekanik nulis pegalaman pribadi siswa yaitu éta 0,6 (12%).

Signifikansi Model Experiential

Learning dalam kemampuan Menulis

Pengalaman Pribadi

Untuk mengetahui signifikansi tidaknya dilakukan beberapa uji sifat data yang dibentuk dengan uji normalitas data, uji homogenitas data, dan uji hipotesis.

Uji Normalitas Data pretest

Berdasarkan data pretest, data mempunyai distribusi normal karena X2hitung ≤ X2tabel atau -336,05 ≤ 11,3.

Uji Normalitas Data Posttest

Berdasarkan data di atas bisa dilihat bahwa, data ini mempunyai distribusi normal dikarenakan X2hitung ≤ X2tabel atau

-1835,23 ≤ 11,3.

Uji homogenitas mempunyai fungsi untuk mengetahui homogen atau tidaknya data. Berdasarkan dalam ketentuan dan hitungan uji homogenitas data, bahwa distribusi variansi data pretest dan posttest termasuk homogen, karena Fhitung < Ftabel

yaitu 2,28< 7,31.

Uji Hipotesis. Dilaksanakannya uji hipotesis yaitu untuk mengetahui signifikan atau tidaknya model pemblejaran Experiential Learning dalam

(8)

meningkatkan kemampuan menulis pegalaman pribadi dan membuktikan diterima atau ditolaknya hipotesis. Bisa dilihat bahwa thitung (14,46) > ttabel (2,41),

artinya hipotesis kerja (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak. Oleh sebab itu,

bisa disimpulkan bahwa ada beda signifikan antara hasil pretest dan hasil

posttest menggunakan model pembelajaran Experiential Learning dalam meningkatkan menulis karangan narasi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung taun ajaran 2016/2017.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dibahas, ada empat hal yang bisa disimpulkan. Pertama kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa kelas kelas VII F SMP YAS Bandung tahun ajaran 2016/2017 sebelum menggunakan model pembelajaran Experiential Learning termasuk belum mampu. Nilai paling tinggi yang diperoleh siswa yaitu 76,5, sedangkan nilai paling kecil 37.

Kedua,kemampuan menulis pengalaman

pribadi siswa kelas kelas VII F SMP YAS Bandung tahun ajaran 2016/2017 sesudah menggunakan model pembelajaran

Experiential Learning termasuk mampu.

Nilai paling tinggi yang diperoleh siswa yaitu 93,5, sedangkan nilai paling kecil 56,5.

Ketiga, meningkatnya kemampuan

menulis pengalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran

Experiential Learning bisa terlihat dari

rata-rata hasil pretest yaitu 56,7% sesudah

posttest meningkat jadi 77,8%. Artinya,

besar pengaruh model pembelajaran

Experiential Learning dalam meningkatkan kemampuan menulis pangalaman pribadi yaitu 21,1%.

Keempat, hasil uji hipotesis dari

rata-rata pretest dan posttest yaitu thitung > ttabel

yaitu 14,46>2, 41, artinya hipotesis kerja (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0)

ditolak. Hal ini terbukti bahwa model

pembelajaran Experiential Learning bisa meningkatkan kemampuan menulis pangalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung tahun ajaran 2016/2017 dengan beda yang signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai model Experiential Learning dalam menulis pengalaman pribadi siswa kelas VII F SMP YAS Bandung tahun ajaran 2016/2017, di bawah ini dijelaskan beberapa saran.

Model Experiential Learning bisa meningkatkan menulis pegalaman pribadi siswa. Untuk itu, bisa dijadikan salah satu alternatif oleh guru untuk model pembelajaran menulis, hususnya dalam pembelajaran menulis pegalaman pribadi di kelas, karena proses nyaa sudah melalui tahap penelitian. Diperlukan model-model yang mendorong berjalanya pembelajaran bahasa Sunda supaya bisa lebih menarik dan menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif.

Implikasi Modél Experiential Learning diterapkan untuk meningkatkan

kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa VII F SMP YAS Bandung tahun ajaran 2016/2017 yang menghasilkan implikasi penelitian di bawah ini.

1) Diterapkannya model ini memperoleh pendapat yang positif entah itu dari siswa atau dari gurunya sendiri. Hal itu dikarenakan prakteknya lebih menarik serta menyenangkan

2) Mempunyai motivasi untuk mengutarakan gagasannya dalam bentuk tulisan agar tidak sempit mengungkapkan apa saja yang ada dalam pikirannya.

3) Mendukung serta mengembangkan proses berfikir yang kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian

Ssuatu pendekatan praktik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Cahyani, I. (2012). Pembelajaran menulis

berbasis karakter dengan pendekatan experiential learning. Bandung: Program Studi Pendidikan Dasar SPS UPI.

(9)

Fathurrohman, M. (2015). Model-model

pembelajaran inovatif. Depok:

AR-RUZZ Media.

Nurjanah, N. (2008). aspek nulis

(Handout). Bandung: DPBD FPBS

UPI.

Peraturan Gubernur Jawa Barat. (2013).

Pembelajaran muatan lokal bahasan dan sastra daerah pada jenjang satuan pendidikan dasar dan menengah. Kota Bandung : Pemerintah Jawa Barat.

Rahman. (2012). Model mengajar &

bahan pembelajaran. Bandung: Alqa

Prisma Interdelta.

Susanto, Ahmad. (2013). Teori pembelajaran dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

Referensi

Dokumen terkait

An Analysis Of Character Values In Narrative Texts In A Bse/Buku Sekolah Elektronik (Electronic Textbook) Of English For Senior High School.. Universitas Pendidikan Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG. UNIT

bahwa dipandang perlu untuk menambah keanggotaan Team Pertimbangan Hak Guna Usaha Perkebunan Besar dengan seorang pejabat dari Direktorat Landreform Direktorat Jenderal

Perdata; (2) hukum kontrak menganut sistem terbuka yang mengandung asas kebebasan berkontrak, yaitu memberikan kebebasan yang memungkinkan masyarakat untuk membuat berbagai

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pengaturan kewajiban notaris dalam pembuatan akta otentik berdasarkan revisi UU Nomor 30 Tahun 2004

Rangkaian Pulse Code Modulation pada Module ED Laboratory 2960 F terdiri dari clock generator, voltage follower, voltage comparator, counter, latch dan shift register..

Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan hidup selalu dikaitkandengankedupan. siswa, serta merangsang siswa untuk

Apabila besar sudut H lebih besar 15º maka bentuk profil wajah adalah cembung, sedangkan bila lebih kecil dari 7º maka bentuk profil wajah adalah cekung karena letak Pog’ lebih